Anda di halaman 1dari 40

KINERJA RESIN PENUKAR ION

PADA UNIT PENGOLAHAN AIR PT BOSOWA ENERGI


JENEPONTO

PROPOSAL TUGAS AKHIR

NURUL HIJRAH NADIATULLAH K 331 17 074


FITRI ALINA HAFIZA 331 17 075

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir dengan judul “Kinerja Resin Penukar Ion Pada Unit

Pengolahan Air PT Bosowa Energi” oleh Nurul Hijrah NK NIM 331 17 074 dan

Fitri Alina Hafiza NIM 331 17 075 dinyatakan layak untuk diseminarkan.

Makassar, Februari 2020

Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II

Dr. Ridhawati,. S.T., M.Eng M.Yasser, S.Si., M.Si


NIP. 19760419 200501 2 002 NIP. 19880710 201504 1 006

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Muhammad Saleh, S.T., M.Si


NIP. 19671008 199303 1 001

ii
HALAMAN PENERIMAAN

Pada hari ini, tanggal februari 2020, tim penguji seminar proposal

tugas akhir telah menerima hasil seminar proposal tugas akhir oleh mahasiswa

Nurul Hijrah NK NIM 331 17 074 dan Fitri Alina Hafiza NIM 331 17 075 dengan

judul “Kinerja Resin Penukar Ion Pada Unit Pengolahan Air PT Bosowa Energi.”

Makassar, Februari 2020

Tim Penguji Seminar Proposal Tugas Akhir :

1. Yuliani HR,ST.,M.Eng Ketua (……………)

2. Ir. Swastanti Brotowati, M.Si Sekretaris (……………)

3. Dra. Abigael Todingbua’, M.Si Anggota I (……........…)

4. Drs. Abdul Azis, M.T. Anggota II (……………)

5. Dr. Ridhawati,. S.T., M.Eng Pembimbing I (…………….)

6. M.Yasser, S.Si., M.Si Pembimbing II (…………….)

iii
DAFTAR ISI

hlm.

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN ......................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR SIMBOL, SATUAN DAN SINGKATAN ................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan Kegiatan ............................................................................. 3

1.4 Manfaat Kegiatan ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4

2.1 Profil PT Bosowa Energi ............................................................... 4

2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ....................................... 5

2.3 Water Treatment Plant .................................................................... 6

2.4 Air Laut ......................................................................................... 13

2.5 Resin Penukar Ion ......................................................................... 16

2.5.1 Resin Penukar Kation........................................................... 18

2.5.2 Resin Penukar Anion ........................................................... 19

2.6 Teknik Pertukaran Ion da Regenerasi Resin .................................... 20

iv
2.6.1 Langkah-langkah Regenerasi pada Tabung Campuran .... 21

2.7 Kapasitas Resin Penukar Ion ........................................................... 22

2.8 Parameter Air Umpan Boiler yang dianalisa .................................. 23

2.8.1 Ph......................................................................................... 23

2.8.2 Konduktivitas ...................................................................... 23

2.8.3 Kesadahan ........................................................................... 26

2.8.4 Turbiditas ............................................................................ 28

2.8.5 Silika.................................................................................... 28

BAB III METODELOGI KEGIATAN ......................................................... 29

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................. 29

3.2 Metode Pengambilan Data ............................................................ 29

3.3 Alat dan Bahan ............................................................................ 29

3.3.1 Alat ...................................................................................... 29

3.3.2 Bahan .................................................................................. 30

3.4 Metode Kerja................................................................................ 30

3.4.1 Pengukuran Konduktivitas.................................................. 30

3.4.2 Pengukuran pH ................................................................... 30

3.4.3 Pengukuran Silika ............................................................... 31

3.5 Pengukuran Konduktivitas air dalam tahap regenerasi ................. 31

3.6 Teknik Analisis Data .................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

LAMPIRAN ........................................................................................................

v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) diperlukan air dan bahan

bakar dalam jumlah banyak, dalam hal ini air yang digunakan adalah air laut dan

bahan bakar adalah batu bara. Air laut digunakan pada proses kondensasi dan air

umpan boiler.

Air laut yang masuk ke intake kemudian ditambahkan klorin sebelum

memasuki proses penyaringan, pada penyaringan ini dilakukan dua tahap yaitu

tahap penyaringan kasar dan penyaringan halus. Setelah proses penyaringan air

kemudian dipompa menuju kondensor dan Water Treatment Plant (WTP) dimana

setelah melawati Water Treatment Plant (WTP) akan didapatkan air sanitasi untuk

air umpan boiler.

Karakteristik air sanitasi yang akan dicapai yaitu tidak berbau, tidak berasa,

tidak berwarna, mempunyai pH 7, mempunyai konduktivitas sebesar 0,2 µs, tidak

mengandung mineral dan tidak mengandung klorin. Kapasitas air umpan boiler

sebanyak 200-400 m3 setiap 24 jam.

Proses pengolahan air laut menjadi air umpan boiler cukup banyak, salah

satu proses pengolahan yang penting adalah penghilangan mineral yang

terkandung pada air laut. Dewasa ini banyak metode yang dapat digunakan

untuk penghilangan mineral yang terkandung pada air, salah satunya adalah

menggunakan metode pertukaran ion dengan menggunakan resin penukar ion.

Resin penukar ion dibagi menjadi dua jenis, yaitu resin penukar kation

1
dan resin penukar anion. Proses pertukaran ion dipengaruhi oleh banyaknya

bagian sisi aktif yang terkandung dalam resin.

Metode pertukaran ion, kini merupakan metode yang efektif digunakan

dalam penghilangan mineral karena dapat menekan penggunaan biaya dalam

proses penyediaan air umpan, karena resin yang jenuh dapat diregenerasi

kembali. Kondisi dan kualitas resin dapat diketahui dengan mengetahui nilai

kapasitas resin.

Pada penelitian ini nilai kapasitas resin ditentukan berdasarkan ASTM D

2187-94 (2004). Kapasitas resin menyatakan jumlah ekivalen total dalam resin

yang tersedia untuk menukarkan ion-ion persatuan massa atau volume.

Kapasitas ini menunjukan jumlah pusat aktif yang tersedia untuk menukarkan

ion (Elvers, 1992).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar balakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang

diajukan pada kerja praktek ini antara lain :

1. Bagaimana mekanisme kerja resin penukar ion pada unit pengolahan air PT

Bosowa Energi?

2. Apa saja parameter air yang diolah pada unit pengolahan air PT Bosowa

Energi?

3. Bagaimana hubungan nilai konduktivitas terhadap waktu proses demineralisasi

air umpan boiler ?

4. Berapa nilai kapasitas resin pernukar ion yang digunakan PT Bosowa Energi

Jeneponto dalam proses penyediaan air umpan boiler ?

2
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dari penelitian ini, maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai yaitu:

1. Mengetahui mekanisme kerja resin penukar ion pada unit pengolahan air

PT Bosowa Energi.

2. Menentukan parameter air sebelum dan sesudah diolah pada unit

pengolahan air PT Bosowa Energi.

3. Menentukan hubungan nilai konduktivitas terhadap waktu proses

demineralisasi air umpan boiler.

4. Menentukan nilai kapasitas resin penukar ion yang digunakan PT Bosowa

Energi Jeneponto dalam proses penyediaan air umpan boiler.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari kerja praktik yang dilakukan di PT Bosowa Energi

Jeneponto yaitu :

1) Bagi Penulis

a. Sebagai syarat untuk memenuhi penyusunan Tugas Akhir guna

mendapatkan gelar Diploma tiga dari program studi Teknik

Kimia di Politeknik Negeri Ujung Pandang.

2) Bagi Politeknik Negeri Ujung Pandang :

a. Menciptakan kerjasama antara Politeknik Negeri Ujung

Pandang dengan PT Bosowa Energi Jeneponto dalam hal

pelaksanaan dan pengambilan data tugas akhir.

3) Bagi PT Bosowa Energi Jeneponto :

3
a. Mendapatkan data dan referensi terkait kapasitas resin penukar

ion yang digunakan pada PT Bosowa Energi Jeneponto.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil PT Bosowa Energi

PLTU Jeneponto terletak di pantai Buttaguntung desa Punagaya, kecamatan

Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan dengan luas area sekitar 50 hektar,

10 Km dari jalan utama trans Sulawesi Makassar-Jeneponto, kira-kira 68 Km dari

kota Makassar, Sulawesi Selatan. PT Bosowa Energi adalah perusahaan joint venture

antara Bosowa Coorporation dan sumber gas Sakti Prima yang merupakan salah satu

Independent Power Producer (IPP). PLTU Jeneponto dengan bahan bakar

batubara menyupplay power ke sistem jaringan 150kV PLN SULSELBAR

dengan masa kontrak 30 tahun.

PLTU Jeneponto merupakan pembangkit listrik yang terbesar di Sulawesi

Selatan, 2 unit masing-masing berkapasitas 125 MW dengan menggunakan

batubara sebagai bahan bakar utamanya dan High Speed Diesel (HSD) untuk start

up steam generator sampai pada beban ±45%. HSD dipasok dengan kapal tanker

melalui fuelunloading jetty menggunakan pipa sepanjang ±800 m ke tangki

penyimpanan HSD. Sedangkan batubara dipasok melalui coal unloading jetty dan

di transfer dengan menggunakan belt conveyor ke coal storage area atau ke coal

bunker. Tenaga listrik yang dihasilkan, disalurkan ke sistem jaringan transmisi

Sulawesi Selatan (Erwin, 2012).


2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu system pembangkit

tenaga listrik yang mengkonversi energi listrik dari energi kinetik uap air sebagai

fluida kerjanya (Pernama dkk, 2015). Komponen utama dari pembangkit listrik

jenis ini yaitu generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga

kinetik dari uap air. Proses konversi energy kinetik uap air menjadi energy listrik

dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Proses Konversi Energi pada PLTU (Rakhman, 2015)

PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup.

Siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang.

Urutan sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut :

1. Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi 75% dari luas permukaan

pemindah panas. Didalam boiler air ini, dipanaskan dengan gas panas hasil

pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.

2. Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu

diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik

berupa putaran.
3. Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar

menghasilkan energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet

dalam kumparan, sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari

terminal output generator

4. Keempat, hasil keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan

dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air

kondensat. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi

sebagai air pengisi boiler (Rahkman, 2005).

Pembangkit listrik tenaga uap memiliki kelebihan dan kekurangan antara

lain :

Kelebihan :

1. Efisiensi tinggi dengan metode waste heat utilization

2. Hasil pembangkitan steam dapat digunakan untuk proses produksi mill

3. Biaya bahan bakar lebih murah

4. Biaya pemeliharaan lebih murah

Kekurangam :

1. Membutuhkan penanganan air umpan yang akan masuk ke dalam boiler

2. Menghasilkan limbah batu-bara yang memerlukan penanganan khusus

3. Menghasilkan polutan-polutan yang lebih tinggi

4. Membutuhkan area yang lebih luas (Febriantara, 2008)

2.2 Water Treatment Plant

Secara umum air yang akan digunakan sebagai air umpan boiler adalah

air yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan
yang dapat membentuk kerak, menyebabkan korosi, menyebabkan terjadinya

pembusaan terhadap boiler dan sistem penunjangnya, oleh karena itu untuk

dapat digunakan sebagai air umpan boiler maka air umpan harus dilakukan

pengolahan terlebih dahulu, karena harus memenuhi persyaratan tertentu.

Pengolahan yang dilakukan untuk memenuhi kualitas air umpan boiler

akan diolah di water treatment plant. Water treatment plant adalah salah satu

unit di PLTU yang berfungsi untuk mengolah air laut menjadi air murni

sebagai air umpan boiler yaitu demin water dengan konduktivitas < 0,2µS/cm.

Water Treatment Plant terbagi menjadi dua sistem :

1. Sistem Pre Water Treatment merupakan proses penjernihan yang

terdiri dari pengendapan dan penyaringan.

2. Sistem Demineral Plant sebagai pengolah air baku yang dihasilkan

oleh Pre Water Treatment untuk menghasilkan air bebas mineral

(Demineral Water). (PT. Indonesia Power, 2012)

Proses penjernihan dan demineralisasi dengan Water Treatment Plant (WTP)

dapat dilihat dalam diagram alir pada gambar 2 sebagai berikut :

Clarifier Filter Basin Sea Water Multimedia


Tank Filter

Fresh Water Aktif Carbon


RO 1 Catridge Filter
tank Filter

Middle Water Demin water


RO 2 Mixed Bad
Tank tank

Bolier
Gambar 2. Flow diagram proses demineralisasi dengan water treatment plant

(Nalcon 2013)

Penjelasan Tiap Komponen WTP

1. Intake (unit sadap air)

Unit ini berfungsi sebagai tempat penampungan air dari sumber airnya. Air

laut sebelum masuk ke bak water intake, melalui bar screen dan terlebih

dahulu disemprot dengan larutan chlorine dari chloropac untuk melemahkan

mikroorganisme dan lumut. Melalui travelling screen (berfungsi sebagai

pembersih kotoran yang mungkin terbawa masuk ke dalam bak

penampungan), air dipompa oleh CWP yang berada di water intake melalui

pressure tunnel menuju condenser, untuk mendinginkan uap bekas melalui

pipa-pipa masuk/keluar Kondensor dan selanjutnya dibuang lagi ke laut

melalui outlet tunnel.

2. Clarifier

Clarifier adalah alat / tempat untuk menjernihkan air baku yang keruh

dengancara pengendapan, untuk mempercepat pengendapan lazimnya

ditambahkan chemical koagulan dan flokulan agar terjadi proses koagulasi

dan flokulasi padaair.

a. Koagulasi adalah pemisahan padatan yang tersuspensi dalam air melalui

proses kimia.

b. Flokulasi adalah proses penggabungan dari flok-flok kecil sehingga

membentuk partikel yang lebih besar dengan harapan semakin besar


gumpalan padatan maka kecepatan pengendapan yang dihasilkan lebih

besar. Flok yang sudah terbentuk pada proses dibuang melalui drain

yang terdapat di bawah clarifier, sedangkan hasil air pengendapan di

alirkan ke penampungan selanjutnya dengan sistem overflow (meluberkan

wadah). Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal diproses

dengan menambahkan koagulan yaitu PAC (Poly Aluminium Chloride),

dan zat kimia berupa clorin dengan tujuan dari tahap ini untuk

menghancurkan partikel koloid (yang menyebabkan air keruh).

3. Filter Basin

Filter basin terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata

semen atau bak untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini

dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.

Proses ini menggunakan teknologi pasir lambat, dimana pada tahap ini air

disaring melewati media penyaring yang disusun dari bahan-bahan berupa

pasir dan kerikil silika. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bahan-

bahan terlarut dan tak terlarut. Pada proses filter basin ini jika mencapai

kondisi kejenuhan pada pasir akan mem-backwash secara otomatis.

Pengolahan air bersih dengan menggunakan sistem saringan pasir lambat

konvensional ini mempunyai keunggulan antara lain :

a. Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah.

b. Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.

c. Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses

penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.


d. Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat

sederhana.

Sedangkan beberapa kelemahan dari sistem saringan pasir lambat

konvensiolal tersebut yakni antara lain :

a. Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter menjadi

besar, sehingga sering terjadi kebuntuan. Akibatnya waktu pencucian filter

menjadi pendek.

b. Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan ruangan yang cukup

luas.

c. Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengeruk

lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan setelah bersih

dimasukkan lagi ke dalam bak saringan seperti semula.

d. Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring air

gambut.

4. Sea Water Tank

Sea Water Tank berfungsi untuk menampung air yang lolos dalam proses

filtrasiyaitu (raw water). Raw water berfungsi sebagai air umpan pada

multimedia filter.

5. Multimedia Filter

MMF adalah media penyaring yang didalamnya tersusun atas pasir silika,

anthrasit, dan gamet/dolomit yang berfungsi untuk memfungsikan seluruh

lapisan filter agar berperan sebagai penyaring.


6. Active Carbon Filter (ACF)

ACF digunakan untuk pemurnian air dengan tujuan, sebagai berikut :

a. Menghilangkan TSS (Total Suspended Solid ) dan TDS (Total Disolved

Solid)

b. Menghilangkan rasa, bau, dan warna pada air.

Active Carbon filter juga dapat mengalami kejenuhan sehingga perlu

dilakukan back wash. Pada dasarnya backwash pada ACF memiliki dasar

tujuan yang samadengan backwash pada MMF, tetapi karena beban solid

yang rendah pada influent maka, tidak perlu dilakukan expansi

(pengadukan) pada media menggunakan udara. Produk ACF di injek

reducing yang berfungsi mengikat clorin agar tidak masuk ke RO.

7. Catridge Filter

Catridge Filter berfungsi untuk menyaring atau memfilter air dari kandungan

lumpur, pasir, tanah dan partikel kotoran zat padat terlarut air lainnya

sehingga menghasilkan air jernih, bersih bebas dari pencemaran zat padat

terlarut dalam air.

a. Unit ini menyaring partikel dengan ukuran >5 mikron. dimana ukuran

tersebut lumpur, tanah dan pasir akan tertahan.

b. Unit ini dipasang untuk mengantisipasi bila ada pengotor yang lolos dari

ACF Sebelum masuk catridge filter, air diinjeksikan anti klorin, yaitu

Na2SO3 dan anti scalant, yaitu Poli Karboksilat. Tujuan penginjeksian anti

klorin adalah karena catridge filter mempunyai bahan yang tidak tahan

terhadap klorin. Bila terdapat klorin, maka serat catridge akan meluruh.
Sedangkan tujuan ditambahkannya anti scale adalah mencegah

terbentuknya endapan pada RO yang dikhawatirkan dapat menyumbat RO

dan mengganggu kinerja dan efisiensi RO.

8. Reverse Osmosis (RO)1

RO. (Reverse Osmosis) adalah suatu metode pemurnian melalui membran

semi permeable di mana suatu tekanan tinggi (50-60 PSI) diberikan

melampaui tarikan osmosis sehingga akan memaksa air melewati proses

osmosis terbalik dari bagian yang memiliki kepekatan tinggi ke bagian

dengan kepekatan rendah. Selama proses ini terjadi, kotoran dan bahan yang

berbahaya akan dibuang sebagai air tercemar. Molekul air dan bahan mikro

yang lebih kecil dari pori-pori RO. akan melewati pori-pori membran. RO

menggunakan tekanan untuk mendorong air umpan melewati membran RO

didalamnya.

9. Fresh Water

Tempat penampungan hasil pengolahan dari proses Reverse osmosi 2 terdiri

dari;

a. Air service : digunakan untuk kebutuhan portable dan fire fighting

b. Air umpan : digunakan untuk tahap selanjutnya yaituuntuk menurunkan

konduktifitas di dalam RO2

10. Reverse Osmosis (RO)2

Pada dasarnya RO2 sama dengan RO1 berfungsi untuk mengurangi mineral

air dari zat pengotor air laut.

11. Middle Water Tank


Tempat penampung hasil produk dari proses reverse osmosis. Air yang

ditampung adalah air tawar/air yang bisa untuk diminum.

12. Mixed Bed

Mixed bed atau sering disebut ion exchange bekerja menukar ion yang

adadalam air dan berfungsi untuk mengambil pengotor yang tidak

dikehendaki dengan cara reaksi pertukaran ion yang mempunyai tanda

muatan sama antara air sebagai bahan baku dengan resin penukar ion yang

dilaluinya (Lestari dan Utomo, 2008).

Prinsip kerja mixed bed yaitu sebagai berikut :

1. Rinse

Rinse ialah proses pembilasan resin sebelum di gunakan untuk service,

baik sesudah regenerasi atau setelah digunakan sebelumnya dengan

ketentuan conductivity nya di bawah 0.2 µS/cm.

2. Service

Proses produksi air demin.

3. Regeneration

Regenerasi ialah proses peremajaan resin anion & kation yang terdapat di

dalam media (Mixed Bed) karena ion-ion mengalami kejenuhan saat

proses service berlangsung dengan menggunakan bantuan bahan-bahan

kimia (HCL & NaOH) ( Nalco, 2013)

2.3 Air Laut


Menurut Risno, dkk (2011), air laut merupakan larutan kompleks yang

mengandung berbagai senyawa atau elemen-elemen kimia baik inorganik

maupun organik. Air laut pada umumnya (salinitas: 35) terdiri dari kurang
lebih 96,5% air dan 3,5% bahan terlarut (garam laut). Air laut memiliki kadar

garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam

batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dll. Apabila air

sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang

memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-

batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung

garam. Kandungan kimia air laut dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kandungan Kimia Air Laut


Unsur % Berat Unsur % Berat
Oksigen 49,20 Klor 0,19
Silikon 25,67 Fosfor 0,11
Aluminium 7,50 Mangan 0,09
Besi 4,71 Karbon 0,08
Kalsium 3,39 Belerang 0,06
Natrium 2,63 Barium 0,04
Kalium 2,40 Nitrogen 0,03
Magnesium 1,93 Flour 0,03
Hidrogen 0,87 Stronsium 0,02
Titan 0,58 Unsur-unsur lain 0,47
(Sumber : Risno, 2011)
Akan tetapi pada suatu perairan laut, sebenarnya air laut tidak hanya

mengandung air dan garam saja tapi memiliki beberapa komponen di

dalamnya. Komponen kimia air laut terdiri dari:

1) Partikel tersuspensi. Komponen ini biasanya diketahui atau diperoleh

dengan cara menyaring air laut dengan filter dengan ukuran (diameter)

porinya 0,45 mikrometer. Partikel-partikel yang tertahan atau yang tidak

lolos dari saringan ini lah yang dimaksudkan dengan partikel yang
tersuspensi diperairan laut. Jadi dapat dikatakan partikel tersebut

berukuran lebih besar dari 0,45 mikrometer. Partikel tersuspensi dapat

berupa bahan organik contohnya detritus dan bahan anorganik/inorganik

contohnya mineral.

2) Gas. Gas-gas yang terlarut dalam air laut ada 2 golongan yaitu a) gas

konservatif yaitu gas-gas yang keberadaannya tidak terpengarah oleh

proses- proses biologi di perairan seperti N2, Ar, dan Xe, b) gas non

konservatif yaitu gas-gas yang keberadaannya dipengaruhi oleh proses

biologi di perairan, seperti O2 dan CO2.

3) Kolloids. Komponen ini berukuran kurang dari 0,45 mikrometer, jadi

lolos dari saringan dengan ukuran diameter pori 0,45 mikrometer, akan

tetapi komponen ini tidak terlarut. Penjelasan sederhan: Terlarut itu dapat

kita bayangkan seperti kita memasukkan garam dalam air dan diaduk-

aduk sehingga tercampur sempurna dan tidak tampak lagi partikel garam.

Kolloids juga dapat berupa anorganik seperti oxyhidroksida dan organik

sperti organometalik.

4) Bahan terlarut. Bahan terlarut ini sudah pasti akan lolos dari saringan

dengan diameter pori 0,45 mikrometer. Oleh karena itu, apabila

menganalisis kandungan unsur kimia yang terlarut di laboratorium

seharusnya air yang telah disaring yang dianalisis. Bahan terlarut dapat

berupa Anorganik/inorganik dan Organik. Anorganik berdasarkan

konsentrasinya terdiri dari a) unsur utama (0,05-750 mM atau milimol)

seperti Na+, Cl-, Ca2+, K+, Mg2+, b) unsur minor (0,05 – 50 mikromol)
seperti P3+ dan N, c) unsur trace/trace elements (0,05 - 50 nanomol)

seperti Pb2+, Hg2+ dan Cd2+.

2.4 Resin Penukar Ion

Pertukaran ion adalah proses reversible dimana ion-ion suatu larutan

dipertukarkan dengan ion yang berada pada permukaan bahan padat yang tak

dapat larut, arah reaksi pertukaran tergantung pada afinitas penukar ion

terhadap ion-ion yang ada dan konsentrasi ion-ion dalam larutan. Pertukaran

hanya dapat terjadi di antara ion-ion yang sejenis dalam waktu yang singkat,

yaitu pada saat terjadi kontak antara larutan elektrolit dengan penukar ion.

Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin penukar ion terbagi menjadi dua yaitu

resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation,

mengandung kation yang dapat dipertukarkan sedangkan, resin penukar anion

mengandung anion yang dapat yang dapat dipertukarkan (Lestari dan Utomo,

2007).

Penukar ion adalah suatu proses dimana terjadi pertukaran ion yang

serupa muatannya, antara larutan dan zat padat yang tidak larut yang terdapat

dalam suatu larutan. Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti

oleh suatu Na+. Penukar ion yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa

kesamaan sifat, mereka hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut

organik, dan mengandung kation dan anion yang akan bertukar secara

reversibel dengan ion- ion lain dalam larutan yang mengelilinginya tanpa

terjadi perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut.

Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya, resin penukar ion dapat


diklasifikasikan dalam berbagai macam, yaitu:

1) Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).

2 RSO3Na + Ca2+ / Mg2+ → (RSO3)2Ca / (RSO3)2Mg + 2Na2+ ... (1)

2 RSO3H + Ca2+ / Mg2+ → (RSO3)2Ca / (RSO3)2Mg + 2H+ ...... (2)

2) Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan

COOH).

2RCOONa + Ca2+ / Mg2+ → (RCOO)2Ca/(RCOO)2Mg + 2Na2+ (3)

2RCOOH + Ca2+ / Mg2+ → (RCOO)2Ca/(RCOO)2Mg + 2H+ .....(4)

3) Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan

amina tersier atau kuartener).

RR3’NOH + Cl- → RR3’NCl + OH. ......(5)

2 RR3’NCl + SO42- → (RR3’N)2 SO4 + 2Cl .........(6)

4) Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai

gugusan labil).

RNH3OH + Cl- → RNH3Cl + OH .........(7)

2 RNH3Cl + SO 2-
→ (RNH ) SO + 2 Cl ...........(8)

Resin penukar kation akan mengambil kation dari larutan, sedangkan resin

penukar anion akan mengambil anionnya. Resin di dalam kolom akan rusak jika

tidak terendam larutan atau air. Contoh produk hasil pemurnian melalui proses

penukar ion ini adalah air aqua demineralisasi (aqua-dm) yaitu air yang bebas dari

anion. Air ini diperoleh dengan cara mengalirkan air kran melalui resin penukar
ion, sehingga air jadi bebas ion-ion (Mulyati dan Rustiani, 2009).

Menurut David (2000), berdasarkan jenisnya terdapat dua jenis resin

penukar ion, yaitu :

2.5.1 Resin Penukar Kation

Resin penukar ion positif atau yang lebih dikenal dengan kation exchanger

pada umumnya dalam bentuk asam kuat atau asam lemah. Resin kation dalam

bentuk asam kuat dapat menghilangkan seluruh ion positif yang terkandung dalam

air sedangkan resin kation dalam bentuk asam lemah hanya dapat menghilangkan

sebagian kesadahan dalam air yang umumnya kesadahan dalam bentuk alkinitas.

Resin penukar ion mempunyai afinitas yang berbeda terhadap tiap jenis ion

yang ada dalam air. Akibatnya resin penukar ion menunjukan urutan selektivitas

untuk tiap jenis ion yang terlarut dalam air. Untuk resin penukar ion positif dalam

bentuk asam kuat urutan jenis ion positif yang mempunyai afinitas terhadap resin

penukar ion positif di mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai

berikut: Calcium (Ca2+), Magnesium (Mg2+), Ammonium (NH4+), Potassium (K+),

Natrium (Na+), dan terakhir Hidrogen (H+).

Resin penukar kation yang digunakan pada PLTU Barru adalah Amberlite

IR120 Na adalah sejenis gel resin penukar kation asam kuat dari tipe polistiren

tersulfonasi. Ini digunakan untuk pelunakan air (dalam bentuk Na+) dan juga

untuk demineralisasi air (dalam bentuk H+) pada unit regenerasi co-flow.

Amberlite IR120 Na resin adalah resin penukar kation tujuan umum yang sangat

baik yang dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi pengolahan air industri

termasuk pelunakan dan demineralisasi. Karakteristik resin penukar kation IR


120-Na dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik Resin Penukar Kation IR 120-Na


Parameter Keterangan
Spesifik grafity 1,26 - 1,30
Ukuran partikel 600 – 800 µm
Kapasitas kelembaban 45 – 55 %
Temp. Operasi max 60 oC
Kapasitas Pertukaran Total ≥ 2,0 eq/l
Regenerant HCl
(Sumber : Rohm and Haas Company, 2000)

2.5.2 Resin Penukar Anion

Resin penukar anion bertujuan untuk menghilangkan ion-ion yang

bermuatan negatif seperti SO42-, Cl-, SiO3-, dan ion negatif lainnya dengan cara

pertukaran dengan ion OH-.

Resin penukar anion yang digunakan pada PLTU Barru adalah

Amberlite IRA402 Cl resin adalah tipe 1 yang sangat kuat, gel bening, resin

penukar anion. Ini memiliki struktur polistiren berikatan silang yang dirancang

untuk memberikan keseimbangan optimal kapasitas dan efisiensi regenerasi

dalam aplikasi pengolahan air. Ini banyak digunakan dalam sistem regenerasi

co-flow dan juga dapat digunakan pada sistem counterflow konvensional

seperti yang menggunakan penahan udara atau air. Dalam aplikasi

demineralisasi resin Amberlite IRA402 Cl dapat menghilangkan asam kuat

dan lemah termasuk silika. Karakteristik ini membuat Amberlite IRA402 Cl

sebagai resin penukar anion tujuan umum yang sangat baik untuk berbagai

aplikasi pengolahan air. Karakteristik resin penukar anion IRA 420-Cl dapat
dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Karakteristik Resin Penukar Anion IRA 420-Cl


Parameter Keterangan
Spesifik gravity 1,063 - 1,093
Ukuran partikel 600 – 750 µm
Kapasitas kelembaban 49 to 55 %
Temp. Operasi max 60 oC
Kapasitas tukar ≥ 1,3 eq/l
Regenerant NaOH
(Sumber : (Sumber : Rohm and Haas Company, 2000)

2.6 Teknik Pertukaran Ion dan Regenerasi Resin

Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar

kolom disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses

pengeluaran ion adalah desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah

terpakai kebentuk semula disebut regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion

dari kolom dengan reagent yang sesuai disebut elusi dan pereaksinya disebut

eluent yang disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah jumlah gugusan-

gugusan yang dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam

miliekivalen. Kapasitas penerobosan (break through capacity) didefinisikan

sebagai banyaknya ion yang dapat diambil oleh kolom pada kondisi pemisahan,

dapat juga dikatakan sebagai banyaknya miliekivalen ion yang dapat ditahan

dalam kolom tanpa ada kebocoran yang dapat teramati. Kapasitas penerobosan

lebih kecil dari kapasitas total pertukaran kolom dan tidak tergantung terhadap

sejumlah variabel, seperti tipe resin, afinitas penukaran ion, komposisi larutan,

ukuran partikel, dan laju aliran (Mulyati dan Rustiani, 2009).


Resin A dianggap habis ketika ion dalam resin sebagian besar telah

digantikan oleh ion yang sedang dihilangkan dari larutan. Exhaustion

demineraliser biasanya dideteksi oleh sel konduktivitas listrik yang

terpasang di outlet. Ketika konduktivitas meningkat, maka hal tersebut

menunjukan bahwa resin telah jenuh, sehingga resin perlu untuk di

regenerasi.

Suatu reaksi pertukaran ion hanya dapat berlangsung jika bahan

penukar dapat menyediakan hidrogen atau hidroksida untuk menggantikan

kation dan anion dari air mentah. Jika suatu kation dan anion tidak mampu

lagi menukar, kation dan anion tersebut harus dikembalikan kepada

keadaan awal melalui regenerasi. (PT. Indonesia Power, 2012).

2.6.1 Langkah-Langkah Regenerasi pada Tabung Campuran

(Mixed Bed)

Sebelum melakukan regenerasi tabung mixbed terlebih dahulu harus

dilakukan pemisahan resin penukar kation dan penukar anion dengan cara

pemisahan menggunakan air (backwash dari bawah ke atas). Dalam hal ini

resin penukar anion yang lebih ringan (kebanyakan berwarna lebih terang)

akan berada di atas resin penukar kation yang lebih berat (kebanyakan

berwarna lebih gelap). Pencucian kembali harus dilangsungkan terus sampai

di antara kedua resin terlihat suatu lapisan pemisah yang tajam.

1) Untuk regenerasi, regeneran bersama dengan air dialirkan melewati

kedua lapisan resin Asam khlorida encer dialirkan dari bawah ke

atas melewati resin penukar kation, dan dikeluarkan dari tabung


pada ketinggian lapisan pemisah. Larutan natrium hidroksida encer

dialirkan dari atas ke bawah melewati resin penukar anion, juga

dikeluarkan pada ketinggian lapisan pemisah.

2) Regeneran kemudian dicuci dengan air.

3) Ketinggian permukaan air dalam tabung diturunkan dan kedua resin

penukar dicampur dengan cara memasukkan udara tekan dari ujung

bawah tabung. Pencucian ulang tabung campuran (mixbed)

dengan air dari atas ke bawah,

sampai alat ukur konduktivitas menunjukkan kondisi kemurnian air

yang diinginkan. (PT. Indonesia Power, 2012).

2.7 Kapasitas Resin Penukar Ion

Kapasitas pertukaran ion dapat ditentukan dengan beberapa cara.

Kapasitas total resin penukar ion menyatakan jumlah ekivalen ion total

dalam resin yang tersedia untuk menukarkan ion-ion secara teoritis

persatuan massa atau volume. Kapasitas ini menunjukkan jumlah pusat

aktif yang tersedia untuk menukarkan ion. Kapasitas total

menggambarkan ukuran kuantitatif, jumlah ion-ion yang dapat

dipertukarkan dan dinyatakan dalam mek (milliekivalen) pergram resin

kering dalam bentuk hydrogen atau kloridanya atau dinyatakan dalam

milliekivalen tiap milliliter resin basah (meq/ml).

Kapasitas operasi menyatakan pemakaian aktual ion-ion resin untuk

menukar ion dari larutan pada kondisi tertentu. Kapasitas operasi sendiri

merupakan bagian/proporsi dari kapasitas total (Wheaton dan Lefevre,


2000).

Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung efisiensi

resin yaitu sebagai berikut:

𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟


𝜂= 𝑥 100
𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘

Berdasarkan ASTM D 2187-94 (2004) kapasitas resin kation dan anion

dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

2.7.1 Resin Kation

[(𝑽 𝒙 𝑵𝑩 ) − (𝑭 𝒙 𝑵𝑨 𝒙 𝒇𝒑)]
𝑪𝒌 = 𝒙 𝝆𝒌
𝑾

Dimana,

Ck : Kapasitas resin penukar kation (ek/L)

F : Volume rata-rata HCL yang dibutuhkan untuk menitran effluent

(mL)

W : Berat resin kation (gram)

Fp : Faktor pengali

NA : Normalitas HCl

NB : Normalitas NaOH

ρk : Berat jenis resin kation (g/mL)

V : Volume rendemen NaOH (mL)

2.7.2 Resin Anion

𝑴 𝑿 𝑵 𝑿 𝒇𝒑
𝑪𝑨 = 𝒙 𝝆𝑨
𝑾

Dimana,

CA : Kapasitas resin penukar Anion (ek/L)


M : Volume rata-rata AgNO3 yang dibutuhkan untuk menitran

effluent (mL)

W : Berat resin anion (gram)

Fp : Faktor pengali

NA : Normalitas HCl

ΡA : Berat jenis resin anion (g/mL)

2.8 Parameter Air Umpan Boiler yang Dianalisa

Menurut Effendi (2003), parameter air umpan boiler yang dapat

dianalisa yaitu :

2.8.1 pH

Tingkat keasaman diukur dari nilai pH. Dengan bertambahnya

ion hydrogen, pH akan berkurang dan air akan bertambah asam. Nilai

pH diukur dengan skala 1-

14. Pada nilai pH 7, pH dianggap sebagai pH netral. Air dengan pH 7

tidak berarti bahwa air tersebut adalah air murni, tetapi hanya berarti air

tersebut mengandung ion hydrogen (H+) dan ion Hidroksida (OH-)

dalam jumlah seimbang.

Semakin tinggi pH, semakin tinggi potensi terbentuknya kerak.

Sebaliknya semakin rendah pH, semakin tinggi potensi terjadinya

korosi. Nilai pH air harus dikontrol dalam batas yang ditentukan agar

program pengolahan air dapat berjalan lancar.

2.8.2 Konduktivitas

Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan


untuk menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL

pada air merupakan ekspresi numeric yang mununjukkan kemampuan

suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu,

semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin

tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada

kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total

maupun relatifnya. Konduktivitas dinyatakan dengan satuan

siemens/cm. Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa

faktor :

 Konsentrasi

 Pergerakan ion-ion

 Valensi ion

 Suhu

1) Pengaruh konsentrasi dan suhu

Setiap unsur atau senyawa kimia mempunyai derajat konduktivitas

yang berbeda-beda. Air murni mempunyai konduktivitas yang sangat

rendah, beberapa senyawa atau unsur kimia yang terlarut dalam air

dapat meningkatkan konduktivitas air. Pada umumnya peningkatan

konsentrasi zat kimia dalam suatu larutan akan meningkatkan

konduktivitas.

Perubahan suhu suatu larutan juga mempengaruhi konduktivitasnya,

kenaikan suhu akan meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan,

sehingga konduktivitas larutan meningkat. Temperatur burhubungan


secara linier dengan konduktivitas, peningkatan konduktivitas akibat

kenaikan temperature dapat dinyatakan dalam persen per derajat celcius

(slope) air murni mempunyai slope yang relative besar yaitu 5.2 % per
0
C. Air pada umumnya mempunyai slope antara 1,8 - 2 % per 0C larutan

garam, asam, atau alkali mempunnyai slope sekitar 1,5 % per 0C.

2) Aplikasi pengukuran konduktivitas

Pengukuran konduktivitas dapat digunakan untuk menentukan

konsentrasi suatu larutan kimia atau elektrolit seperti larutan NaCl, HCl,

H2SO4, dan NaOH. Pengukuran konduktivitas secara luas digunakan

dalam industri pengolahan air. Pengolahan air limbah industri untuk

menentukan tingkat kontaminasi air dan lain-lain.

3) Satuan konduktivitas

Hantaran listrik merupakan kebalikan dari tahanan (resistanse) bila

tahanan mempunyai satuan dasar ohm maka satuan dasar hantaran

adalah “mho” atau biasa ditulis “Siemen/cm”, pada pengukuran

konduktivitas air dan larutan –larutan kimia umumnya digunakan satuan

Volt atau mV.

4) Alat ukur konduktivitas

Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan

arus listrik yang dialirkan pada dua elektroda yang dicelupkan kedalam

air atau larutan kimia, dan mengukur tegangan yang dihasilkan. Selama

proses ini ,kation berpindah ke elektroda negative dan anion berpindah

ke elektroda positif , larutan bertindak sebagai penghantar listrik.


Beberapa jenis khusus konduktivimeter menggunakan arus listrik

bolak-balik (AC). Pada frekwensi optimal dengan dua elektroda aktif

dan mengukur beda tegangan yang dihasilkan suatu larutan. Kuat arus

dan beda tegangan digunakan untuk menghiutng hantaran listrik

(Conductance). Conductance = I/V.

Konduktivitimeter kemudian menggunakan konduktance dan cell

konstan untuk menampilkan nilai konduktivitas. Nilai konduktivitas

merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit di dalam

air.Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam

yang terlarut dalam air, berkaitandengan kemampuan air di dalam

menghantarkan arus listrik.

Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya

hantar listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-

garam terlarut dengan demikian bukan merupakan penghantar listrik

yang baik. Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam trelarut,

konduktivitas juga di pengaruhi oleh temperatur.

2.8.3 Kesadahan

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di

dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam

bentuk garam karbonat. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab

kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam

bikarbonat dan sulfat.

Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang


menyumbat saluran pipa dan keran. Dalam industry, kesadahan air yang

digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk

menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia,

ataupun dengan menggunakan resin penukar ion.

Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion

yang diikat oleh kation (Ca 2+ atau Mg 2+), yaitu air sadah sementara dan

air sadah tetap.

1) Air sadah sementara

Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat

(HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium

bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2).

Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air

sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan

pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau

Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa- senyawa tersebut akan

mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah :

Ca(HCO3)2(aq) → CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g) ……. (13)

2) Air sadah tetap

Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain ion

bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti

senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2),

kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida

(MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat


(MgSO4). Air yang mengandung senyawa- senyawa tersebut disebut air

sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan

cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus

dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan merekasikan air tersebut

dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan

karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan

karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.

CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) → CaCO3 (s) + 2NaCl(aq)...............................(14)

Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 ( aq) → MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq).....................(15)

Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut

telah terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut

telah terbebas dari kesadahan.

2.8.4 Turbiditas

Turbiditas atau yang dikenal dengan kekeruhan dapat

didefinisikan sebagai sifat optic dari suatu larutan yang menyebabkan

cahaya yang melaluinya terabsorbsi atau terbiaskan. Nilai kekeruhan

bisa menunjukkan tingkat atau kadar padatan tersuspensi didalam air.

2.8.5 Silika

Kandungan silica dalam air umpan boiler perlu diperhatikan

untuk mencegah menurunnya kemurnian steam yang dihasilkan karena

terbawanya silica bersama steam yang terbentuk, silica dapat

menyebabkan kerak pada boiler, dapat meguap dan mengendap di

blade turbin. Cara penanggulangan silica dapat dilakukan dengan cara


absorbsi dan demineralisasi.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. BOSOWA ENERGI pada tanggal 01

Maret – 30 April 2020.

3.2 Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan dalam pengambilan data selama melaksanakan

kerja praktek di PT. BOSOWA ENERGI Bangkala, Jeneponto, Sulawesi

Selatan antara lain :

1. Metode Langsung

Data diperoleh dengan cara analisis langsung dan pengambilan data melalui

pembacaan parameter yang ada di lapangan.

2. Metode Wawancara

Data diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada pihak yang

berhubungan dengan objek yang diamati.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat
a) pH meter (LpH –502)

b) Conductometer (DDS–307)

c) Spectrofotometer (DR2800)

d) Gelas kimia 100 ml

3.3.2 Bahan

a) Air produk RO 2
b) Air produk Mixed Bed

c) Molybdate reagent powder pillow for HR Silica

d) Acid reagent powder pillow for HR Silica

e) Citric acid powder pillow

3.4 Metode Kerja

3.4.1 Pengukuran Konduktivitas

Alat yang digunakan untuk mengukur konduktivitas yaitu

Conductometer (DDS –307) dengan prosedur kerja sebagai berikut :

a) Elektroda alat ukur Conductometer (DDS –307) dibilas dengan air

demineral, kemudian dibilas denga air sampel yang dianalisis;

b) Dicelupkan elektroda kedalam gelas kimia 100 ml yang sebelumnya

diisi dengan sampel yang dianalisis;

c) Alat membaca conductivity secara otomatis, dicatat hasil pembacaan

yang muncul pada layar.

3.4.2 Pengukuran pH

Alat yang digunakan untuk mengukur pH yaitu pH (LpH - 502)

dengan

Prosedur kerja sebagai berikut :

a) Elektroda alat ukur pH (LpH –502) dibilas dengan air demineral,

kemudian dibilas dengan air sampel yang dianalisis;

b) Dicelupkan elektroda kedalam gelas kimia 100 ml yang sebelumnya

diisi dengan sampel yang dianalisis;

c) Alat membaca secara otomatis, dicatat hasil pembacaan yang muncul


pada layar.

3.4.3 Pengukuran Silika

Alat yang digunakan untuk mengukur silika yaitu

Spectrofotometer(DR2800) dengan prosedur kerja sebagai berikut :

a) Alat Spectrofotometer (DR2800) dinyalakan terlebih dahulu;

b) Dipilih menu program pada layar, kemudian dipilih Si02;

c) Kuvet kemudian diisi 10 ml air demineral (blanko), kemudian di

lakukan pembacaan alat;

d) Kuvet selanjutnya diisi sampel 10 ml

e) Sampel kemudian ditambahkan Molybdate reagent powder pillow for

HR Silica dan Acid reagent powder pillow for HR Silica, selanjutnya

didiamkan 10 menit;

f) Setelah 10 menit, sampel kemudian ditambahkan Citric acid powder

pillow, kemudian didiamkan 2 menit;

g) Setelah 2 menit, sampel dimasukkan ke dalam alat dan dilakukan

pembacaan;

h) Alat membaca secara otomatis, dicatat hasil pembacaan yang muncul

pada layar.

3.5 Pengukuran Konduktivitas air dalam tahap regenerasi

Pengambilan sampel yang dilakukan selama proses regenerasi

berlangsung yaitu dengan mengambil langsung sampel air ketika proses rinse

(variasi pengambilan sampel dilakukan pada tiap 5 menit). Sampel kemudian

diukur konduktivitasnya menggunakan alat Conductometer (DDS –307).

Anda mungkin juga menyukai