Anda di halaman 1dari 5

6 Tahap Utama Purifikasi (Pemurnian) Gas Alam

Proses purifikasi (purification) gas alam atau sering juga disebut proses pemurnian gas
dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan/memisahkan impurities (zat pengotor) yang tidak
dikehendaki di dalam gas alam tersebut. Sebelum proses pemurnian dilakukan, gas alam yang
diperoleh dari sumur terlebih dahulu harus melalui tahap pengujian di laboratorium untuk
mengetahui senyawa-senyawa kimia yang terlarut di dalamnya. Hal ini diperlukan untuk
menentukan proses purifikasinya, jumlah unit proses, jenis bahan kimia serta dosis bahan kimia
yang akan digunakan, Purifikasi atau proses pemurnian gas alam terdiri dari beberapa tahap, antara
lain:

1. Purifikasi untuk memisahkan kondensat


2. Penghilangan CO2 (CO2 Removal)
3. Untuk menghilangkan gas H2S dan CO2 (H2S and CO2 removal)
4. Purifikasi untuk menghilangkan markaptan (RSH)
5. Penghilangan kandungan air
6. Purifikasi untuk menghilangkan merkuri.

6 tahap di atas tentunya memiliki tujuan masing-masing, dan tentunya disesuaikan dengan
hasil pengujian di laboratorium. Untuk memperdalam pengetahuan mengenai proses pemurnian gas
alam, silahkan simak ulasan masing-masing tahap di atas.

1. Memisahkan Kondensat
Kondensat adalah hidrokarbon cair (berupa hidrokarbon berat) yang terdapat
dalam gas alam yang keluar dari sumur, kemungkinan terdiri atas senyawaan parafin,
naften dan aromat.
 Sebagai hidrokarbon parafin terdiri dari C6 – C11 atau bahkan sampai C19.
 Sebagai hidrokarbon naften terdiri dari siklo pentana, siklo heksana baik bentuk normalnya
maupun bentuk tersubstitusi (bentuk iso) atau bahkan bentuk poli naften.
 Sebagai hidrokarbon aromat terdiri dari benzena, baik bentuk normalnya maupun bentuk
tersubstitusi (bentuk iso) atau bahkan bentuk poli benzena.

Gas alam yang dikirim dari sumur gas alam dengan tekanan tinggi menyebabkan
perubahan komposisi dikarenakan pengembunan hidrokarbon berat di perjalanan
sehingga gas alam perlu dipisahkan dari cairan yang dikandungnya sebelum dikirim ke
unit-unit proses sebagai umpan proses pencairan gas alam baik sebagai LNG maupun
LPG.

Prinsip Pemisahan
Gas alam diekspansikan dalam suatu vessel (KOD, Knock Out Drum), maka
akan terjadi penurunan tekanan gas secara mendadak sehingga terjadi pengembunan
H2O (air) dan hidrokarbon berat. Kemudian seIanjutnya dipisahkan dengan glikol. GlikoI
yang terikat H2O dan hidrokarbon berat akan terpisahkan dari gas alam melalui dasar
drum sedangkan gas nya dialirkan ke unit pemurnian/purifikasi untuk diproses lebih
lanjut.

2. Menghilangkan CO2 (CO2 Removal)
Kandungan gas CO2 atau karbon dioksida dalam gas alam harus dihilangkan
karena akan berpengaruh terhadap kualitas gas alam maupun terhadap kuantititasnya.
Bila kandungan gas karbon dioksida di dalam gas alam tinggi, maka produk yang
dihasilkan akan lebih sedikit dibandingkan bila kandungan karbon dioksida rendah. Hal
ini disebabkan karena turunnya jumlah prosen komponen hidrokarbonnya. Disamping itu
bila kandungan gas CO2 tinggi, akan menurunkan nilai kalori dari gas alam tersebut. Hal
ini akan berpengaruh terhadap panas pembakaran dari produk yang dihasilkan, misalnya
CNG, LPG dan LNG. Juga gas CO 2 akan membeku pada proses pendinginan dan akan
menyumbat tube (pipa) dan menimbulkan biaya yang tinggi pada rekayasa pabrik
maupun pengoperasinya. Gas CO2 bersifat korosif, sehingga akan merusak peralatan
proses.Beberapa larutan/katalis yang digunakan untuk menghilangkan CO 2 diantaranya:
1. Alkali Karbonat
2. Larutan Amonia
3. Ethyl Di Ethanol Amine (MDEA)
4. Molecural Sieve.

Diantara beberapa proses yang disebutkan, paling ekonomis untuk


menghilangkan CO2 adalah larutan panas Kalium karbonat (K 2CO3) di dalam suatu
flash tank. Proses ini telah digunakan sejak th 1904, yaitu sebuah hak paten Jerman
untuk meyerap CO2 dan kemudian CO2 dilepas dengan menurunkan tekanan tanpa
menambah suhu pemanasan. Pada tahun 1924, proses ini dikembangkan oleh
Williamson dan Mathews, dengan meningkatkan kecepatan absorpsinya dengan
menaikkan suhu absorpsi dari 25 - 75 ºC.

3. Menghilangkan
H2S dan CO2 (H2S and CO2 Removal)
Hidrogen sulfida (H2S) dalam gas alam harus dihilangkan karena akan berpengaruh
terhadap kualitas gas alam maupun terhadap kuantititasnya.
 Segi kuantitas, kandungan Hidrogen Sulfida dalam gas alam relatif kecil
terutama gas alam dari Indonesia, maka pengaruhnya terhadap kuantitas gas
alam juga kecil. 
 Segi kualitas, bila kandungan gas Hidrogen sulfida tinggi, akan menurunkan nilai
kalori dari gas alam. Hal ini akan berpengaruh terhadap panas pembakaran dari
produk yang dihasilkan, misalnya CNG, LPG dan LNG. Disamping itu gas H 2S
bersifat korosif, akan merusak peralatan proses, sehingga menambah beaya
pemeliharaan.
 Segi proses pengolahan, bila kandungan H 2S di dalam gas alam tinggi, karena
sifatnya yang korosif maka akan merusak peralatan proses. Gas H 2S karena
sifatnya berbau sehingga menimbulkan bau pada produk yang dihasilkan.

4. Menghilangkan Merkaptan (RSH)


Terdapatnya RSH dalam gas alam harus dihilangkan karena akan
berpengaruh terhadap kualitas gas alam maupun terhadap kuantititasnya.
 Segi kuantitas, kandungan RSH di dalam gas alam relatif kecil, maka pengaruhnya
terhadap kuantitas gas alam relatif tidak ada.
 Segi kualitas, bila produk mengandung RSH melewati batas maksimum yang
ditentukan maka produk akan off spec, karena RSH menyebabkan produk menjadi
berbau.
 Segi proses pengolahan, RSH akan merusak peralatan dalam proses pengolahan gas
alam, karena bersifat korosif.

Proses purifikasi gas alam pada tahap penghilangan merkaptan biasanya


dilakukan dengan menggunakan pelarut sulfinol.
Proses Sulfinol
Pemisahan merkaptan (RSH) dari gas alarn dapat menggunakan pelarut
Sulfinol .Sulfinol adalah pelarut kimia terdiri dari campuran antara etanolamina
(yaitu diisopropanol amina = DIPA), sulfolane (tetrahidrotiofena dioksida) dan air.
Disamping dapat memisahkan merkaptan, juga dapat menyerap gas Hidrogen
Sulfida. Larutan akuatik monoetanol amina sangat efektif apabila tekanan parsial
gas Hidrogen Sulfida rendah.

BiIa digunakan Sulfinol, menyebabkan terjadinya kenaikkan tekanan


parsial H2S sehingga dapat meningkatkan reaksi antara H2S dan etanolamina.
Etanol amina sangat efektif untuk kecepatan alir sarnpai 23,6 csf/menit, sedang
Sulfinol efektif pada kecepatan alir 40,7 csf/menit. Dengan demikian fungsi dari
DIPA dan air adalah memperbesar serapan etanolamina. Dikatakan bahwa,
kapasitas pelarutan SuIfinol lebih baik dibanding dengan larutan etanolamina.

Proses ini khususnya digunakan apabila aliran gas alam bertekanan


tinggi dan mengandung komponen gas asam tinggi. Sulfinol sangat bagus untuk
menyerap merkaptan (RSH), karena 96 % metiI merkaptan dapat dihilangkan.

5. Tahap Dehidrasi
Terdapatnya H2O dalam gas alam harus dihilangkan karena akan berpengaruh
terhadap kualitas gas alam maupun terhadap kuantititasnya.
 Segi kuantitas, kandungan H2O di dalam gas alam relatif kecil, maka pengaruhnya
terhadap kuantitas gas alam relatif tidak ada.
 Segi kualitas, bila produk mengandung H 2O melewati batas maksimum yang ditentukan
maka produk akan off spec.
 Segi proses pengolahan, H2O (air) sangat mengganggu dalam proses pengolahan gas
alam, karena H2O akan membeku pada proses pendinginan dan akan membuntu atau
menyumbat pipa - pipa dan peralatan produksi lainnya.

Proses untuk menghilangkan uap air dari gas alam disebut dehidrasi atau
pengeringan gas alam. Proses pengeringan gas alam dilakukan dengan
menggunakan bahan penyerap.. Ada 2 (dua) proses dehidrasi, yaitu :
1. Dehidrasi secara absorbs
2. Dehidrasi secara adsorbsi.
Kedua tahap dehidrasi di atas dibedakan dengan bahan penyerapnya, di
bawah ini telah dituliskan penjelasannya serta metode pemisahannya.
a) Dehidrasi Secara Absorpsi
Dehidrasi secara absorpsi yaitu pemisahan uap air dengan menggunakan
bahan penyerap cairan. Dimana proses yang terjadi adalah suatu perpindahan zat
dari fasa gas ke fasa cair. Ada beberapa macam larutan yang dapat digunakan
sebagai penyerap cair antara lain Ethylene Glycol (EG), Diethylene Glycol (DEG),
Triethylene Glycol (TEG). Sampai tingkat kekeringan tertentu, pengeringan gas
dengan menggunakan glycol lebih ekonomis daripada pengeringan lainnya. Hal ini
disebabkan oleh kapasitas serapnya yang lebih besar. Untuk kekeringan yang lebih
tinggi pengeringan gas alam dilakukan dengan cara adsorpsi.

b) Dehidrasi Secara Adsorbsi


Penyerapan uap air dilakukan secara adsorpsi dimana adsorben yang
digunakan adalah adsorben padatan, dengan persyaratan selain dapat
menghilangkan air juga harus dapat diaktitkan kembali (regenerasi). Beberapa
adsorben padat yang digunakan untuk dehidrasi gas alam seperti Alumina atau silika
alumina, Silica Gel dan Molecular Sieve. Adsorben yang banyak digunakan adalah
Molecular Sieve, dikarenakan molecular sieve mempunyai kemampuan menyerap air
sampai di bawah 0,5 ppm, tidak korosif, tidak beracun, tahan panas serta tidak
menyerap hidrokarbon cair sehingga meniadakan fluktuasi komposisi gas dan
mudah diregenerasi walaupun masih memerlukan suhu tinggi.

6. Pemisahan Mercury (Hg)


Terdapatnya Hg (merkuri) dalam gas alam akan berpengaruh terhadap:
 Segi kuantitas, sama halnya dengan H2S/Sulfur, kandungan Hg di dalam gas alam relatif
kecil, maka pengaruhnya terhadap kuantitas gas alam relatif tidak ada.
 Segi kualitas, bila produk mengandung Hg (merkuri) melewati batas maksimum yang
ditentukan maka produk akan off spec.
 Segi proses pengolahan, Hg bersifat korosif dan akan merusak peralatan pabrik terutama
tube - tube aluminium, karena akan membentuk logam paduan (amalgam).

Penghilangan unsur Hg (merkuri) dalam gas alam, dilakukan dengan cara


adsorpsi dengan menggunakan padatan karbon aktif yang diperkaya oleh Sulfur 12
% (sulfur impregnated activated carbon). Akibat dari reaksi ini, akan timbul lubang -
lubang kecil dari tube tersebut karena "amalgam corrosion".
Proses purifikasi gas alam seperti yang telah dijelaskan di atas mungkin saja
beberapa diantaranya berbeda dengan proses di kilang gas lainnya. Hal tersebut
biasanya dipengaruhi oleh jenis gasnya (senyawa yang terkandung di dalamnya).

Anda mungkin juga menyukai