Anda di halaman 1dari 31

Kode/Rumpun Ilmu: 596/Ilmu Hukum

USULAN RISET MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN

PERSEPSI DAN PILIHAN RASIONAL PENAMBANG RAKYAT TERHADAP


ILEGAL MINING DAN KRISIS LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

TIM PENGUSUL

NAMA TIM NIM/NIDN JURUSAN


Andi Mardiansyah 4011911027 Ilmu Hukum
Ahmad Haikal 4011911087 Ilmu Hukum
Aryani Fazirah 4011911092 Ilmu Hukum
Ndaru Satrio, S.H., M.H 0305098702 Ilmu Hukum

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

JUNI 2022
HALAMAN PENGESAHAN

i
RANCANGAN PENELITIAN

ii
RINGKASAN
Penelitian ini berjudul “Persepsi dan Pilihan Rasional Penambang Rakyat Terhadap
Ilegal Mining dan Krisis Lingkungan Daerah Aliran Sungai”. Penelitian ini dilatarbelakangi
oleh penulis untuk melihat bagaimana persepsi dan rasional penambang tanpa izin terhadap
kerusakan daerah aliran sungai di Kecamatan Sungaiselan. Maraknya aktivitas pertambangan
tanpa izin tepatnya di Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah mengakibatkan
masuknya berbagai zat sisa bahan bakar seperti solar maupun benda tak terurai yang membuat
air terkontaminasi dan kehilangan fungsi membuat wabah penyakit bagi masyarakat. Adapun
dampak lain yang ditimbulkan yaitu kerusakan daerah aliran sungai sehingga sungai tidak dapat
dimanfatkan secara optimal oleh masyarakat setempat. Karena adanya kondisi ini, diharapkan
setiap aktivitas penambang yang menimbulkan dampak kerugian bagi masyarakat dapat
mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah ditimbulkan.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi penambang terhadap kerusakan daerah
aliran sungai akibat pertambangan tanpa izin di Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka
Tengah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data
yang digunakan adalah data primer berupa pengumpulan data seperti informasi atau keterangan
dari hasil wawancara dan observasi kepada masyarakat Kecamatan Sungaiselan dan data
sekunder berupa berbagai literatur, buku, jurnal yang relevan.

Penelitian ini mempergunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang bersifat
menjelaskan atau menggambarkan mengenai peraturan-peraturan yang berlaku dan kemudian
dikaitkan dengan realitas yang terjadi di lapangan. Adapun langkah-lanngkah peneliti yakni,
Pertama hasil data yang dapat di lapangan akan di dedukasi dengan cara merangkum,
meresume, kemudian mengklasifikasi sesuai dengan kebutuhan peneliti. Kedua, penyajian data
dengan menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan uapaya dalam mengatasi penambang
timah di wilayah Kecamatan Sungaiselan. Ketiga, Penarikan kesimpulan dengan analisis data
penelitian kualitatif yang diharapkan merupakan penemuan baru sebelumnya masih samar-
samar dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................i
RANCANGAN PENELITIAN..................................................................................................ii
RINGKASAN............................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iv
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................3
1.4 Batasan Penelitian......................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................12
METODE PENELITIAN........................................................................................................12
3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................................12
3.2 Design Penelitian......................................................................................................12
3.3 Lokasi Penelitian......................................................................................................12
3.4 Sumber Data.............................................................................................................12
3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................................13
3.6 Analisis Data.............................................................................................................13
BAB IV......................................................................................................................................15
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN..................................................................................15
4.1 Anggaran Biaya..............................................................................................................15
4.2 Jadwal Penelitian............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
LAMPIRAN 1. JUSTIFIKASI ANGGARAN RISET MAHASISWA.................................17
LAMPIRAN 2. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
...................................................................................................................................................19
LAMPIRAN 3. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA.........................................................21
LAMPIRAN 4. BIODATA DOSEN PEMBIMBING............................................................24
LAMPIRAN 5. SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI............................................25

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maraknya aktivitas penambang timah tanpa izin (illegal mining) seperti yang
ada di Kecamatan Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah mengakibatkan krisis
lingkungan yang cukup mengkhawatirkan terutama kerusakan daerah aliran sungai yang
berfungsi sebagai salah satu jalur transportasi masyarakat. Semakin banyak
pertambangan timah, maka akan menghasilkan buangan limbah yang banyak pula
berupa zat sisa bahan bakar seperti solar maupun benda tak terurai yang dibuang ke
daerah aliran sungai sehingga membuat air terkontaminasi dan kehilangan fungsi. Hal
ini berpengaruh terhadap kadar air di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Kecamatan Sungaiselan Provinsi Bangka Belitung. Kualitas air yang terganggu dapat
menimbulkan dampak negative bagi masyarakat dan makhluk hidup sekitarnya.

Berdasarkan data dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2017 produksi pertambangan biji Timah (Tin Ore)
dan Logam Timah (Tin Merah) semakin berkurang saat ini, namun potensi yang
dimiliki masih cukup besar, sebagaimana tersaji pada tabel 1 berikut.

Tabel 1

Produksi Biji Timah (Tin Ore) dan Logam Timah (Tin Metal Tahun 2011 s.d 2016
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Biji Timah
  22.124,23 15.403,86 19.719,32 55.548,31 56.906,44
(Tin Ore)
Logam
  Timah 25.442,11 14.107,70 16.431,98 53.673,12 55.768,98
(Tin Metal)

Sumber: Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Kepulauan Bangka


Belitung, 2017

Maraknya pembukaan lahan pertambangan tersebut nampaknya tidak diimbangi


dengan kesadaran akan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar yang
jauh dari ambang kesejahteraan ekonomi. Banyak dari lingkungan sekitar daerah
industri pertambangan sudah menjadi tanah tandus dan kering serta

1
indikasi lainnya serta banyak ditemukan lubang bekas tambang yang tak
kunjung direklamasi, kerusakan kawasan hutan dan pencemaran terhadap air sungai.

Aktivitas yang dilakukan oleh penambang rakyat tanpa izin ini sangat
bergantung pada pemanfaatan air, oleh karenanya tak jarang masyarakat menambang di
dekat daerah aliran sungai seperti yang ada di Desa Sungaiselan. Hal ini berdampak
pada lingkungan air yang tercemar akibat limbah tambang timah yang mengandung
berbagai logam berat yang berbahaya bagi tubuh seperti tembaga timbal, merkuri, seng,
dan arsen.

Dari interview awal yang dilakukan pada tanggal 21 Juni 2022 di Desa
Sungaiselan Atas, para penambang rakyat ini menyadari bahwasanya aktivitas yang
mereka lakukan merupakan perbuatan melanggar hukum karena tidak memiliki izin
(illegal) dan merusak kualitas air sungai. Namun ada juga penambang yang merasa
bahwa dirinya tidak merusak sungai karena tidak menambang di aliran sungai, padahal
limbah dari aktivitas tambang mereka terbawa oleh parit- parit kecil menuju aliran
sungai, atau curah hujan yang tinggi membuat kolong- kolong tempat menambang
meluap.

Para penambang rakyat berpendapat bahwa menjadi penambang adalah


jawaban untuk memperjuangkan kehidupan ekonomi secara mandiri, bahkan tidak
sedikit masyarakat yang sebelumnya menjadi petani, saat ini beralih profesi menjadi
penambang rakyat karena penurunan harga hasil komoditas mereka mengalami
penurunan dan tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Seperti yang
diungkapkan salah satu penambang yang sebelumnya berprofesi sebagai petani sawit
“beberapa bulan lalu harga komoditi sawit mencapai Rp 3.300/kg, sementara sekarang
hanya Rp 950/kg dan terus mengalami penurunan, sementara harga kebutuhan pokok
mengalami kenaikan yang sangat signifikan”. Jadi masyarakat harus mencari opsi
pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tersebut, salah satunya menjadi
penambang rakyat yang dapat dilakukan dengan praktis, biaya cukup murah, dan tanpa
memerlukan pendidikan yang tinggi.

Penambang rakyat hanya sebatas mengetahui bahwa aktivitas yang mereka


lakukan illegal. Namun secara regulasi para penambang rakyat ini sebagian besar tidak
memahami bahwa aktivitas yang mereka lakukan dapat dikenakan sanksi pidana dan
denda seperti yang diatur dalam Pasal 158 UU Minerba. Sementara sebagaimana yang
kita ketahui bahwa Negara wajib menjamin hak-hak terhadap warga negara untuk
mendapatkan hak dasar terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat seperti tertuang

2
di dalam Pasal 28H ayat (1) UUD NRI 1945. Meskipun pada implementasinya
seringkali negara dihadapkan pada kondisi dilematis antara pemanfaatan optimal
dengan kerugian lingkungan dan social (Arie Elcaputera, Dede Frastien,2020). Negara
harus melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
didasarkan pada norma-norma lingkungan berarti secara seimbang antar kepentingan
ekonomi, pelestarian fungsi lingkungan dan kondisi sosial yang dilakukan secara
terpadu mencakup seluruh bidang-bidang lingkungan hidup untuk keberlanjutan fungsi
lingkungan hidup.

Berdasarkan Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945 mengenai kekayaan alam yang
berada di Indonesia bahwasannya: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikusasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Dapat disimpulkan bahwa negara diamanatkan untuk mengelola kekayaan alam
dengan baik, dan bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Persepsi dan Pilihan Rasional Penambang Rakyat Terhadap Ilegal
Mining dan Krisis Lingkungan Daerah Aliran Sungai”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu
bagaimana persepsi dan pilihan rasional penambang rakyat terhadap illegal mining dan
krisis lingkungan daerah aliran sungai?

1.3 Tujuan Penelitian


Dengan berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk membuktikan bagaimana persepsi dan pilihan rasional penambang rakyat
terhadap ilegal mining dan krisis lingkungan daerah aliran sungai.

1.4 Batasan Penelitian


Penelitian ini dibatasi agar pembahsannya tidak bias kepada hal-hal yang tidak
relevan. Adapun sisi objek kajiannya, permasalahan penelitian ini hanya fokus kepada
persepsi dan pilihan rasional penambang rakyat terhadap ilehal mining dan krisis
lingkungan daerah aliran sungai. Kemudian dari sisi lokasinya, penelitian ini merujuk
kepada kasus yang terjadi di Kecamatan Sungaiselan saja. Hal ini dikarenakan di desa
tersebut memang terdapat adanya praktek penambangan tanpa izin.

3
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk:
1) Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam bidang
pertambangan sebagai sumber informasi ataupun referensi untuk
menyelesaikan masalah pertambangan khususnya pertambangan tanpa izin
yang merusak daerah aliran sungai.
2) Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk
mengatasi persoalan kerusakan sungai yang diakibatkan oleh aktivitas
tambang timah tanpa izin seperti penegakan hukumnya.
b. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pelaku
pertambangan terutama tambang timah tanpa izin bahwasnya kegiatan yang
mereka lakukan dapat mengakibatkan penerapan sanksi pidana terlebih lagi
aktivitas yang mereka lakukan merusak sungai.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Persepsi
Dalam jurnal psikologi (2009) Menurut Kotler (2000) Persepsi diartikan
sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan
rrgambaran keseluruhan yang berarti. Sedangkan Robbins (2003)
mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai
proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan
indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Dari definisi
persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu
proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan
kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang
berarti. Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita
terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang
sudah ada dan selanjutnya mengenali benda tersebut.
Alport dalam jurnal psikologi (2009) proses persepsi merupakan suatu
proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan
individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur
bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala
akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya
komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang
berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
a. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus
sosial melalui alat indera manusia yang dalam proses ini mencakup
pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang
ada.
b. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta
pengorganisasian informasi.

5
c. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi
lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh
pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.

Ada beberapa komponen aspek- aspek sikap persepsi menurut


Allport dalam jurnal psikologi (2009) yaitu:

a. Komponen kognitif, Yaitu komponen yang tersusun atas dasar


pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang
obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk
suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
b. Komponen Afektif, Afektif berhubungan dengan rasa senang dan
tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat
dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
c. Komponen Konatif, Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk
bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
2.2 Teori Pilihan Rasional
James Coleman mengemukakan Teori pilihan rasional yaitu memusatkan
perhatiannya pada aktor, dimana aktor dipandang sebagai manusia yang
mempunyai tujuan atau yang mempunyai maksud artinya aktor mempunyai
tujuan dan tindakan tertentu pada upaya untuk mencapai tujuannya itu. Aktorpun
dipandang mempunyai pilihan (atau nilai, keperluan). Artinya, tindakan
seseorang itu merupakan tindakan purposif atau bertujuan. Ada 2 hal penting
dalam teori pilihan rasional Coleman yang pertama adalah aktor dan yang kedua
adalah sumber daya. Sumber daya yang dimaksud adalah suatu barang atau
benda yang akan digunakan oleh aktor tersebut untuk mendukung tindakannya
dalam mencapai sebuah tujuan. Biasanya, sumber daya ini kadang-kadang
belum dimanfaatkan secara penuh oleh pemiliknya. Namun, tindakan rasional
seseorang kadang dipandang tidak rasional menurut orang lain. Tindakan
rasional seseorang tidak bisa diukur dari sudut pandang orang lain tapi dari
sudut pandang orang yang melakukan tindakan tersebut. (Coleman, James S.
2008) pelaku akan memaksimalkan alat yang dimiliki untuk dapat menghasilkan
alat yang lebih besar lagi dan lebih menguntungkan lagi. Teori pilihan rasional
tak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber

6
pilihan aktor. Yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor (dalam Ritzer &
Goodman, 2007:357).
2.3 Illegal Mining
Istilah penambangan ilegal atau dalam bahasa Inggris illegal mining
terdiri dari dua kata, yaitu: illegal yang artinya tidak sah, dilarang, atau
bertentangan dengan hukum, dan mining, yang artinya penggalian bagian dari
tanah yang mengandung logam berharga di dalam tanah atau bebatuan. Oleh
karena itu yang dimaksud illegal mining dalam konteks ini adalah kegiatan
penambangan yang dilakukan tanpa izin negara, khususnya tanpa hak atas
tanah, izin penambangan, dan izin eksplorasi atau transportasi mineral.
Penambangan ilegal menimbulkan dampak, antara lain kerusakan lingkungan
hidup, hilangnya penerimaan negara, timbulnya konflik sosial, serta dampak
kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja/K3 (Marisa Dian Pertiwi dan Edi
Setiadi, 2019: 134).
Pasal 158 (Perubahan UU Minerba) mengatur bahwa setiap orang yang
melakukan penambangan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). Pasal 35 (UU Minerba hasil
perubahan) dalam hal ini mengatur tentang Perizinan Berusaha yang diberikan
oleh pemerintah pusat. Selain sanksi administratif dan/atau sanksi pidana, pelaku
tindak pidana bidang pertambangan juga dapat dikenai pidana tambahan
berupa: (a) perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak
pidana; (b) perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; dan/atau
(c) kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana. Tetapi yang
terjadi di lapangan masih lemahnya penegakan hukum penambangan ilegal,
seperti belum komprehensifnya upaya dalam membenahi faktor-faktor kunci
yang dapat mempengaruhi efektivitas penegakan hukum penambangan ilegal.
Sebagaimana dinyatakan Soerjono Soekanto, ada 5 faktor yang berpengaruh
dalam penegakan hukum, yaitu: faktor hukumnya, faktor penegak hukumnya,
faktor sarana prasarananya, faktor masyarakatnya, dan faktor kebudayaannya

7
(Soerjono Soekanto, 2004: 8). Bahkan tidak sedikit aparat yang diduga menjadi
pelindung/penjaga tambang ilegal.
2.4 Pertambangan Rakyat
Pertambangan rakyat dan skala kecil (artisanal and small scale mining)
Pekerjaan ini telah dilakukan secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat
yang di sekitarnya terdapat potensi tambang, namun seringkali juga berkembang
karena faktor kemiskinan dan tidak tersedianya alternatif pekerjaan lain.
Berbeda dengan pertambangan formal skala besar, kegiatan pertambangan
rakyat tak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, tapi sering pula wanita, bahkan
anak-anak. Pertambangan rakyat atau skala kecil sanagt minim menerapkan
prinsip- prinsip “praktik penambangan yang baik” (good mining practices)
dalam hal kesehatan, keselamatan dan lingkungan (health, safety, environment)
dalam menjalankan kegiatan penambangannya. Misalnya dengan masih
meluasnya penggunaan air raksa (mercury) dalam kegiatan pertambangan
rakyat skala kecil ini. Para penambang skala kecil tersebut bekerja secara
individu, kelompok kecil, keluarga atau bahkan koperasi. Kegiatan
pertambangan skala kecil oleh rakyat kadang juga merupakan bagian dari rantai
pasok (supply chain) industri pertambangan besar, misalnya dengan mereka --
dalam bentuk koperasi- memasok produksi ke perusahaan yang memiliki license
atau Izin Usaha Pertambangan dari pemerintah dan secara formal menguasai
wilayah pertambangan. Para penambang rakyat atau skala kecil sering
dikonotasikan dengan pertambangan liar (illegal mining) karena mereka tidak
memiliki izin resmi dalam menjalankan usahanya, menggunakan bahan dan
alat produksinya (termasuk air raksa), dan dalam menyalurkan produk
pertambangannya (hingga ke pasar ekspor). Di Indonesia, pertambangan
rakyat skala kecil atau PETI dianggap sebagai kegiatan yang melawan hukum,
terutama karena para penambang tersebut tidak memiliki Izin Usaha
Pertambangan sebagai layaknya sebuah Badan Usaha. Mereka tidak
membayar pajak dan royalti yang merupakan sumber pendapatan negara dari
kegiatan pertambangan. Kegiatan mereka juga sering menyebabkan
keresahan sosial dan kerusakan lingkungan.

8
Namun tindakan “penegakan hukum” terhadap para penambang PETI
tersebut juga kadang dilakukan dengan setengah hati terutama karena besarnya
jumlah penambang yang telah melakukan kegiatan tersebut secara turun
temurun di lokasi nenek moyang mereka (bahkan jauh sebelum Indonesia
merdeka), dan juga secara ekonomi kegiatan mereka telah membantu
mengurangi kemiskinan dan sikap negara terhadap pertambangan rakyat skala
kecil ini berbeda-beda, dari yang menganggap mereka “liar dan merusak” dan
karena itu harus ditertibkan, hingga yang memandang mereka sebagai rakyat
yang telah berusaha memperjuangkan kehidupan ekonomi mereka secara
mandiri namun memiliki banyak keterbatasan (keahlian/pendidikan,
permodalan, dsb).
2.5 Krisis Lingkungan
krisis lingkungan dapat dartikan sebagai suatu keadaan berbahaya bagi
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri. Dalam
undang-undang, kerusakan lingkungan diberi pengertian perubahan langsung
dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan
hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Seperti
degradasi fungsi DAS, terutama penurunan fungsi resapan air, peningkatan
erosi, limpasan permukaan dan debit sungai, longsor, penurunan luasan
penutupan lahan, dan penurunan biodiversitas (baik di atas maupun dibawah
permukaan tanah).
2.6 Daerah aliran Sungai
Pengertian Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Menteri Nomor 28
Tahun 2015, daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Menurut Maryono (2005), DAS dibatasi oleh punggung-punggung atau
pegunungan dimana air hujan yang jatuh didaerah tersebut akan mengalir

9
menuju sungai utama pada suatu titik atau stasiun yang ditinjau. DAS ditentukan
dengan menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur.
Limpasan berasal dari titik–titik tertinggi dan bergerak menuju titik-titik yang
lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis–garis kontur. Daerah yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan titik–titik tertinggi tersebut adalah
DAS. Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun
yang ditinjau atau muara sungai sampai ujung hulunya. Sungai utama adalah
sungai terbesar pada daerah tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara
sungai. Pengukuran panjang sungai dan panjang DAS adalah penting dalam
analisis aliran limpasan dan debit aliran sungai. Panjang DAS adalah panjang
maksimum sepanjang sungai utama dari stasiun yang ditinjau atau muara ke titik
terjauh dari batas DAS.
2.7 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya yang
terkait yaitu:
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Dalam memberantas illegal
mining dilakukan upaya
preventif yang dilakukan oleh
pemerintah yaitu membenahi
Penegakan Hukum Tindak
1 Prianter Jaya Hairi aspek pengawasan dan
Pidana Illegal Mining
monitoring pertambangan,
terutama penguatan kuantitas
dan kualitas personil
pengawasan pertambangan.
Kegiatan pertambangan
rakyat dianggap merugikan
negara karena statusnya yang
tanpa izin, tidak membayar
royalti, menyebabkan
keresahan sosial dan merusak
Pandemi Covid-19: Tinjau
lingkungan. Wabah Covid-19
Ulang Kebijakan Mengenai
2 Hanan Nugroho dapat menjadi katup
PETI (Pertambangan
pengaman ketika krisis
Tanpa Izin) di Indonesia
ekonomi terjadi dan menjadi
hambatan hidup bagi rakyat
di daerah dimana ekonomi
lokal belum dapat
menyediakan alternatif
penghidupan yang lebih baik.

10
Pengendalian pencemaran di
Daerah Aliran Sungai
Kahayan sebagai akibat
Pengendalian Pencemaran
pertambangan emas belum di
Di Daerah Aliran Sungai
jalankan dengan maksimal.
(DAS) Kahayan Sebagai
Upaya yang dilakukan DLH
3 Caecilia Krista Riadhani Akibat Kegiatan
Kota Palangkaraya yaitu
Pertambangan Emas Di
memberikan sosialisasi
Kota Palangkaraya
terhadap masyarakat yang
Kalimantan Tengah
melakukan penambang emas
tradisional dan penambang
emas tanpa izin (PETI)

11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum yuridis empiris.
Penelitian yuridis empiris merupakan penelitian lapangan (penelitian terhadap data
primer) yaitu suatu meneliti peraturan-peraturan hukum kemudian digabungkan dengan
data dan perilaku yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Data/materi pokok dalam
penelitian ini diperoleh secara langsung dari pada responden melalui penelitian
lapangan tentang persepsi terhadap pelaku pencemaran air Sungai Selan akibat
penambangan tanpa izin. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan
procedure analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistic atau cara
kuantifikasi lainnya.

3.2 Design Penelitian


Design penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah action research yang
diawali dengan studi pendahuluan/identifikasi masalah. Dengan menggunakan
rancangan aksi, diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan kesamaan persepsi bahwa
harus ada pengakuan secara komprehensip akan hak kolektif masyarakat dan kewajiban
pemerintah untuk melaksanakan upaya preventif dan reoresif demi mempertahankan
hak tersebut.

3.3 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka
Tengah.

3.4 Sumber Data


Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana
data dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data yang akan diambil yang
berupa informasi atau keterangan dari hasil wawancara dan observasi
kepada masyarakat sekitar Sungai Selan fokusnya di wilayah Desa Sungai
Selan.
2) Sumber Data Sekunder

12
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapat data. Untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data
yang digunakan sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Nasution yang dikutip oleh Sugiyono, menyatakan bahwa observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Data untuk menjawab masalah penelitian
dapat dilakukan pula dengan cara pengamatan. Pengamatan (observasi) yakni
mengamati gejala yang diteliti. Dalam hal ini panca indra manusia (penglihatan dan
pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati. Apa yang
ditangkap tadi, dicatat dan selanjutnya catatan tersebut dianalisis. Teknik ini
digunakan secara langsung untuk mengetahui tentang persepsi dan pilihan rasional
penambang rakyat terhadap krisis daerah aliran air Sungai Selan akibat
penambangan tanpa izin.
2. Wawancara/interview
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, tetapi juga apabila diteliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. Hal ini dimaksudkan bahwa dokumentasi dilakukan
untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian tentang persepsi dan
pilihan rasional terhadap pelaku pencemaran daerah aliran sungai di Kecamatan
Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah akibat penambang timah tanpa izin.

13
3.6 Analisis Data
Teknik analisis data yaitu metode yang di gunakan untuk menganalisa data
yang telah dikumpulkan dan telah diklarifikasikan menurut jenis data yang di perlukan.
Dalam sebuah penelitian analisis data merupakan bagian yang sangat penting, karena
dengan analisis data yang akan nampak manfaatnnya terutama dalam memecahkan
penelitian dan tujuan akhir penelitian, karena kemampuan ketajaman dalam
menganalisa data akan berpengaruh terhadap hasil penelitian yang di lakukan.
Data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis. Dalam menganalisis
data tersebut, peneliti mempergunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu satu analisis
yang sifatnya menjalaskan atau menggambarkan mengenai peraturan-peraturan yang
berlaku dan kemudian dikaitkan dengan realitas yang terjadi di lapangan. Adapun
langkah-langkah penulis dalam melakukan analisis data sebagi berikut:
a. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian
sungkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini Mliles dan
Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data
sebagai sekumpulan data atau informasi tersusun yang diberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data merupakan upaya
penelitian untuk mendapatkan gambaran dari data yang telah di peroleh serta hubungan
dengan focus penelitian yang di laksanakan. Penyajian data mengenai upaya dalam
mengatasi penambangan di wilayah hukum Kecamatan Sungaiselan.
b. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses analisis data
penelitian kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Kesimpulan dalam penelitisan kualitatif
yang diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya masih samar-samar
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipotesis, atau teori. Penarikan kesimpulan sebagai dari suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian dalam pikiran
penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada catatan. Menarik kesimpulan
merupakan kegiatan akhir dari proses analisis data, yaitu dengan cara merumuskan
kesimpulan penelitian, baik kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir.
Kesimpulan sementara dapat di buat terhadap setiap data yang ditemukan pada saat
penelitian sedang berlangsung dan kesimpulan akhir dapat di buat setelah seluruh data

14
di analisis, hasil penyajian data bisa di ambil kesimpulan tentang temua lapangan
mengenai upaya dalam persepsi dan pilihan penambang rakyat terhadap kerusakan
daerah aliran sungai akibat tambang illegal di Kecamatan Sungai Selan dan
menyesuaikan dengan teori yang telah disusun sebelum penelitian di lakukan.

15
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya
Penelitian ini memiliki anggaran biaya yang dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Ringkasan Anggaran Biaya
Biaya yang Diusulkan
No. Jenis Pengeluaran
(Rp)
1 Peralatan/Perlengkapan 800.000,-
2 Perjalanan 800.000,-
3 Bahan habis pakai/peralatan 1.600.000,-
Lain-lain (publikasi, seminar, laporan, lainnya
4 800.000,-
sebutkan)
Jumlah 4.000.000,-

4.2 Jadwal Penelitian


Penelitian ini memiliki jadwal pelaksanaan penellitian yang dapat dilihat pada tabel 3
dibawah ini:
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jenis Minggu Ke-
No.
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Persiapan
1                                
Penelitian
2 Perenenaan                                
Pelaksanaan
3                                
Siklus I
Pelaksanaan
4                                
Siklus II
Pelaksanaan
5                                
Siklus III
Pengolahan
6                                
Data
Penyusunan
7                                
Akhir

16
DAFTAR PUSTAKA

Admaja Priyatno, kebijakan legislasi tentang sistem pertanggungjawaban pidana koorporasi di


indonesia, (Bandung: CV. Utomo, 2004)

Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008)

Chairul Huda, dari tiada pidana tanpa kesalahan menuju kepada tiada pertanggungjawaban
pidana tanpa kesalahan, (Jakarta: kencana prenada media, 2006)

Dwi Haryadi, Pengantar Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, (Bangka Belitung:
Gramedia Printing Group, 2018)
Hanan Nugroho, Pandemi Covid-19: Tinjau Ulang Kebijakan Mengenai PETI (Pertambangan
Tanpa Izin) di Indonesia, The Indonesian Journal of Development Planning, Vol. IV,
No.2, Juni 2020

Kanter dan Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: Storia
Grafika, 2002)
Masrudi Muchtar dkk, Hukum Kesehatan Lingkungan (Yogyakarta: Pustakabaru Press, 2016)

Meli Rosmita, Pertanggungjawaban Pidana Bagi Pelaku Penambang Liar di Kabupaten


Belitung Timur Dihubungkan dengan UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bandung Conference Series: Law Studies, Vol.2 No.
1, Tahun 2022

Ni Putu Risna Daryani, dkk, Pertanggungjawaban Tindak Pidana Lingkungan Hidup Ditinjau
dari Perspektif Hukum Pidana di Indonesia

Oemar Seno Adji, Etika profesional dan hukum pertanggungjawaban pidana dokter, (Jakarta:
Erlangga, 1991)

Prianter Jaya Hairi, Penegakan Hukum Tindak Pidana Illegal Mining, Info Singkat, Vol.XIII,
No.15, Agustus 2021

R.M Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 1996)

Subyogo, Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktek, (Surabaya: Rineka Cipta, 1991)

Undang-Undang Dasar 1945 Tentang Kekayaan Alam, Pasal 33 Ayat 3

17
LAMPIRAN 1. JUSTIFIKASI ANGGARAN RISET MAHASISWA
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Biaya
Satuan (Rp) (Rp)

Honor Survior di Honor per responden 62 pax Rp. 8.000 Rp. 496.000
Kab. Bangka Tengah

Honor Pengelola Honor pengelola data 1 pax Rp. 304.000 Rp. 304.000
Data

SUB TOTAL (Rp) Rp. 800.000

2. Bahan Habis Pakai/Peralatan

Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Biaya


Satuan (Rp) (Rp)

Kertas HVS Administrasi proposal, 2 rim Rp. 50.000 RP. 100.000


kuesioner, laporan, dll

Alat Tulis Pena, tipe x, notebook 3 paket Rp. 45.000 Rp. 135.000

Tinta Print Administrasi proposal, 4 botol Rp. Rp. 504.000


kuesioner, laporan, dll 126.000

Map Administrasi Penelitian 8 buah Rp. 5.000 Rp. 40.000

Jilid Administrasi proposal, 3 kali Rp. 5.000 Rp. 15.000


kuesioner, laporan, dll

Souvenir Oleh-oleh untuk 62 pax Rp. 13.000 Rp. 806.000

18
responden

SUB TOTAL (Rp) Rp.


1.600.000

3. Perjalanan

Material Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga Biaya


Satuan (Rp) (Rp)

Transportasi Bahan bakar kendaraan 4 bulan Rp. Rp. 800.000


200.000

SUB TOTAL Rp. 800.000

4. Lain-Lain

Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Biaya


Satuan (Rp) (Rp)

Publikasi Jurnal Penerbitan jurnal di 1 unit Rp. Rp. 500.000


Nasional jurnal nasional 500.000

Banner Publikasi Pembuatan banner 1 unit Rp. Rp. 300.000


300.000

SUB TOTAL (Rp) Rp. 800.000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) 4.000.000,-

19
LAMPIRAN 2. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
No. Nama/Jabatan/ Jurusan Bidang Alokasi Uraian Tugas
NIM Ilmu Waktu
(Jam/Minggu)

1 Andi Mardiasnyah Hukum Hukum 5 Jam/Minggu Mencari referensi


jurnal terkait isu yang
akan diteliti,
mempelajari metode-
metode yang
digunakan dalam
jurnal tersebut,
menyiapkan naskah
serta menganalisis
hasil dan
pembahasan.
2 Ahmad Haikal Hukum Hukum 5 Jam/Minggu Mencari referensi
jurnal terkait isu yang
akan diteliti,
mempelajari metode-
metode yang
digunakan dalam
jurnal tersebut, dan
membuat kuesioner
serta mengkondisikan
penyebaran kuesioner
agar tepat sasaran dan
Mendapatkan hasil
yang diinginkan.

3 Aryani Fazirah Hukum Hukum 5 Jam/Minggu Mencari referensi


jurnal terkait isu yang
akan diteliti,
Mempelajari metode-

20
metode yang
digunakan dalam
jurnal tersebut, dan
Melakukan
Pengolahan data
terhadap data telah
diperoleh.

21
LAMPIRAN 3. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA

22
23
24
LAMPIRAN 4. BIODATA DOSEN PEMBIMBING

25
LAMPIRAN 5. SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI

26

Anda mungkin juga menyukai