EKSPLORASI
TAMBANG EMAS GUNUNG PONGKOR, PT.
ANTAM
DESA BANTAR KARET, KECAMATAN
NANGGUNG
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi Eksplorasi
Disusun oleh
TIGGI CHOANJI
DIH 03 018
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan laporan kuliah
lapangan geologi eksplorasi ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk
memenuhi persyaratan kurikulum semester lima mata kuliah Geologi Eksplorasi
serta untuk memperdalam materi kuliah yang telah dipelajari selama ini
Laporan yang telah disusun ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari
seluruh pihak sebagai bahan pembelajaran bagi penulis. Dan semoga laporan ini
dapat memberi motivasi bagi penulis khususnya dan mahasiswa geologi pada
umumnya.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya seluruh staf PT. ANTAM dan para dosen yang telah
membantu dalam pelaksanaan kegiatan lapangan dan penyusunan laporan ini
hingga dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.1.3 Geoteknik Sistem Penambangan Emas Pongkor...............................14
3.2 Sesi Kedua ...............................................................................................14
3.2.1 Stasiun 1 .............................................................................................15
3.2.2 Stasiun 2 ............................................................................................16
BAB V PENUTUP ....................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4. Kesampaian Wilayah dan Kelancaran Kerja.
Kuliah lapangan geologi eksplorasi ini bekerja sama dengan PT. Antam
yang mengelola tambang emas di daerah Pongkor tersebut, yang dilaksanakan
pada hari selasa tanggal 7 Februari 2006. Lokasi pertambangan di daerah Pongkor
ditempuh dengan menggunakan bus pariwisata sekitar 7 jam dari Jatinangor,
kendala selama diperjalanan dapat diatasi dengan baik sehingga tidak terlalu
mengganggu kelancaran kuliah lapangan tersebut.
Selama berada didaerah pertambangan, terutama saat memasuki
tunnel - tunnel setiap peserta dapat menggunakan alat-alat keamanan yang telah
dipersiapkan oleh pihak P. Antam seperti Helm, sepatu bot lapangan, headlamps
dan wearpack.
2
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
Qvep HOLOSEN
GN.DAHU
KUARTER
Qvsl
Qvsb
PLEISTOSEN
Qvst
Qvu Qvb
GN.PONGKOR
PLIOSEN
Tmtb MIOSEN
AKHIR
3
Daerah Pongkor dsk. termasuk dalam jalur penyebaran orogen
Sunda yang mirip dengan penyebaran busur magmatik Tersier yang merupakan
daerah potensial untuk mineralisasi emas.
Berdasarkan interpretasi landsat, volkanisme daerah Pongkor dsk
minimal terdapat 8 pusat erupsi dengan umur yang berbeda membentuk kaldera
yang merupakan hasil erupsi eksplosif dan kerucut gunungapi komposit dari hasil
erupsi efusif/ekplosif lemah. Seluruh pusat erupsi tersebut ditemukan alterasi dan
mineralisasi baik yang sudah bernilai ekonomis maupun masih dalam kajian lebih
lanjut.
4
3. Argilitisasi ; Pembentukan mineral lempung dari larutan hipogen (primer)
yang bereaksi dengan batuan dinding dan leaching lime.
4. Seritisasi ; (alterasi potasik), banyak dijumpai, mika putih; ortoklas terubah
menjadi serisit. Mineral asosiasinya berupa kuarsa dan pirit,
5. dan lain-lain.
Secara garis besar pembagian jenis endapan hidrotermal dapat dibedakan
ke dalam 3 tipe yaitu :
1. Endapan Hypothermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tekakan dan temperatur pembentukan relatif tinggi ;. >400oC
b. Endapan berupa urat urat dan korok atau dike yang berasosiasi dengan
intrusi yang sangat dalam.
c. Wall rock alteration dicirikan oleh proses replacement yang kuat.
d. Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kalkopirit, galena, dan
sfalerit serta oksida besi.
e. Pada intrusi granit sering berupa endapan mineral logam Au, Pb, Sn, W, dan
Zn.
2. Endapan Mesothermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah dari pada endapan
hypothermal., sekitar 300 400 oC
b. Endapan berasosiasi dengan batuan beku asm basa dan dekat dengan
permukaan bumi.
c. Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses
replacement, antara lain berupa crustification atau banding.
d. Asosiasi mineralnya berupa sulfida : Au, Cu, Ag, As, Sb dan oksida Sn.
e. Proses pengayaan ( Supergene-enrichment) sering terjadi.
3. Endapan Ephithermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tekanan dan temperatur paling rendah yaitu sekitar 150 300 oC
b. Tekstur replacement tidak khas, jarang terjadi.
c. Endapan dekat dengan permukaan bumi , 1 km.
d. Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa fissure-vein.
5
e. Struktur khas sering terjadi berupa cockade,crustiform, colloform, sedikit
kalsedon.
f. Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral gangue
berupa kalsit dan zeolit disamping mineral kuarsa.
Contoh tipe endapan lain yang erat hubungannya dengan aktifitas hidrotermal
adalah endapan Porphyry Copper.Di daerah ini dikenal 4 jenis ubahan yang biasa
terjadi secara luas yaitu (tersusun secara memusat, konsentris dari pusat ke luar) :
a. Potasik ; Serisit, Biotit, K-Feldspar, Kuarsa
b. Filik ; kuarsa, Serisit Pirit
c. Argilik ; Clay minerals , kaolinit, monmorilonit.
d. Propilit. ; Klorit epidot, karbonat, dan sedikit clay.
B. Endapan Emas
Endapan emas dan logam dasar dapat ditemukan sebagai individu
atau berasosiasi dengan mineral lainnya, contoh:
a. Endapan plaser emas dapat berasosiasi dengan platinum
b. Endapan primer emas ditemukan sebagai inklusi dalam mineral galena,
sfalerit, bismut, stibnit, dan lain-lain.
c. Endapan primer emas berasosiasi dengan mineral elektrum, bornit, enargit,
cinabar, dan sebagainya.
d. Endapan primer tembaga dapat berasosiasi dengan mineral logam Au, Cu,
Pb, Zn, As.
e. Dan lain - lain
6
Vein kuarsa sebagai pembawa mineralisasi terperangkap pada Fm. Andesit Tua
dan Fm. Cimapag. Fm. Bojongmanik. Data analisa Fi 103 - 390 C, inklusi dari
cairan sampai gas yaitu 2 fase larutan yang memberikan gambaran kondisi boiling.
Ps. Jawa 180 C dan Ciurug 149 C ALTERASI & MINERALISASI di
yaitu indikasi adanya perbedaan tambang Emas Gn. Pongkor :
tingkat erosi, juga secara tidak a. Host rock breksi, tufa lapili.
langsung menunjukkan adanya b. Alterasi argilik (smectite, illite,
struktur patahan dimana daerah pink adularia, kaolinite)
Ciurug relatif turun dari Kubang Cicau c. Alterasi propilit (chlorit, calcite)
Ciguha dan Ps. Jawa. d. Alterasi silisik (Quartz > 40%) -
Salinitas 1,0% NaCl yaitu larutan --Kubang Cicau
pembawa emas sangat encer e. Mineralisasi berupa urat
menyebabkan Au/Ag terendapkan kuarsa dengan tekstur umum
relatif homogen. berupa banded, colloform,
crustiform dan cockade
(endapan epithermal).
Temperatur homogenitas dari
analisa Fi 103 - 390 C,
dengan salinitas 0,78% NaCl.
f. Mineralogi alterasi endapan
emas Pongkor adalah low-
sulphidation (adularia sericite
epithermal vein deposit)
7
8
9
BAB III
METODA PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas mengenai metoda kuliah lapangan yang meliputi
objek kuliah lapangan, peralatan yang digunakan, dan langkah-langkah kuliah
lapangan.
8
penyediaan alat, dan penulisan rencana kerja. Tahap persiapan perlu dilakukan
untuk mempermudah tahap pekerjaan di lapangan.
3.3.2 Tahap Kegiatan Lapangan
Tahap ini dilakukan dengan mengamati lokasi pertambangan berupa
tunnel tunnel pertambangan, kegiatan ini dibimbing oleh dosen dan juga pihak
PT. Antam.
Setiap peserta dapat mencatat, mengambil data, dokumentasi tiap titik
pengamatan, dan melakukan pengambilan sampel, semakin lengkap data yang
diambil maka akan semakin memudahkan dalam pembuatan laporan penelitian.
3.3.3 Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian yaitu membuat laporan
tertulis tentang setiap kegiatan selama kuliah lapangan dan data-data yang
dicatat dan diamati yang kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
Tahap ini dilakukan setelah pulang dari lapangan.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
10
B. Penambangan
Tambang Emas Pongkor adalah Tambang Bawah Tanah (Underground
Mine) dengan metode Cut and Fill. Tahap penambangan dimulai:
Drilling (pengeboran) yang dilakukan dengan alat-alat:
Jack Leg (mesin bor manual)
Jumbo Drill (mesin bor mekanis)
Blasting (peledakan)
Mucking/Loading (pemuatan)
Transporting (pengengkutan)
Backfilling (penimbunan kembali)
Pengisian kembali rongga yang terbentuk karena ditambang dilakukan
dengan menggunakan 50% limbah pabrik (solid tailing) yang telah dipisahkan dari
material halusnya (-10 mikron).
Hasil peledakan berupa pecahan batuan keras (broken ore) ditarik dengan
electric scrapper atau LHD kedalam corongan. Kemudian diangkut keluar tambang
dengan menggunakan lori yang digerakan oleh battery dan trolleylocomotive.
C. Pengolahan Emas
Proses pengolahan bijih emas Pongkor dikelompokan dalam lima tahapan
pengolahan, yaitu:
1. Crushing
Proses pengecilan ukuran bijih emas dari tambang. Dilakukan melalui dua tahap
pemecahan (primary dan secondary crusher), sehingga diperoleh bijih berukuran lebih
kecil dari 12,5 mm.
2. Milling
Bijih emas dari proses crushing, selanjutnya digerus dalam unit Ballmill dengan
kapasitas masing-masing 22,7 dmt/jam dan 32,7 dmt/jam. Produk milling berupa
Lumpur dangan kehalusan 80% lolos 200 mesh (-74 micron).
3. Leaching and CIL
Produk dari Ballmill selanjutnya masuk dalam tangki Leaching. Logam emas dan
perak dilarutkan secara selektif menggunakan larutan sianida dengan konsentrasi 700
900 ppm.
Kapur mati ditambahkan untuk menjaga PH sekitar 10 10,5, sedangkan
penambahan Lead Nitrat dilakukan sebagai katalis pelarut perak. Selanjutnya proses
pelarutan ini dilakukan secara serentak dengan proses absorpsi, dimana emas
11
perak yang terlarut diserap oleh karbon aktif. Proses ini dikenal dengan istilah proses
sianidasi Carbon In Leach (CIL).
4. Gold Recovery Unit
Karbon aktif yang telah bermuatan logam emas perak dengan kadar tertentu
(disebut dengan Loaded Carbon) selanjutnya dipindahkan kedalam kolom elution
(melalui pemompaan dan screening).
Proses selanjutnya adalah proses untuk melepaskan kembali logam emas perak
yang terkait oleh Karbon aktif kembali ke fase larutan. Larutan yang digunakan adalah
larutan caustic cyanide dengan konsentrasi NaOH-NaCN 3% w/w. Proses ini
disebut dengan proses elution.
Larutan kaya (rich solution) hasil dari proses elution selanjutnya dimasukan kedalam
elektrowinning, yaitu proses pengendapan logam emas perak dengan menggunakan
arus searah (elektrolisa). Logam yang menempel pada suatu kawat Katoda (disebut
cake) selanjutnya dipisahkan, dikeringkan, kemudian dilebur untuk menghasilkan
logam dore bullion.
Dore bullion merupakan produk akhir proses pengolahan emas Pongkor, berupa
logam campuran emas 9%, perak 90% dan impurities maksimum 1%. Proses
pemurnian selanjutnya dilakukan di Unit Bisnis Pemurnian Logam Mulia di Jakarta.
5. Tailing Treatment
Tailing merupakan limbah lumpur sisa proses sianidasi - CIL. Kandungan sianida
yang masih tinggi didalam tailing diambil kembali melalui air overflow yang dihasilkan
dari Counter Curent Decantation Thickener, kemudian dikembalikan kembali ke dalam
proses milling dan leaching. Lumpur tailing dipompakan ke unit backfill cyclone untuk
mendapatkan fraksi kasar (+10 mikron) yang selanjutnya digunakan sebagai material
pengisi rongga di dalam tambang (backfill). Limbah pabrik yang ,masih mengandung
NaCN 64-225 ppm kemudian diproses pada tangki mixing Cyanide detoxcification
dengan penambahan reagen sodium metabisulfat dan CuSO4 sebagai katalisator dan
sebagian fraksi halus dipompakan dan ditampung di Tailing Dam dengan konsentrasi
cyanide yang aman dan ramah lingkungan.
12
Satuan batuan tufa yang merupakan Fm. Cimapag (Miosen bawah bagian atas)
Satuan batuan andesit berumur Miosen Atas
Satuan batuan breksi tufa berumur Pliosen Pistosen
Aluvial
Pola struktur geologi yang berkembang di daerah Pongkor dan sekitarnya antara
lain sesar-sesar seperti sesar normal Ciguha dan pola-pola kelurusan struktur yang
berarah barat laut tenggara, yang dipengaruhi oleh sistem tegasan yang bersifat
ekstensional.
Mineralisasinya berupa urat kuarsa dengan tekstur umum berupa banded,
colloform, crustiform dan cockade (endapan epithermal). Temperatur homogenitas dari
analisa Fi 103 - 390 C, dengan salinitas 0,78% NaCl. Mineralogi alterasi endapan emas
Pongkor adalah low-sulphidation (adularia sericite epithermal vein deposit)
13
Tebal : 40 60 cm
Strike/dip : N 300o E / 60o N 330o E / 70o
Tekstur vein : Banded.
a b c d e f g h i a b c d e f g h i
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
3.2.2 Stasiun 2
Deskripsi vein :
Jenis vein : vein quartz, merupakan salah satu vein utama dari vein Kubang
Cicau
Tebal : lebarnya sampai dengan 10 m searah strike
Tekstur vein : banded, crustiform dan masif.
Crustiform merupakan tekstur kuarsa yang berlapis-lapis dengan komposisi tiap
lapisan berbeda, selain itu juga ada tekstur colloform yaitu tekstur berlapis yang memiliki
komposisi yang sama, kedua tekstur ini merupakan tekstur yang baik untuk keberadaan
emas atau baik untuk eksplorasi disebut juga prospek.
14
a b c d e f g h i Vein ini berada pada ketinggian 500 m
1 merupakan vein utama yaitu vein Kubang
15
BAB V
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
2005. Tambang Emas Pongkor (Pongkor Gold Mining). PT. ANTAM Unit Bisnis
Pertambangan Emas. Bogor. Tidak diterbitkan. 8h
Hidayat S., Asep. 2005. Diktat Endapan Mineral. Laboratorium Geologi Lingkungan dan
Pengembangan Wilayah. Jurusan Teknik Geologi; Fak. Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. UNPAD. Bandung.
Internet : www.antam.com
17