Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.
Tak lupa pula shalawat dan salaam kita kirimkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan lancar.
Makalah ini saya susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah tentang Fosfor ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Tinjauan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Pada Area Penambangan Dan Pengolahan Tambang Terbuka Pt. Atoz
Nusantara Mining Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
PENYUSUN
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................ 1
Daftar Isi...................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………… 25
A. Kesimpulan……………………………………………………………………. 25
B. Saran…..…………………………………………………………………………. 25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 26
2
BAB I PENDAHULUAN
Secara administratif lokasi IUP Eksplorasi PT. ANM terletak di Nagari Salido
Tambang, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
Nagari Salido Tambang adalah sebuah perkampungan kecil yang terletak kurang lebih
12 km dari Kota Painan, ibukota Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan keadaan
geografisnya, wilayah IUP PT. ANM berada pada koordinat 100º35’40.00” BT sampai
100º36’09.70” BT dan 01º19’40.00” LS sampai 01º19’15.00” LS. Lokasi penambangan
batubara ini dihubungkan dengan jalan yang telah diaspal dan dapat dicapai dengan
menaiki kendaraan roda empat. Terdapat sungai yang membelah wilayah KP menjadi
dua bagian yaitu sungai Lubuk Agung. Luas daerah penelitian 192,08 Ha untuk
keseluruhan KP. Lokasi daerah penelitian dapat dicapai dengan sarana transportasi
sebagai berikut :
a) Dari Yogyakarta menuju ke Padang dapat ditempuh dengan naik pesawatsekitar 2.5
jam.
3
1.2 Kondisi Topografi dan Morfologi
Satuan geomorfologi menempati hampir 40% dari wilayah studi pada umumnya
terdiri dari batuan breksi, batu pasir, batu lempung, lempung pasiran, pasir
lempungan, lempung hitam (black silt), coal shally, shally coal, urat kuarsa, dan
konglomerat. Ketinggian satuan ini antara 100 m – 200 m di atas permukaan laut
dengan sudut lereng 30º – > 60º. Struktur di lokasi penyelidikan secara umum terdiri
dari sesar geser arah utara – selatan arah N 180 E, yang memotong susunan pembawa
endapan batubara, juga ada beberapa struktur minor di lokasi penyelidikan khususnya
di dalam tambang.
2. Satuan Perbukitan
2) Keadaan Geologi
a. Struktur Geologi
Berdasarkan hasil penyelidikan daerah PT. ANM berada pada daerah Tambang
Salido dan Lumpo. Struktur di lokasi penyelidikan secara umum terdiri dari sesar geser
4
arah utara – selatan arah N 180° E, yang memotong susunan pembawa endapan
batubara, juga ada beberapa struktur minor di lokasi penyelidikan khususnya di dalam
tambang, seperti patahan (fault), dan lipatan antiklin di daerah antara daerah
Tambang Salido dengan daerah Lumpo. Susunan batuan terdiri atas batuan breksi,
batu pasir, batu lempung, lempung pasiran, pasir lempungan, lempung hitam (black
silt), coal shally, shally coal, urat kuarsa, dan konglomerat. Geologi daerah 100 Ha
meliputi hampir 80% di atas permukaan berupa endapan pasir dan sebagian lempung
dan endapan batuan beku.
Batubara yang mempunyai rumus kimia C, H dan O adalah bahan tambang yang
tidak termasuk dalam kelompok mineral. Batubara (coal) adalah bahan bakar hidro
karbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan
terkena pengaruh tekanan dan temperatur yang berlangsung lama sekali (hingga
puluhan-ratusan juta tahun). Proses pembentukan batubara memakan waktu hingga
puluhan juta tahun, dimulai dari pembentukan gambut (peat) kemudian menjadi
lignite, sub-bituminous, bituminous hingga antrasit. Proses pembentukan
batubara/pembatubaraan dapat diartikan sebagai proses pengeluaran berangsur-
angsur dari zat pembakar (O2) dalam bentuk karbon dioksida (CO2) dan air (H2O)
hingga akhirnya menyebabkan konsentrasi karbon tetap (fixed karbon) dalam bahan
asal batubara bertambah. Tahapan dan proses pembentukan batubara dapat
digolongkan menjadi dua kejadian, yaitu pertama tahap/fase diagenesa (pengrusakan
dan penguraian) oleh organisme, atau sering disebut tahap/fase biokimia. Tahap/fase
biokimia merupakan tahap pertama dalam pembentukan batubara yang dimulai dari
penguraian tumbuh tumbuhan sampai terbentuknya peat. Ini merupakan proses
penghancuran oleh bakteri anaerobic terhadap bahan kayu-kayuan (sisa tumbuhan)
sehingga terbentuk gel (seperti agar-agar) yang disebut gelly. Gel tersebut sebagai
bahan pembentuk lapisan batubara, kemudian akan terendapkan/terkumpul sebagai
suatu massa yang mempat yang kemudian disebut peat (gambut). Tahap kedua adalah
tahap metamorfosa atau yang sering juga disebut sebagai tahap geokimia. Tahap ini
dimulai dari terbentuknya peat sampai terbentuknya batubara. Pada tahap ini yang
memegang peranan adalah tekanan dan temperatur. Makin tinggi temperatur dan
5
makin kuat tekanan maka akan bertambah tinggi kadar batubara yang terbentuk.
Target produksi PT. ANM adalah sebesar 54.000 ton/tahun. Kualitas merupakan hal
terpenting dalam batubara karena dari kualitas mempengaruhi harga penjualan dari
batubara. Nilai kalori batubara pada lokasi PT. Atoz Nusanatara Mining adalah 7.000
Kkal/kg. Pada daerah eksplorasi PT. ANM ini, dilakukan analisis proximate terhadap
contoh batubara yang diperoleh dari singkapan (testpit) dan pemboran (core).
3) Pelaksanaan K3
1) Kegiatan Penambangan
Penambangan batubara pada PT. ANM dilakukan dengan metode Strip Mine.
Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat permukaan
pada daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya dimulai dari singkapan
batubara yang mempunyai lapisan tanah penutup yang tipis dilanjutkan ke singkapan
batubara yang mempunyai lapisan tanah penutup tebal sampai batas pit. Tahap
kegiatan penambangan yang dilakukan disesuaikan dengan perencanaan yang dibuat
oleh bagian planning. Adapun rangkaian kegiatan penambangan meliputi pembersihan
lahan sekaligus pengupasan dan pemindahan tanah pucuk, penggalian dan
pemindahan lapisan penutup (over burden), penambangan dan pengangkutan
batubara.
6
Operasi pembersihan lahan penambangan dilakukan pada lokasi-lokasi yang
akan ditambang. Beberapa pekerjaan yang akan dilakukan berkaitan dengan operasi ini
adalah :
Operasi pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil) yang banyak mengandung
bahan organik hasil pelapukan yang menyuburkan tanah, dilakukan setelah
pembersihan lahan penambangan. Lapisan tanah subur ini dikupas dengan
menggunakan bulldozer Caterpillar D7G. Lapisan tanah pucuk (top soil) didorong dan
dikumpulkan pada lokasi tertentu yang dekat dengan daerah operasi bulldozer,
kemudian tanah pucuk (top soil) tersebut dimuat dengan menggunakan backhoe
Caterpillar 250 D dan diangkut dengan dengan dump truck Volvo A40E menuju ke
tempat penyimpanan sementara tanah pucuk (top soil). Timbunan tanah subur ini
nantinya akan dimanfaatkan pada saat melakukan pekerjaan reklamasi.
7
Operasi penggalian lapisan penutup (sandstone dan mudstone) berupa over
burden dilakukan dengan metode pemboran menggunakan Caterpillar Ingersole rand
DM45E. Pemuatan over burden menggunakan back hoe Caterpillar 250 D dibantu
dengan bulldozer Caterpillar D7G. Untuk material lemah sampai sedang, langsung
dilakukan penggalian dan pemuatan ke dump truck volvo A40E. Bila masih ditemukan
material keras, terlebih dahulu diberaikan dengan bulldozer yang dilengkapi dengan
ripper, kemudian digali dan dimuat ke backhoe. Pada prinsipnya pengupasan lapisan
tanah penutup ditangani dengan metode Drilling dan Blasting. Kegiatan pemboran dan
peledakan di samping dilakukan untuk batuan penutup yang keras juga dilakukan
apabila ingin mempercepat proses produksi. Pelaksanaan operasional pemboran dan
peledakan dilakukan berdasarkan rencana target produksi yang ditetapkan. Setelah
batuan penutup terbongkar kemudian dimuat dengan alat muat back hoe Caterpillar
250 D dengan kapisitas bucket 1,8 m3 dan diangkut dengan dump truck volvo A40E
kapasitas 39 ton ke lokasi penimbunan (dumping area) yang telah direncanakan,
berupa penambangan terdekat atau daerah-daerah kosong yang ada disekitar
tambang atau disebut dengan metode back filling. Penerapan metode back filling
sekaligus diintegrasikan dengan program reklamasi tambang. Hal ini akan memberikan
keuntungan, karena akan mereduksi jarak angkut over burden dan biaya reklamasi
tambang dari daerah tersebut.
untuk dipisahkan. Batubara yang berada di PT. ANM umumnya terdiri dari 3 (tiga)
lapisan yang dikelompokan sebagai seam A, B dan seam C, setiap seam mempunyai
kualitas/ parameter batubara yang berbeda. Untuk menghasilkan produk batubara
guna memenuhi permintaan pasar maka dilakukan proses blending
(mengkombinasikan/ mencampur batubara seam A, B dan seam C ) di stockpile.
Dilakukan proses blending batubara bertujuan untuk mendapatkan hasil/ produk
8
kualitas batubara yang disesuaikan dengan permintaan pembeli, misalnya untuk
mendapatkan nilai kalori, sulfur, ash dan kandungan air yang diinginkan pembeli.
Dalam proses pengolahan batubara, PT. ANM tidak melakukan proses pengolahan
basah atau proses pencucian batubara.
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
2) Budaya K3
Di dalam sebuah budaya k3 positif yang kuat, setiap orang bertanggung jawab
terhadap keselamatan kerja dan menerapkan k3 dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
orang akan melakukan yang terbaik untuk identifikasi kondisi dan perilaku yang tidak
aman serta merasa nyaman untuk melakukan intervensi terhadap hal yang tidak aman
itu. Mudahnya, dalam budaya k3 yang kuat setiap pekerja merasa nyaman untuk
berjalan ke direktur pabrik atau CEO untuk membicarakan tentang masalah-masalah
keselamatan kerja.
10
Berikut adalah 5 elemen untuk membentuk Budaya K3 yang kuat versi
International Association of Oil & Gas Producers:
Oleh karena itu, dalam ketiadaan kejadian kecelakaan kerja dan dalam usaha
untuk mempromosikan perhatian keselamatan kerja yang terjadi, sebuah organisasi
harus membuat sebuah sistem informasi yang mengumpulkan, menganalisa dan
membagikan informasi tentang manusia, technical, organisasi dan faktor lingkungan
yang menunjukkan keseluruhan sistem keselamatan kerja. Sayangnya, hal ini tidak
semudah untuk melaporkan kecelakaan kerja
Menurut Hopkins, banyak studinya terkait dengan kecelakaan kerja baik mayor
ataupun minor, selalu menunjukkan bahwa sebelumnya sudah ada informasi yang
telah dilaporkan dan dianalisa, informasi inilah yang menjadi sinyal lemah tentang
munculnya kecelakaan kerja suatu saat nanti.
11
2. Budaya Melaporkan (Reporting Culture)
Lebih lanjut, nilai dari pelaporan haruslah terlihat dari aksi perbaikan,
penyebaran pelajaran yang dapat diambil dari pelaporan serta umpan balik ke pelapor.
Ini membutuhkan sumber daya yang cukup dan kompeten yang siap sedia untuk
investigasi kecelakaan secara efektif
12
Menjamin independensi maksimum dari kecelakaan meskipun hasil investigasi
menunjukkan bahwa terdapat ketiadaan kendali dari manajemen
Secara aktif melibatkan manajemen lini untuk mengubah rekomendasi menjadi
aksi sehingga mereka menjadi terlibat di dalam rekomendasi itu. Ini juga
membuat mereka mennyadari peran mereka untuk meningkatkan keselamatan
kerja di masa depan
13
Organisasi pembelajar juga menghindari informasi penting yang hilang
bersamaan dengan karyawan mereka yang mundur dari pekerjaan. Hal ini dikarenakan
mereka sudah menganalisa, menyimpan, menyebarkan dan membangun informasi-
informasi penting ke dalam penerapan yang terus berkelanjutan.
Mampu untuk menyesuaikan diri sendiri dalam menghadapi operasi kerja yang
cepat dan beberapa bahaya yang muncuk
14
Memiliki kemampuan untuk memodifikasi struktur yang konvensional menjadi
struktur yang lebih setara
Memiliki tingkat keahlian yang sesuai untuk membuat penilaian dan keputusan
Budaya Adil merupakan sarana yang kuat untuk elemen-elemen lain dalam
budaya k3. Harapan yang jelas, implementasi yang konsisten terhadap semua
peraturan, proses investigasi yang adil serta respons yang adil terhadap mereka yang
melanggar peraturan akan menjadi pesan yang kuat bagi seluruh karyawan tentang
hak dan kewajiban mereka yang benar.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Identifikasi Bahaya
b. Kondisi Tidak Aman dan Tindakan kerja Tidak Aman pada Area
Pengolahan Batubara
16
Menurut hasil pengamatan, tindakan tidak aman dan kondisi
tidak aman yang terjadi di area ini karena rendahnya tingkat
pengawasan dan kurangnya kesadaran pekerja. Tindakan tidak aman
dan kondisi tidak aman itu antara lain seperti pada Tabel 4.1 dan Tabel
4.2.
c. Kondisi Tidak Aman dan Tindakan Kerja Tidak Aman pada Area
Perkantoran dan Bengkel
17
2. Kondisi beberapa ruas Pada musim hujan, jalan yang tidak
jalan yang tidak padat Jalan padat dapat membahayakan kendaraan
dan licin di saat Angkut yang melewatinya karena licin dan
musim hujan, karena Batubara kemungkinan longsor. Penanganan
curah yang dilakukan adalah dengan
hujan yang tinggi melakukan pemadatan jalan. Selama
penelitian dilakukan, pemadatan jalan
jarang dilakukan sehingga menciptakan
kondisi tidak aman. Hal ini terbukti
dengan terjadinya kelongsoran pada
jalan angkut batubara. Dalam peristiwa
tersebut tidak ada korban jiwa , namun
sebuah mobil rusak.
3. Ruas jalan yang terlalu Pada jalan angkut batu bara terdapat,
sempit dan tikungan beberapa ruas jalan yang terlalu sempit
yang terlalu tajam Jalan untuk dilewati dua kendaraan yang
Angkut saling berlawanan arah dan tikungan
Batubara yang terlalu tajam sehingga sangat
berbahaya jika dilewati dua kendaraan
yang berlawanan arah. Selama
penelitian, terjadi sebuah tabrakan
mobil karena keadaan tersebut.
18
tidak aman Pengolahan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
Batubara oleh pengemudi kendaraan, antara lain:
a. Tidak menggunakan sabuk pengaman
dan APD karena jarak tempuh yang dekat
b. Tidak membunyikan klakson pada saat
tikungan tajam di mana kendaraan
yang berlawanan arah tidak dapat
mengetahui.
c. Mengoperasikan telepon genggam
(menelepon, menerima telepon dan sms)
saat mengemudikan kendaraan.
d. Mengemudikan kendaraan melewati
batas kecepatan bahkan di saat tikungan
ngepot.
e. Tidak mengindahkan rambu-rambu lalu-
lintas.
f. Muatan mobil pick up untuk mengangkut
karyawan ke area tambang melebihi batas.
Batas maksimum delapan orang namun
diisi 15 orang.
2. Tidak mengenakan Area Terdapat pekerja yang tidak mengenakan
APD secara lengkap Pengolahan APD terutama helm, kacamata dan ear
Batubara plug, bahkan kadang ada yang memakai
sandal ke area tambang.
3. Bekerja sambil bergurau Area Terdapat pekerja yang sambil bergurau
dengan lainnya Pengolahan dengan pekerja lain.
Batubara
4. Mengizinkan orang Area Karena alas an tertentu, selain pekerja,
masuk ke area Pengolahan orang lain dapat masuk ke area ini tanpa
pengolahan tanpa Batubara pendampingan. Bahkan anak kecil dan
pendampingan hewan ternak warga sekitar bisa masuk
19
tanpa pengawasan
5. Merokok di dekat gallon Area Di dekat galon-galon bahan bakar sering
galon bahan Pengolahan terlihat beberapa orang bersantai sambil
Bakar Batubara merokok
6. Mengendarai motor dan Area Karena alasan tertentu, terkadang ada
menerobos area Pengolahan warga, anak kecil dan hewan ternak warga
pengolahan Batubara yang berjalan melewati area pengolahan
untuk menuju rumahnya
7. Para pekerja memasuki Area Untuk keperluan tertentu, terkadang
bengkel tanpa Pengolahan pekerja kantor masuk ke bengkel tapi tanpa
menggunakan APD Batubara dilindungi alat pelindung diri,terutamahelm
8. Para pekerja kantor Area Untuk keperluan tertentu, terkadang
Memasuki bengkel Pengolahan pekerja kantor masuk ke bengkel tapi
tanpa menggunakan Batubara tanpa dilindungi alat pelindung diri,
APD terutama helm.
9. Mengendarai kendaraan Area Untuk keperluan tertentu, terdapat pekerja
meskipun tidak memiliki Pengolahan yang mengendarai kendaraan meskipun
SIMPer Batubara tidak memiliki SIMPer, serta tidak
dilengkapi terutama helm.
10. Orang tidak Area Untuk keperluan tertentu, terdapat orang
berkepentingan masuk Pengolahan lain (seperti warga sekitar) di bengkel
ke bengkel Batubara yang memasuki area bengkel dan tanpa
dilengkapi alat pelindung diri.
20
Faktor Personal Penyebab Menurunnya Produktivitas dan Kinerja
Kelelahan operator adalah faktor yang utama pada insiden atau kecelakaan.
Mengantuk adalah respon psikologi pada kelelahan dan tidak baik untuk
melakukan pekerjaan, sehingga perlu adanya manajemen untuk mengatur
kebiasaan atau pola hidup dengan istirahat yang cukup.
1. Faktor Lingkungan: mendengar suara secara terus menerus, getaran dari alat
yang terus menerus, perubahan temperatur, tidak mengerti cara untuk
mengidentifikasi dengan cepat, pergerakan dari kendaraan.
2. Faktor Tugas: melebihi kemampuan fisik atau mental atau banyak tuntutan
pekerjaan, jam kerja termasuk lembur, pekerjaan personal, teguran tugas
keselamatan, memerlukan konsentrasi tingkat tinggi, mengoperasikan mesin
atau pekerjaan yang aktif, melakukan pekerjaan berulang-ulang, bosan dan
monoton atau pekerjaan kurang menantang, durasi pekerjaan atau waktu kerja
yang lama.
3. Faktor Personal: tidur terlalu malam, keluarga, lingkungan sekitar atau
masalah finansial, baru sembuh dari sakit atau cidera, pekerjaan lain diluar
pekerjaan utama.
21
B. Sistem Manajemen K3
22
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting diperhatikan dan
diselamatkan antara lain untuk:
1. Menyelamatkan karyawan dari penderitaan sakit atau cacat, kehilangan waktu kerja
dan kehilangan pemasukan keuangan.
Kerangka dasar manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat disusun sebagai
berikut:
3. Sumber daya dan pembatas yang meliputi manusia, materialisme dan peralatan,
kebutuhan konsumen, kondisi ekonomi masayarakat dan lingkungan kerja serta
peraturan pemerintah dapat merupakan kegiatan manajemen dan fungsi manajemen.
23
1. Penentuan tata pelaksanaan kerja.
kecelakaan.
24
Sumber data: Dokumen Paket Pembinaan K3 Pada Tambang Tahun 2009
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak terkendali dan
tidak dikehendaki yang disebabkan langsung oleh tindakan tidak aman (unsafeact)
dan kondisi tidak aman (unsafe condition) sehingga menyebabkan terhentinya
suatu kegiatan baik terhadap manusia maupun terhadap alat. Hal ini sering disebut
sebagai konsep 3U yaitu Unplanned, Undesirable dan Uncontrolled.
Kecelakaan yang terjadi selalu ada penyebabnya, penyebab yang paling utama
adalah disebabkan oleh:
25
Yaitu kondisi tidak aman yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja
atau peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pertambangan.
a. Faktor lingkungan
Faktor ini berkaitan dengan kondisi di tempat kerja, yang meliputi:
-Keadaan lingkungan kerja
-Kondisi proses produksi
b. Faktor alat kerja
Di mana bahaya yang ada dapat bersumber dari peralatan dan bangunan
tempat kerja yang salah dirancang atau salah pada saat pembuatan serta
terjadinya kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh seorang perancang.
Selain itu, kecelakaan juga bisa disebabkan oleh bahan baku produksi yang
tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, kesalahan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan.
c. Faktor manusia
Faktor ini berkaitan dengan perilaku tindakan manusia di dalam melakukan
pekerjaan, meliputi:
-Kurang pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaannya
maupun dalam bidang keselamatan kerja. Kurang mampu secara fisik dan
mental.
-Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja.
-Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman. Bahaya yang
ada bersumber dari faktor manusianya sendiri dan sebagian besar
disebabkan tidak menaati prosedur kerja.
26
Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan
dari pucuk pimpinan untuk menyadari peran pentingnya masalah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, yang meliputi:
-Tidak adanya standar atau kode Keselamatn dan Kesehatan kerja yang dapat
diandalkan.
-Sitem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas.
kurang baik.
27
BAB III PEMBAHASAN
b. Pakaian kerja
Pakaian kerja di bagian proses dan maintenance adalah dengan menggunakan
pakaian coverall. Selain itu, disediakan pula pakaian khusus tahan panas, merupakan
pakaian yang khusus digunakan untuk bekerja dengan tempat kerja yang mempunyai
pajanan panas berlebih (Upsetting dan Heat Treatment).
c. Pelindung Kaki
Pelindung kaki yang digunakan di PT. Seamless Pipe Indonesia Jaya adalah
dengan menggunakan safety shoes dan safety boot. Alat pelindung kaki jenis safety
shoes ini wajib digunakan bagi setiap tenaga kerja di semua area kerja. Baik dipakai
saat bekerja di area plant industri maupun kantor.
28
d. Pelindung Mata (safety glass)
Pelindung mata yang disediakan perusahaan adalah safety glass, goggles,
fullface, face shield yang biasanya digunakan untuk pekerjaan menggerinda, mengelas,
menempa, menyemprot cat ataupun perbaikan alat lainnya yang mengandung bahan
kimia. Pemakaian alat pelindung ini bersifat wajib untuk dipakai saat bekerja. Area
kerja yang diwajibkan memakai adalah pekerjaan di bagian coupling shop line,
threading pipe line, pekerjaan menggerinda di bagian up setting, manual lathe process,
coating, dan juga pekerjaan painting pipe.
e. Pelindung Telinga
Pelindung telinga yang digunakan adalah ear plug dan ear muff yang dipakai
ketika bekerja pada area yang memiliki intensitas kebisingan tinggi. Area kerja yang
diwajibkan memakai adalah area kerja keseluruhan baik di Departemen Produksi, Pipe
finishing threading, Coupling Shop, Heat Treatment, Upsetting, Premium Area
Production, Offline Bulding dan juga Sandblasting Area.
f. Masker
Pelindung masker jenis chemical dust, mechanical canister dan canister gas
digunakan pada saat melakukan pekerjaan grinding, sandblasting, painting, copper
plating and coating di bagian proses produksi coupling shop area dan semua jenis
pekerjaan yang berhubungan dengan pemakian bahan kimia dan pekerjaan yang
menghasilkan debu.
g. Sarung Tangan
Sarung tangan yang digunakan di area kerja perusahaan ada beberapa macam,
diantaranya adalah:
1) Asbes glove yang digunakan untuk pekerjaan panas.
2) Cotton glove yang digunakan untuk pekerjaan ringan dengan material kasar.
3) Rubber glove yang digunakan untuk penanganan bahan kimia cair.
4) Welding glove yang digunakan untuk pekerjaan mengelas.
5) Leather hand glove yang digunakan untuk menggerinda , pada material yang
bergerak.
29
h. Sabuk Pengaman
Sabuk pengaman digunakan pada pekerjaan yang dilakukan di atas ketinggian
lebih dari dua meter diatas landasan, yang memungkinan terjadinya bahaya jatuh dari
ketinggian. Jenis sabuk pengaman yang digunakan adalah safety harness dan safety
belt. Hal ini dilakukan pada pekerjaan pengecekan dan perbaikan tower lamp, uji emisi
gas cerobong asap pabrik dan uji kebocoran pipa di ketinggian.
B. Bahan Kimia Berbahaya
Terkait dengan penggunaan bahan kimia organik berbahaya, maka Indonesia telah
merativikasi konvensi Stockholm melalui Undang-undang No. 19 tahun 2009 tentang
Pengesahan Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten atau
Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs). Konvensi ini bertujuan
untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan POPs dengan
cara melarang, mengurangi, membatasi produksi dan penggunaan, serta mengelola
30
timbunan bahan POPs yang berwawasan lingkungan. Bahan POPs ini akan dibahas
lebih lanjut dalam Bagian 5 Diktat ini.
Limbah radioaktif di Indonesia dikelola oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)
yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 1985 tentang Dewan Tenaga
Atom dan Badan Tenaga Atom Nasional dan Keputusan Presiden No. 82 Tahun 1985
tentang Badan Tenaga Atom Nasional. Semua yang berkaitan dengan ketenaga atoman
pada dasarnya diatur oleh Undang-undang No. 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-
ketentuan pokok tenaga atom. Selanjutnya beberapa peraturan lain di bawahnya
antara lain:
− Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 tentang izin pemakaian zat radioaktif dan
atau sumber radiasi
31
Pengertian pengelolaan B3 adalah 'kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3’ (pasal 1 angka 2).
Dalam kegiatan tersebut, terkait berbagai fihak yang merupakan mata rantai dalam
pengelolaan B3. Setiap mata rantai tersebut memerlukan pengawasan dan
pengaturan. Oleh karenanya, pasal-pasal berikutnya mengatur masalah kewajiban dan
perizinan bagi mereka yang akan memproduksi (menghasilkan), mengimpor,
mengeksport, mendistribusikan, menyimpan, menggunakan dan membuang bahan
tersebut bilamana tidak dapat digunakan kembali. Disamping aspek yang terkait
dengan pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan dan atau kerusakan
lingkungan yang menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap fihak yang
terkait, maka aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta penanggulangan
kecelakaan dan keadaan darurat diatur dalam PP tersebut.
Tidak semua pengelolaan bahan yang berbahaya diatur oleh PP tersebut, antara
lain karena telah diatur dalam PP lain, atau telah diatur oleh instansi lain berdasarkan
konvesi internasional seperti bahan radioaktif. Bahan berbahaya yang tidak termasuk
yang diatur adalah (pasal 3):
o Bahan radioaktif
o Bahan peledak
o Hasil produksi tambang serta minyak gas dan gas bumi dan hasil olahannya
Untuk menentukan apakah sebuah bahan termasuk dalam kelompok B3, maka PP
tersebut mengklasifikasikan B3 dalam 8 kelompok, yaitu (pasal 5):
32
o Pengoksidasi (oxidizing)
o Beracun:
o Bebahaya (harmful)
o Korosif (coorosive)
o karsinogenik (carcinogenic)
o teratogenik (teratogenic)
o mutagenik (metagenic)
33
C. Identifikasi Kecelakaan
1 SD 8
2 SMP 26
3 STM/SMK/SMU 42
4 D3 10
5 S1 51
6 S2 42
Jumlah 92
34
Terlihat pada tabel 4.3, masih rendah sekali tingkat pendidikan di PT. ANM. Oleh
karena itu perlu pembinaan atau pelatihan yang harus diberikan dari pihak
perusahaan. Pelatihan yang diberikan sesuai dengan pekerjaannya selain itu pelatihan
juga dilakukan untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan karyawan. 4.2.4.
Kurang Mampu Secara Fisik (Dalam Kondisi Lemah) Keadaan seseorang yang secara
fisik maupun mental tidak siap melakukan pekerjaan akan membahayakan dirinya
sendiri maupun orang lain.
Menurut hasil pengamatan dan data yang didapatkan dari perusahaan, kecelakaan
terjadi karena tindakan yang tidak aman, juga kondisi yang tidak aman. Data
kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2009 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.6.
35
6 28 Jalan menuju area Unsafe Ngebut, mobil masuk
September Tambang Condition selokan
2010
7 11 Jalan menuju area Unsafe Mobil mengangkut
Desember Tambang Condition penumpang
2010 bermuatan
lebih, ban pecah pada
saat menanjak
8 12 Januari Jalan menuju area Unsafe act Ngebut
2011 Tambang
9 14 Maret Jalan menuju area Unsafe act Jalan berdebu
2011 Tambang
10 15 Mei Jalan menuju area Unsafe act Curah hujan tinggi,
2012 Tambang jalan menanjak licin
dan jalan banyak
berluban
11 15 Juni Jalan menuju area Unsafe Kemarau, berdebu,
2012 Tambang condition jalan tidak padat dan
banyak mobil selip
36
Menurut kode ILO pelaporan adalah suatu prosedur yang ditetapkan di
dalam hokum dan peraturan nasional dan praktik di perusahaan agar pekerja
melaporkan kepada penyedia mereka, orang yang kompeten tau badan lain yang di
tetapkan tentang informasi mengenai :
Para pekerja dan wakil mereka harus diberi informasi yang tepat oleh
pengusaha mengenai peraturan untuk pelaporan, pencatatan, dan pemberitahuan
informasi tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
37
38
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan kegiatan di PT. Atoz Nusantara Mining, masih banyak terdapat
tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
2. Persentase kecelakaan untuk tindakan tidak aman (unsafe act) adalah 54,55 % dan
untuk kondisi tidak aman (unsafe condition) adalah 45,45 %.
3. Nilai kekerapan kecelakaan/Frequency Rate (FR) pada tahun 2009-2012 masih tinggi
dan nilainya berturut-turut adalah 4,87 ; 6,49 ; 3,24 ; 3,24.
B. Saran
Saran yang penyususn berikan untuk pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan kerja
adalah sebagai berikut :
1. Melengkapi dan meningkatkan kualitas APD untuk para karyawan sesuai dengan
bidang kerjanya.
39
3. Memberikan pembinaan untuk karyawan tentang pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja trutama pada pekerja yang tingkat pendidikanya masih rendah.
40
DAFTAR PUSTAKA
repository.upnyk.ac.id
www.ilo.org0>documents>wcms_124569
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uac
t=8&ved=0ahUKEwiTqbfyr7LaAhULpY8KHb7XAzoQFghpMAY&url=http%3A%2F%2Fww
w.ptfi.co.id%2Fmedia%2Ffiles%2Fpublication%2F529fe765269ba_02_wtsd_bab_2__te
naga_kerja.pdf&usg=AOvVaw24QMBs_pd6ETcoZgg-2PWL
41