Anda di halaman 1dari 39

BAB I

ANALISA KELAYAKAN USAHA


A. PROFIL PERUSAHAAN
1. DATA PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : PT. DAYEN
Tanggal Berdiri : 13 Maret 2019
Alamat Perusahaan : Desa Kasintuwu, Dusun Sampuraga, Kec.
Mangkutana, Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Jumlah Karyawan : 173


Jenis Perusahaan : Perseroan Terbatas (PT)
Produk : Butanol Dari Butiraldehida Dan Hidrogen Dengan
Proses Hidrogenasi Dengan Kapasitas 20.868 Ton /
Tahun.
Email : dayenpt@gmail.com

PT. DAYEN merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri


kimia yaitu perusahaan yang memproduksi Butanol dari Butilraldehida dan
Hidrogen dengan proses Hidrogenisasi dengan kapasitas 20.868 Ton / Tahun.
Adapun pabrik ini berada di Desa Kasintuwu, Dusun Sampuraga, Kec.
Mangkutana, Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Lokasi ini merupakan

1
tempat yang cukup strategis untuk mendirikan pabrik Butanol karena meninjau
akses lokasi yang mudah sehingga mudah untuk menyalurkan produk ke luar
kota. Dan lokasi sangat luas karena merupakan hutan dan jauh ari pemukiman
serta letaknya dekat dengan jalur laut yang akan mempermudah pengiriman
barang dan lain sebagainya.

2. VISI DAN MISI


 VISI
Menjadi industri Butanol yang kuat, berkualitas, dan berintegritas
yang mampu bersaing dengan industri skala nasional berbasis Inovasi dan
teknologi dalam menghasilkan produk yang ekonomis.

 MISI
a) Memperkuat dan mengembangkan tingkat produksi butanol
yang selama ini selalu diimport dengan tujuan ekspor.
b) Meningkatkan produktivitas sehingga mengurangi angka
pengangguran dan menciptakan lapangan kerja.

3. BIODATA PEMILIK
Nama : Ir. Dr. Hj. Dian Sapira S.T ., MT.
Jabatan : Komisaris (Pemilik)
Tempat, Tanggal Lahir : Soppeng, 21 Mei 1999
No. Telp/Hp : 082320054777
Email : diansapira21@gmail.com
Pendidikan Terakhir : Strata III (S3)

2
4. STRUKTUR ORGANISASI
Tabel 1.1 Bagan Struktur Organisasi Pabrik Butanol dan Hidrogen

a) Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi


1) Pemegang Saham

Pemegang saham adalah sekelompok orang yang ikut dalam


pengumpulan modal untuk mendirikan pabrik dengan cara membeli
saham perusahaan. Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang
besarnya tergantung dari prosentase kepemilikan saham seadangkan
kekayaan pribadi pemegang saham tidak dipertanggungjawabkan
sebagai jaminan atas hutang-hutang perusahaan. Pemegang saham harus
menanamkan saham wajib menanamkan modalnya paling sedikit 1
tahun. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah rapat dari
pemegang saham yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam mengambil

3
keputusan untuk kepentingan perusahaan. RUPS biasanya dilakukan
paling sedikit sekali dalam setahun, atau selambat-lambatnya enam bulan
sejak tahun buku yang bersangkutan berjalan (neraca telah aktif).
 Dewan Komisaris
Dewan komisaris terdiri dari para pemegang saham
perusahaan. Pemegang saham adalah pihak pihak yang
menanamkan modalnya untuk perusahaan dengan cara membeli
saham perusahaan. Besarnya kepemilikan pemegang saham
terhadap perusahaan tergantung/sesuai dengan besarnya modal
yang ditanamkan, sedangkan kekayaan pribadi dari pemegang
saham tidak dipertanggungjawabkan sebagai jaminan atas
hutang-hutang perusahaan. Pemegang saham harus
menanamkan saham paling sedikit 1 (satu) tahun. Tugas dan
wewenang dewan komisaris adalah Bertanggung jawab terhadap
pabrik secara umum dan memberikan laporan
pertanggungjawaban kepada para pemegang saham dalam
RUPS. Menerima pertanggungjawaban dari para manager
pabrik.
 Direktur Utama

Posisi direktur utama merupakan pemimpin tertinggi


perusahaan secara langsung dan penanggung jawab pada Dewan
komisaris dan membawahi Direktur teknik dan produksi,
Direktur keuangan dan administrasi Tugas dan wewenang
direktur utama adalah :
 Bertanggung jawab kepada Dewan komisaris
 Menetapkan strategi perusahaan, membuat perencanaan
kerja dan menginstruksikan cara-cara pelaksanaannya
kepada manager.
 Mengurus harta kekayaan perusahaan.
 Menetapkan sistem organisasi yang dianut dan menetapkan
pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab dalam

4
perusahaan untuk mencapai tujuan atau target perusahaan
yang telah direncanakan.
 Mengadakan koordinasi yang tepat pada seluruh bagian
organisasi.
 Memberikan instruksi resmi kepada bawahannya untuk
melaksanakan tugas masin-masing.
 Mempertanggungjawabkan kepada dewan komisaris semua
anggaran pembelanjaan dan pendapatan perusahaan.
2) Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Litbang mempunyai staff Direktur utama yang terdiri dari ahli
teknik dan ahli ekonomi. Tugas dan wewenang LItabang memberikan
nasehat dan informasi mengenai masalah teknik dan ekonomi kepada
Direktur Utama yaitu membantu direktur utama dalam bidang
penelitian dan pengembangan organisasi perusahaan, teknik proses dan
sebagainya, sehingga dapat memajukan perusahaan.
3) Kepala Bagian
Tugas dan wewenang Kepala Bagian yaitu membawahi
direktur teknik dan produksi atau Direktur Keuangan dan Administrasi
dalam melaksanakan aktivitas pada bagian masin-masing, memberi
pengawasan dan pengarahan terhadap seksi-seksi dibawahnya.Kepala
bagian terdiri dari :
 Kepala Bagian Produksi
Bertanggung jawab kepada Direktur Teknik dan
Produksi dalamm bidang mutu produksi dan kelancaran
produksi, dan membawahi Seksi Proses mengatur dan
mengawasi pelaksanaan jalannya proses produksi yang
terjadi serta realisasi rencana, bertanggung jawab atas
jalannya masing-masing proses, Seksi Laboratorium
bertugas mengawasi dan menganalisa mutu bahan baku,
bahan bakar dan produk supaya diperoleh kualitas produk
yang diharapkan. Seksi Bahan Baku mengatur jadwal

5
pembelian bahan baku, pengiriman serta bertanggung jawab
atas penyediaan bahan baku.
 Kepala Bagian Teknik

Mengatur dan mengawasi segala masalah yang


berhubungan dengan peralatan teknik, proses dan utilitas.
Bertanggung jawab kepada Direktur Teknik dan Produksi.
Kepala bagian Teknik membawahi Seksi Utilitas bertugas
mengawasi dan mengatur pelaksanaan penyediaan air pendingin,
steam, air umpan boiler, bahan bakar dan listrik, bertanggung
jawab atas peralatan, misalnya boiler. Seksi Pemeliharaan dan
Perbaikan melaksnakan pemeliharaan gudang, taman dan
peralatan proses termasuk utilitas. Mengadakan perbaikan
terhadap peralatan-peralatan yang mengalami kerusakan
- Kepala Bagian Umum bertanggung jawab kepada direktur
keuangan dan administrasi dalam bidang humas, keamanan
dan administrasi perusahan, Kepala Bagian Umum
membawahi, Seksi Humas yang mengatur hubungan antara
perusahaan dengan masyrakat diluar perusahaan. Seksi
Keamanan menjaga dan memelihara keamanan daerah
disekitar pabrik, menjaga semua bangunan pabrik dan
fasilitas perusahaan yang ada. Seksi Administrasi
menyelenggarakan pencatatan hutang-piutang, administrasi
peralatan kantor, serta maslah perpajakan dan semua masalah
yang berhubungan dengan administrasi perusahaan.
- Kepala Bagian SDM bertanggung jawab kepada Direktur
keuangan dan administrasi dalam bidang personalia dan
pelatihan tenaga kerja. Seksi Personalia bertugas
melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
tenaga kerja, antara lain penerimaan dan pemberhentian
tenaga kerja, penempatan karyawan dan menyangkut
hubungan kerja karyawan, Kesejatheraan karyawan,
Mengadakan pendidikan dan latihan kerja bagi karyawan.

6
Seksi Pelatihan Tenaga kerja bertugas mengatur dan
mengadakan pendidikan atau pelatihan kerja bagi karyawan.
- Kepala Bagian Keuangan bertanggung jawab Kepada
Direktur Keuangan dan Administrasi dalam bidang
keuangan, Kepala Bagian Keuangan Membawahi Seksi
keuangan dan pembukuan, mengadakan perhitungan uang
perusahaan, mengamankan keuangan perusahaan,
merencanakan keuangan di masa yang akan dating dan
membayar gaji karyawan.
- Kepala Bagian Pemasaran bertanggung jawab kepada Direktur
Keuangan dan Administrasi dalam bidang pemasaran, Kepala
Bagian Pemasaran Membawahi Seksi penjualan yang
bertanggung jawab mengenai masalah-masalah yang berguna
untuk mencari pemasaran yang seluas-luasnya dengan
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.Seksi
Gudang bertugas mengatur dan mengawasi keluar masuknya
produk dari Gudang.

B. ANALISA BAHAN BAKU


1. Butiraldehida
Sifat fisika :

Wujud : Cairan dan tidak berwarna

Densitas : 0,8048 g/mL

Spesific gravity : 0,8

Tititik didih : 75,7oC

Sifat kimia :
Rumus molekul :C4H8O
Berat molekul : 72

7
Sedikit larut dalam air, dapat bercampur dengan pelarut
organik seperti etanol, aseton dan toluene. Agen pengoksidasi dan
pereduksi yang kuat Mudah terbakar.
Sifat termodinamika :

Panas penguapan : 436 J/g

Panas pembakaran : 2478,7 KJ/mol

Panas spesifik : 2121 J/(kg.K)

Tekanan uap (20oC) : 12,2 Kpa

2. Hidrogen

Sifat fisika :
Wujud : Gas dan tidak berwarna

Titik didih : - 252,6 oC

Titik leleh : - 259,1 oC

Spesific gravity : 0,006

Densitas ( ) : 0,0899 g/mL


Viscositas (µ) (0 oC): 0,00834 cp
Sifat Kimia
Rumus Molekul : H2
Berat Molekul :2
Hidrogen jika direaksikan dengan klorin
menghasilkan asam klorida Hydrogen jika direaksikan
dengan oksigen atau udara digunakan untuk pengelasan
dan merupakan unsur ringan dan melimpah.
Sifat termodinamika :

Suhu kritis : -240 oC

Tekanan kritis : 12,8 atm

8
Enthalpy (0 oC) : 7749,2J/mol

Entropy (0oC) : 139,59J/(mol.K)

Thermal conductivity (0oC) : 1,739 mW/(cm.K)

Cp (0 oC) : 28,59J/(mol.K)

Cv (0oC) : 20,30J/(mol.K)

Kapasitas panas gas(100oC) : 3,5 kal/g oC

Panas laten penguapan(-253oC) : 107 kal/g

C. ANALISA PPROSES PRODUKSI

Proses produksi butanol dengan cara hidrogenasi dibagi


menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Tahap persiapan bahan baku
Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan dari proses
keseluruhan dalam pabrik. Bahan baku (butiraldehida) yang dipakai
mempunyai kemurnian 99,8 % ditampung pada tangki penyimpan ( F-
114). Kemudian oleh pompa butiraldehida (L-115a) dipompa menuju
reaktor (R-110) tipe fixed bed multitube yang sebelumnya di lewatkan
vaporizer (V-116) untuk diuapkan, kemudian dilewatkan flash drum
(H-117) untuk memisahkan secara keseluruhan gas yang berupa gas
butiraldehida, kemudian cairan butiraldehida direcycle kembali
menuju vaporizer (V-116) dengan menggunakan pompa butiraldehida
(L-1151) dan bercampur dengan umpan segar. Gas butiraldehida keluar
dari bagian atas flash drum (H-117) akan dimasukan kedalam reaktor
(R-110) tipe fixed bed multitube terlebih dahulu dilewatkan kompresor
(G-118) dan heat exchanger.
Untuk menaikan suhu sebelum masuk reaktor (R-110) tipe fixed bed
multitube. Sedangkan gas H2 yang mempunyai kemurnian 99,8% dari
tangki penyimpan (F-111) di ekspresikan dengan ekspander (N-112)
dan dilewatkan heat exchanger (E-113) untuk menaikan suhu sebelum

9
masuk reaktor (R-110) tipe fixed bed multitube. Adapun suhu operasi
dalam reaktor (R-110) tipe fixed bed multitube 210 oC dengan tekanan
3,5 atm.
2. Tahap Reaksi

Umpan yang berupa gas masuk ke dalam reactor (R-110) type fixed
bed miultitube yang mempunyai suhu operasi 210oC dengan tekanan
3,5 atm. Katalis yang digunakan adalah ikel dan reaksi yang terjadi
adalah :

C4H8O + H2 C4H10O

3. Tahap Pemisahan
Produk dari reaktor (R-110) tipe fixed bed multitube yang keluar
berupa gas dan uap yang terdiri dari hidrogen, butiraldehida dan butanol
kemudian diekspansi (N-121), lalu didinginkan dengan cooler (E-121a)
dan dikondensasikan oleh kondensor (E-112b). Selanjutnya dimasukan
ke flash drum (H-120) untuk memisahkan secara keseluruhan gas yang
berupa gas H2 dan cairan yang berupa butanol kemudian gas H2 direcycle
kembali dengan menggunakan kompresor dan bercampur dengan umpan
segar.
4. Tahap Pemurnian

Campuran feed yang keluar dari bagian bawah flash drum (H-
120) dialirkan dengan pompa (L-124) menuju kolom distilasi (D-
130) yang sebelumnya dipanaskan dengan heat exchanger (E-125).
Produk bawah kolom berupa butanol dialirkan menuju kondensor
(E-131), kemudian masuk akumulator (F-132) lalu dipompa (L-133)
selanjutnya ditampung dalam tangki penampung produk utama (F-
134) dan butanol yang diperoleh mempunyai kemurnian 95 % dan
produk atas berupa butiraldehida dialirkan menuju reboiler (E-135),
kemudian dipompa menuju cooler (E-137) selanjutnya ditampung
dalam tangki penampung.

10
5. Tahap Penanganan Produk
Produk utama butanol yang ada dalam tangki penampung
selanjutnya dikemas dalam drum dan siap untuk dipasarkan.

D. ANALISIS PRODUK DAN PEMASARAN


1. Produk
a. Butanol

Sifat fisika :

Wujud : Cairan dan tidak berwarna

Titik didih : 117,7 oC

Titik leleh : -90 oC

Densitas ( ) : 0,81337 g/mL

Viscositas : 33,79 mPa.s

Spesific gravity : 0,81

Sifat kimia :

Rumus molekul : C4H10O

Berat molekul : 74,1


Sifat termodinamika :

Temperatur kritis : 287 oC

Tekanan kritis : 4890 kPa

Tekanan uap : 0,628 kPa

Panas penguapan : 591,2 J/g

b. Kegunaan Butanol
Penggunaan butanol antara lain sebagai berikut :
- Industri pelapisan (untuk pembentukan lapisan nitrocellulose)
- Sebagai pelarut

11
- Sebagai bahan baku pembuatan n-butilasetat
- Sebagai bahan baku pembuatan glycoleter dan ester
- Sebagai bahan baku plastik
- Lapisan resin alkyd
- Industri komponen pembersih
- Industri pernis
- Untuk di eksport
2. Target/ Segmen Pasar yang dituju
Tujuan lain dari pra rancangan pabrik pembuatan Butanol ini
adalah untuk memenuhi dalam negri yang selama ini masih diimpor
dari negara lain dan selanjutnya dikembangkan untuk tujuan ekspor.
Selain itu, diharapkan dengan berdirinya pabrik ini akan memberi
lapangan pekerjaan dan memicu peningkatan produktivitas rakyat yang
pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Strategi Pemasaran
Produk yang tersedia belum bisa memenuhi permintaan. Jadi,
pembangunan pabrik jenis ini di Indonesia diharapkan dapat mengisi
kekurangan Butanol dan di Indonesia maupun di dunia. Berdasarkan
data kebutuhan dalam dan luar negeri serta kapasitas pabrik yang sudah
ada maka kapasitas pabrik direncanakan sebesar 20.868 ton/tahun
mengacu pada kapasitas terendah untuk proses pembuatan butanol
dinvestasi awal lebih murah, dengan pertimbangan di samping untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri sisanya dapat diekspor.
4. Analisis pesaing
Pra rancangan pabrik pembuatan bermanfaat untuk memberikan
informasi mengenai pabrik sebagai intermediet sehingga dapat
dijadikan referensi untuk pendirian suatu pabrik butanol. Pra rancangan
pabrik ini juga memberikan manfaat bagi perguruan tinggi sebagai suatu
karya ilmiah yang dipergunakan sebagai bahan acuan, masukan serta
bahan perbandingan dalam riset dan pengembangan studi di kalangan
akademis.

12
5. Saluran Distribusi
Sistem distribusi yang dilakukan secara langsung ke distributor
dan dapat pula dilakukan secara media online.
6. Utilitas
a) Unit Penyediaan Steam

Unit ini berfungsi untuk menyediakan kebutuhan steam yang


digunakan sebagai pemanas pada destilasi, heate
exchanger,vaporizer, dan reboiler. Kebutuhan steam dipenuhi
dengan jalan menguapkan air di dalam sebuah ketel (boiler). Untuk
itu maka kesadahan air pengisi ketel (boiler feed water) harus benar-
benar diperhatikan dan diperiksa dengan teliti serta harus bebas dari
kotoran yang mungkin akan mengganggu jalannya operasi pabrik.
Zat-zat yang terkandung dalam air umpan boiler (bahan baku
pembuatan steam) yang dapat menyebabkan kerusakan pada boiler:
Kadar zat terlarut (solube matter) yang tinggi
Zat padat terlarut (suspended solid)
Garam-garam kalsium dan magnesium
Zat organik (organik matter)
Silika, sulfat, asam bebas dan oksida
b) Unit Penyediaan Air

Unit penyediaan air bertugas untuk memenuhi kebutuhan air


baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitas. Segi kuantitas air
merupakan jumlah kebutuhan air yang harus dipenuhi sedangkan
segi kualitas air menyangkut syarat air yang harus dipenuhi. Di
dalam pra rencana pabrik Butanol keperluan air dipergunakan untuk:
1) Air umpan boiler

Air umpan boiler merupakan bahan baku pembuatan


steam yang berfungsi sebagai media panas. Kebutuhan steam
sebesar 579524,8588 kg/jam. Air umpan boiler disediakan
dengan excess 20 % sebagai pengganti steam yang hilang yang
diperkirakan karena adanya kebocoran akibat dari transmisi

13
sebesar 10 % sedangkan faktor keamanan sebesar 15 %,
sehingga kebutuhan air umpan boiler sebanyak 695429,8306
kg/jam. Air untuk keperluan ini harus memenuhi syarat-syarat
agar air yang digunakan tidak merusak ketel (boiler).
Persyaratan yang harus dipenuhi adalah air tidak mengandung
kation-kation seperti Ca2+, Mg2+ dan anion-anion seperti SO42-

, Cl-, SO32-. Untuk itu diperlukan treatment secara lebih


sempurna.
2) Air sanitasi

Air sanitasi digunakan untuk keperluan para karyawan di


lingkungan pabrik untuk konsumsi, cuci, mandi, masak,
laboratorium, perkantoran dan lain-lain. Syarat-syarat yang
perlu dipenuhi:
3) Air Pendingin

Air pendingin berfungsi sebagai media pendingin pada alat


perpindahan panas. Hal ini disebabkan karena:
- Air merupakan materi yang banyak didapat
- Mudah dikendalikan dan dikerjakan
- Dapat menyerap panas
- Tidak mudah menyusut karena pendinginan
- Tidak mudah terkondensasi
Mengingat kebutuhan air sebagai pendingin cukup
besar dan untuk menghemat pemakaian air, maka air
pendingin yang digunakan didinginkan kembali
(disirkulasi) dalam Cooling Tower, sehingga tidak perlu
dilakukan penggantian air pendingin, kecuali bila ada
kebocoran atau kehilangan karena penguapan, maka
disediakan penambahan air sebesar 20 % dari kebutuhan
air pendingin.

14
d.Air Proses
Air proses adalah air yang digunakan dalam proses. Air
proses ini ditambahkan pada peralatan washing tank untuk
melakukan proses pencucian.
c) Unit Penyediaan Listrik

Kebutuhan listrik pabrik Butanol ini direncanakan


disediakan oleh PLN dan generator set. Tenaga listrik yang
disediakan dipergunakan untuk menggerakkan motor, penerangan,
instrumentasi dan lainnya.
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan no 7 tahun 1964
tentang syarat-syarat kesehatan dan kebersihan serta penerangan
dalam tempat kerja, dimana untuk area kerja yang dituntut tingkat
ketelitian tinggi dalam waktu yang lama, syarat intensif penerangan
tiap m2 area kerja 500-1000 Lux atau sama dengan 500-1000

Lumen/m2.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik direncanakan listrik
dipenuhi dari PLN sebesar 134,466 KW dan dari generator sebesar
105,0238 KW, Jadi total kebutuhan listrik Pra Rencana Pabrik
Butanol adalah 239,4898 KW dengan daya yang harus dihasilkan
oleh generator adalah 220 KVA.
d) Unit Penyediaan Bahan Bakar

Bahan bakar pada Pra Rencana Pabrik Butanol digunakan


sebagai bahan bakar Boiler adalah 12007,6544 L/hari dan
Generator adalah 6102,4822 L/hari Jadi kebutuhan total bahan
bakar adalah 18110,1366 L/hari. Bahan bakar yang digunakan
dalam Pra Rencana Pabrik Butanol adalah solar (diesel oil).
Pemilihan bahan bakar tersebut berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:
- Harga relatif murah
- Mudah didapat

15
- Viscositas relative rendah
- Heating valuenya relative rendah
- Tidak menyebabkan kerusakan pada alat

E. Analisa Pabrik

Perancangan tata letak pabrik harus didesain secara efektif dan efisien.
Dimana lokasi pabrik ini berdekatan dengan jalan raya protokol sehingga
akses pemasaran menuju konsumen lebih mudah dan juga berdekatan dengan
pelabuhan sehingga pengambilan bahan baku di daerah Luwu Timur lebih
mudah. Selain itu, tata letak pabrik harus diperhatikan untuk mempermudah
mobilitas pabrik seperti tempat kerja karyawan, lokasi proses produksi,
tempat penimbunan bahan baku dan produk serta tempat penyedia utilitas.
Terdapat beberapa bangunan fisik yang bukan termasuk bangunan unit proses
seperti kantor, bengkel, kantin, mushola, pos keamanan dan perpustakaan
hendaknya ditempatkan dilokasi yang tidak mengganggu proses produksi dan
tidak membahayakan.
Tujuan perencanaan tata letak pabrik adalah untuk mendapatkan
kombinasi yang optimal antara fasilitas-fasilitas produksi. Hal ini diharapkan
agar proses produksi berjalan lancar dan para karyawan juga akan selalu
merasa senang dengan pekerjaannya. Namun dari tujuan yang sangat umum
tersebut maka beberapa pokok tujuan yang akan dicapai dengan perencanaan
tata letak yang baik adalah sebagai berikut :
1. Simplifikasi dari proses produksi
2. Minimasi biaya material handling
3. Mendapatkan penggunaan luas lantai/ruang yang efektif
4. Mendapatkan kepuasan karyawan serta kemauan kerja
5. Menghindarkan pengeluaran kapital yang tidak begitu penting
6. Mendorong efektifitas penggunaan karyawan
Secara garis besar tata letak pabrik terbagi atas beberapa daerah utama yaitu:
a) Daerah perkantoran dan fasilitas pendukung.
Arena ini terdiri dari:

16
1) Daerah perkantoran sebagai pusat kegiatan administrasi dan
keuangan pabrik yang mengatur kelancaran operasi pabrik.
2) Fasilitas-fasilitas bagi karyawan seperti:kantin, perpustakaan, dan
mushola.
b) Daerah Proses dan Ruang Kontrol
Daerah proses merupakan tempat alat-alat proses ditempatkan. Lokasi ini
berdampingan dengan ruang kontrol sebagai pusat pengendalian
berlangsungnya proses.
c) Daerah penyimpanan, bengkel dan garasi
Daerah penyimpanan, bengkel dan garasi merupakan lokasi penampungan
produk berlebih (saving product) serta alat penunjang mesin lainnya.
Bengkel digunakan apabila terjadi kerusakan pada mesin serta alat-alat
penunjang produksi.
d) Daerah utilitas dan pemadam kebakaran
Daerah utilitas dan pemadaman kebakaran merupakan pusat kegiataan
penyediaan air, steam, air pendingin dan pengolahan limbah disediakan
memenuhi kebutuhan air di area pabrik.
Dalam perancangan pengaturan letak peralatan proses pabrik harus
dirancang sedemikian rupa sehingga efisien. Beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Aliran bahan baku dan produk

Jalannya aliran bahan baku dan produk yang tepat akan


memberikan keuntungan ekonomis yang besar, serta menunjang
kelancaran dan keamanan pada saat produksi berlangsung.
b. Aliran udara

Diperlukan pengawasan mengenai kelancaran aliran udara di


dalam dan di sekitar area proses. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya stagnasi udara pada suatu tempat berupa penumpukan atau
akumulasi bahan kimia yang dapat membahayakan keselamatan
pekerja.
c. Operasi

17
Peralatan yang dilengkapi dengan alat kontrol sebaiknya
diletakkan dekat dengan control room untuk mempermudah
pengontrolan.
d. Pencahayaan

Setiap alat dalam unit proses harus dilengkapi pencahayaan yang


memadai untuk meminimalisir adanya kecelakaan kerja. Bagi alat yang
berbahaya dan beresiko tinggi dilengkapi dengan penerangan
tambahan.
e. Lalu lintas manusia dan kendaraan

Perancangan tata letak alat proses dipertimbangkan untuk


mempermudah lalu lintas manusia dan kendaraan yang berada di
pabrik.
f. Keamanan

Alat-alat proses harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau


oleh pemadam kebakaran atau kendaraan, sehingga tidak memakan korban
jiwa jika terjadi kecelakaan kerja.
g. Perawatan

Letak alat proses harus memperhatikan ruangan untuk perawatan.


Misalnya pada heat exchanger yang memerlukan ruangan yang cukup
untuk pembersihan tube.
h. Perluasan dan pengembangan pabrik

Pabrik yang didirikan diharapkan dapat berkembang dengan


penambahan unit sehingga diperlukan susunan pabrik yang
memungkinkan adanya perluasan.
i. Pertimbangan ekonomi

Letak alat–alat proses harus sebaik mungkin sehingga


memberikan biaya konstruksi dan biaya operasi yang minimal. Biaya
konstruksi dapat diminimalkan dengan mengatur letak alat sehingga
menghasilkan pemipaan yang terpendek dan membutuhkan bahan
konstruksi paling sedikit.

18
j. Jarak antar alat proses

Untuk alat proses yang mempunyai suhu dan tekanan operasi


tinggi, sebaiknya diberi jarak aman dari alat proses lainnya, sehingga
apabila terjadi ledakan atau kebakaran pada alat tersebut, tidak
membahayakan alat-alat proses lainnya.
Tabel 1.2 Perincian luas tanah dan bangunan pabrik

19
BAB II
ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS

A. KEBUTUHAN INVESTASI PABRIK

Hasil analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa investasi


awal yang dibutuhkan sebesar 115.193.658.303 terdiri dari investasi berupa
bangunan, tanah, listrik serta investasi berupa peralatan, seperti ditunjukkan
pada Tabel 2.1. Hal tersebut di atas sesuai dengan hasil analisis Arifin
(2005), yang menempatkan jenis investasi dan modal kerja sebagai langkah
awal dalam perhitungan untuk memperkirakan jumlah investasi dan modal
usaha yang dibutuhkan dari pendirian suatu usaha industri kecil.

Tabel 2.1 Tabel Investasi

20
21
B. BIAYA TENAGA KERJA
Tabel 2.2 Gaji Tenaga Kerja

22
C. TABEL BIAYA DAN BAHAN BAKU
Tabel 2.3 Biaya dan Bahan Bak

D. TABEL BIAYA LAINNYA


Tabel 2.4 Biaya Lainnya

23
Berdasarkan Pra Perancangan Industri Butanol yang akan dibangun,
70% merupakan pinjaman dari Bank Mandiri dengan suku Bungan 8%.
Pinjaman bank ini meliputi biaya alat-alat proses. Sedangangkan untuk 30%
berasal dari modal sendiri yang meliputi gsji karyawan, biaya tanah dan
bangunan, serta biaya bahan baku dan lain-lain.

E. TABEL BIAYA KESELURUHAN


Tabel 2.5 Biaya Keseluruhan

Menurut Giatman (2007) bahwa beberapa jenis biaya bervariasi


langsung dengan perubahan volume produksi, sedangkan biaya lainnya
relatif tidak berubah terhadap jumlah produksi. Pembagian biaya produksi
menjadi biaya tetap dan biaya variabel dilakukan pula oleh BI (2010)
bertujuan untuk memudahkan dalam proses perhitungan biaya operasional
per bulan dan per tahun produksi. Berdasarkan hal tersebut di atas maka
biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya tetap dan variabel seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.5.

24
BAB III
ANALISA KELAYAKAN PRODUKSI

A. KAPASITAS PRODUKSI
Kapasitas produksi tahun 2018-2028 : 20.868 TON/TAHUN

B. HARGA POKOK PRODUKSI


Biaya produksi
𝐻𝑃𝑃 =
Kapasitas produksi
𝐑𝐩 𝟏𝟐𝟏. 𝟐𝟗𝟔. 𝟔𝟐𝟓. 𝟏𝟐𝟓
=
20.868 ton
= 𝑅𝑝. 5.812.565 /𝑡𝑜𝑛

C. PENENTUAN HARGA JUAL KEUNTUNGAN


Keuntungan yang diinginkan adalah 25% ini sudah termasuk biaya
pemasaran, karena dengan keuntungan tersebut pengusaha bisa mendapatkan
keuntungan dari penjualan produknya lebih banyak dan supaya bisa lebih cepat
mengembalikan pinjaman uang dari bank.

Harga Jual Produk = HPP+ (25% keuntungan × HPP)


= 𝑅𝑝. 5.812.565 /𝑡𝑜𝑛 + (25% ×𝑅𝑝. 5.812.565 /
𝑡𝑜𝑛)
=𝑅𝑝. 5.812.565 /𝑡𝑜𝑛+ (0,25 ×𝑅𝑝. 5.812.565 /𝑡𝑜𝑛)
=𝑅𝑝. 5.812.565/𝑡𝑜𝑛+ 𝑅𝑝. 1.453.141 /𝑡𝑜𝑛
=Rp 7.265.706 /ton

D. TOTAL PENJUALAN PERTAHUN

Total Penjualan Per tahun = Harga jual × kapasitas produksi

= Rp 7.265.706/ ton × 20.868 ton


= Rp 151.620.752.808

25
Dari hasil perhitungan, harga jual Butanol adalah sebesar Rp. 7.265.706
/ton, dengan total penjualan pertahunnya sebesar Rp. 151.620.752.808.

E. BIAYA VARIABEL/UNIT
Biaya variabel cost
Variabel =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝑅𝑝 73.631.590.000
=
20.868 𝑡𝑜𝑛
= 𝑅𝑝 3.528.444

F. MENGHITUNG BREAK EVEN POINT (BEP)


BEP merupakan titik dimana total pemasukan perusahaan dari
penjualan produk (barang atau jasa) sama dengan total pengeluaran perusahaan
untuk memproduksi barang atau jasa. Besarnya BEP dirumuskan sebagai
berikut :

total fixed cost (FC)


BEP (Rp) =
Variabel cost
1−
Total penjualan
𝑅𝑝. 47.665.035.125
=
𝑅𝑝 73.631.590.000
1−
Rp 151.620.752.808

= 𝑅𝑝. 92.666.813.710

𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡
BEP kapasitas (Bungkus) =
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙

𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑢𝑛𝑖𝑡

𝑅𝑝. 47.665.035.125
=
𝑅𝑝7.265.706 − 𝑅𝑝 3.393.769

= Rp. 12.754 / ton

26
G. WAKTU KAPASITAS PRODUKSI
BEP Waktu
BEP kapasitas (Bungkus) × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
=
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
12.754 × 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
BEP Waktu =
20.868
BEP Waktu = 7,366 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
ℎ𝑎𝑟𝑖
Untuk menentuksn hari = 0,366 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 × 30 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 11 ℎ𝑎𝑟𝑖

Berdasarkan BEP kapasitas (bungkus), maka diperoleh waktu untuk


mencapai kapasitas produksi adalah 7 bulan 11 hari.

H. GRAFIK BEP

27
BAB IV
ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL

A. Proyeksi Benefit Cost Ratio (BCR)


Menurut Giatman (2007) bahwa metode benefit to cost ratio (BCR)
adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam tahap-tahap evaluasi
awal perencanaan investasi atau sebagai analisis tambahan dalam rangka
memvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lainnya, yaitu:

B. Pembayaran Pinjaman
Pinjaman dari bank : dari bank BRI dengan jumlah Rp. ..... dengan
persentase sebesar ......%
Modal sendiri : sebesar Rp. .......... dengan persentase sebesar ......... %
Pengembalian pinjaman dilakukan berdasarkan metode interest &
diminishing principalseperti ditunjukkan pada tabel 9. Menurut Kuswadi
(2007) bahwa biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang harus
ditanggung oleh suatu perusahaan sehubungan peminjaman dana, yaitu:
Biaya keseluruhan = biaya investasi + biaya produksi

= Rp. 115.193.658.303 + Rp 0
= 𝐑𝐩. 𝟏𝟏𝟓. 𝟏𝟗𝟑. 𝟔𝟓𝟖. 𝟑𝟎𝟑

28
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
a. Pokok pinjaman = 𝑛
Rp.115.193.658.303
= 10

= 𝐑𝐩. 𝟏𝟏. 𝟓𝟏𝟗. 𝟑𝟔𝟓. 𝟖𝟑𝟎

b. Suku bunga 10% = Biaya keseluruhan × suku bunga 10% pada tahun
ke 10
= Rp. 115.193.658.303 × 0.1490

= Rp.17.163.855.087

c. Jumlah = Biaya Keseluruhan + suku bunga


= Rp. 115.193.658.303 + Rp. 17.163.855.087

= Rp. 28.683.220.917

d. Angsuran = pokok pinjaman + bunga bank


= Rp. 14.399.207.288 + Rp 13.016.883.288
= Rp. 27.416.090.676

e. Sisa = jumlah – angsuran


= Rp. 128.210.541.691 - Rp. 27.416.090.676

= Rp 100.794.451.015
Tabel 4.1 Angsuran Pembayaran Pinjaman

29
C. Perhitungan Rugi Laba
Perhitungan rugi laba ditujukan untuk memisahkan aliran dana keluar
yang dapat merugikan usaha dan sumber pemasukan dana yang dapat
memberikan keuntungan terhadap usaha seperti ditunjukkan pada tabel 4.2. Hal
ini sesuai dengan pendapat Gray dkk (2007) yang menyatakan bahwa
perhitungan arus dana usaha sebagai hasil investasi dilakukan melalui analisis
perkiraan perhitungan rugi-laba. Dalam perhitungan rugi-laba tergambar
semua penerimaan dan pengeluaran perusahaan selama jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun, baik yang berhubungan dengan produksi atau kegiatan
pokok perusahaan maupun yang tidak berhubungan, seperti penerimaan atau
pengeluaran bunga dan sebagainya.
1) Laba kotor = Hasil penjualan – Total biaya produksi
= Rp 151.620.781.406 – Rp 121.296.625.125
= Rp 30.324.156.281
2) Laba bersih = Laba kotor – (Laba kotor × PPH 10%)
= Rp 30.324.156.281 – (Rp 30.324.156.281x 10%)
= Rp 27.291.740.653

3) Cash flow = laba bersih – bunga bank (10%)


= Rp 27.291.740.653 – Rp. 13.016.883.388
= Rp. 14.274.857.265
Tabel 4.2. Perhitungan Rugi Laba

30
D. Perhitungan Cash Flow
Hal ini sesuai dengan pendapat Husnan dan Muhammad (2008), yang
menyatakan bahwa dalam menaksir aliran kas hendaknya memisahkan aliran
kas yang terjadi karena keputusan pembelanjaan dan aliran kas yang terjadi
karena keputusan investasi. Selain aliran kas haruslah didasarkan atas dasar
setelah pajak, maka aliran kas ditaksir atas dasar selisih.Penaksiran kas menjadi
penting bagi penilaian proyek, khususnya kas, seperti ditunjukkan pada Tabel
4.3. Tabel 4.3. Komulatif cash flow

E. Proyeksi Pay Back Period


Menurut Kuswadi (2007) bahwa payback period (PBP) sering juga
disebut pay out time (POT) atau masa pulang (kembalinya) modal, adalah
jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah modal yang
ditanam. Resiko yang didapat semakin kecil jika modal semakin cepat
kembali.Jadi metode ini menilai proyek penanaman modal atas dasar kecepatan
kembalinya modal yang ditanam pada proyek. Perhitungan pengembalian
modal didasarkan atas laba bersih ditambah penyusutan = net cash flow.

Diketahui:

𝑎−𝑏
𝑃𝐵𝑃 = 𝑛 + 𝑥 1
𝑐−𝑏

31
Rp.115.193.658.303 − Rp.31.487.152.816
𝑃𝐵𝑃 = 3 + 𝑥 1
50.139.369.097 − Rp.31.487.152.816

= 6.22
= 6 Tahun 3 Bulan

F. Minimum Atractive Rate Of Return


Menurut Giatman (2007), nilai MARR umumnya ditetapkan secara
subjektif melalui beberapa pertimbangan tertentu dari investasi tersebut.
Pertimbangan yang dimaksud adalah suku bunga investasi (i), biaya lain yang
harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi (Cc), dan faktor resiko
investasi (α).
Faktor risiko dipengaruhi faktor risiko dari usaha, tingkat persaingan
usaha sejenis dan manajemen style dari pimpinan perusahaan.Berdasarkan hal
itu, nilai MARR biasanya ditetapkan secara subjektif dengan memperhatikan
faktor-faktor di atas.
Nilai IRR dapat pula dihitung berdasarkan estimasi cash flow investasi.
Diketahui:
Inflasi(F) = 4.17%
Suku Bunga (I) = 8%
MARR = {( 1 + i )}x{( 1 + f)} – 1
= 13%
G. Proyeksi Net Present Value (NPV)
Menurut Kuswadi (2007) bahwa net present value (NPV) atau nilai
sekarang bersih (nilai sekarang netto) adalah perbedaan antara nilai sekarang
netto (NSN) atau (total net cash flow) selama umur proyek dengan nilai
sekarang dari besarnya investasi (outlay / net investment).
NPV = (-Investasi + Benefict Cost x P/A 10%)-(Annual Cost x P/A 10%)
= (-Rp. 115.193.658.303 + Rp. 151.620.781.406 x 0.1490) -
(Rp.121.296.625.125 x 0.1490)
= Rp 88.284.462.760
H. Proyeksi Internal Rate Return (IRR)
Menurut Kuswadi (2007) bahwa internal rate of return (IRR) adalah
suatu tingkat bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan tingkat

32
keuntungan proyek, sehingga nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi
proyek (total net cash flow setelah di-present-value-kan (nilai sekarang netto),
jumlahnya sama dengan biaya investasi.
Bunga 22% :
NPV1 = (-Investasi+Benefict Cost x P/A 28%)-(Annual Cost x P/A 28%)
=(-Rp. 115.193.658.303 + Rp. 151.620.781.406 x 3.29232) -
(Rp.121.296.625.125 x 3.9232)
= Rp. 3.774.071.620
Bunga 25% :
NPV2 = (-Investasi+Benefict Cost x P/A 29%)-(Annual Cost x P/A 29%)
= (-Rp. 115.193.658.303 + Rp. 151.620.781.406 x 3.5705) -
(Rp.121.296.625.125 x 3.5705)
= -Rp.6.921.258.301
NPV1
Maka IRR = %NPV 1+ x(% 𝑁𝑃𝑉 2 − % NPV 1)
NPV1−NPV2
Rp.3.774.071.620
= 22% + x(25% − 22%)
Rp.3.774.071.620—( −Rp.6.921.258.301)

= 22%
I. Uji Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang terjadi dengan
hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar
perhitungan biaya atau keuntungan. Dalam analisis sensitivitas setiap
kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan
analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan, karena analisis proyek didasarkan
pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang
apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Hidayat dkk, 2009).
Menurut Wijanarko dkk, 2005, bahwa analisis sensitivitas adalah
analisis dengan mengubah nilai parameter-parameter biaya pabrik untuk
mengetahui akibatnya terhadap parameter kelayakan pabrik, seperti pada
table 9.

33
Tabel 9. Data uji sensitivitas

Berdasarkan Tabel 9 tersebut di atas menunjukkan bahwa:


1. Pada kasus pertama, jika nilai investasi mengalami penurunan atau kenaikan
20% tidak akan mempengaruhi nilai kelayakan finansial.
2. Pada kasus kedua, jika nilai bahan baku turun 20% maka kelayakan finansial
menjadi tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar, sedangkan
apabila nilai bahan baku naik 20% maka kelayakan finansial akan lebih sedikit
menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar
3. Pada kasus ketiga, jika nilai bahan baku naik 20% maka kelayakan finansial
menjadi menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar, sedangkan
apabila nilai baku turun 20% maka kelayakan finansial tidak menguntungkan
jika dibandingkan dengan nilai dasar, seperti ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3.

34
Gambar 2. Uji sensitivitas pada nilai NPV

GRAFIK SENSITIVITAS NPV

Rp120,000,000,000.00

Rp100,000,000,000.00 Base Case

Rp80,000,000,000.00 INVESTASI

BAHAN
NPV

Rp60,000,000,000.00 BAKU
KARYAWAN
Rp40,000,000,000.00

Rp20,000,000,000.00

Rp-
-30%-20%-10% 0% 10%20%30%

% CASE

Gambar 3. Uji sensitifitas pada nilai IRR

GRAFIK SENSITIVITAS IRR

30%

25%

20% Base Case


IRR

15% INVESTASI
10%
BAHAN
5% BAKU

0%
-40% -20% 0% 20% 40%

%
CASE

35
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Hasil kelayakan profil usaha menunjukkan:
Dengan adanya organisasi perusahaan yang didukung oleh 173
tenaga kerja, ketersediaan bahan baku Hidrogen, butiraldehida, air bersih,
Nikel, dan bahan pendukung lainnya , kesiapan proses produksi,
tersedianya produk dan pemasarannya di seluruh wilayah Indonesia serta
internasional, didukung oleh peralatan proses dan utilitas yang memadai
serta lingkungan dan lokasi pabrik yang strategis di Desa Kasintuwu,
Dusun Sampuraga, Kec. Mangkutana, Kab. Luwu Timur, Sulawesi
Selatan. Hal ini menunjukkan kelayakan secara unit usaha dalam pendirian
pabrik Butanol.
b. Hasil kelayakan teknis menunjukkan :
Dengan investasi awal sebesar Rp 115,193,658,303 yang berasal
dari pinjaman bank dan biaya modal sendiri seperti biaya bahan baku
sebesar Rp. 57,024,000,000 , biaya tenaga kerja sebesar
Rp.5,372,400,000, serta biaya lain-lain sebesar Rp. 60,675,703,115,
sebagai acuan kelayakan teknis terhadap pendirian pabrik Kalsium
Klorida.
c. Hasil kelayakan produksi menunjukkan :
Dengan fixed cost sebesar Rp. 47,665,035,125, variabel cost
sebesar Rp.73,631590,000, biaya produksi sebesar Rp. 121.296.625.125
,serta kapasitas produksi 28.868 ton/tahun menghasilkan Total Penjualan
per Tahun sebesar Rp. 151.620.781.406. BEP unit sebesar 𝑅𝑝 12.754/Ton
BEP rupiah sebesar 𝑅𝑝. 92.666.813.445 BEP secara keseluruhan dapat
dicapai pada bulan ketujuh (7 bulan 11 hari).
d. Hasil kelayakan Finansial menunjukkan :
Dengan BCR sebesar 1,8 dan PBP selama 6 Tahun 3 bulan
dihasilkan keuntungan NPV sebesar Rp 88.284.462.760 dan persentase

36
IRR 23% > MARR 13% menghasilkan kelayakan financial terhadap
pabrik Butanol.
e. Hasil uji sensitifitas menunjukkan bahwa yang paling rawan yaitu bahan
baku terhadap laju inflasi di kota Luwu Timur. Selain dari itu, uji
sensitifitas menunjukkan hasil stabil antara gaji karyawan, investasi dan
bahan baku, sehingga dapat dikatakan perusahaan Butanol ini layak
didirikan.

B. SARAN
Sebaiknya memperhatikan secara seksama faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil dari perhitungan kelayakan berdirinya perusahaan,
antara lain pengaruh laju inflasi terhadap harga bahan baku agar menjadikan
pabrik layak untuk didirikan.

C. PERTANYAAN DAN JAWABAN


Bagaimana jika laju inflasi terhadap bahan baku di kota Luwu Timur
sangat tinggi, apa yang harus dilakukan?
Jawaban :
Apabila bahan baku memungkinkan untuk diproduksi sendiri maka
hal itu akan mengurangi dampak dari inflasi bahan baku yang terjadi.
Namun, jika tidak memungkinkan untuk diprosduksi sendiri maka hal yang
harus diperhatikan yaitu jalur pengiriman bahan baku seperti jalur laut
melalui kapal dan darat menggunakan kereta api yang lebih murah.

37
DAFTAR PUSTAKA

Brownell and Young “ Proses Equipement Design” John wlley


and Sons, New york 1959.

Coulson J. M., and Hick T. G., “Handbook Of Chemical Engineering


Calculation”, Mc Graw Hill Book company, New York , 1984

Faith, W. L. D. B Keyes and Ronald L. clark, “ Industrial Chemicals” 3th


edition, John Willey and Sons Inc, New York, 1976

Fous, A. S. “ Principle of Unit Operation” 2nd edition, Jhon willey and


john Willey and sons inc, New York 1980

Geankoplis C. J., “ Transport Process and Unit Operation” 2nd edition.


John Willey and Sons Inc, New York 1980.

Hesses, H.C., and Rushton J. H., “ Process Equipment Design” 1st edition
Van Nostrand Company Inc, Princeton New Jersey, 1954

Kern, D. Q., “Process Heat Transfer” International Student Edition, Mc


Graw Hill Book Company, Singapore,1965

Kirk E. R., and Othmer D. F., “ Encyclopedia of chemical Technology”


Volume 4, 2nd Edition, Jhon Willey and Sons Inc., New York 1961.

Kirk E. R., and Othmer D. F., “ Encyclopedia of chemical Technology”


Volume 12, 2nd Edition, Jhon Willey and Sons Inc., New York 1961.
Ludwig E. E., “Applied Process Design for chemical and Petrochemical
Plant” volume 3,2nd edition, Gulf Publishing Company, Houston, 1965

38
Perry R. H., and Don Green , “ Perry Chemical Engineers’ Handbook” 6th
edition , Mc .Graw Hill Book company, Singapore 1984.

Petter, Max s. and Timmerhaus Klaus D., “Plant Design and Economic for
chemical Engineering” 3th Edition. Mc Graw Hill Book Company,
Singapore 1981.

Ulrich, G. D., “ A guide to Chemical Engineering Process Design and


Economic” Jhon Willey and Sons Inc, New York 1984.

39

Anda mungkin juga menyukai