JUDUL PENELITIAN
TIM PENGUSUL
FAKULTAS HUKUM
JUNI 2022
HALAMAN PENGESAHAN
i
RANCANGAN PENELITIAN
ii
RINGKASAN
Penelitian ini berjudul “Persepsi dan Pilihan Rasional Penambang Rakyat Terhadap
Ilegal Mining dan Krisis Lingkungan Daerah Aliran Sungai”. Penelitian ini dilatarbelakangi
oleh penulis untuk melihat bagaimana persepsi dan rasional penambang tanpa izin terhadap
kerusakan daerah aliran sungai di Kecamatan Sungaiselan. Maraknya aktivitas pertambangan
tanpa izin tepatnya di Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah mengakibatkan
masuknya berbagai zat sisa bahan bakar seperti solar maupun benda tak terurai yang membuat
air terkontaminasi dan kehilangan fungsi membuat wabah penyakit bagi masyarakat. Adapun
dampak lain yang ditimbulkan yaitu kerusakan daerah aliran sungai sehingga sungai tidak dapat
dimanfatkan secara optimal oleh masyarakat setempat. Karena adanya kondisi ini, diharapkan
setiap aktivitas penambang yang menimbulkan dampak kerugian bagi masyarakat dapat
mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah ditimbulkan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi penambang terhadap kerusakan daerah
aliran sungai akibat pertambangan tanpa izin di Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka
Tengah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data
yang digunakan adalah data primer berupa pengumpulan data seperti informasi atau keterangan
dari hasil wawancara dan observasi kepada masyarakat Kecamatan Sungaiselan dan data
sekunder berupa berbagai literatur, buku, jurnal yang relevan.
Penelitian ini mempergunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang bersifat
menjelaskan atau menggambarkan mengenai peraturan-peraturan yang berlaku dan kemudian
dikaitkan dengan realitas yang terjadi di lapangan. Adapun langkah-lanngkah peneliti yakni,
Pertama hasil data yang dapat di lapangan akan di dedukasi dengan cara merangkum,
meresume, kemudian mengklasifikasi sesuai dengan kebutuhan peneliti. Kedua, penyajian data
dengan menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan uapaya dalam mengatasi penambang
timah di wilayah Kecamatan Sungaiselan. Ketiga, Penarikan kesimpulan dengan analisis data
penelitian kualitatif yang diharapkan merupakan penemuan baru sebelumnya masih samar-
samar dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................i
RANCANGAN PENELITIAN..................................................................................................ii
RINGKASAN............................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iv
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................3
1.4 Batasan Penelitian......................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................12
METODE PENELITIAN........................................................................................................12
3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................................12
3.2 Design Penelitian......................................................................................................12
3.3 Lokasi Penelitian......................................................................................................12
3.4 Sumber Data.............................................................................................................12
3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................................13
3.6 Analisis Data.............................................................................................................13
BAB IV......................................................................................................................................15
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN..................................................................................15
4.1 Anggaran Biaya..............................................................................................................15
4.2 Jadwal Penelitian............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
LAMPIRAN 1. JUSTIFIKASI ANGGARAN RISET MAHASISWA.................................17
LAMPIRAN 2. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
...................................................................................................................................................19
LAMPIRAN 3. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA.........................................................21
LAMPIRAN 4. BIODATA DOSEN PEMBIMBING............................................................24
LAMPIRAN 5. SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI............................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maraknya aktivitas penambang timah tanpa izin (illegal mining) seperti yang
ada di Kecamatan Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah mengakibatkan krisis
lingkungan yang cukup mengkhawatirkan terutama kerusakan daerah aliran sungai yang
berfungsi sebagai salah satu jalur transportasi masyarakat. Semakin banyak
pertambangan timah, maka akan menghasilkan buangan limbah yang banyak pula
berupa zat sisa bahan bakar seperti solar maupun benda tak terurai yang dibuang ke
daerah aliran sungai sehingga membuat air terkontaminasi dan kehilangan fungsi. Hal
ini berpengaruh terhadap kadar air di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Kecamatan Sungaiselan Provinsi Bangka Belitung. Kualitas air yang terganggu dapat
menimbulkan dampak negative bagi masyarakat dan makhluk hidup sekitarnya.
Berdasarkan data dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2017 produksi pertambangan biji Timah (Tin Ore)
dan Logam Timah (Tin Merah) semakin berkurang saat ini, namun potensi yang
dimiliki masih cukup besar, sebagaimana tersaji pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
Produksi Biji Timah (Tin Ore) dan Logam Timah (Tin Metal Tahun 2011 s.d 2016
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
1
indikasi lainnya serta banyak ditemukan lubang bekas tambang yang tak
kunjung direklamasi, kerusakan kawasan hutan dan pencemaran terhadap air sungai.
Aktivitas yang dilakukan oleh penambang rakyat tanpa izin ini sangat
bergantung pada pemanfaatan air, oleh karenanya tak jarang masyarakat menambang di
dekat daerah aliran sungai seperti yang ada di Desa Sungaiselan. Hal ini berdampak
pada lingkungan air yang tercemar akibat limbah tambang timah yang mengandung
berbagai logam berat yang berbahaya bagi tubuh seperti tembaga timbal, merkuri, seng,
dan arsen.
Dari interview awal yang dilakukan pada tanggal 21 Juni 2022 di Desa
Sungaiselan Atas, para penambang rakyat ini menyadari bahwasanya aktivitas yang
mereka lakukan merupakan perbuatan melanggar hukum karena tidak memiliki izin
(illegal) dan merusak kualitas air sungai. Namun ada juga penambang yang merasa
bahwa dirinya tidak merusak sungai karena tidak menambang di aliran sungai, padahal
limbah dari aktivitas tambang mereka terbawa oleh parit- parit kecil menuju aliran
sungai, atau curah hujan yang tinggi membuat kolong- kolong tempat menambang
meluap.
2
di dalam Pasal 28H ayat (1) UUD NRI 1945. Meskipun pada implementasinya
seringkali negara dihadapkan pada kondisi dilematis antara pemanfaatan optimal
dengan kerugian lingkungan dan social (Arie Elcaputera, Dede Frastien,2020). Negara
harus melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
didasarkan pada norma-norma lingkungan berarti secara seimbang antar kepentingan
ekonomi, pelestarian fungsi lingkungan dan kondisi sosial yang dilakukan secara
terpadu mencakup seluruh bidang-bidang lingkungan hidup untuk keberlanjutan fungsi
lingkungan hidup.
Berdasarkan Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945 mengenai kekayaan alam yang
berada di Indonesia bahwasannya: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikusasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Dapat disimpulkan bahwa negara diamanatkan untuk mengelola kekayaan alam
dengan baik, dan bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat.
3
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk:
1) Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam bidang
pertambangan sebagai sumber informasi ataupun referensi untuk
menyelesaikan masalah pertambangan khususnya pertambangan tanpa izin
yang merusak daerah aliran sungai.
2) Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk
mengatasi persoalan kerusakan sungai yang diakibatkan oleh aktivitas
tambang timah tanpa izin seperti penegakan hukumnya.
b. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pelaku
pertambangan terutama tambang timah tanpa izin bahwasnya kegiatan yang
mereka lakukan dapat mengakibatkan penerapan sanksi pidana terlebih lagi
aktivitas yang mereka lakukan merusak sungai.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Persepsi
Dalam jurnal psikologi (2009) Menurut Kotler (2000) Persepsi diartikan
sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan
rrgambaran keseluruhan yang berarti. Sedangkan Robbins (2003)
mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai
proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan
indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Dari definisi
persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu
proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan
kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang
berarti. Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita
terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang
sudah ada dan selanjutnya mengenali benda tersebut.
Alport dalam jurnal psikologi (2009) proses persepsi merupakan suatu
proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan
individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur
bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala
akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya
komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang
berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
a. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus
sosial melalui alat indera manusia yang dalam proses ini mencakup
pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang
ada.
b. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta
pengorganisasian informasi.
5
c. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi
lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh
pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.
6
pilihan aktor. Yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor (dalam Ritzer &
Goodman, 2007:357).
2.3 Illegal Mining
Istilah penambangan ilegal atau dalam bahasa Inggris illegal mining
terdiri dari dua kata, yaitu: illegal yang artinya tidak sah, dilarang, atau
bertentangan dengan hukum, dan mining, yang artinya penggalian bagian dari
tanah yang mengandung logam berharga di dalam tanah atau bebatuan. Oleh
karena itu yang dimaksud illegal mining dalam konteks ini adalah kegiatan
penambangan yang dilakukan tanpa izin negara, khususnya tanpa hak atas
tanah, izin penambangan, dan izin eksplorasi atau transportasi mineral.
Penambangan ilegal menimbulkan dampak, antara lain kerusakan lingkungan
hidup, hilangnya penerimaan negara, timbulnya konflik sosial, serta dampak
kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja/K3 (Marisa Dian Pertiwi dan Edi
Setiadi, 2019: 134).
Pasal 158 (Perubahan UU Minerba) mengatur bahwa setiap orang yang
melakukan penambangan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). Pasal 35 (UU Minerba hasil
perubahan) dalam hal ini mengatur tentang Perizinan Berusaha yang diberikan
oleh pemerintah pusat. Selain sanksi administratif dan/atau sanksi pidana, pelaku
tindak pidana bidang pertambangan juga dapat dikenai pidana tambahan
berupa: (a) perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak
pidana; (b) perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; dan/atau
(c) kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana. Tetapi yang
terjadi di lapangan masih lemahnya penegakan hukum penambangan ilegal,
seperti belum komprehensifnya upaya dalam membenahi faktor-faktor kunci
yang dapat mempengaruhi efektivitas penegakan hukum penambangan ilegal.
Sebagaimana dinyatakan Soerjono Soekanto, ada 5 faktor yang berpengaruh
dalam penegakan hukum, yaitu: faktor hukumnya, faktor penegak hukumnya,
faktor sarana prasarananya, faktor masyarakatnya, dan faktor kebudayaannya
7
(Soerjono Soekanto, 2004: 8). Bahkan tidak sedikit aparat yang diduga menjadi
pelindung/penjaga tambang ilegal.
2.4 Pertambangan Rakyat
Pertambangan rakyat dan skala kecil (artisanal and small scale mining)
Pekerjaan ini telah dilakukan secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat
yang di sekitarnya terdapat potensi tambang, namun seringkali juga berkembang
karena faktor kemiskinan dan tidak tersedianya alternatif pekerjaan lain.
Berbeda dengan pertambangan formal skala besar, kegiatan pertambangan
rakyat tak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, tapi sering pula wanita, bahkan
anak-anak. Pertambangan rakyat atau skala kecil sanagt minim menerapkan
prinsip- prinsip “praktik penambangan yang baik” (good mining practices)
dalam hal kesehatan, keselamatan dan lingkungan (health, safety, environment)
dalam menjalankan kegiatan penambangannya. Misalnya dengan masih
meluasnya penggunaan air raksa (mercury) dalam kegiatan pertambangan
rakyat skala kecil ini. Para penambang skala kecil tersebut bekerja secara
individu, kelompok kecil, keluarga atau bahkan koperasi. Kegiatan
pertambangan skala kecil oleh rakyat kadang juga merupakan bagian dari rantai
pasok (supply chain) industri pertambangan besar, misalnya dengan mereka --
dalam bentuk koperasi- memasok produksi ke perusahaan yang memiliki license
atau Izin Usaha Pertambangan dari pemerintah dan secara formal menguasai
wilayah pertambangan. Para penambang rakyat atau skala kecil sering
dikonotasikan dengan pertambangan liar (illegal mining) karena mereka tidak
memiliki izin resmi dalam menjalankan usahanya, menggunakan bahan dan
alat produksinya (termasuk air raksa), dan dalam menyalurkan produk
pertambangannya (hingga ke pasar ekspor). Di Indonesia, pertambangan
rakyat skala kecil atau PETI dianggap sebagai kegiatan yang melawan hukum,
terutama karena para penambang tersebut tidak memiliki Izin Usaha
Pertambangan sebagai layaknya sebuah Badan Usaha. Mereka tidak
membayar pajak dan royalti yang merupakan sumber pendapatan negara dari
kegiatan pertambangan. Kegiatan mereka juga sering menyebabkan
keresahan sosial dan kerusakan lingkungan.
8
Namun tindakan “penegakan hukum” terhadap para penambang PETI
tersebut juga kadang dilakukan dengan setengah hati terutama karena besarnya
jumlah penambang yang telah melakukan kegiatan tersebut secara turun
temurun di lokasi nenek moyang mereka (bahkan jauh sebelum Indonesia
merdeka), dan juga secara ekonomi kegiatan mereka telah membantu
mengurangi kemiskinan dan sikap negara terhadap pertambangan rakyat skala
kecil ini berbeda-beda, dari yang menganggap mereka “liar dan merusak” dan
karena itu harus ditertibkan, hingga yang memandang mereka sebagai rakyat
yang telah berusaha memperjuangkan kehidupan ekonomi mereka secara
mandiri namun memiliki banyak keterbatasan (keahlian/pendidikan,
permodalan, dsb).
2.5 Krisis Lingkungan
krisis lingkungan dapat dartikan sebagai suatu keadaan berbahaya bagi
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri. Dalam
undang-undang, kerusakan lingkungan diberi pengertian perubahan langsung
dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan
hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Seperti
degradasi fungsi DAS, terutama penurunan fungsi resapan air, peningkatan
erosi, limpasan permukaan dan debit sungai, longsor, penurunan luasan
penutupan lahan, dan penurunan biodiversitas (baik di atas maupun dibawah
permukaan tanah).
2.6 Daerah aliran Sungai
Pengertian Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Menteri Nomor 28
Tahun 2015, daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Menurut Maryono (2005), DAS dibatasi oleh punggung-punggung atau
pegunungan dimana air hujan yang jatuh didaerah tersebut akan mengalir
9
menuju sungai utama pada suatu titik atau stasiun yang ditinjau. DAS ditentukan
dengan menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur.
Limpasan berasal dari titik–titik tertinggi dan bergerak menuju titik-titik yang
lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis–garis kontur. Daerah yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan titik–titik tertinggi tersebut adalah
DAS. Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun
yang ditinjau atau muara sungai sampai ujung hulunya. Sungai utama adalah
sungai terbesar pada daerah tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara
sungai. Pengukuran panjang sungai dan panjang DAS adalah penting dalam
analisis aliran limpasan dan debit aliran sungai. Panjang DAS adalah panjang
maksimum sepanjang sungai utama dari stasiun yang ditinjau atau muara ke titik
terjauh dari batas DAS.
2.7 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya yang
terkait yaitu:
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Dalam memberantas illegal
mining dilakukan upaya
preventif yang dilakukan oleh
pemerintah yaitu membenahi
Penegakan Hukum Tindak
1 Prianter Jaya Hairi aspek pengawasan dan
Pidana Illegal Mining
monitoring pertambangan,
terutama penguatan kuantitas
dan kualitas personil
pengawasan pertambangan.
Kegiatan pertambangan
rakyat dianggap merugikan
negara karena statusnya yang
tanpa izin, tidak membayar
royalti, menyebabkan
keresahan sosial dan merusak
Pandemi Covid-19: Tinjau
lingkungan. Wabah Covid-19
Ulang Kebijakan Mengenai
2 Hanan Nugroho dapat menjadi katup
PETI (Pertambangan
pengaman ketika krisis
Tanpa Izin) di Indonesia
ekonomi terjadi dan menjadi
hambatan hidup bagi rakyat
di daerah dimana ekonomi
lokal belum dapat
menyediakan alternatif
penghidupan yang lebih baik.
10
Pengendalian pencemaran di
Daerah Aliran Sungai
Kahayan sebagai akibat
Pengendalian Pencemaran
pertambangan emas belum di
Di Daerah Aliran Sungai
jalankan dengan maksimal.
(DAS) Kahayan Sebagai
Upaya yang dilakukan DLH
3 Caecilia Krista Riadhani Akibat Kegiatan
Kota Palangkaraya yaitu
Pertambangan Emas Di
memberikan sosialisasi
Kota Palangkaraya
terhadap masyarakat yang
Kalimantan Tengah
melakukan penambang emas
tradisional dan penambang
emas tanpa izin (PETI)
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum yuridis empiris.
Penelitian yuridis empiris merupakan penelitian lapangan (penelitian terhadap data
primer) yaitu suatu meneliti peraturan-peraturan hukum kemudian digabungkan dengan
data dan perilaku yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Data/materi pokok dalam
penelitian ini diperoleh secara langsung dari pada responden melalui penelitian
lapangan tentang persepsi terhadap pelaku pencemaran air Sungai Selan akibat
penambangan tanpa izin. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan
procedure analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistic atau cara
kuantifikasi lainnya.
12
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen.
13
3.6 Analisis Data
Teknik analisis data yaitu metode yang di gunakan untuk menganalisa data
yang telah dikumpulkan dan telah diklarifikasikan menurut jenis data yang di perlukan.
Dalam sebuah penelitian analisis data merupakan bagian yang sangat penting, karena
dengan analisis data yang akan nampak manfaatnnya terutama dalam memecahkan
penelitian dan tujuan akhir penelitian, karena kemampuan ketajaman dalam
menganalisa data akan berpengaruh terhadap hasil penelitian yang di lakukan.
Data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis. Dalam menganalisis
data tersebut, peneliti mempergunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu satu analisis
yang sifatnya menjalaskan atau menggambarkan mengenai peraturan-peraturan yang
berlaku dan kemudian dikaitkan dengan realitas yang terjadi di lapangan. Adapun
langkah-langkah penulis dalam melakukan analisis data sebagi berikut:
a. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian
sungkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini Mliles dan
Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data
sebagai sekumpulan data atau informasi tersusun yang diberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data merupakan upaya
penelitian untuk mendapatkan gambaran dari data yang telah di peroleh serta hubungan
dengan focus penelitian yang di laksanakan. Penyajian data mengenai upaya dalam
mengatasi penambangan di wilayah hukum Kecamatan Sungaiselan.
b. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses analisis data
penelitian kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Kesimpulan dalam penelitisan kualitatif
yang diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya masih samar-samar
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipotesis, atau teori. Penarikan kesimpulan sebagai dari suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian dalam pikiran
penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada catatan. Menarik kesimpulan
merupakan kegiatan akhir dari proses analisis data, yaitu dengan cara merumuskan
kesimpulan penelitian, baik kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir.
Kesimpulan sementara dapat di buat terhadap setiap data yang ditemukan pada saat
penelitian sedang berlangsung dan kesimpulan akhir dapat di buat setelah seluruh data
14
di analisis, hasil penyajian data bisa di ambil kesimpulan tentang temua lapangan
mengenai upaya dalam persepsi dan pilihan penambang rakyat terhadap kerusakan
daerah aliran sungai akibat tambang illegal di Kecamatan Sungai Selan dan
menyesuaikan dengan teori yang telah disusun sebelum penelitian di lakukan.
15
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya
Penelitian ini memiliki anggaran biaya yang dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Ringkasan Anggaran Biaya
Biaya yang Diusulkan
No. Jenis Pengeluaran
(Rp)
1 Peralatan/Perlengkapan 800.000,-
2 Perjalanan 800.000,-
3 Bahan habis pakai/peralatan 1.600.000,-
Lain-lain (publikasi, seminar, laporan, lainnya
4 800.000,-
sebutkan)
Jumlah 4.000.000,-
16
DAFTAR PUSTAKA
Chairul Huda, dari tiada pidana tanpa kesalahan menuju kepada tiada pertanggungjawaban
pidana tanpa kesalahan, (Jakarta: kencana prenada media, 2006)
Dwi Haryadi, Pengantar Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, (Bangka Belitung:
Gramedia Printing Group, 2018)
Hanan Nugroho, Pandemi Covid-19: Tinjau Ulang Kebijakan Mengenai PETI (Pertambangan
Tanpa Izin) di Indonesia, The Indonesian Journal of Development Planning, Vol. IV,
No.2, Juni 2020
Kanter dan Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: Storia
Grafika, 2002)
Masrudi Muchtar dkk, Hukum Kesehatan Lingkungan (Yogyakarta: Pustakabaru Press, 2016)
Ni Putu Risna Daryani, dkk, Pertanggungjawaban Tindak Pidana Lingkungan Hidup Ditinjau
dari Perspektif Hukum Pidana di Indonesia
Oemar Seno Adji, Etika profesional dan hukum pertanggungjawaban pidana dokter, (Jakarta:
Erlangga, 1991)
Prianter Jaya Hairi, Penegakan Hukum Tindak Pidana Illegal Mining, Info Singkat, Vol.XIII,
No.15, Agustus 2021
R.M Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 1996)
Subyogo, Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktek, (Surabaya: Rineka Cipta, 1991)
17
LAMPIRAN 1. JUSTIFIKASI ANGGARAN RISET MAHASISWA
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Biaya
Satuan (Rp) (Rp)
Honor Survior di Honor per responden 62 pax Rp. 8.000 Rp. 496.000
Kab. Bangka Tengah
Honor Pengelola Honor pengelola data 1 pax Rp. 304.000 Rp. 304.000
Data
Alat Tulis Pena, tipe x, notebook 3 paket Rp. 45.000 Rp. 135.000
18
responden
3. Perjalanan
4. Lain-Lain
19
LAMPIRAN 2. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
No. Nama/Jabatan/ Jurusan Bidang Alokasi Uraian Tugas
NIM Ilmu Waktu
(Jam/Minggu)
20
metode yang
digunakan dalam
jurnal tersebut, dan
Melakukan
Pengolahan data
terhadap data telah
diperoleh.
21
LAMPIRAN 3. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA
22
23
24
LAMPIRAN 4. BIODATA DOSEN PEMBIMBING
25
LAMPIRAN 5. SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI
26