Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usia lanjut dikenal dengan masa lanjut usia (lansia) yang ditandai dengan
usia 60 tahun ke-atas (Hurlock,2012; Santrock, 2012). Penjelasan batas usia
menurut Depkes bahwa lansia digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok
lansia dini (55-64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke-atas), dan kelompok
lansia resiko tinggi (usia > 70 tahun). Lansia menurut WHO dan UU no 12 tahun
1998 batas usia lanjut usia secara umum di Indonesia merupakan seseorang
memasuki usia 60 tahun (Sutarti, 2014). Pada usia tersebut, lansia akan
mengalami perubahan dan penurunan pada dirinya, seperti penurunan fungsi
kognitif, penurunan kondisi fisik, dan penurunan psikologis (Suardiman, 2011).
Memasuki lanjut usia, bukanlah hal mudah yang dapat diterima oleh
seseorang dengan perubahan, penurunan dan permasalahan yang terjadi.
Permasalahan yang terjadi pada lanjut usia terkait dengan masalah ekonomi,
kesehatan, sosial, psikologis, Post Power Syndrome, ketidakberdayaan, ketidak
bergunaan, dan ketidakbahagiaan (Purnamasari, 2016). Kebahagiaan akan
meningkat ketika lansia mendapatkan pelayanan untuk meningkatkan kualitas
hidup lansia yang lebih baik, dan faktor terbesar dalam lansia yang dapat
meningkatkan kualitas hidupnya yaitu mereka membutuhkan perhatian dan
penanganan khusus dalam memenuhi kesejahteraannya (Hermana, 2008;
Suardiman, 2011).
Pada waktu seseorang memasuki masa usia lanjut, terjadi berbagai
perubahan fisik, psikologis, maupun sosial. Perubahan yang bersifat fisik antara
lain berupa stamina dan penampilan. Hal ini dapat menyebabkan beberapa orang
menjadi depresif dalam pekerjaan dan peran sosial jika mereka tergantung pada
energy fisik yang sekarang tidak dimiliki lagi. Sebaliknya, mereka harus lebih
menekankan kemampuan berpikir dari kemampuan fisik untuk memecahkan
masalah. Jadi yang terpenting bagi lanjut usia adalah bagaimana mengalihkan
kemampuan fisik ke dalam kemampuan mental atau kemampuan kebijakan dalam
berperilaku (Peck dalam Neugarten, 1968).
Hurlock (1992) juga menjelaskan dua perubahan lain yang harus dihadapi
oleh individu lanjut usia, yaitu perubahan sosial dan perubahan ekonomi.
Perubahan sosial yang terjadi pada individu lanjut usia meliputi kematian
pasangan hidupnya atau temantemannya; perubahan peran dari seorang ayah atau
ibu menjadi seorang kakek atau nenek. Perubahan ekonomi berkaitan dengan
status sosial dan prestise dalam masyarakat sebagai seorang pensiunan; perubahan
pendapatan karena hidupnya tergantung dari tunjangan pensiun. Kondisi-kondisi
khas yang serupa dengan penurunan kemampuan ini akan memunculkan gejala
umum pada individu lanjut usia yaitu perasaan takut menjadi tua sepanjang tidak
dipersiapkan dengan baik dan matang.
Dengan demikian, perubahan sosial yang terjadi pada masa usia lanjut
walaupun mengalami penurunan, tetapi hal ini terjadi secara bergantian. Seperti
adanya aktivitas yang menurun, yang berhubungan dengan kemampuan fisik
dapat diganti dengan aktivitas yang baru tidak tergantung dengan menggunakan
energi fisik. Hilangnya peranperan sosial dapat diganti dengan peran-peran baru.
Demikian juga, partisipasi sosial yang menurun dapat diganti dengan
meningkatkan partisipasi dalam bidang yang berbeda.
Secara psikologis, lansia akan merasa bahagia apabila mendapatkan
dukungan sosial yang membuat lansia merasa nyaman, tentram, dan damai dalam
menjalani kehidupannya (Suardiman, 2011). Menurut Sarafino (dalam Widya
Saputri & Indrawati, 2011) bahwa dukungan atau bantuan yang dibutuhkan oleh
lanjut usia bisa didapatkan dari bermacam-macam sumber seperti keluarga, teman,
dokter atau profesional dan organisasi kemasyarakatan.
Salah satu fungsi keluarga yaitu, keluarga merupakan kelompok yang
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan, mencegah,
mengadaptasi dan memperbaiki masalah kesehatan yang terjadi pada anggota
keluarga (Sutikno, 2011). Namun saat ini, Suardiman (2011) menjelaskan bahwa
terjadi masalah sosial yang cukup serius bagi kehadiran usia lanjut yang tinggal
bersama anaknya membuat lansia kurang perhatian karena kesibukan anak-
anaknya sehingga dalam melayani dan merawat orangtuanya semakin terbatas.
Dalam agama Islam, memandang bahwa pendidikan telah dimulai sejak
manusia lahir dan berakhir pada waktu ia meninggal dunia (Daulay, 2014: 75).
Konsep pendidikan seperti ini dapat dikatakan sebagai pendidikan sepanjang
hayat (long life education). Pendidikan sepanjang hajat pada hakikatnya dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan belajar yang berkembang secara berkelanjutan dalam
sejarah kehidupan manusia (Kartakusumah, 2006: 64). Dalam pendidikan
sepanjang hayat, dipahami bahwa tidak ada kata terlambat dalam proses belajar,
bahkan bagi warga lansia sekalipun. Ini karena, pendidikan sepanjang hayat
diyakini sebagai proses belajar yang berlangsung seumur hidup.
Berbicara mengenai pendidikan usia lanjut, masa tua merupakan tahap
akhir dalam daur kehidupan manusia (Sunaryo, dkk, 2015: 56). Di usia tua inilah,
seseorang dikatakan berada dalam puncak keemasasan, ini karena tidak semua
orang mampu untuk mencapai tahap akhir dalam perkembangan kehidupan
manusia. Sedangkan lanjut usia sendiri dipahami sebagai seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (Kementerian Kesehatan, 2017).
Pembinaan agama Islam dimaksudkan untuk membentuk pribadi muslim
yang kembali kepada Sang Pencipta dengan Khusnul Khotimah. Oleh karena itu
perlu diadakannya suatu pembinaan pendidikan agama Islam bagi orang lanjut
usia agar mencapai derajat yang Khusnul Khotimah (Wahyun, 2006) . Spiritual
menjadi suatu kebutuhan bagi lansia dalam memperoleh ketenangan batin (Dewi,
2014: 113). Melibatkan agama dalam kehidupan lansia dianggap sebagai tradisi
yang penting. Apabila di usia tua penyerahan diri kepada Tuhan tidak tampak,
lansia akan mengalami rasa yang tidak berarti dalam kehidupannya (Dewi, 2014:
114). Maka untuk itu, dibutuhkan setidaknya lembaga baik formal maupun non
formal yang dapat membantu meningkatkan spiritual lansia.
Melihat dari permasalahan yang ada dibutuhkan suatu program untuk
mendukung pemenuhan kebutuhan lansia yaitu tumbuhnya pesantren lansia.
Pesantren lansia ini memiliki program untuk mempertahankan kemampuan fisik,
psikologis, maupun sosial lansia dengan kegiatan – kegiatan rutin yang akan
diadakan secara rutin dan teratur. Aktivitas yang ditawarkan ialah berjemur di
pagi hari, olahraga, kerajinan tangan, cek kesehatan oleh dokter yang ahli, ibadah
wajib, ibadah sunnah, pengajian bersama dan sebagainya. Pesantren lansia juga
akan memiliki fasilitas kesehatan yang mumpuni, makanan bergizi dan perawat
yang berjaga di lingkungan pesantren untuk mendukung lansia tetap produktif.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian studi kelayakan dengan judul ”Identifikasi Kebutuhan Tumbuhnya
Pesantren Lansia di Kota Palembang”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka penulis
mengambil rumusan masalahnya dalam penelitian ini tentang bagaimana cara agar
lansia tetap aktif dan produktif untuk mengisi hari tua mereka dengan kegiatan
yang positif ditinjau dari segi psikologis, mental, dan spiritual.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat pemenuhan kebutuhan
lansia yaitu tumbuhnya pesantren lansia. Pesantren lansia ini memiliki program
untuk mempertahankan kemampuan fisik, psikologis, maupun sosial lansia
dengan kegiatan – kegiatan yang akan diadakan secara rutin dan teratur.

1.4. Manfaat Penelitian


Dengan dilakukannya penelitian studi kelayakan tentang Identifikasi
Peluang Usaha Dengan Pembukaan Pesantren Lansia di Kota Palembang maka
hasil penelitian diharapkan ber-:

1.4.1. Manfaat bagi Prodi Pendidikan Masyarakat: Meningkatkan pengetahuan,


pembelajaran dan pemahaman prodi tentang identifikasi kebuthan
tumbuhnya pesantren lansia.
1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat: Sebagai dasar pemahaman dan pengetahuan
bahwa pesantren lansia dapat mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis
dan interaksi sosial pada lansia.
1.4.3. Manfaat bagi Peneliti: Agar selanjutnya hasil penelitian ini bisa menjadi
bahan acuan, pedoman atau pertimbangan dalam melakukan penelitian-
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kesehatan fisik,
psikologis dan interaksi sosial pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai