Anda di halaman 1dari 11

PERHAPI KALBAR 1

PROPOSAL
PENYUSUNAN KAJIAN KEEKONOMIAN
TERHADAP USULAN PENETAPAN WILAYAH
PERTAMBANGAN RAKYAT (WPR)
KABUPATEN KAPUAS HULU
TAHUN 2019

PERHIMPUNAN AHLI PERTAMBANGAN INDONESIA


ASSOCIATION ON INDONESIAN MINING PROFESSIONALS
PERWAKILAN KALIMANTAN BARAT
PERHAPI KALBAR 2

LATAR BELAKANG

Bahan galian emas dijumpai hampir disebagian besar wilayah


kalimantan Barat. Adanya emas ini diperkirakan telah diketahui sejak
zaman Hindu, tetapi masyarakat China yang memberikan dorongan
pertama dalam pengembangan pengusahaannya pada abad ke empat.
Diperkirakan pada abad ke 13 telah terjadi perdagangan emas yang
intensif dan sejarah mencatat bahwa pada tahun 1760 Pemerintah
Mempawah memberikan izin kepada penambang China untuk
mengusahakan emas alluvial yang kemudian para penambang
membentuk badan (kongsi) untuk effisiensi usaha.

Dalam perkembangannya kongsi ini berubah menjadi kelompok


yang sangat kuat yang mulai menentang pemerintah pada saat tu
sehingga. Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1850 membubarkan
kongsi ini dan baru berhasil 4 tahun kemudian. Pasca pembubaran
kongsi ini kegiatan penambangan emas masih dilakukan oleh secara
kecil-kecilan tanpa izin dan dengan alat seadanya.

Masuknya investasi ke bidang pertambangan pada tahun 50-an


bersamaan dengan masuknya para pemodal asing menjadikan
kegiatan penyelidikan geologi kembali berjalan dan data kandungan
bumi semakin jelas. Data hasil eksplorasi yang tidak tersimpan rapi
dan kemudian jatuh ketangan orang-orang yang tidak bertanggung
jawab ini dikemudian hari akan menimbulkan masalah tersendiri bagi
duria tambang.

Pelepasan patokan harga emas terhadap dolar Amerika


menyebabkan harga emas dunia melonjak secara drastis yang
memicu orang untuk melakukan penambangan emas. Krisis
ekonomi yang merusak tatanan perekonomian negara dan masyarakat.
juga menjadi penyebab masyarakat berpaling dan menyerbu
kedunia tambang dalam bentuk pertambangan emas rakyat.
Tambang emas yang sebelumnya tidak menimbulkan dampak berarti,
dengan masuknya penambang baru dalam jumlah besar menjadi
sumber berbagai permasalahan baik dari segi hukum, sosial maupun
lingkungan.

Dalam upaya untuk mengeliminir dan mengurangi dampak


negatif pertambangan rakyat, maka pemerintah melalui Intruksi
Menteri Dalam Negeri nomor 25 tahun 1987 tentang Pedoman
Penertiban PETI dibeberapa daerah di Indonesia telah memerintahkan
PERHAPI KALBAR 3

adanya pembentukan Tim Penertiban PETI. Aturan-aturan ini


kemudian berubah antar lain pada tahun 2000 telah diterbitkan lnpres
Nomor 3 tahun 2000 dan pada tahun 2002 kembali diterbitkan
Keppres No 25 tahun 2002 tentang koordinasi Penanggulangan PETI
yang secara Keseluruhannyan mengatur tentang penertiban terhadap
Pertambangan Tanpa lzin

Pemberlakuan UU no 22 tahun 1999 secara efektif pada tahun


2001 telah merubah paradigma penanganan PETI. Dari sebelumnya
penanganan PETI ditangani secara terpusat berubah menjadi
ditangani daerah (Kabupaten/Kota). Perubahan kewenangan ini tentu
saja. membawa konsekwensi yang cukup berat bagi
Kabupaten/Kota sehubungan dengan keterbatasan baik dalam hal
pendanaan, tenaga terampil.

Dalam upaya membantu penyelesaian masalah PETI ini


Pemerintah Provinsi pada Tahun 2005 pernah berupaya melakukan
pemetaan masalah pertambangan rakyat dengan maksud dan tujuan
untuk memberikan gambaran kondisi pertambangan rakyat yang ada
melalui pendataan lokasi pada kecamatan-kecamatan yang memiliki
kegiatan penambangan rakyat , serta upaya memotret kondisi
pembtayaan pertambangan emas tersebut.

Kemudian dengan berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014


Tentang Pemerintahan Daerah, terkait sektor Pertambangan telah
terjadi perubahan kewenangan dari Pemerintah Kabupaten kepada
Provinsi terutama dalam hal penetapan Wilayah Pertambangan
Rakyat dan Pemberian izin. Kemudian dari hasil pendataan yang
dilakukan akan diupayakan menyelesaikan masalah pertambangan
rakyat dengan menghasilkan rekomendasi yang signifikan serta akan
dipakai sebagai dasar Pemerintah Provinsi menetapkan WPR dan
menerbitkan Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR).

Dalam upaya mempercepat proses penetapan Wilayah


Pertambangan Rakyat tersebut, maka Gubernur Kalimantan Barat
telah mengeluarkan surat dengan nomor : 540/ 0259/ DESDM-B1
tanggal 21 Januari 2018 yang ditujukan kepada bupati dan walikota se
Kalimantan Barat yang meminta bupati dan walikota untuk segera
mengusulan WPR diwilayah Kabupaten dan Kota se-Kalimantan Barat,
dengan melengkapi salah satunya adalah menyertakan dokumen
Kajian Keekonomian terhadap wilayah yang diusulkan sebagai WPR.
PERHAPI KALBAR 4

RUANG LINGKUP
Lingkup kegiatan Penyusunan kajian keekonomian usulan Wilayah
Pertambangan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat meliputi :
o Pengambilan Data Endapan Bahan Galian Logam (Emas)
o Pendataan Kegiatan Pertambangan Rakyat
o Melakukan perhitungan kelayakan usaha pertambangan rakyat
o Usulan Penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dilakukan kegiatan penyusunan kajian keekonomian
terhadap usaha pertambangan rakyat adalah untuk membantu
masyarakat dalam melakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat
serta memberikan data-data serta kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi terhadap perizinan yang akan diberikan oleh Pemerintah
dalam bentuk Surat Izin Pertambangan Rakyat.

Adapun Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melengkapi


persyaratan dalam rangka Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu
mengajukan usulan penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat kepada
Gubernur Kalimantan Barat dalam hal penilaian secara teknis dan
ekonomis apakah layak diusahakan secara pertambangan rakyat.

SASARAN

 Mendata usaha pertambangan rakyat bahan galian logam (emas)


yang tersebar di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu dan
pelaksanaannya, perlu diusahakan untuk menunjang pemerataan
berusaha dalam meningkatkan ekonomi daerah.
 Menciptakan kegiatan usaha pertambangan rakyat tersebut
dilakukan secara tertib melalui pembinaan serta memungkinkan
pengembangannya melalui suatu wadah.
 Sebagai salah satu upaya dalam mengambil keputusan guna
membuat kebijakan dalam Pembinaan sektor Pertambangan
Mineral dan batubara yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat yang melakukan kegiatan pertambangan rakyat.
PERHAPI KALBAR 5

FORMAT DOKUMEN KAJIAN

RINGKASAN EKSEKUTIF
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Maksud Dan Tujuan
1.3. Ruang Lingkup

BAB 2 KEADAAN UMUM


2.1. Lokasi dan Luas Wilayah Pertambangan Rakyat
2.2. Kesampaian Daerah Dan Sarana Perhubungan
2.3. Keadaan Lingkungan Daerah

BAB 3 RENCANA USULAN WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT


3.1. Kewilayahan
3.1.1. Keperuntukan Wilayah dimohon
3.1.2. Status Wilayah dimohon

3.2. Hasil Penyelidikan


3.2.1 Blok I Suhaid Selimbau
3.2.1.1. Geologi
3.2.1.2. Topografi dan Geomorfologi
3.2.1.2. Litologi
3.2.1.3. Bentuk dan Penyebaran Endapan
3.2.1.4. Sifat dan Kualitas Endapan
3.2.1.5. Estimasi Sumberdaya dan cadangan

3.2.2 Blok II Boyan Tanjung


3.2.2.1. Geologi
3.2.2.2. Topografi dan Geomorfologi
3.2.2.2. Litologi
3.2.2.3. Bentuk dan Penyebaran Endapan
3.2.2.4. Sifat dan Kualitas Endapan
3.2.2.5. Estimasi Sumberdaya dan cadangan

3.2.3 Blok III ....................


3.2.4 Blok IV ....................
3.2.5 Blok V ....................
3.2.6 Blok VI ....................
dst......................................
PERHAPI KALBAR 6

BAB 4 RENCANA PENAMBANGAN


4.1. Sistem dan Tatacara Penambangan
4.2. Peralatan Penambangan
4.3. Tenaga Kerja
4.4. Rencana Pengangkutan Material

BAB 5 RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN


5.1. Tatacara Pengolahan
5.2. Peralatan Pengolahan
5.3. Penanganan Tailing
5.4. Rencana Pengangkutan Produk Pengolahan
5.5. Rencana Pemurnian

BAB 6 LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN


6.1. Organisasi Perlindungan dan Keselamatan Pertambangan
6.2. Perlindungan Lingkungan
6.2.1. Dampak Kegiatan
6.2.2. Pengelolaan Lingkungan
6.2.3. Pemantauan Lingkungan

6.3. Keselamatan Pertambangan


6.3.1. Managemen Resiko Keselamatan Pertambangan
6.3.2. Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan
6.3.3. Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan

BAB 7. PEMASARAN

BAB 8. ANALISA KEEKONOMIAN


8.1. Parameter Analisis Keekonomian
8.2. Investasi
8.3. Biaya Produksi
8.4. Biaya Pendapatan
8.3. Analisis Kelayakan Penambangan

BAB 9. KESIMPULAN
Menyatakan usulan WPR sudah layak sesuai secara teknis dan ekonomi
dengan memuat secara ringkas hal-hal sebagai berikut :
- Peta, Koordinat dan Luas WPR yang dimohon (Skala 1:50.000)
- Estimasi Sumberdaya dan Cadangan
- Rencana Penambangan
- Rencana Pengolahan & Pemurnian
- Jumlah Tenaga Kerja
- Rencana Pemasaran dan harga Jual
- Hasil analisis kelayakan
LAMPIRAN I
RINCIAN BIAYA
SURVEY DAN PENYUSUNAN DOKUMEN KELAYAKAN EKONOMIS
PENGAJUAN WPR
PER LUAS 25 Ha

I. BEBAN BIAYA PERSONIL

NO. URAIAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH BIAYA


Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6

A PROFESIONAL STAFF
1. Koordinator Tim( 1 Org) OH 5 750.000 3.750.000
2. Geologist (1 Org) OH 5 500.000 2.500.000
3. Surveyor (1. Org) OH 5 500.000 2.500.000

Sub Total 6.250.000


B SUPPORTING STAFF
1. Buruh/Pendulang/Porter (2 Org) OH 10 150.000 1.500.000

Sub Total 1.500.000


JUMLAH I 7.750.000

II. BEBAN BIAYA SITE VISIT

NO. URAIAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH BIAYA


Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6

1 Transport Ptk ke Lokasi PP Trip 2 3.000.000 6.000.000


2 Penginapan / Base Camp Pkt 1 2.000.000 2.000.000
3 Sosialisasi u/ Kecamatan & Desa Pkt 1 1.000.000 1.000.000
(Entartainment)
4 Analisa Laboratorium Spl 1 3.000.000 3.000.000
5 Biaya Makan Pkt 1 6.000.000 6.000.000
6 Sewa Motor + BBM Pkt 1 5.000.000 5.000.000
7 Pemetaan Geologi Umum Pkt 1 0
8 Pemetaan Topografi Pkt 1 1.000.000 1.000.000
9 Pembuatan Parit Uji (Trencing) Pkt 1 5.000.000 5.000.000
Pengeboran Inti Pkt 0

JUMLAH II 24.000.000

III. BEBAN BIAYA STUDY DAN PELAPORAN

NO. URAIAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH


Rp. Rp.
1 2 3 4 5 6

1 ATK Pkt 1 2.500.000 2.500.000


2 Analisa dan Evaluasi data Pkt 1 15.000.000 15.000.000
(Pembuatan Peta Survey dll)
3 Biaya Penggandaan laporan Pkt 1 3.000.000 3.000.000

JUMLAH III 20.500.000

JUMLAH ( I + II + III ) * 52.250.000

Anda mungkin juga menyukai