1
tempat yang cukup strategis untuk mendirikan pabrik Butanol karena meninjau
akses lokasi yang mudah sehingga mudah untuk menyalurkan produk ke luar
kota. Dan lokasi sangat luas karena merupakan hutan dan jauh ari pemukiman
serta letaknya dekat dengan jalur laut yang akan mempermudah pengiriman
barang dan lain sebagainya.
MISI
a) Memperkuat dan mengembangkan tingkat produksi butanol
yang selama ini selalu diimport dengan tujuan ekspor.
b) Meningkatkan produktivitas sehingga mengurangi angka
pengangguran dan menciptakan lapangan kerja.
3. BIODATA PEMILIK
Nama : Ir. Dr. Hj. Dian Sapira S.T ., MT.
Jabatan : Komisaris (Pemilik)
Tempat, Tanggal Lahir : Soppeng, 21 Mei 1999
No. Telp/Hp : 082320054777
Email : diansapira21@gmail.com
Pendidikan Terakhir : Strata III (S3)
2
4. STRUKTUR ORGANISASI
Tabel 1.1 Bagan Struktur Organisasi Pabrik Butanol dan Hidrogen
3
keputusan untuk kepentingan perusahaan. RUPS biasanya dilakukan
paling sedikit sekali dalam setahun, atau selambat-lambatnya enam bulan
sejak tahun buku yang bersangkutan berjalan (neraca telah aktif).
Dewan Komisaris
Dewan komisaris terdiri dari para pemegang saham
perusahaan. Pemegang saham adalah pihak pihak yang
menanamkan modalnya untuk perusahaan dengan cara membeli
saham perusahaan. Besarnya kepemilikan pemegang saham
terhadap perusahaan tergantung/sesuai dengan besarnya modal
yang ditanamkan, sedangkan kekayaan pribadi dari pemegang
saham tidak dipertanggungjawabkan sebagai jaminan atas
hutang-hutang perusahaan. Pemegang saham harus
menanamkan saham paling sedikit 1 (satu) tahun. Tugas dan
wewenang dewan komisaris adalah Bertanggung jawab terhadap
pabrik secara umum dan memberikan laporan
pertanggungjawaban kepada para pemegang saham dalam
RUPS. Menerima pertanggungjawaban dari para manager
pabrik.
Direktur Utama
4
perusahaan untuk mencapai tujuan atau target perusahaan
yang telah direncanakan.
Mengadakan koordinasi yang tepat pada seluruh bagian
organisasi.
Memberikan instruksi resmi kepada bawahannya untuk
melaksanakan tugas masin-masing.
Mempertanggungjawabkan kepada dewan komisaris semua
anggaran pembelanjaan dan pendapatan perusahaan.
2) Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Litbang mempunyai staff Direktur utama yang terdiri dari ahli
teknik dan ahli ekonomi. Tugas dan wewenang LItabang memberikan
nasehat dan informasi mengenai masalah teknik dan ekonomi kepada
Direktur Utama yaitu membantu direktur utama dalam bidang
penelitian dan pengembangan organisasi perusahaan, teknik proses dan
sebagainya, sehingga dapat memajukan perusahaan.
3) Kepala Bagian
Tugas dan wewenang Kepala Bagian yaitu membawahi
direktur teknik dan produksi atau Direktur Keuangan dan Administrasi
dalam melaksanakan aktivitas pada bagian masin-masing, memberi
pengawasan dan pengarahan terhadap seksi-seksi dibawahnya.Kepala
bagian terdiri dari :
Kepala Bagian Produksi
Bertanggung jawab kepada Direktur Teknik dan
Produksi dalamm bidang mutu produksi dan kelancaran
produksi, dan membawahi Seksi Proses mengatur dan
mengawasi pelaksanaan jalannya proses produksi yang
terjadi serta realisasi rencana, bertanggung jawab atas
jalannya masing-masing proses, Seksi Laboratorium
bertugas mengawasi dan menganalisa mutu bahan baku,
bahan bakar dan produk supaya diperoleh kualitas produk
yang diharapkan. Seksi Bahan Baku mengatur jadwal
5
pembelian bahan baku, pengiriman serta bertanggung jawab
atas penyediaan bahan baku.
Kepala Bagian Teknik
6
Seksi Pelatihan Tenaga kerja bertugas mengatur dan
mengadakan pendidikan atau pelatihan kerja bagi karyawan.
- Kepala Bagian Keuangan bertanggung jawab Kepada
Direktur Keuangan dan Administrasi dalam bidang
keuangan, Kepala Bagian Keuangan Membawahi Seksi
keuangan dan pembukuan, mengadakan perhitungan uang
perusahaan, mengamankan keuangan perusahaan,
merencanakan keuangan di masa yang akan dating dan
membayar gaji karyawan.
- Kepala Bagian Pemasaran bertanggung jawab kepada Direktur
Keuangan dan Administrasi dalam bidang pemasaran, Kepala
Bagian Pemasaran Membawahi Seksi penjualan yang
bertanggung jawab mengenai masalah-masalah yang berguna
untuk mencari pemasaran yang seluas-luasnya dengan
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.Seksi
Gudang bertugas mengatur dan mengawasi keluar masuknya
produk dari Gudang.
Sifat kimia :
Rumus molekul :C4H8O
Berat molekul : 72
7
Sedikit larut dalam air, dapat bercampur dengan pelarut
organik seperti etanol, aseton dan toluene. Agen pengoksidasi dan
pereduksi yang kuat Mudah terbakar.
Sifat termodinamika :
2. Hidrogen
Sifat fisika :
Wujud : Gas dan tidak berwarna
8
Enthalpy (0 oC) : 7749,2J/mol
Cp (0 oC) : 28,59J/(mol.K)
Cv (0oC) : 20,30J/(mol.K)
9
masuk reaktor (R-110) tipe fixed bed multitube. Adapun suhu operasi
dalam reaktor (R-110) tipe fixed bed multitube 210 oC dengan tekanan
3,5 atm.
2. Tahap Reaksi
Umpan yang berupa gas masuk ke dalam reactor (R-110) type fixed
bed miultitube yang mempunyai suhu operasi 210oC dengan tekanan
3,5 atm. Katalis yang digunakan adalah ikel dan reaksi yang terjadi
adalah :
C4H8O + H2 C4H10O
3. Tahap Pemisahan
Produk dari reaktor (R-110) tipe fixed bed multitube yang keluar
berupa gas dan uap yang terdiri dari hidrogen, butiraldehida dan butanol
kemudian diekspansi (N-121), lalu didinginkan dengan cooler (E-121a)
dan dikondensasikan oleh kondensor (E-112b). Selanjutnya dimasukan
ke flash drum (H-120) untuk memisahkan secara keseluruhan gas yang
berupa gas H2 dan cairan yang berupa butanol kemudian gas H2 direcycle
kembali dengan menggunakan kompresor dan bercampur dengan umpan
segar.
4. Tahap Pemurnian
Campuran feed yang keluar dari bagian bawah flash drum (H-
120) dialirkan dengan pompa (L-124) menuju kolom distilasi (D-
130) yang sebelumnya dipanaskan dengan heat exchanger (E-125).
Produk bawah kolom berupa butanol dialirkan menuju kondensor
(E-131), kemudian masuk akumulator (F-132) lalu dipompa (L-133)
selanjutnya ditampung dalam tangki penampung produk utama (F-
134) dan butanol yang diperoleh mempunyai kemurnian 95 % dan
produk atas berupa butiraldehida dialirkan menuju reboiler (E-135),
kemudian dipompa menuju cooler (E-137) selanjutnya ditampung
dalam tangki penampung.
10
5. Tahap Penanganan Produk
Produk utama butanol yang ada dalam tangki penampung
selanjutnya dikemas dalam drum dan siap untuk dipasarkan.
Sifat fisika :
Sifat kimia :
b. Kegunaan Butanol
Penggunaan butanol antara lain sebagai berikut :
- Industri pelapisan (untuk pembentukan lapisan nitrocellulose)
- Sebagai pelarut
11
- Sebagai bahan baku pembuatan n-butilasetat
- Sebagai bahan baku pembuatan glycoleter dan ester
- Sebagai bahan baku plastik
- Lapisan resin alkyd
- Industri komponen pembersih
- Industri pernis
- Untuk di eksport
2. Target/ Segmen Pasar yang dituju
Tujuan lain dari pra rancangan pabrik pembuatan Butanol ini
adalah untuk memenuhi dalam negri yang selama ini masih diimpor
dari negara lain dan selanjutnya dikembangkan untuk tujuan ekspor.
Selain itu, diharapkan dengan berdirinya pabrik ini akan memberi
lapangan pekerjaan dan memicu peningkatan produktivitas rakyat yang
pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Strategi Pemasaran
Produk yang tersedia belum bisa memenuhi permintaan. Jadi,
pembangunan pabrik jenis ini di Indonesia diharapkan dapat mengisi
kekurangan Butanol dan di Indonesia maupun di dunia. Berdasarkan
data kebutuhan dalam dan luar negeri serta kapasitas pabrik yang sudah
ada maka kapasitas pabrik direncanakan sebesar 20.868 ton/tahun
mengacu pada kapasitas terendah untuk proses pembuatan butanol
dinvestasi awal lebih murah, dengan pertimbangan di samping untuk
pemenuhan kebutuhan dalam negeri sisanya dapat diekspor.
4. Analisis pesaing
Pra rancangan pabrik pembuatan bermanfaat untuk memberikan
informasi mengenai pabrik sebagai intermediet sehingga dapat
dijadikan referensi untuk pendirian suatu pabrik butanol. Pra rancangan
pabrik ini juga memberikan manfaat bagi perguruan tinggi sebagai suatu
karya ilmiah yang dipergunakan sebagai bahan acuan, masukan serta
bahan perbandingan dalam riset dan pengembangan studi di kalangan
akademis.
12
5. Saluran Distribusi
Sistem distribusi yang dilakukan secara langsung ke distributor
dan dapat pula dilakukan secara media online.
6. Utilitas
a) Unit Penyediaan Steam
13
sebesar 10 % sedangkan faktor keamanan sebesar 15 %,
sehingga kebutuhan air umpan boiler sebanyak 695429,8306
kg/jam. Air untuk keperluan ini harus memenuhi syarat-syarat
agar air yang digunakan tidak merusak ketel (boiler).
Persyaratan yang harus dipenuhi adalah air tidak mengandung
kation-kation seperti Ca2+, Mg2+ dan anion-anion seperti SO42-
14
d.Air Proses
Air proses adalah air yang digunakan dalam proses. Air
proses ini ditambahkan pada peralatan washing tank untuk
melakukan proses pencucian.
c) Unit Penyediaan Listrik
Lumen/m2.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik direncanakan listrik
dipenuhi dari PLN sebesar 134,466 KW dan dari generator sebesar
105,0238 KW, Jadi total kebutuhan listrik Pra Rencana Pabrik
Butanol adalah 239,4898 KW dengan daya yang harus dihasilkan
oleh generator adalah 220 KVA.
d) Unit Penyediaan Bahan Bakar
15
- Viscositas relative rendah
- Heating valuenya relative rendah
- Tidak menyebabkan kerusakan pada alat
E. Analisa Pabrik
Perancangan tata letak pabrik harus didesain secara efektif dan efisien.
Dimana lokasi pabrik ini berdekatan dengan jalan raya protokol sehingga
akses pemasaran menuju konsumen lebih mudah dan juga berdekatan dengan
pelabuhan sehingga pengambilan bahan baku di daerah Luwu Timur lebih
mudah. Selain itu, tata letak pabrik harus diperhatikan untuk mempermudah
mobilitas pabrik seperti tempat kerja karyawan, lokasi proses produksi,
tempat penimbunan bahan baku dan produk serta tempat penyedia utilitas.
Terdapat beberapa bangunan fisik yang bukan termasuk bangunan unit proses
seperti kantor, bengkel, kantin, mushola, pos keamanan dan perpustakaan
hendaknya ditempatkan dilokasi yang tidak mengganggu proses produksi dan
tidak membahayakan.
Tujuan perencanaan tata letak pabrik adalah untuk mendapatkan
kombinasi yang optimal antara fasilitas-fasilitas produksi. Hal ini diharapkan
agar proses produksi berjalan lancar dan para karyawan juga akan selalu
merasa senang dengan pekerjaannya. Namun dari tujuan yang sangat umum
tersebut maka beberapa pokok tujuan yang akan dicapai dengan perencanaan
tata letak yang baik adalah sebagai berikut :
1. Simplifikasi dari proses produksi
2. Minimasi biaya material handling
3. Mendapatkan penggunaan luas lantai/ruang yang efektif
4. Mendapatkan kepuasan karyawan serta kemauan kerja
5. Menghindarkan pengeluaran kapital yang tidak begitu penting
6. Mendorong efektifitas penggunaan karyawan
Secara garis besar tata letak pabrik terbagi atas beberapa daerah utama yaitu:
a) Daerah perkantoran dan fasilitas pendukung.
Arena ini terdiri dari:
16
1) Daerah perkantoran sebagai pusat kegiatan administrasi dan
keuangan pabrik yang mengatur kelancaran operasi pabrik.
2) Fasilitas-fasilitas bagi karyawan seperti:kantin, perpustakaan, dan
mushola.
b) Daerah Proses dan Ruang Kontrol
Daerah proses merupakan tempat alat-alat proses ditempatkan. Lokasi ini
berdampingan dengan ruang kontrol sebagai pusat pengendalian
berlangsungnya proses.
c) Daerah penyimpanan, bengkel dan garasi
Daerah penyimpanan, bengkel dan garasi merupakan lokasi penampungan
produk berlebih (saving product) serta alat penunjang mesin lainnya.
Bengkel digunakan apabila terjadi kerusakan pada mesin serta alat-alat
penunjang produksi.
d) Daerah utilitas dan pemadam kebakaran
Daerah utilitas dan pemadaman kebakaran merupakan pusat kegiataan
penyediaan air, steam, air pendingin dan pengolahan limbah disediakan
memenuhi kebutuhan air di area pabrik.
Dalam perancangan pengaturan letak peralatan proses pabrik harus
dirancang sedemikian rupa sehingga efisien. Beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Aliran bahan baku dan produk
17
Peralatan yang dilengkapi dengan alat kontrol sebaiknya
diletakkan dekat dengan control room untuk mempermudah
pengontrolan.
d. Pencahayaan
18
j. Jarak antar alat proses
19
BAB II
ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS
20
21
B. BIAYA TENAGA KERJA
Tabel 2.2 Gaji Tenaga Kerja
22
C. TABEL BIAYA DAN BAHAN BAKU
Tabel 2.3 Biaya dan Bahan Bak
23
Berdasarkan Pra Perancangan Industri Butanol yang akan dibangun,
70% merupakan pinjaman dari Bank Mandiri dengan suku Bungan 8%.
Pinjaman bank ini meliputi biaya alat-alat proses. Sedangangkan untuk 30%
berasal dari modal sendiri yang meliputi gsji karyawan, biaya tanah dan
bangunan, serta biaya bahan baku dan lain-lain.
24
BAB III
ANALISA KELAYAKAN PRODUKSI
A. KAPASITAS PRODUKSI
Kapasitas produksi tahun 2018-2028 : 20.868 TON/TAHUN
25
Dari hasil perhitungan, harga jual Butanol adalah sebesar Rp. 7.265.706
/ton, dengan total penjualan pertahunnya sebesar Rp. 151.620.752.808.
E. BIAYA VARIABEL/UNIT
Biaya variabel cost
Variabel =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝑅𝑝 73.631.590.000
=
20.868 𝑡𝑜𝑛
= 𝑅𝑝 3.528.444
= 𝑅𝑝. 92.666.813.710
𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡
BEP kapasitas (Bungkus) =
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
−
𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝. 47.665.035.125
=
𝑅𝑝7.265.706 − 𝑅𝑝 3.393.769
26
G. WAKTU KAPASITAS PRODUKSI
BEP Waktu
BEP kapasitas (Bungkus) × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
=
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
12.754 × 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
BEP Waktu =
20.868
BEP Waktu = 7,366 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
ℎ𝑎𝑟𝑖
Untuk menentuksn hari = 0,366 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 × 30 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 11 ℎ𝑎𝑟𝑖
H. GRAFIK BEP
27
BAB IV
ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL
B. Pembayaran Pinjaman
Pinjaman dari bank : dari bank BRI dengan jumlah Rp. ..... dengan
persentase sebesar ......%
Modal sendiri : sebesar Rp. .......... dengan persentase sebesar ......... %
Pengembalian pinjaman dilakukan berdasarkan metode interest &
diminishing principalseperti ditunjukkan pada tabel 9. Menurut Kuswadi
(2007) bahwa biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang harus
ditanggung oleh suatu perusahaan sehubungan peminjaman dana, yaitu:
Biaya keseluruhan = biaya investasi + biaya produksi
= Rp. 115.193.658.303 + Rp 0
= 𝐑𝐩. 𝟏𝟏𝟓. 𝟏𝟗𝟑. 𝟔𝟓𝟖. 𝟑𝟎𝟑
28
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
a. Pokok pinjaman = 𝑛
Rp.115.193.658.303
= 10
b. Suku bunga 10% = Biaya keseluruhan × suku bunga 10% pada tahun
ke 10
= Rp. 115.193.658.303 × 0.1490
= Rp.17.163.855.087
= Rp. 28.683.220.917
= Rp 100.794.451.015
Tabel 4.1 Angsuran Pembayaran Pinjaman
29
C. Perhitungan Rugi Laba
Perhitungan rugi laba ditujukan untuk memisahkan aliran dana keluar
yang dapat merugikan usaha dan sumber pemasukan dana yang dapat
memberikan keuntungan terhadap usaha seperti ditunjukkan pada tabel 4.2. Hal
ini sesuai dengan pendapat Gray dkk (2007) yang menyatakan bahwa
perhitungan arus dana usaha sebagai hasil investasi dilakukan melalui analisis
perkiraan perhitungan rugi-laba. Dalam perhitungan rugi-laba tergambar
semua penerimaan dan pengeluaran perusahaan selama jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun, baik yang berhubungan dengan produksi atau kegiatan
pokok perusahaan maupun yang tidak berhubungan, seperti penerimaan atau
pengeluaran bunga dan sebagainya.
1) Laba kotor = Hasil penjualan – Total biaya produksi
= Rp 151.620.781.406 – Rp 121.296.625.125
= Rp 30.324.156.281
2) Laba bersih = Laba kotor – (Laba kotor × PPH 10%)
= Rp 30.324.156.281 – (Rp 30.324.156.281x 10%)
= Rp 27.291.740.653
30
D. Perhitungan Cash Flow
Hal ini sesuai dengan pendapat Husnan dan Muhammad (2008), yang
menyatakan bahwa dalam menaksir aliran kas hendaknya memisahkan aliran
kas yang terjadi karena keputusan pembelanjaan dan aliran kas yang terjadi
karena keputusan investasi. Selain aliran kas haruslah didasarkan atas dasar
setelah pajak, maka aliran kas ditaksir atas dasar selisih.Penaksiran kas menjadi
penting bagi penilaian proyek, khususnya kas, seperti ditunjukkan pada Tabel
4.3. Tabel 4.3. Komulatif cash flow
Diketahui:
𝑎−𝑏
𝑃𝐵𝑃 = 𝑛 + 𝑥 1
𝑐−𝑏
31
Rp.115.193.658.303 − Rp.31.487.152.816
𝑃𝐵𝑃 = 3 + 𝑥 1
50.139.369.097 − Rp.31.487.152.816
= 6.22
= 6 Tahun 3 Bulan
32
keuntungan proyek, sehingga nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi
proyek (total net cash flow setelah di-present-value-kan (nilai sekarang netto),
jumlahnya sama dengan biaya investasi.
Bunga 22% :
NPV1 = (-Investasi+Benefict Cost x P/A 28%)-(Annual Cost x P/A 28%)
=(-Rp. 115.193.658.303 + Rp. 151.620.781.406 x 3.29232) -
(Rp.121.296.625.125 x 3.9232)
= Rp. 3.774.071.620
Bunga 25% :
NPV2 = (-Investasi+Benefict Cost x P/A 29%)-(Annual Cost x P/A 29%)
= (-Rp. 115.193.658.303 + Rp. 151.620.781.406 x 3.5705) -
(Rp.121.296.625.125 x 3.5705)
= -Rp.6.921.258.301
NPV1
Maka IRR = %NPV 1+ x(% 𝑁𝑃𝑉 2 − % NPV 1)
NPV1−NPV2
Rp.3.774.071.620
= 22% + x(25% − 22%)
Rp.3.774.071.620—( −Rp.6.921.258.301)
= 22%
I. Uji Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang terjadi dengan
hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar
perhitungan biaya atau keuntungan. Dalam analisis sensitivitas setiap
kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan
analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan, karena analisis proyek didasarkan
pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang
apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Hidayat dkk, 2009).
Menurut Wijanarko dkk, 2005, bahwa analisis sensitivitas adalah
analisis dengan mengubah nilai parameter-parameter biaya pabrik untuk
mengetahui akibatnya terhadap parameter kelayakan pabrik, seperti pada
table 9.
33
Tabel 9. Data uji sensitivitas
34
Gambar 2. Uji sensitivitas pada nilai NPV
Rp120,000,000,000.00
Rp80,000,000,000.00 INVESTASI
BAHAN
NPV
Rp60,000,000,000.00 BAKU
KARYAWAN
Rp40,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
Rp-
-30%-20%-10% 0% 10%20%30%
% CASE
30%
25%
15% INVESTASI
10%
BAHAN
5% BAKU
0%
-40% -20% 0% 20% 40%
%
CASE
35
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Hasil kelayakan profil usaha menunjukkan:
Dengan adanya organisasi perusahaan yang didukung oleh 173
tenaga kerja, ketersediaan bahan baku Hidrogen, butiraldehida, air bersih,
Nikel, dan bahan pendukung lainnya , kesiapan proses produksi,
tersedianya produk dan pemasarannya di seluruh wilayah Indonesia serta
internasional, didukung oleh peralatan proses dan utilitas yang memadai
serta lingkungan dan lokasi pabrik yang strategis di Desa Kasintuwu,
Dusun Sampuraga, Kec. Mangkutana, Kab. Luwu Timur, Sulawesi
Selatan. Hal ini menunjukkan kelayakan secara unit usaha dalam pendirian
pabrik Butanol.
b. Hasil kelayakan teknis menunjukkan :
Dengan investasi awal sebesar Rp 115,193,658,303 yang berasal
dari pinjaman bank dan biaya modal sendiri seperti biaya bahan baku
sebesar Rp. 57,024,000,000 , biaya tenaga kerja sebesar
Rp.5,372,400,000, serta biaya lain-lain sebesar Rp. 60,675,703,115,
sebagai acuan kelayakan teknis terhadap pendirian pabrik Kalsium
Klorida.
c. Hasil kelayakan produksi menunjukkan :
Dengan fixed cost sebesar Rp. 47,665,035,125, variabel cost
sebesar Rp.73,631590,000, biaya produksi sebesar Rp. 121.296.625.125
,serta kapasitas produksi 28.868 ton/tahun menghasilkan Total Penjualan
per Tahun sebesar Rp. 151.620.781.406. BEP unit sebesar 𝑅𝑝 12.754/Ton
BEP rupiah sebesar 𝑅𝑝. 92.666.813.445 BEP secara keseluruhan dapat
dicapai pada bulan ketujuh (7 bulan 11 hari).
d. Hasil kelayakan Finansial menunjukkan :
Dengan BCR sebesar 1,8 dan PBP selama 6 Tahun 3 bulan
dihasilkan keuntungan NPV sebesar Rp 88.284.462.760 dan persentase
36
IRR 23% > MARR 13% menghasilkan kelayakan financial terhadap
pabrik Butanol.
e. Hasil uji sensitifitas menunjukkan bahwa yang paling rawan yaitu bahan
baku terhadap laju inflasi di kota Luwu Timur. Selain dari itu, uji
sensitifitas menunjukkan hasil stabil antara gaji karyawan, investasi dan
bahan baku, sehingga dapat dikatakan perusahaan Butanol ini layak
didirikan.
B. SARAN
Sebaiknya memperhatikan secara seksama faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil dari perhitungan kelayakan berdirinya perusahaan,
antara lain pengaruh laju inflasi terhadap harga bahan baku agar menjadikan
pabrik layak untuk didirikan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Hesses, H.C., and Rushton J. H., “ Process Equipment Design” 1st edition
Van Nostrand Company Inc, Princeton New Jersey, 1954
38
Perry R. H., and Don Green , “ Perry Chemical Engineers’ Handbook” 6th
edition , Mc .Graw Hill Book company, Singapore 1984.
Petter, Max s. and Timmerhaus Klaus D., “Plant Design and Economic for
chemical Engineering” 3th Edition. Mc Graw Hill Book Company,
Singapore 1981.
39