Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL LAPORAN AKHIR

PEMBUATAN GARAM DENGAN METODE DESALINASI


MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS

SALT MAKING WITH DESALINATION METHOD USING


REVERSED OSMOSIS MEMBRANE

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya

OLEH:
RADEN AYU FARAH BELLA AURELIANSYAH
0617 3040 0327

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL LAPORAN AKHIR

PEMBUATAN GARAM DENGAN METODE DESALINASI


MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS

SALT MAKING WITH DESALINATION METHOD USING


REVERSED OSMOSIS MEMBRANE

OLEH :

RADEN AYU FARAH BELLA AURELIANSYAH


0617 3040 0327

Palembang, April 2020


Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Hilwatulisan, S.T., M.T Ir. Robert Junaidi, M.T


NIDN 0004116807 NIDN 0012076607

Mengetahui,
Sekretaris Jurusan Teknik Kimia

Ahmad Zikri, S.T.,M.T.


NIP.198608072012121003

ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

NAMA : Raden Ayu Farah Bella A.

NPM : 0617 3040 0327

DOSEN PEMBIMBING I : Hilwatulisan, S.T., M.T

DOSEN PEMBIMBING II : Ir. Robert Junaidi, M.T

KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN (KBK): Laboratorium Satuan Operasi


Teknik Kimia Politeknik Negeri
Sriwijaya.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
IDENITAS DAN URAIAN UMUM.................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii
RINGKASAN.....................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................3
1.5 Relevansi................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Air Laut..................................................................................................4
2.2 Garam.....................................................................................................4
2.3 Sumber dan Jenis Garam........................................................................6
2.4 Membran................................................................................................8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................12
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................12
3.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan....................................................12

BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN


4.1 Rincian Biaya........................................................................................15
4.2 Jadwal Penelitian...................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Persen Unsur Air Laut................................................................................4
2.2 Standar Mutu Garam..................................................................................5

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Pengelompokan Garam..............................................................................7
3.1 Diagram Alir Penelitian..............................................................................14

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Surat Masuk Laboratorium.........................................................................18
2. Surat Plagiat................................................................................................19

vii
RINGKASAN

Garam merupakan komoditi strategis sebagai bahan baku industri dan bahan
pangan bagi masyarakat Indonesia. Namun kondisi pergaraman nasional sampai
saat ini masih belum kondusif karena produksi garam masih belum mencukupi
dan memadai untuk memenuhi kebutuhan garam nasional. Proses produksi garam
di Indonesia pada umumnya dilakukan secara tradisional, dengan menguapkan air
laut dengan energi panas matahari (solar salt). Air laut dengan kadar garam rata–
rata 2,5% NaCl, diuapkan secara terus-menerus sampai kondisi jenuh dan
membentuk kristal-kristal garam. Metode tradisional ini dirasakan belum mampu
memberikan hasil yang memuaskan, baik dari segi kuantitas produksi maupun
kualitas. Dari segi kuantitas, metode tradisional belum mampu memproduksi
garam untuk memenuhi kebutuhan garam nasional. Dari segi kualitas, produksi
garam dengan metode tradisional tidak laku dijual ke industri karena kualitasnya
masih di bawah Standar. Membran RO dibuat dari berbagai bahan seperti selulosa
asetat (CA), poliamida (PA), poliamida aromatic, polieteramida, polieteramina,
polieterurea, polifelilene oksida, polifenilen bibenzimidazol, dan lainnya.
Membran komposit film tipis terbuat dari berbagai bahan polimer untuk
substratnya ditambah polimer lapisan fungsional di atasnya. Membran
mengalami perubahan karena terjadi fouling (tersumbat). Makin besar tekanan
dan suhu, biasanya membran makin mampat. Normalnya, membran bekerja pada
suhu 21 – 35 0C. Fouling membran itu diakibatkan oleh zat-zat dalam air baku
misalnya kerak, pengendapan koloid, oksida logam, organik dan silica.

Kata Kunci: Garam, Desalinasi Membran RO

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Garam merupakan komoditi strategis sebagai bahan baku industri dan bahan
pangan bagi masyarakat Indonesia. Namun kondisi pergaraman nasional sampai
saat ini masih belum kondusif karena produksi garam masih belum mencukupi
dan memadai untuk memenuhi kebutuhan garam nasional (Efendy, 2009). Selain
berfungsi sebagai bahan pangan, garam juga berfungsi sebagai bahan baku bagi
industri dalam negeri. Sebagai bahan baku industri, garam menjadi bahan baku
penting bagi industri makanan olahan, industri kimia atau farmasi, industri
penyamakan kulit dan industri pengeboran minyak (Martha, 2010).
(Kebutuhan garam apakah setiap tahun meningkat//atau tetap setiap tahun)
Kebutuhan garam nasional tahun 2019 diperkirakan sekitar 4,2 juta ton. Jumlah
tersebut terdiri atas kebutuhan industry sebesar 3,5 ton, konsumsi rumah tangga
sebesar 320 ribu ton, komersial 350 ribu ton, serta peternakan dan perkebunan 30
ribu ton. (Kementerian Perindustrian, 2010). Garam produksi dalam negeri hingga
saat ini baru dapat memenuhi untuk kebutuhan konsumsi, serta beberapa industri
seperti pengasinan ikan dan water treatment (Triajie, 2011).
Proses produksi garam di Indonesia pada umumnya dilakukan secara
tradisional, dengan menguapkan air laut dengan energi panas matahari (solar salt).
Air laut dengan kadar garam rata–rata 2,5% NaCl, diuapkan secara terus-menerus
sampai kondisi jenuh dan membentuk kristal-kristal garam (Sabatin, 2000).
Metode tradisional ini dirasakan belum mampu memberikan hasil yang
memuaskan, baik dari segi kuantitas produksi maupun kualitas. Dari segi
kuantitas, metode tradisional belum mampu memproduksi garam untuk memenuhi
kebutuhan garam nasional. Dari segi kualitas, produksi garam dengan metode
tradisional tidak laku dijual ke industri karena kualitasnya masih di bawah Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar garam industri (Sabatin, 2000).
Produksi garam dengan cara tradisional sangat bergantung pada iklim cuaca
di areal produksi. Musim yang kurang baik (kemarau basah) pada musim produksi
tahun 2019 ini, menyebabkan terhambatnya proses produksi garam nasional.
1
3

Cuaca yang tidak menentu dan berakibat pada penurunan produktivitas garam
membuat petani garam dihadapkan pada kenyataan bahwa pendapatannya jauh
berkurang (Triajie, H. 2011).
Pembuatan garam dari air laut juga telah dilakukan seperti oleh Widayat,
(2005). Pembuatan garam dilakukan dengan menggunakan metode pengendapan
(dengan menambahkan ...apa....berapa banyak dst) dan evaporasi (pada
temperatur berapa, selama berapa dengan sistem apa) dengan pelarut NaOH dan
gas CO2. Pelarut NaOH dan gas CO2 berfungsi untuk mengendapkan ion Mg2+ dan
Ca2+. Hasil garam yang diperoleh belum sesuai SNI dikarenakan Ca 2+ yang
terendapkan menjadi CaCO3 kurang maksimal. Abu Khader, (2004) melakukan
penelitian pembuatan garam industri dari air laut mati dengan 3 metode, yaitu
penambahan asam stearat dan natrium hidroksida (dengan cara sseperti apa ????),
penambahan natrium karbonat ( dengan bagaimana?????beri penjelasan sedikit),
dan modifikasi proses. Modifikasi proses yang digunakan adalah penggabungan
metode pengendapan(dengan cara bagaimana apa penjelasannya....??? dan
mirofiltrasi dengan membran (jenis membran apa, ukuran berapa, apa yang
dihasilkan). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode modifikasi proses
memberikan hasil yang paling baik (hasil apa....). Penelitian Abu Khader, (2004)
menggunakan metode pengendapan dan mikrofiltrasi dengan pelarut campuran
asam asetat (CH3(CH2)16COOH) dan natrium hidroksida (NaOH). Reaksinya
adalah sebagai berikut:
CH3(CH2)16COOH+NaOH  CH3(CH2)16COOHNa+H2O
CH3(CH2)16COONa+CaCl2  (CH3(CH2)16COO)2Ca+NaCl
CH3(CH2)16COONa+MgCl2  (CH3(CH2)16COO)2Mg+NaCl
Membran mikrofilter merupakan jenis membran yang digunakan dalam proses
mikrofiltrasi. Mikrofiltrasi adalah proses filtrasi terhadap suatu partikel
tersuspensi dengan ukuran 0,1-10µm dimana proses adsorbsi terjadi ketika
membran menangkap partikel.

Proses pembuatan garam yang lain ada .....................cari dulu cara


modern atau penegmbangan yang lain .....................cari di internet ........
https://www.google.com/search?
q=produksi+garam+secara+modern&rlz=1C1JZAP_enID713ID716&oq=produksi
+garam+secara+modern&aqs=chrome..69i57.9197j0j1&sourceid=chrome&ie=U
TF-8

http://irma-teknikkimia.blogspot.com/2013/04/pembuatan-garam_9116.html

file:///C:/Users/user/Downloads/2697-18448-1-PB%20(3).pdf (kamu lihat


daftar pustakanya dan cari di internet.........)

https://www.google.com/search?q=Widayat.
+2009.+Production+of+Industry+Salt+With+Sedimentation-
Microfiltration+Process
%3A+Optimazation+of+Temperature+and+Concentration+by+using+Surface+res
ponse+methodology.+Teknik+Vol+30+No+1%2C+11-
18&rlz=1C1JZAP_enID713ID716&oq=Widayat.
+2009.+Production+of+Industry+Salt+With+Sedimentation-
Microfiltration+Process
%3A+Optimazation+of+Temperature+and+Concentration+by+using+Surface+res
ponse+methodology.+Teknik+Vol+30+No+1%2C+11-
18&aqs=chrome..69i57.2640j0j1&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik/article/view/1826/1580 (lihat
literaturnya .....cek di internet).
( Nah itu cara mendapatkan referensi sebanyak-banyaknya.....kalau sudah
dapat baru diambil cerita-cerita singkat (apa yang dilakukan, dan hasilnya
bagaimana.....) .....)

Oleh karena itu, sangat penting adanya pengembangan teknologi yang


tepatguna, efektif, efisien, serta ramah lingkungan untuk mendapatkan garam
dalam waktu relatif singkat dengan tetap mempertahankan kualitas yang baik
(Lindawati, 2006). Metode lain yang bisa diterapkan yaitu desalinasi dengan
4
menggunakan membrane ((apa yang dilakukan penelitian ini....). Dibandingkan
teknologi pemisahan lainnya, teknologi membran menawarkan keunggulan seperti
pemakaian energi yang rendah, sederhana dan ramah lingkungan (Hartomo,
1994). Proses desalinasi dengan menggunakan membran reverse osmosis
melibatkan tiga aliran cairan, yaitu air umpan berupa air laut, produk bersalinitas
rendah berupa air distilat, dan konsentrat bersalinitas tinggi berupa brine. Produk
proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandungan garam terlarut
kurang dari 500 mg/L. Hasil sampingan dari proses desalinasi adalah brine. Brine
inilah yang nantinya akan dimanfaatkan untuk menghasilkan garam (Efendy,
2009).
Pada penelitian ini yaitu pembuatan garam yang berasal dari air laut, air laut
terlebih dahulu di filtrasi menggunakan membran SWRO (Sea water reverse
osmosis). Filtrasi menggunakan membran berfungsi sebagai sarana pemisahan,
sarana pemekatan dan pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan. Pada proses
terdapat dua hasil yang pertama air tawar dan yang ke dua garam pekat. Garam
pekat ini akan di lakukan proses evaporasi dan kristalisasi yang diperoleh dengan
cara didinginkan. Kristal yang di peroleh ialah garam, garam akan di uji untuk
mengetahui logam hg, pb, cu dan as menggunakan alat spektrofotometri serapan
atom dan uji kadar air (H2O), kadar natrium klorida (NaCl), kadar iodium (KIO 3)
dan uji cemaran logam merkuri (Hg) berdasarkan SNI akan di bawa ke LPPMHP.
Nanti kamu tuliskan bagaimana cara pembuatan garam mu ........mis : air
laut di filtrasi pakai (membran RO dengan merk tertentu), kemudian rejeksi dari
membran ini di kembalikan ke RO yang lain/RO yang sama, selanjutnya
dilakukan proses penguapan/evaporator dan dikristalisasi dengan cara
didinginkan....ceritakan apa yang akan dilakukan pada penelitian ini .....ok )

1.2 Perumusan Masalah


Produksi garam dengan cara tradisional sangat bergantung pada iklim cuaca
di area produksi. Musim yang kurang baik (kemarau basah) menyebabkan
terhambatnya proses produksi garam nasional (dihapus/tidak usa digunakan
diganti dengan apa yang akan kamu lakukan) . Salah satu cara mengatasinya

5
adalah dengan melakukan pembuatan garam dengan memanfaatkan reject hasil
dari desalinasi air laut menggunakan metode membran reverse osmosis.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan teknologi alternative pembuatan garam tanpa perlu
bergantung pada iklim dan cuaca.
2. Menentukan karakteristik dan keunggulan produksi garam dengan
menggunakan metode membran reverse osmosis.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan waktu dan biaya produksi garam dalam negeri agar menjadi
lebih ekonomis
2. Menjadi bahan bacaaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca baik mahasiswa atau lainnya.

1.5 Relevansi
Penelitian ini menggunakan proses yang relevan dengan bidang ilmu Teknik
Kimia. Proses pembuatan garam ini menggunakan membran reverse osmosis yang
mengaplikasikan materi perpindahan massa dan menggunakan proses evaporator
dalam materi Operasi Teknik Kimia.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Laut


Air adalah zat pelarut yang bersifat sangat berdaya guna, yang mampu
melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar dari pada zat cair lain. Sifat
ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut.
Diperkirakan hampir sebesar 48.000 trilliun ton garam yang larut dalam air laut.
Garam-garaman tersebut terdiri dari sodium chlorida 38.000 trilliun ton, sulphates
3.000 trilliun ton, magnesium 1.600 trilliun ton, potassium 480 trilliun ton dan
bromide 83 trilliun ton. Clorida merupakan zat yang paling banyak terkandung
dalam air laut. Sedangakan zat sodium (NaCl) atau garam dapur merupakan zat
clorida yang persentasenya paling besar (Efendy, 2003)
Tabel 2.1 Persen Unsur Air Laut
Menurut Clarke Menurut Lymandan Fleming
CaCl3 = 0,34 % NaCl = 68,1 %
NaCl = 77,70 % MgCl = 14,4 %
MgCl2 = 10,88 % CaCl = 3,2 %
MgSO4 =4,74 % KCl = 1,9 %
CaSO4 = 3.60 % NaCO4 = 11,4 %
K2SO4 = 2,64 % NaHCO4 = 0,6 %
MgBr = 0,22 % K Br = 0,3 %
(Haslan, 1995)

2.2 Garam
Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk Kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%)
serta senyawa lainnya, seperti Magnesium Chlorida, Magnesium sulfat, dan
Calsium Chlorida. Sumber garam yang didapat di alam berasal dari air laut, air
danau asin, deposit dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah
(Burhanuddin S 2001).
Garam yang umum kita kenal sebagai bahan pemberi rasa (flavor). Secara
fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida (diatas
80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat,
4
5

kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat atau karakteristik


higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan)
sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada suhu 801oC (Rachman, 2011).
Winarno (1992) garam yang digunakan oleh masyarakat terbagi dua jenis
yaitu garam dapur dan garam meja. Garam dapur adalah garam yang diproduksi
dari air laut yang diuapkan dan dikeringkan diterik matahari. Sedangkan garam
meja adalah garam konsumsi yang diolah sedemikian rupa baik menggunakan
atau tanpa menggunakan bahan-bahan anti gumpalan atau bahan pengering
sehingga menjadi halus dan putih bersih.
Garam untuk keperluan masak biasanya diperkaya unsur iodin dengan
menambahkan 5 gram NaI per kilogram NaCl, padatan kristal berwarna putih,
berasa asin, higroskopis, bila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit.
Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku
pembuatan logam Na, bahan baku NaOH (bahan untuk pembuatan keramik, kaca,
dan pupuk), dan sebagai zat pengawet ( Mulyono, 2008).
Komponen – komponen tersebut mempunyai peranan yang penting bagi
tubuh manusia, sehingga diperlukan konsumsi garam dengan ukuran yang tepat
untuk menunjang kesehatan manusia. Konsumsi garam per orang per hari
diperkirakan sekitar 5 – 15 gram atau 3 kilogram per tahun per orang (Winarno
1995 dalam Amalia, 2007).
Tabel 2.2 Standar mutu garam (SII 0140-1976)
No
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
.
1. Natrium Klorida (NaCl) % b/b Min 94,4 %
2. Air % b/b Max 10 %
3. Iodium sebagai KIO3 Ppm Negatif
4. Oksida Besi (Fe2O3) Ppm 100
5. Kalsium dan Magnesium sebagai Ca % b/b Max 2 %
6. Sulfat (SO4) % b/b Max 2 %
7. Bagian yang tidak larut dalam air % b/b Max 1 %
8. Logam-logam berbahaya (Pb, Cu dan As Negatif
9. Warna Putih
10. Rasa Asin
11. Bau Tidak Berbau
(Deparindang 1976)
6

2.3 Sumber dan Jenis Garam


Sumber dan Jenis Garam Garam di dunia berasal dan diproduksi dari
berbagai sumber. Secara umum, terdapat tiga sumber utama garam, antara
lain (Burhanuddin, 2001):
a. Air Laut dan Air Danau Asin
Sebesar 40% produksi garam dunia berasal dari air laut. Beberapa
negara produsen garam yang berasal dari air laut antara lain Australia,
Brazil, RRT India, Kanada dan Indonesia. Sementara itu, produksi garam
dunia yang berasal dari air danau asin menyumbangsebesar 20% dari total
produksi dunia. Negara produsen garam yang berasal dari air danau asin
antara lain: Yordania (Laut Mati), Amerika Serikat (Great Salt Lake), RRT
dan terdapat beberapa daerah di Australia.
b. Tambang Garam
Produksi garam dunia yang berasal dari dalam tanah (tambang
garam) memiliki pangsa sebesar kurang lebih 40% dari total produksi
garam dunia. Tambang-tambang garam terutama berada di Negara
Amerika Serikat, Belanda, RRT dan Thailand.
c. Air Dalam Tanah
Garam yang berasal dari air dalam tanah memiliki pangsa yang amat kecil
dari total produksi garam dunia. Kecilnya produksi garam yang berasal dari air
tanah disebabkan biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi garam
tersebut dinilai tidak efisien (tidak ekonomis).
Klasifikasi garam nasional secara garis besar dikelompokkan
menjadi dua jenis garam yaitu garam konsumsi dan garam industri.
Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada Peraturan Menteri
Perindustrian No. 88/M-IND/PER/10/2014 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Perindustrian No. 134/M-IND/PER/10/2009 tentang
peta panduan (roadmap) pengembangan klaster industri garam (Gambar
2.1).
7

Gambar 2.1 Pengelompokan Garam (Permenperin No. 88/M-IND/PER/10/2014)

Berdasarkan Permenperin No. 88/M-IND/PER/10/2014 yang dimaksud


dengan garam konsumsi adalah garam yang digunakan untuk konsumsi
masyarakat atau dapat diolah menjadi garam rumah tangga dan garam diet. Garam
rumah tangga adalah garam konsumsi beryodium dengan kandungan NaCl
minimal 94% atas dasar basis kering (adbk) dengan kandungan air maksimum
7%, bagian yang tidak larut dalam air maksimum 0,5 mg/Kg (adbk), Kadmiun
(Cd) maksimum 0,5 mg/Kg, Timbal (Pb) maksimum 10,0 mg/ Kg, Raksa (Hg)
maksimum 0,1 mg/kg dan cemaran Arsen (As) maksimum 0,1 mg/Kg serta
Kalium Ioidate (KIO3) minimal 30 mg/kg yang berbentuk padat dan dapat
dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Sementara itu, yang dimaksud dengan
garam diet adalah garam konsumsi beryodium berbentuk cairan/padat dengan
kadar NaCl maksimum 60% (adbk) serta Kalium Iodate (KIO3) 30 mg/Kg yang
dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat (Menperin, 2014)
Garam industri pada peraturan Menteri Perindustrian No. 88 Tahun 2014
tersebut adalah garam yang digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong yang
digunakan pada proses produksi pada industri kimia, industri aneka pangan,
industri farmasi, industri perminyakan, industri penyamakan kulit dan water
treatment (Airlangga, 2019).
8

2.4 Membran
Membran didefinisikan sebagai suatu media berpori berbentuk seperti
tabung atau film tipis yang berfungsi untuk memisahkan material berdasarkan
ukuran dan bentuk molekul, menahan komponen dari umpan yang mempunyai
ukuran lebih besar dari pori–pori membran dan melewatkan komponen yang
memiliki ukuran yang lebih kecil. Larutan yang mengandung komponen tertahan
disebut konsentrat dan larutan yang mengalir disebut Permeat (Hartomo, 1994)
Filtrasi menggunakan membran selain berfungsi sebagai sarana pemisahan
juga berfungsi sebagai sarana pemekatan dan pemurnian dari suatu larutan yang
dilewatkan (Mulder, 1996). Proses pemisahan dengan membran yang memakai
gaya dorong berupa beda tekan umumnya dikelompokan menjadi empat jenis,
diantaranya : Mikrofiltrasi, Ultrafiltrasi, Nanofiltrasi dan Reverse Osmosis (Nur,
1999).
1. Mikrofiltrasi
Mikrofiltrasi merupakan pemisahan partikel berukuran micron atau
submicron. Bentuknya lazim berupa cartridge, gunanya untuk menghilangkan
partikel dari air yang berukuran 0,04 sampai 100 mikron. Asalkan kandungan
padatan total terlarut tidak melebihi 100 ppm. Filtrasi cartridge merupakan filtrasi
mutlak, artinya partikel padat akan tertahan (Hartomo, 1994).
Spesifikasi Membran Mikrofiltrasi
a. Membran yang digunakan : asimetric porous membrane
b. Ketebalan : 10-150 μm
c. Ukuran pori : 0,05 – 10 μm
d. Driving force : tekanan (<2 Bar)
e. Prinsip pemisahan : mekanisme Sieving
f. Bahan membrane : polymeric, ceramic
Aplikasi dalam industri
a. Sterilisasi dingin dari minuman dan bahan – bahan farmasi
b. Penjernihan jus buah, wine, dan beer
c. Pengolahan limbah
d. Fermentasi kontinyu
9

e. Pemisahan emulsi minyak dan air

2. Ultrafiltrasi
Membran ultrafiltrasi adalah teknik proses pemisahan menggunakan
membran untuk menghilangkan berbagai zat terlarut BM (berat molekul)
tinggi, aneka koloid, mikroba sampai padatan tersuspensi dari air larutan.
Membran semipermeabel dipakai untuk memisahkan makromolekul dari
larutan. Ukuran dan bentuk molekul terlarut merupakan faktor penting
(Baker, 2004).
Fluks maksimum bila membrannya anisotropic, ada kulit tipis rapat dan
pengemban berpori. Membran selulosa acetate (CA) mempunyai sifat pemisahan
yang bagus namun sayangnya dapat dirusak oleh bakteri dan zat kimia, rentan pH.
Adapula membran dari polimer polisulfon, akrilik, juga polikarbonat, PVC,
poliamida, piliviniliden fluoride, kopolimer AN-VC, poliasetal, poliakrilat,
kompleks polielektrolit, PVA ikat silang. Juga dapat dibuat membrane dari
keramik, aluminium oksida, zirconium oksida, dan lainnya (Hartomo, 1994).
Spesifikasi Membran Ultrafiltrasi :
a. Membran yang digunakan : asimetrik porous membrane
b. Ketebalan : 150 μm
c. Ukuran pori : 1 - 100 μm
d. Driving force : tekanan (1 – 10 bar)
e. Prinsip pemisahan : mekanisme Sieving
f. Bahan membrane : polymeric (Misal: polysulfoone, polyacrilonitrile),
ceramic (Misal: zirconium oxide, oxide).

Aplikasi dalam Industri :


a. Industri produk susu sapi (susu, keju, whyen)
b. Industri makanan (potato starch, protein)
c. Metalurgi (emulsi air dan minyak, electropaint recovery)
d. Tekstil (zat warna indigo)
e. Industri farmasi (enzim, antibiotic, pyrogen)
f. Pengolahan limbah
10

3. Nanofiltrasi
Proses nanofiltrasi merejeksi kesadahan, menghilangkan bakteri dan virus,
menghilangkan warna karena zat organik tanpa menghasilkan zat kimia berbahaya
seperti hidrokarbon terklorinisasi. Nanofiltrasi cocok bagi air padatan total terlarut
rendah, dilunakkan dan dihilangkan organiknya (Hartomo, 1994).
Spesifikasi Membran Nanofiltrasi :
a. Membran yang digunakan : komposit membrane
b. Ketebalan : sublayer = 150 μm, toplayer = 1 μm
c. Ukuran pori : < 2 μm
d. Driving force : tekanan (10 – 25 bar) 
e. Prinsip pemisahan : solution-diffusion
f. Bahan membrane : polyamide (polimerisasi interfasial)

Aplikasi dalam industri :


a. Desalinasi air payau
b. Penghilangan mikropolutan
c. Pelunakan air
d. Pengolahan air limbah
e. Retensi dari zat warna (industri tekstil)

4. Osmosis Balik (RO)


Membran RO dibuat dari berbagai bahan seperti selulosa asetat (CA),
poliamida (PA), poliamida aromatic, polieteramida, polieteramina, polieterurea,
polifelilene oksida, polifenilen bibenzimidazol, dan lainnya. Membran komposit
film tipis terbuat dari berbagai bahan polimer untuk substratnya ditambah polimer
lapisan fungsional di atasnya. Membran mengalami perubahan karena terjadi
fouling (tersumbat). Makin besar tekanan dan suhu, biasanya membran makin
mampat. Normalnya, membran bekerja pada suhu 21 – 35 0C. Fouling membran
itu diakibatkan oleh zat-zat dalam air baku misalnya kerak, pengendapan koloid,
oksida logam, organik dan silica (Hartomo, 1994).
11

Spesifikasi Membran Reverse Osmosis :


a. Membran yang digunakan : asimetrik atau komposit membrane
b. Ketebalan : sublayer : 150 μm, toplayer : 1 μm
c. Temperature : 400C
d. Ukuran pori : < 2 μm
e. Driving force : tekanan, air payau : 15 – 25 bar, air laut : 40 – 80 bar
f. Prinsip pemisahan : solution-diffusion
g. Bahan membrane : selulosa triasetat, aromatic polyamide,polyamide, dan
polyetherurea (polimerisasi interfasial).

Aplikasi dalam industri :


a. Desalinasi air payau dan air laut
b. Pemekatan jus, gula, dan susu
c. Produksi ultrapure water (industri elektronik)

2.5. Pembuatan garam dengan metode tradisional


Cara membuat garam dengan cara tradisional bisa dilakukan dengan
peralatan yang sederhana. Kita cuma membutuhkan lahan yang luas untuk proses
penguapan dan alat untuk mengalirkan/menyiramkan air laut ke
tempat penguapan.
1 Mengalirkan Air Laut ke Tempat yang Luas
Tempat yang luas (biasanya sepetak tanah yang sudah dipersiapkan khusus),
tempat ini digunakan untuk menampung air laut yang akan menguapkan air laut.
Air dimasukkan kedalam tempat ini dengan ditimba menggunakan jerigen atau
dengan memanfaatkan pasang surut air laut.Apabila menggunakan cara pasang
surut air laut, tanah diposisikan tidak terlalu tinggi dari air laut. Ketika air sedang
pasang, penutup dibuka supaya air bisa masuk ke dalam. Apabila air sedang surut,
maka penutup  air ditutup supaya air laut terjebak di dalamnya.
2 Menjemur di Bawah Terik Matahari

Air yang sudah terkumpul pada sepetak tanah, dijemur di bawah teris sinar
matahai supaya air laut bisa menguap dan menyisakan butiran-butiran kristal yang
akan menjadi garam.

3 Proses Pemanenan

Penguapan air laut akan menyisakan garam yang akan kita panen. Petani
garam tinggal mengumpulkan dan mengamilnya untuk bisa dipanen dan dijual di
pasaran.

2.6. Pembuatan garam dengan metode modern

Salah satu cara moderen yang digunakan untuk membuat garam yaitu dengan
Teknologi Ulir Filter (TUF) Geomembran.Cara membuat garam dengan metode
TUF menjadi alternatif untuk mendapatkan garam dengan kualitas bagus dengan
kadar garam diatas 90%.Prinsip utama dari teknologi ini adalah mempercepat
proses pembuatan air tua (20° Be) dengan memperpanjang aliran air serta tetap
mempertahankan kebersihan air dan meja hablu/meja garam. Proses menjaga
kebersihan air dilakukan dengan memasang filter pada saluran air dan memasang
terpal hitam pada meja hablur.Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan
(KPK) dari pengkajian dengan melakukan modifikasi pada sistem pertanian
garam dengan cara TUP bisa meningkatkan produktivitas hingga 100%.Terbukti,
cara membuat garam dengan menggunakan metode UTF bisa meningkatkan
produktivitas seperti yang terjadi di Jawa Barat yaitu Cirebon, Indramayu dan
Karawang. Petani yang awalnya hanya bisa menghasilkan 60-80 ton garam sekali
panen, kini bisa menghasilkan 120-140 ton garam dalam per hektar.Adapun
konsep TUP bisa Anda lihat lewat ilustrasi gambar berikut ini.

12
13
Filter ini dipasang dengan kincir angin untuk menyaring partikel-partikel yang
akan mengotori air garam.

Proses Pembuatan Garam dengan TUF dan Pengukuran Kekentalan Air


(BOUMETER)

Air Laut yang masih murni dengan densitas antara 0-1° Be dialirkan dengan
menggunakan pompa ke dalam petak penampungan pertama. Air laut yang telah
alirkan, ditunggu hingga kadar densitanya mencapai 3° Be.Selanjutnya, air dari
dari kolam penampung pertama dialirkan ke kolam penampungan ke-2
menggunakan pompa melalui ulir besar. Menglirnya air garam melalui ulir besar
ini bertujuan supaya air baku mengalami penguapan yang cukup banyak dan
signifikan, serta diharapkan dengan menempuh perjalanan yang lebih panjang
kotoran-kotoran yang bisa mengotori air bisa tersaring dan membuat air menjadi
bersih.Air dalam petak penampungan ke-2 di setting memiliki ketinggian antar 3-
5 cm, kemudian diukur dengan Boumeter untuk dilihat berapa densitasnya.
Diharapkan hasil pengukuran menunjukkan 12°Be.Setelah selesai dilakukan
pemrosesan dalam penampungan 2, air dialirkan ke petak penampungan ke-3
melalui ulir kecil. Hampir sama dengan ulir besar, tujuan dialirkannya air
melewati ulir kecil dengan jarak yang panjang adalah untuk mempermudah
penguapan air laut untuk mendapatkan kekentalan sebesar 20 °Be.Dari kotak
penampungan 3 ini, air dialirkan ke Bunker atau meja hablur dengan densitas
sekitar 20-25°Be. Perjalanan air dari penampungan 1 sampai meja hablur
membutuhkan waktu sekitar 14-15 hari, lebih cepat dari proses pembuatan garam
secara tradisional.

14
Tambahkan Teori
Pembuatan Garam
Dari metode tradisional sd metode modern (proses deslination)

15
14

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Teknik Kimia Politeknik
Negeri Sriwijaya dari bulan April-Mei 2020. Penelitian ini dilaksanakan mulai
dari pukul 08.00 – 17.00.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat yang digunakan
- Seperangkat Alat Pemekatan Membran RO
- Seperangkat Alat Evaporator
- Atomic Absorbtion Spectroscopi (AAS)
- Neraca Analitik
- Labu Ukur
- Gelas Piala
- Buret
- Pipet
- Erlemeyer
- Kertas Saring
- Gelas Kimia

3.2.2 Bahan yang digunakan


- Air Laut

3.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan


3.3.1 Bagan Alir Penelitian
Proses Pembuatan Garam

Menyiapkan sampel
Air laut

filtrasi

Proses desalinasi air laut menggunakan


membran RO

Air Tawar Garam


Pekat

Proses kristalisasi garam pekat dengan


menggunakan evaporator

Garamdiuji dengan menggunakan


Garam
Atomic Absorbtion Spectroscopi
(AAS) dan LPPMHP

Gambar 3.1 Diagram Blok Pembuatan Garam


3.3.1 Gambarkan dulu proses pembuatan garammu ( sudah saya
tambahkan pak)
3.3.2 Pengamatan
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kadar garam yang
dihasilkan berdasarkan variasi perbandingan waktu dan laju alir pada membran
reverse osmosis yang digunakan.
Adapun variabel yang digunakan adalah:
1. Variabel Tetap
15
- Jenis Membran : Reverse Osmosis
- Waktu : 15 menit dan 30 menit

2. Variabel Tidak Tetap


- Laju Alir : 0.4 L/min, 0.8 L/min, 1.2 L/min, 1.6 L/min
dan 2 L/min.

3.3.3 Prosedur Percobaan


1. Proses desalinasi menggunakan membran RO
2. Proses pengkristalan menggunakan evaporator
3. Menganalisa garam dengan alat Atomic Absorbtion Spectroscopi dan
dibawa ke Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan
(LPPMHP). (Ketiga proses ini diperjelas dengan variabel penelitian
yang akan dilakukan)

3.3.3 Perlakuan Percobaan


1. Air laut di filtrasi terlebih dahulu.
2. Proses desalinasi menggunakan membran RO yang akan menghasilkan air
tawar dan garam pekat.
3. Melakukan pengkristalan garam pekat yang dihasilkan menggunakan
evaporator.
4. Hasil dari evaporator diperoleh garam, garam ini di analisa Atomic
Absorbtion Spectroscopi (AAS) dan dibawa ke Laboratorium Pembinaan
dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP).

3.3.4 Rancangan Percobaan


Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan garam tanpa perlu bergantung
pada iklim dan cuaca dengan mengembangkan teknologi alternative.

16
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Estimasi Biaya


a. Pembuatan proposal : 20.000
Rp
b. Penelitian
Keperluan Harga Jumlah Total
Membran RO 350/satuan 2 membran Rp 700.000
Air Laut 200.000 - Rp 200.000
Sewa Laboratorium 200.000 - Rp 200.000
Rp 1.100.000

c. Biaya Pembuatan Laporan


Keperluan Harga Jumlah Total
Kertas A4 70 gram 50.0000/rim 3 rim Rp 150.000
Tinta Printer 100.000/buah 1 buah Rp 100.000
CD 10.000/buah 6 buah Rp 60.000
Penjilitan Laporan 25.000/rangkap 6 rangkap Rp 150.000
Penggandaan Laporan Akhir 20.000/rangkap 6 rangkap Rp 120.000
Rp 580.000

Total: Rp 1.700.000

15
16

4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian


Bulan
No Uraian Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Proposal
2 Penelitian
3 Penyusunan Data
4 Analisa Data
5 Bimbingan
6 Penyusunan Laporan
7 Sidang Laporan
DAFTAR PUSTAKA

Deperindag. 1976. Standar Mutu Garam (SII 0140-1976). Jakarta: Departemen


Perindustrian RI.
Burhanuddin, S. 2001. Proceeding Forum Pasar Garam Indonesia. Pusat Riset
Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Departemen Kelautan dan
Perikanan, Jakarta.
Rachman, AJ dan Imran, M. 2011. Petambak Garam Indonesia dalam Kepungan
Kebijakan dan Modal. Inninawa dan Indonesia Berdikari, Makasar.
Triajie, H. 2011. Teknologi Pengolahan Garam Sederhana Dalam Memperbaiki
Perekonomian Petani Garam. Bangkalan: Universitas Trunojoyo Madura
Baker, W.R. 2004. Membrane technology and Applications., 2
ndedition., California:Jon Willey & Sons
Nur Rahayu Lif Indah dan Sulistiyorini.Dwiatmi, (1999). “Desalinasi Air Payau
secara Reverse Osmosis Tekanan rendah”. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung.
Hartomo, A. J, Widiatmoko, M.C. (1994). “Teknologi Membran Pemurnian Air”.
Andi Offset Yogyakarta.
Sabatin, O. 2000. Salt Production and Processing in Jordan. In Proceedings, 8th
World Salt Symposium (Salt 2000), R Geertman, ed. Elsevier Science B.V.,
Amsterdam, Vol. 1, pp 555-557
Mulder M. 1996. Basic Principle ofMembrane Technology. Ed ke-2.Dordrecht:
Kluwer.
Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2010. Pemetaan Potensi Lahan
Pegaraman dan kebutuhan Garam Nasional. Jakarta (ID): Kemenperin.
2012. Garam Dalam Angka 2012. Jakarta (ID): Kemenperin.
Efendy, M. 2009. Garam Madura. Pamekasan: Biru Laut
Martha, RJ. 2010. Evaporasi. Jember: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jember
Lindawati.2006. Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Pemanasan Terhadap Kadar
Iodium Dalam Garam
Victoria. 2010. Filter Air Minum yang Sehat. http//Victoria.com. Diakses pada
tanggal 04 Januari 2012
Haslan. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. Beriodium. Semarang:
Universitas Negeri Semarang
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta
Abu Khader, M.M., 2004, “Viable Engineering Options To Enhance The NaCl
Quality From The Dead Sea In Jordan”, Journal of Cleaner Production
Widayat, D.S. Retnowati, F Himawan dan M. Widiyanti, 2005, “Pembuatan
Garam Industri dari Air Laut Kota Rembang dengan Metode Pengendapan
dan Evaporasi”, Prosiding Makalah Seminar Nasional “Kejuangan” Teknik
Kimia 2005, Jurusan Teknik Kimia, FTI UPN”veteran” Yogyakarta, 25626
Januari 2005 ISBN : 169364393

17
18
Palembang, April 2020

Kepada
Yth. Kepala Laboratorium Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Sehubungan dengan pelaksanaan riset semester akhir untuk penyusunan


laporan akhir, maka dengan ini saya:
Nama : Raden Ayu Farah Bella Aureliansyah
NIM : 0617 3040 0327
Pembimbing : 1. Hilwatulisan, S.T., M.T.
2. Ir. Robert Junaidi, M.T

JudulPenelitian : Pembuatan Garam Dengan Metode Desalinasi


Menggunakan Membran Reverse Osmosis

Mengajukan permohonan kepada Bapak/Ibu untuk melaksankan penelitian


di Laboratorium Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya pada bulan
April-Mei 2020.
Demikian permohonan ini, semoga dapat diperkenankan. Atas izin dan
perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Palembang, April 2020


Mengetahui,
Pembimbing I, Pemohon,

Hilwatulisan, S.T., M.T Raden Ayu Farah Bella Aureliansyah


NIDN 0004116807 NPM 0617 3040 0327

Pembimbing II,

Ir. Robert Junaidi, M.T


NIDN 0012076607
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Raden Ayu Farah Bella Aureliansyah
NIM : 0617 3040 0327
Jurusan : Teknik Kimia

Menyatakan bahwa dalam penelitian laporan akhir dengan judul :


Pembuatan Garam Dengan Metode Desalinasi Menggunakan Membran Reverse
Osmosis, tidak mengandung unsur “PLAGIAT” sesuai dengan
PERMENDIKNAS No. 17 Tahun 2010.
Bila pada kemudian hari terdapat unsur-unsur plagiat dalam penelitian ini,
saya bersedia diberikan sanksi peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tidak ada
paksaan dari pihak manapun.
Palembang, April 2020
Mengetahui,
Pembimbing I, Pemohon,

Hilwatulisan, S.T., M.T Raden Ayu Farah Bella Aureliansyah


NIDN 0004116807 NPM 0617 3040 0327

Pembimbing II,

Ir. Robert Junaidi, M.T


NIDN 0012076607

Anda mungkin juga menyukai