Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT. PANDEGA CITRA KELOLA

Disusun Oleh :
Nama : Murron hakim
NIS : 20214123
Kompetensi keahlian : Teknik permesinan
Progam keahlian : fabrikasi dan repairing

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 6 BALIKPAPAN

TAHUN 2023/2024

5
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah yang telah memberikan kesehatan dan
kekuatan.
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini berjudul "Laporan pelaksanaan praktik kerja
lapangan di PT Kilang Pertamina Internasional". Kerja Praktik Lapangan Kilang minyak
PT Pertamina (Persero) RU-V terletak di kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan
oleh siswa SMK Negeri 6,Balikpapan.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mempraktikkan semua teori yang dipelajari
di Sekolah dengan pengaplikasian di lapangan.
Penulis membahas secara rinci tentang PT Kilang Minyak Pertamina Balikpapan.
Dalam penulisan laporan ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada setiap pihak yang
terlibat dalam penyusunan laporan dan pelaksanaan PKL hingga selesai.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada para staf Dinas Sosial kabupaten Garut. Di
samping itu, penulis juga haturkan terima kasih kepada para pembimbing.

 Febry Setyawan (Pembimbing Praktik Kerja Lapangan)


 Bungawati (Pembimbing Sekolah)
 Sadam Basiran (Waka Humas)
 Zaenudin (Ketua Kompetensi Keahlian)

Penulis menyadari bahwa laporan PKL ini memiliki banyak sekali kekurangan. Penulis
terbuka dan menerima setiap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata, penulis berharap laporan PKL ini bisa bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi siswa SMK Negeri 6,Balikpapan.

5
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
DI PT KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL
Tahun Pelajaran 2023/2024

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah disetujui dan disahkan


Pada Tanggal : Jum’at, 29 September 2023

Pembimbing Praktik Kerja Lapangan, Pembimbing Sekolah,

( Febry Setyawan ) ( Bungawati )

Menyetujui dan Mengesahkan,

Waka Humas, Ketua Kompetensi Keahlian,

Sadam Basiran,S.Pd Zaenudin

5
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN

1 Sejarah Perusahaan
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi milik negara (National
Company) yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERMINA.
Pada tahun 1961, perusahaan ini berganti nama menjadi PN. PERMINA dan setelah
merger dengan PN. PERTAMINA di tahun 1968, namanya berubah menjadi PN.
PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971, sebutan
perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA
berubah status hukumnya menjadi PT. PERTAMINA (Persero) pada tanggal 17
September 2003 berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001
pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Sampai saat ini tercatat
PT PERTAMINA (Persero) memiliki 6 unit pengolahan minyak dan gas bumi yang
tersebar di wilayah Indonesia yang ditunjukkan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Unit Pengolahan dan Kapasitas Kilang PT. PERTAMINA (Persero)
No Unit Pengolahan Kapasitas
1 UP II Dumai (Riau) 170,0
2 UP III Plaju (Sumatera Selatan) 133,7
3 UP IV Cilacap (Jawa Tengah) 348,0
4 UP V Balikpapan (Kalimantan Timur) 260,0
5 UP VI Balongan (Jawa Barat) 125,0
6 UP VII Kasim (Irian Jaya) 10,0
Sumber : Pertamina (2012)
5
PT PERTAMINA (Persero) Refinery Unit V adalah unit pengolahan terbesar
kedua setelah RU-IV di Cilacap dengan kapasitas 260 MBSD. Pendirian kilang minyak
PERTAMINA RU-V Balikpapan dilatar belakangi ditemukannya sumber minyak mentah
(crude oil) di daerah Sanga-sanga pada tahun 1897. Menyusul kemudian ditemukan
sumber-sumber minyak lain di Tarakan (1899), Samboja (1911), dan Bunyu (1922).
Penemuan sumber-sumber crude oil tersebut mendorong didirikan Kilang Balikpapan I
yang sekarang dikenal dengan kilang lama. Namun kilang lama Balikpapan I sekarang
sudah diperbaharui sehingga memiliki teknologi setara dengan kilang Balikpapan II.
Kegiatan perminyakan di Balikpapan diawali dengan pengeboran minyak di Balikpapan
yang merupakan realisasi kerja sama antara J.H. Menten dengan Firma Samuel & Co.
Pada tahun 1896, Mr. Adams dari Samuel & Co. di London mengadakan penelitian di
Balikpapan dan menyimpulkan bahwa daerah ini memiliki cadangan minyak yang cukup
besar. Penemuan ini mendorong dilakukannya pengeboran pertama pada tanggal 10
Februari 1897 dan menemukan minyak yang cukup komersial untuk diusahakan. Kilang
ini mengolah minyak mentah menjadi produk-produk yang siap dipasarkan. Produk
tersebut meliputi BBM yaitu premium (motor gasoline), kerosin, avtur, solar, minyak, dan
fuel oil, serta Non Bahan Bakar Minyak (NBBM) yaitu naphta, LPG, dan wax. Kilang ini
memasok kebutuhan dalam negeri, khususnya Indonesia bagian timur. Berikut kronologis
perkembangan kilang RU V Balikpapan digambarkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kronologis Perkembangan Kilang RU V Balikpapan
Waktu Peristiwa
Ditemukan beberapa sumber minyak mentah di beberapa
1897-1922
tempat di Kalimantan Timur
Unit Penyulingan Minyak Kasar (PMK) I didirikan oleh
1922
perusahaan minyak BPM (Bataafsche Petroleum Maatsppij )
Rehabilitasi PMK I karena mengalami kerusakan akibat Perang
1946
Dunia II
1949 HVU I selesai didirikan dengan kapasitas 12 MBSD
Wax Plant dan PMk I selesai didirikan dengan kapasitas
1950
produksi 110ton/hari dan 25 MBSD
Unit PMK II selesai didirikan. Dibangun oleh PT. Shell
1952
Indonesia dan didesain oleh ALCO dengan kapasitas 25 MBSD
Modifikasi PMK III sehingga memiliki kapasitas 10 MBSD
1954
dan PMK III tidak beroperasi pada tahun 1985
5
1973 Modifikasi wax plant dengan kapasitas 175 ton/hari
Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan hak paten dari
April 1981
UOP Inc
Penetapan kontraktor utama, yaitu Bechtel International Inc.
November 1981 dari Inggris dan konsultan supervisornya adalah PROCONInc.
Dari Amerika Serikat
Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden Republik
November 1983
Indonesia (Presiden Soeharto)
Proyek upgrading Kilang Balikpapan I, PMK I, PMK II, serta
5 Desember
HVU I dialihfungsikan menjadi CDU V dan HVU III dan
1997
diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia
Perubahan status PERTAMINA dari BUMN menjadi
November 2003
Perseroan Terbatas
Proyek pembangunan Flare Gas Recovery System dan
23 Juni 2005
Hydrogen Recovery System diresmika
PT. PERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan V berganti nama
9 Oktober 2008
menjadi PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit V
(Sumber : Putri, 2015)

I.2 Visi dan Misi


I.2.1 Visi
Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia dan menjadi kilang kebanggaan
nasional yang mampu bersaing dan menguntungkan.
I.2.2 Misi
1. Menjalankan usaha minyak, gas serta energi baru dan terbaharukan secara
terintegrasi, bedasarkan prinsip-prinsip komersial kuat.
2. Mengelola operasional kilang secara aman, handal, efisien dan ramah lingkungan
untuk menyediakan kebutuhan energi yang berkelanjutan.
3. Mengoptimalkan fleksibilitas pengolahan untuk memaksimalkan valuable product.
4. Memberikan manfaat kepada stakeholder.

I.3 Lokasi
Kilang minyak PT PERTAMINA (Persero) RU-V terletak di kota Balikpapan
provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di tepi teluk Balikpapan berdiri tahun 1922.

5
Memiliki luas area sekitar 889 Ha yang terdiri atas luas area kilang sebesar 339,2 Ha
dan area sarana dan prasarana umum sebesar 549,8 Ha. Lokasi kilang Balikpapan
yang berdekatan dengan laut mempermudah transportasi produk dan bahan baku
keluar maupun menuju kilang. Selain itu, sumber air laut yang melimpah
dimanfaatkan sebagai air proses ataupun utilitas dalam proses di kilang. Penyebaran
lokasi unit pengolahan minyak dan gas serta denah lokasi unit pengolahan V dapat
dilihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Unit Pengolahan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia
Sumber : Rahendrafedy (2013)

5
Gambar 2.2 Denah Kilang PT. PERTAMINA (Persero) Refinery V Balikpapan
Sumber : Pertamina, 2015

I.4 Logo
Elemen logo berbentuk huruf “P” yang secara keseluruhan mengambarkan
bentuk panah dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak maju dan progresif.
Warna-warni berani menunjukkan langkah besar PERTAMINA dan aspirasi
perusahaan akan masa depan yang lebih baik dan dinamis, dimana :
 Biru : dapat dipercaya dan bertanggung jawab
 Hijau : sumber daya energi berwawasan lingkungan
 Merah : keuletan, kesungguhan dan keberanian dalam
menghadapi berbagai tantangan

5
Gambar 2.3 Logo Perusahaan
Sumber : Pertamina, 2015

Tulisan PERTAMINA dengan pilihan huruf yang mencerminkan kejelasan,


transpirasi keberanian, dan kesungguhan dalam bertindak sebagai wujud
“positioning” PERTAMINA baru. Pemikiran perubahan logo tersebut sudah dimulai
sejak tahun 1976 setelah terjadi krisis PERTAMINA pada saat itu. Pemikiran tersebut
dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui tim Restrukturisasi
PERTAMINA tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan
komprehensif sampai pada pembuatan TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi
program tersebut tidak sempat terlaksana karena adaya perubahan
kebijakan/pergantian Direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai
dengan terbentuknya PT. PERTAMINA (Persero) pada tahun 2003. Pertimbangan
yang mendorong perubahan Corporate Culture bagi seluruh pekerja, mendapatkan
image yang lebih baik diantara global oil & gas companies serta mendorong daya
saing perusahaan dalam menghadapi perubahan perubahan yang terjadi antara lain:
 Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Persero-an.
 Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan paska PSO
sertasemakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang hulu dan
hilir.
Dengan adanya perubahan logo PT. PERTAMINA sekaligus meluncurkan slogan
(band driver) “Always There” yang diterjemahkan menjadi “Selalu Hadir Melayani”.
Dengan slogan tersebut diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan berubah menjadi
entrepeneur dan customer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan
dihadapi perusahaan.

5
I.5 Struktur Organisasi
PT. PERTAMINA (PERSERO) merupakan sistem organisasi linier dimana para
staff dibagi atas cabang–cabang berdasarkan regional. Organisasi PT. PERTAMINA
(PERSERO) Refinery Unit V Balikpapan berada di bawah wewenang dan tanggung jawab
General Manager RU V (GM RU V), yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Pengolahan Pertamina. Struktur organisasi di PERTAMINA RU V Balikpapan dapat
dilihat pada Gambar III.3 berikut :
General Manager Pertamina RU V berfungsi sebagai koordinator seluruh kegiatan
pengolahan Pertamina di Balikpapan, yang dalam tugasnya dibantu oleh beberapa
Manajer/Kepala Bidang, yaitu :

1. Management
a. General Manager Refinery Unit V
b. Operation & Manufacturing Senior Manager
c. Production Manager
d. Refinery Planning & Optimization Manager
e. Maintenance Planning & Support Manager
f. Maintenance Execution Manager
g. Engineering & Development Manager
h. Reliability Manager
i. Procurement Manager
j. Health, Safety and Environment Manager
k. Operation Performance Improvement Coordinator
l. General Affairs Manager
m. Human Resource Area/Business Partner Manager
n. Manager Keuangan Region IV
o. Information Technology RU V Manager
p. Manager Turn Around
2. Section Head
a. Hydro Skimming Complex Section Head
b. Hydro Cracking Complex Section Head
c. Distilling & Wax Section Head
d. Utilities Section Head
e. Oil Movement Section Head
5
f. Laboratory Section Head
g. Refinery Planning section Head
h. Supply Chain & Distribution Section Head
i. Budget & Performance Section Head
j. Planning & Schedulling Section Head
k. Stationary Engineer Section Head
l. Electrical & Instrument Engineer Section Head
m. Rotating Equipment Engineer Section Head
n. Maintenance Area 1 Section Head
o. Maintenance Area 2 Section Head
p. Maintenance Area 3 Section Head
q. Maintenance Area 4 Section Head
r. General Maintenance Section Head
s. Workshop Section Head
t. Process Engineering Section Head
u. Project Engineering Section Head
v. Energy Conservation & Loss Control Section Head
w. Facility Engineering Section Head
x. Quality Management Section Head
y. Equipment Reliability Section Head
z. Plant Reliability Section Head
aa. Inventory Section Head
bb. Purchasing Section Head
cc. Services & Warehousing Section Head
dd. Contract Office Section Head
ee. Environmental Section Head
ff. Fire & Insurance Section Head
gg. Safety Section Head
hh. Occupational Health Section Head
ii. Legal Section Head
jj. Public Relation Section Head
kk. Security Section Head
ll. Head of People Development
mm.Head of Industrial Relation
5
nn. Organization Development Analyst
oo. Head of Medical
pp. Head of HR Service
qq. Kepala Bagian Controller
rr. Kepala Bagian Akuntasi Kilang
ss. Kepala Bagian Perbendaharaan

G
am
5
bar
2.4
I.5.1 General Manager Refinery Unit V
Fungsi jabatan General Manager RU V adalah melakukan penyelenggaraan,
pengelolaan, perencanaan dan pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan atas terciptanya
kegiatan Core Business, Refinery Supporting dan non Refinery dengan dukungan teknologi
tinggi yang dikendalikan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional, sehingga
proses pengolahan dari minyak mentah menjadi BBM/NBM dapat diproduksi secara
maksimal dengan menghasilkan produk yang dapat dihandalkan.

1. Engineering and Development (Eng & Dev) Function


Engineering and Development dipimpin oleh seorang Manager yang memiliki
tugas utama untuk mengevaluasi proses kilang, memberikan saran-saran peningkatan
5
kinerja operasi kilang secara keseluruhan, serta melakukan pengembangan proses. Fungsi
ini dibagi menjadi beberapa bagian:
a. Process Engineering (Proc Eng) Section
Bagian ini merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan dan
mengendalikan penyusunan evaluasi dan rekomendasi pengembangan dari sisi
proses untuk peningkatan product yield, optimalisasi & efisiensi, peningkatan
utilisasi dan peningkatan orientasi lingkungan dan keselamatan pada Unit Proses
BBM, NBM, Offsite/Utilities dan Fasilitasnya dalam rangka meningkatkan nilai
tambah dan “Financial Margin” Kilang RU V.
Uraian pekerjaan process engineering adalah sebagai berikut:
i. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan mengendalikan
penyusunan konsep pengembangan Unit Proses melalui peningkatan product
yield, peningkatan optimalisasi & efisiensi, peningkatan utilisasi dan
peningkatan orientasi lingkungan/keselamatan dengan tujuan meningkatkan
nilai tambah dan meningkatkan “Financial Margin” Kilang.
ii. Mendorong pencapaian Ukuran Kinerja Terpilih (UKT) berupa peningkatan
yield, peningkatan optimalisasi & efisiensi, peningkatan utilisasi dan
peningkatan orientasi lingkungan/keselamatan dengan tujuan meningkatkan
nilai tambah dan meningkatkan “Financial Margin” Kilang.
iii.Mengkoordinasikan bersama dengan Kepala Seksi atas Program Plant Test,
Commissioning Test dan Uji Coba Chemical untuk peningkatan efisiensi
Kilang.
iv. Menjamin keahlian dan spesialisasi teknik agar tetap tinggi mampu bersaing
di Tingkat Internasional dengan cara mengkoordinasikan dan mengevaluasi
kegiatan memperoleh acuan kilang sejenis dan biro konsultan dari luar.
v. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi program pelatihan, pengembangan
dan mendorong bawahan sehingga dapat mengembangkan potensinya.
vi. Mewakili RU V/Perusahaan dalam pembahasan masalah/penyusunan
kerjasama lingkup Proses Engineering dengan pihak-pihak yang
berkepentingan.
vii. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan administrasi di Bagian PE-ENG&DEV agar tertib
sesuai dengan ketentuan.

5
Proses engineering terdapat dua spesialis, yaitu Spesialis Energi dan Spesialis
Proses kontrol, serta dibagi menjadi sembilan seksi, yaitu :
1. Senior Supervisor Primary Process
2. Senior Supervisor Secondary Process
3. Senior Supervisor Process Control
4. Expert Enviromental
5. Expert Safety
6. Expert CDU, UTL, OFFSITE
7. Expert HCU
8. Expert NPU
9. Assistant Engineering Data & Library
b. Facility Engineering (Fac Eng) Section
Facility Engineering sebagai sebuah bagian dipimpin oleh seorang Section
Head. Fungsi bagian Facility Engineering adalah merencanakan,
mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan analisa dan studi
terhadap potensi pengembangan peralatan kilang dan pemecahan permasalahan
operasi kilang dari segi mekanis, rotating, instrumentasi, dan material, termasuk
penyiapan rancangan teknik untuk optimalisasi dan efisiensi, peningkatan yield,
utilisasi, dan peningkatan orientasi lingkungan dan keselamatan pada unit proses
selaras dengan perkembangan teknologi pengilangan minyak bumi dengan biaya
optimal guna mendapatkan nilai tambah serta peningkatan refinery margin. Bagian
ini memberikan saran kepada bagian-bagian produksi terhadap kinerja fasilitas
kilang (listrik, mekanik, rotating equipment dan material) dan juga melakukan
evaluasi modifikasi serta pengembangan non proses yang diusulkan oleh Proses
Engineering. Bagian Facility Engineering terdiri dari 6 seksi, yaitu:
i. Mechanical Engineering
ii. Electrical Engineering
iii. Instrument Engineering
iv. Rotating Engineering
v. Material Engineering
vi. Civil Engineering
c. Project Engineering (Proj Eng) Section
Project Engineering sebagai sebuah bagian dipimpin oleh seorang Section Head.
Fungsi bagian Project Engineering adalah mengatur kontrak kerja, mengelola dan
5
mengendalikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan proses pengadaan barang dan
jasa, mempersiapkan cetak biru modifikasi terhadap kilang, menentukan pemilihan
alat serta mengadakan evaluasi terhadap masalah keteknikan, dan penanganan
pengawasan pelaksanaan seluruh proyek untuk mencapai hasil proyek yang
memenuhi standar kualitas serta biaya/jadwal yang telah ditetapkan dan nilai
manfaat proyek yang menguntungkan dalam rangka mencapai target rencana kerja.
Refinery Unit V yang menjadi tanggung jawab serta merupakan visi dan misi
fungsi engineering dan pengembangan. Bagian Project Engineering terdiri dari 4
seksi, yaitu:
i. Pengadaan
ii. Ahli Proyek
iii. Pengawas Konstruksi
iv. Pengatur Administrasi Project Engineering
d. Energy Conservation & Loss Control (Encon & LC) Section
Energy Conservation & Loss Control sebagai sebuah bagian dipimpin oleh
seorang Section Head. Fungsi jabatan Bagian En.Con & Loss Control adalah
merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan dan mengendalikan penyelesaian
masalah dan pemberian saran ke fungsi terkait perihal pemakaian energi dan
penekanan hydrocarbon loss di lingkungan Pertamina RU V Balikpapan dalam
rangka peningkatan nilai tambah dan “Financial Margin” perusahaan.
Uraian pekerjaan Encon & LC adalah sebagai berikut:
i. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan dan mengendalikan
kegiatan studi/kajian dan perencanaan pengembangan sistem Konservasi
Energi dan Hydrocarbon Loss Control di seluruh lingkungan Pertamina RU
V Balikpapan dengan menerapkan prinsip-prinsip teknologi baru yang
sesuai.
ii. Merencanakan, mengkoordinasikan, memonitor dan mengendalikan
kegiatan penelitian terhadap unjuk kerja peralatan proses sistem
combustion/heater (baik peralatan existing maupun baru) dan yang
berpengaruh terhadap hydrocarbon loss dalam rangka memperbaiki tingkat
efisiensi dan keuntungan ekonomis perusahaan.
iii. Mendorong pencapaian Ukuran Kinerja Terpilih (UKT) berupa penekanan
konsumsi energi dan refinery hydrocarbon loss dengan tujuan tercapainya

5
Key Performance Indicator RU V dan meningkatkan “Financial Margin”
Kilang RU V.
iv. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi terhadap unjuk kerja bahan kimia
dan peralatan substitusi (baru) yang terkait dengan konservasi energi dan
hydrocarbon loss control di Kilang RU V Balikpapan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya.
v. Menjamin keahlian dan spesifikasi teknik agar tetap tinggi dan mampu
bersaing di tingkat internasional dengan cara mengkoordinasikan dan
mengevaluasi kegiatan memperoleh acuan kilang sejenis dan biro konsultan
dari luar.
vi. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi program pelatihan, pengembangan
dan mendorong bawahan sehingga dapat mengembangkan potensinya.
vii. Mewakili RU V dalam pembahasan masalah/penyusunan kerja sama
lingkup Energi Konservasi & Loss Control dengan pihak-pihak yang
berkepentingan.
viii.Merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan
administrasi di Bagian Energi Konservasi & Loss Control agar tertib sesuai
dengan ketentuan.
ix. Merencanakan, mengontrol, dan mengevaluasi penggunaan anggaran biaya
Bagian Energi Konservasi & Loss Control.
x. Mengaktifkan kegiatan Continuous Improvement Program (CIP).
xi. Memahami dan melaksanakan Sistem Tata Kerja (STK) yang terkait
dengan Jabatan Kabag. Energi Konservasi & Loss Control.
e. Quality Management (QM) Section
Quality Management sebagai sebuah bagian dipimpin oleh seorang Section
Head. Bagian ini berfungsi untuk mengkoordinasikan sistem management mutu
Pertamina, baik dari standard mutu organisasi, mutu produk, dan lingkungan. Juga
mengkoordinasikan dan mengevaluasi penilaian/audit program Pertamina Quality
Award.

2. Reliability Function
Realibility dipimpin oleh seorang Manager yang memimpin, mengelola
pelaksanaan kegiatan untuk merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir pekerjaan,
pemeliharaan, dan meningkatkan kehandalan operasi kilang. Kegiatan inspeksi dan
5
pemeliharaan melalui diagnosa, pengujian, analisa kondisi dan evaluasi kelayakan
peralatan kilang secara aman, handal, efektif, dan efisien sesuai dengan program,
perencanaan kehandalan. Fungsi ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
a. Plant Reliability Section
Bagian ini bertugas untuk mengkoordinasikan pekerjaan pemeliharaan kilang
dengan Bidang Jasa & Pemeliharaan Kilang.
b. Equipment Reliability Section
Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan peralatan yang beroperasi
di dalam kilang, seperti sistem perpipaan, tangki, furnace, heat exchanger,
boiler dan reaktor, selain itu mempersiapkan Turn Around (TA) Kilang.

3. Procurement Function
Procurement dipimpin oleh seorang Manager yang membawahi empat bagian,
yaitu:
a. Inventory Section
b. Purchasing Section
c. Services & Warehousing Section
d. Contract Office Srection

4. Health, Safety, and Environment (HSE) Function


Health, Safety, and Environment dipimpin oleh seorang Manager yang
membawahi empat bagian, yaitu:
a. Environmental Section
b. Fire & Insurance Section
c. Safety Section
d. Occupational Health Section

5. General Affairs (GA) Function


General Affairs dipimpin oleh seorang Manager yang membawahi tiga bagian,
yaitu:
a. Legal Section
b. Public Relation Section
c. Security Section

5
6. Human Resource Area/Business Partner RU V (HRA/BP) Function
Human Resource Area/Business Partner dipimpin oleh seorang Manager yang
membawahi lima bagian, yaitu:
a. People Development
b. Industrial Relation
c. Organization Development Analyst
d. Medical
e. HR Service

7. Manager Keuangan Region IV


Keuangan Region IV dipimpin oleh seorang Manager yang membawahi tiga
bagian (Asisstant Manager), yaitu:
a. Bagian Controller
b. Bagian Akuntansi Kilang (Akt. Kil)
c. Bagian Perbendaharaan (Pbd)

8. Information Technology Region V (IT)


Information Technology RU V dipimpin oleh seorang Manager yang membawahi
dua bagian (Asisstant Manager), yaitu:
a. Bagian Pengembangan
b. Bagian Operasi

9. OPI
Organisasi baru yang dibentuk ini bertujuan untuk menyukseskan program
transformasi Pertamina secara keseluruhan, yang meliputi empat main stream antara lain:
Leadership, Technical Aspect, Mindset Capability, dan Management Infrastructure.

I.5.2 Operation and Manufacturing (O&M) Function


1. Production Function
Fungsi jabatan Manager Produksi adalah perencanaan, pengontrolan, pengelolaan
dan pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan pengolahan minyak mentah menjadi produk
BBM/NBM yang berkualitas dan handal, meliputi kegiatan (DIS & WAX, HCC, HSC,
UTL, TBL, dan LAB) guna penyaluran ke UPMS/ekspor ke luar negeri. Dalam Manager
Produksi ini terdiri dari 6 orang pimpinan.
5
Dalam memudahkan pengoperasiannya, Unit Produksi dibagi menurut area proses
dan jenis pekerjaannya, yaitu :
a. Distilling and Wax Plant (Dis & Wax) Section
Fungsi jabatan ini adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan.
mengontrol dan mengevaluasi kegiatan pengolahan crude, wax dan air limbah secara
aman, efektif dan efisien untuk menghasilkan BBM, NBM, Ready Wax dan produk
intermedia untuk konsumsi domestik dan ekspor dengan keuntungan yang maksimal
serta pelaksanaan kegiatan administrasi. Bertanggung jawab dalam pengoperasian Wax
Plant, CDU V, dan HVU III.
b. Hydroskimming Complex (HSC) Section
Fungsi jabatan ini adalah merencanakan memimpin, mengkoordinir,
mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan operasional pengolahan minyak menjadi
produk BBM dan intermedia untuk bahan baku unit-unit lain melalui proses fisis dan
konversi sesuai dengan rencana kerja pengolahan secara aman, efektif dan efisien, serta
melakukan tertib administrasi, untuk pencapaian maksimum margin. Bertanggung
jawab dalam pengoperasian CDU IV, Naphta Hydrotrater, Platformer, LPG Recovery
Unit, LPG Treater dan Sour Water Stripper.
c. Hydrocracking Complex (HCC) Section
Fungsi jabatan ini adalah merencanakan, memimpin, mengendalikan,
mengkoordinasikan, mengatur, mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
Operasional Pengolahan Minyak dan Gas Alam menjadi produk BBM dan NBM
melalui proses konversi/kimia dan fisika yang memenuhi spesifikasi, menyediakan
Common Facilities (Fuel Gas, ACW, TCW, UW, BFW, DMW, Instrument Air, Plant
Air, dan Nitrogen), serta melaksanakan tertib administrasi sesuai rencana/target
pengolahan dengan aman, efektif dan efisien untuk pencapaian maksimum margin.
Bertanggung jawab dalam pengoperasian HVU II, Hydrocracker UNIBON, dan
Hydrogen Plant, serta 6 unit common facilities, yaitu : Air Instrument and Nitrogen
Plant, Flare System, Fuel Gas System (Plant 15), dan Plant 25.
d. Utilities (UTL) Section
Fungsi jabatan ini adalah memimpin, mengelola, mengkoordinir, merencanakan,
mengawasi, mengevaluasi kegiatan operasi Power Plant I & II, RPAL, Demin Plant,
Cooling Water System, SWD, WTP-I, WTP-II, WTP Gn.IV, Distribusi Air dan Listrik,
Steam, Cooling Water, dengan jumlah dan spesifikasi yang telah ditentukan.

5
Bertanggung jawab atas tersedianya steam, air dan energi listrik untuk kelangsungan
kilang. Adapun sumber air yang dimanfaatkan adalah sungai, sumur bor, dan air laut.
e. Oil Movement (OM) Section
Oil Movement Section sebagai sebuah bagian dipimpin oleh seorang Section Head.
Oil Movement mempunyai dua terminal antara lain:
i. Terminal Lawe - Lawe
Terminal ini merupakan pintu masuk crude oil sebelum masuk ke Terminal
Balikpapan. Un-loading crude oil dari kapal dilakukan dengan Single Buoy
Mooring (SBM) yang terletak di tengah laut berupa terminal mengambang
tempat bertautnya pipa darat dan pipa tangker. Penyaluran crude dari terminal
Lawe-Lawe ke terminal Balikpapan dilakukan melalui jaringan pipa bawah
laut.
ii. Terminal Balikpapan
Terminal Balikpapan memiliki 2 seksi yaitu seksi Tank farm storage yang
bertugas mengawasi kegiatan pemompaan di 10 rumah pompa yang dimiliki
kilang serta seksi Jembatan dan Terminal yang bertugas dan bertanggung
jawab melakukan kegiatan bongkar muat crude, produk BBM, produk non-
BBM ke kapal.
Adapun tugas dan tanggung jawab bagian TBL secara umum adalah sebagai
berikut :
• Mengatur penerimaan minyak mentah dari luar yang akan diolah di kilang
dan menyiapkan hasil olahan minyak yang meliputi BBM maupun non
BBM melalui kapal tanker atau melalui pipa dasar laut
• Mengatur penerimaan produk jadi dan setengah jadi dari Kilang
Balikpapan I dan II
• Mengatur/menyiapkan campuran/blending produk sesuai permintaan dari
Refinery Planning and Optimization Function untuk selanjutnya dilakukan
pengiriman
• Mengatur pengiriman produk ke kapal dan UPMS VI
• Mengelola fasilitas Jetty
f. Laboratory (LAB) Section
Fungsi jabatan ini adalah merencanakan, memimpin, mengontrol dan mengevaluasi
semua kegiatan pengawasan mutu mulai dari bahan baku, produk alir kilang, produk
jadi, limbah industri, pengapalan produk kilang RU V guna mendukung kelancaran
5
operasional pengolahan dan penyaluran produk serta menentukan kebijakan
penerimaan contoh-contoh dari luar RU V guna memberi jasa layanan pemeriksaan
laboratorium yang memuaskan bagi mitra kerja dalam upaya memasarkan
laboratorium RU V. Bertugas melakukan pemeriksaan, penelitian secara rutin, serta
memberikan hasil analisa terhadap kualitas produk yang diperoleh. Dari hasil analisa
produk tersebut dapat diperoleh apakah proses telah berjalan seperti yang dikehendaki
atau tidak.

2. Refinery Planning and Optimization (RP & O) Function


Refinery Planning and Optimization dipimpin oleh seorang Manager.
Kedudukannya adalah Planner (perencana) sedangkan kilang adalah Doer (Pelaksana).
kedudukannya fungsi ini merencanakan pengolahan untuk mencari gross margin sebesar-
besarnya (dengan pemilihan crude yang bernilai tinggi dilihat dari yield, harga maupun
jadwal datang). Secara umum bidang ini bertugas menyiapkan dan menyajikan perspektif
keekonomian kilang Balikpapan, seperti melaporkan data - data statistik mengenai
evaluasi produk, hasil blending crude dan administrasi serta mengembangkan perencanaan
yang ada dapat memaksimalkan pendapatan berdasarkan pasar dan kondisi kilang yang
ada. Refinery Planning and Optimization Function membawahi 2 bagian, yaitu:
a. Refinery Planning (RP) Section
Refinery Planning sebagai sebuah bagian dipimpin oleh seorang Section Head
yang bertugas membuat rencana pengolahan bulanan dan tahunan serta potensi
pengolahan dan perencanaan crude. Dalam menjalankan tugasnya, ditunjang oleh
perangkat program komputer yaitu Linier Programming. Salah satu bentuk
programnya adalah GRTMPS (Generalized Refinery Transportation Marketing
Planning System ).
b. Supply Chain & Distribution (SC & D) Section
Supply Chain & Distribution sebagai sebuah bagian dipimpin oleh seorang
Section Head yang bertugas mengatur penjadwalan crude yang diolah setiap
harinya kepada bagian produksi, menyampaikan realisasi pengolahannya dan
mengatur penjadwalan blending produk serta rencana penyalurannya.
c. Budget and Performance Section
Budget and Performance sebagai sebuah bagian dipimpin oleh seorang Section
Head yang bertugas merencanakan Key Performance Index dan realisasi anggaran
Pertamina, mengevaluasi kinerja kilang keseluruhan dalam sebuah Laporan
5
Kegiatan PT. PERTAMINA RU V, mengevaluasi realisasi pengelolaan dan
produksi, dan memonitor realisasi pelaksanaan anggaran PT. PERTAMINA RU V.

3. Maintenance Planning and Support Function


Maintenance Planning & Support dipimpin oleh seorang Manager yang
membawahi lima bagian, yaitu:
- Planning and Schedulling Section
- Stationary Engineer Suction
- Electrical & Instrument Engineer Section
- Rotating Equipment Engineer Section

a. Maintenance Execution (ME) Function


Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyediakan jasa pelayanan dan
pemeliharaan peralatan mekanik, rotating, listrik dan instrumentasi untuk menunjang
kehandalan operasi kilang. Maintenance Execution membawahi lima bagian, yaitu:
i. Maintenance Area 1 Section
ii. Maintenance Area 2 Section
iii. Maintenance Area 3 Section
iv. Maintenance Area 4 Section
v. General Maintenance Section
vi. Workshop Section

I.6 Unit-Unit Produksi


Unit-unit produksi yang ada di PT PERTAMINA (Persero) RU-V terdiri dari
beberapa unit produksi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Section Head. Unit
produksi dibagi menjadi dua kilang, yaitu Kilang Balikpapan I dan II. Diagram alir proses
kilang PT PERTAMINA (Persero) RU-V ditunjukkan pada gambar 2.5.

5
Gambar 2.5 Diagram Alir Proses Kilang PT PERTAMINA (Persero) RU-V
Sumber : Pertamina, 2015

I.6.1 Kilang Balikpapan I


Kilang Balikpapan I merupakan kilang lama yang di-upgrade pada tahun 1997.
Saat ini, Kilang Balikpapan I mengolah 60 MBSD minyak mentah parafinik. Kilang ini
terdiri atas 5 unit pengolahan, yaitu :
1. CDU V
Plant ini berfungsi untuk memisahkan minyak mentah berdasarkan titik
didihnya pada tekanan 1 atm. Unit ini berkapasitas 60 MBSD. Crude oil utama
yang diproses adalah minyak mentah parafinik karena CDU V didesain untuk
memproduksi umpan untuk Wax Plant atau Paraffinic Oil Distillate (POD).
Namun, sejak Wax Plant terbakar pada tahun 2006, produksinya turun. Produk
lain dari unit ini adalah LPG, kerosin, Light Gas Oil (LGO), Heavy Gas Oil
(HGO), dan long residue.
2. HVU III
Plant ini berfungsi untuk mengolah long residue dari CDU V dengan proses
distilasi vakum. Pada kondisi vakum, titik didih umpan akan tercapai pada
temperatur yang lebih rendah. Ini dilakukan karena titik didih dari long residue
sangatlah tinggi. Selain itu, ketika temperatur terlalu tinggi, rentan terjadi
cracking yang menimbulkan gas dan coke yang mengonsumsi banyak energi.

5
Produk yang dihasilkan oleh HVU antara lain Light Vacuum Gas Oil (LVGO)
sebagai komponen untuk pencampuran solar, distillate paraffinic oil untuk
membuat wax, Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO) untuk bahan mentah di unit
hydrocracking, dan short residue Low Sulphur Waxy Residue (LSWR).
3. Dehydration Plant (DHP)
Plant ini berfungsi untuk mengurangi kandungan air dalam crude. Air dalam
minyak dapat menyebabkan ledakan kolom ketika dilakukan distilasi.
Kandungan air maksimum dalam minyak adalah 0.5% berat.
4. Wax Plant
Plant ini berfungsi untuk memisahkan wax dalam POD. 4 tahap dalam proses
separasinya adalah dewaxing, sweating, treating, dan molding. Namun, sejak
terbakar pada 2006, Wax Plant tidak dapat beroperasi lagi. Ini menyebabkan
penurunan kualitas dan kuantitas produksi wax. Produksinya turun dari
sebelumnya 150 menjadi 9 ton per hari.
5. Effluent Water Treatment Plant
Plant ini berfungsi untuk mengolah limbah cair dari unit-unit proses di
Balikpapan I dan II maupun emisi air hujan dari area tangki yang mengandung
minyak, agar tidak mencemari lingkungan ketika dibuang ke laut. Limbah cair
yang masuk ke EWTP dibagi menjadi 2, yaitu limbah proses dan air hujan
serta drainase. Limbah proses akan diolah di refinery waste stilling zone, bus
lane gravity, oil skimmers, refinery slop sump, equalizer basin, floation
dissolved water, bioaeration basin, dan clarifier. Sementara itu, air hujan dan
drainase hanya akan diolah di storm water stilling zone, storm water basin, dan
bus lane gravity.

I.6.2 Kilang Balikpapan II


Kilang Balikpapan II mengolah 200 MBSD cocktail crude. Kilang ini terdiri atas 2
pengolahan kompleks, yaitu :
1. Hydroskimming Complex (HSC)
Bagian HSC terdiri dari :
a. CDU IV (Plant 1)
b. NDHT (Plant 2)
c. Platforming Unit (Plant 5)
d. LPG Recovery Unit (Plant 6)
5
e. Sour Water Stripper (Plant 7)
f. LPG Treater Unit (Plant 9)
2. Hydrocracker Complex (HCC)
Bagian HCC terdiri dari :
a. HVU II (Plant 2)
b. Hydrocracking Unit (Plant 3)
c. Hydrogen Plant (Plant 8)
d. Hydrogen Recovery System
e. Flare Gas Recovery

I.7 Proses Pengolahan


Minyak bumi biasanya berada 3-4 km dibawah permukaan laut dan belum dapat
digunakan sebagai bahan bakar ataupun keperluan lainnya sebelum diolah. Secara umum,
proses pengolahan minyak bumi dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Distilasi
Distilasi adalah pemisahan fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa di furnace sampai
dengan suhu ±370°C. Minyak mentah tersebut kemudian masuk kedalam kolom
fraksinasi pada bagian flash chamber kolom fraksinasi. Untuk menjaga suhu dan
tekanan di dalam kolom, pemanasan dibantu uap air panas bertekanan tinggi. Minyak
mentah yang menguap lalu naik ke bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi
pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap
berbentuk cair dan turun ke bawah, sedangkan yang lebih rendah akan menguap dan
naik ke bagian atas melalui sungkup gelembung. Fraksi minyak mentah yang tidak
menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, wax, dan aspal.
2. Cracking
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar
menjadi kecil. Contoh cracking adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah
menjadi bensin.
3. Reforming
Reforming adalah perubahan bentuk molekul bensin rantai karbon lurus menjadi
bercabang. Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama namun bentuk
strukturnya berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut juga isomerasi.
Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
5
4. Alkilasi
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul sehingga menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini digunakan katalis asam
kuat seperti H2SO4, HCl, dan AlCl3.
5. Polimerisasi
Polimerasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi besar.
6. Treating
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan menghilangkan pengotor-
pengotornya. Metode-metode dalam treating adalah sebagai berikut :
a. Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor
yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
b. Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
c. Dewaxing, yaitu proses penghilangan wax dan parafin dengan berat molekul
tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasilkan minyak pelumas.
d. Deasphalting, yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk
minyak pelumas.
e. Desulfing, yaitu proses penghilangan unsur belerang.

I.8 Bahan, Hasil Produksi, dan Pemasaran


Bahan, hasil produksi, dan pemasaran PT PERTAMINA (Persero) RU-V adalah
sebagai berikut :
I.8.1 Bahan
a. Bahan Baku
PT. Pertamina (Persero) RU-V dirancang untuk mengolah minyak bumi yang
berasal dari Handil dan Bekapai. Namun, karena alasan ekonomi dan keterbatasan
sumber bahan baku, maka ditetapkan beberapa sumber minyak bumi di luar
Kalimantan, yakni :
i. Dalam negeri : Widuri, Minas, Badak, Sangatta, Belida, Cinta, Lalang,
Kakap, dan Sumatera Light Crude.
ii. Luar negeri : Malaysia (Tapis), Australia (Jabiru, Chalyst, dan
CopperBasin), China (Nanhai dan Xijiang), dan Nigeria (Nigerian Brass,
Farcados, Qua-Iboe).
Karena jenis bahan baku beraneka ragam, pertama-tama minyak bumi akan
dicampur untuk mempertahankan kualitas bahan baku sedekat mungkin dengan
5
spesifikasi bahan baku yang dapat diolah oleh PT. Pertamina (Persero) RU-V.
Berdasarkan perolehan akhir, minyak bumi dapat digolongkan sebagai berikut:
i. Light crude : menghasilkan banyak LPG, light dan heavy naphta.
ii. Medium crude : menghasilkan banyak kerosin dan diesel oil.
iii. Heavy crude : menghasilkan banyak long residue.
b. Bahan Penunjang
Beberapa bahan kimia pendukung utama yang digunakan dalam proses di PT.
Pertamina (Persero) RU-V adalah:
i. Asam sulfat (H2SO4) 98%, digunakan menghilangkan senyawa tak jenuh
dalam proses pembuatan wax.
ii. Active clay, digunakan sebagai penyerap untuk memperbaiki warna dan bau
dalam proses pembuatan wax.
iii. Kapur, banyak digunakan untuk menjaga kestabilan pH dalam proses
pembuatan wax terutama pada treating.
iv. High Octane Mogas Component (HOMC), digunakan sebagai komponen
campuran premium.
v. Demulsifier, mempercepat pemecahan emulsi minyak-air dalam proses
desalting minyak mentah sebelum didestilasi pada CDU.
vi. Inhibitor korosi, digunakan dalam proses-proses yang rentan terhadap fluida
korosif.
vii. Amonia, digunakan untuk menjaga kestabilan pH pada berbagai unit proses.
I.8.2 Hasil Produksi
Bahan bakar merupakan produk yang paling penting dari pengolahan minyak
bumi. Akan tetapi, karena peningkatan permintaan, beberapa kilang pun dirancang khusus
untuk memproduksi petrokimia dan bahan dasarnya. Produk yang dihasilkan oleh PT.
Pertamina (Persero) RU-V dibagi menjadi 3 jenis:
i. BBM: Premium, kerosin, dan solar [IDO dan Automative Diesel (ADO)].
ii. Bahan Bakar Khusus (BBK): Pertamax, pertamax plus, dan avtur.
iii. NBBM: LPG, wax, naphta, dan LSWR.

5
BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN SELAMA PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Mesin bubut merupakan mesin yang paling sering digunakan di workshop machining.
Menurut definisinya sendiri mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang
digunakan untuk proses pemotongan benda kerja yang dilakukan dengan membuat
sayatan pada benda kerja dimana pahat digerakkan secara translasi dan sejajar dengan
sumbu dari benda kerja yang berputar. Prinsip kerja mesin bubut ialah menghilangkan
bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu dimana benda kerja diputar
dengan kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh
pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar benda kerja. Gerakan
putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif atau biasa didefinisikan dengan
simbol RPM (Rotate Per Minute) dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak makan
(feeding).

5
Gambar 2.2 Bagian-bagian mesin bubut

Pada pengerjaan mesin bubut itu sendiripun terdapat banyak jenis pengerjaan,kali ini
penulis akan memberitahukan pada pembaca tentang beberapa pengerjaan yang telah di
lakukan dalam 3 bulan ini

Bushing :
Bushing adalah sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk membatasi gerak relatif
antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang diinginkan.
Bearing menjaga poros agar selalu berputar terhadap sumbu porosnya, atau juga menjaga
suatu komponen yang bergerak linier agar selalu berada pada jalurnya.
Proses pembuatan bushing

Pada pembuatan bushing ini ada 2 buah bushing yang digunakan pada mesin
ini. Bushing ini akan menjadi poros transmisi yang berputar pada as poros
transmisi. Kedua bushing ini memiliki ukuran yang berbeda yaitu pada
panjangnya sehingga pada lapoaran ini hanya akan dijelaskan pembuatan
salah satu bushing tersebut.

Alat yang digunakan :


6
Mesin bubut
Center bor
Mesin gergaji
Center putar
Center bor
Pahat rata kanan
Amplas
Bor Ø 22
Penitik
Kartel

Bahan : as kuningan Ø22,2 sepanjang 105 mm


Proses kerja :
Menyiapkan mesin dan peralatan yang akan digunakan.
Memasang as kuningan pada cekam mesin bubut dengan panjang sependek
mungkin dari cekam mesin bubut.
Membubut muka benda kerja hingga rata permukaannya. Kemudian
membalik ujung yang berikutnya bubut muka hingga panjangnya 101 mm.
Mengebor center kedua ujung benda kerja.
Membubut benda kerja untuk mengurangi sedikit diameternya sekitar 0,05
pada bagian yang menjadi posisi dari roda gigi.
Mengkartel bagian yang akan dipasangi roda gigi untuk memperbesar
diameternya karena suaian yang dipakai adalah suaian sesak.
Mengebor benda kerja dengan mengganti senter putar dengan bor center,
mulai mengebor dengan bor diameter terkecil hingga terbesar hingga
diameter lubangnya 22 mm.

Kendala dalam pengerjaan :


Pada saat memasang roda gigi pada as bushing kadang kala mengalami
kesulitan dan rawan mengalami kesalahan sehingga dikhawatirkan poros
bushing tidak sentris dengan permukaan roda gigi.

Analisi dan solusi mengatasinya :

7
Pada saat pembuatan poros bushing ujung sisi tajamnya dibuat champer
selain berfungsi untuk membuang sisi tajam juga untuk memudahkan
pemasangan roda gigi.
Jangan melepas roda gigi yang sudah terpasang pada bushing kemudian
melepasnya karena roda gigi terbuat dari bahan teflon bersifat elastik karena
tidak akan kembali ke posisi semula.

Conical plug :

Conical Plug adalah yang digunakan untuk menyegel atau menguji jaringan
pipa pada titik akses terbatas dan pipa ukuran besar.

Proses pembuatan conical plug

Pada proses kali ini akan di buat conical plug pada besi sepanjang 540 mm
sebanyak 13 buah.

Alat alat yang di butuhkan :

 Mesin bubut
 Center bor
 Center putar
 Center bor

8
 Pahat rata

Proses pengerjaan :

 Pertama-tama jepit besi pada chuck rahang 3 sedalam mungkin untuk dilakukan
bor senter, setelah itu di chuck ulang kalau bisa tidak terlalu dalam dan tidak
terlalu keluar,agar saat pembubutan bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada
kendala.
 Dudukan ujung sebelah besi pada tailstock dan tancapkan centernya,dikarena
benda kerja sangatlah panjang sehingga kedua ujung harus di tahan.
 Kemudian di atur kecepatan mesin bubut sesuai dengan kebutuhan,dan pasangkan
pahat pada toolpost.
 Mulai pemakanan rata sehingga diameter besi menjadi 20mm,lalu toolpost di putar
sebanyak 40° dan mulai pembubutan tirus sepanjang 40 mm,lakukan dengan perlahan
menggunakan eretan yang paling atas.
 Kemudian setelah itu eretan kanan kiri di geser lagi sebanyak 40mm dan mulai lakukan
pemakanan tirus seperti sebelumnya,dan saat sudah mentok di ujung benda di balik dan
dilakukan pengerjaan yang sama seperti sebelumnya.

Kendala & solusi :

Jika Ditemukan benda kerja bergetar berlebihan, saat hal ini terjadi yang kita harus
pastikan adalah center tidak lepas dari ujung benda kerja dan masih dalam keadaan
rapat,dan terkadang juga bisa terjadi jika benda mendapatkan jepitan yang sangat kecil
pada chuck, sehingga harus di chuck lebih dalam agar mendapatkan grip yang kuat.

9
BAB III

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. JURNAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

10
11
12
13
14
15
16
B. DAFTAR HADIR

17
18
C. DOKUMENTASI

19
Beberapa fabrikasi dan repairing yang dilakukan :

20
21

Anda mungkin juga menyukai