PENDAHULUAN
dihadapinya, serta dapat diwujudkannya lulusan level kreatif. Salah satu strategi
yang dilakukan adalah adanya kurikulum wajib bagi setiap program studi yakni
diperoleh dapat menunjang tercapainya kompetensi lulusan sesuai visi dan misi
PT Pupuk Sriwidjaja (PT PUSRI) merupakan salah satu industri kimia yang
relevan bagi mahasiswa Program Studi Teknologi Kimia Industri karena sebagian
1
2
Sebagai bentuk tanggung jawab disiplin keilmuan, hasil kerja praktik ini
akan dipresentasikan secara ilmiah pada seminar yang akan dilaksanakan secara
1.2 Tujuan
(SCF).
Palembang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berdiri pada
dalam bidang industri petrokimia dan pemenuhan kebutuhan pupuk dalam negeri.
Selatan yang sangat disegani di Asia Tenggara hingga daratan Cina pada abad ke
Palembang adalah warisan yang sekaligus menjadi visi bangsa Indonesia terhadap
Kantor Pusat dan Pusat Produksi dari PT PUSRI Palembang bertempat di jalan
baku berupa gas alam dan letaknya berada di tepian Sungai Musi. PT PUSRI
Notaris Eliza Pondaag nomor 177 tanggal 24 Desember 1959 dan pada tanggal 7
Juni 1960 diumumkan dalam Lembaga Berita Negara Republik Indonesia Nomor
46 dimana sebagai Presiden Direktur dan Direktur Utama yang pertama adalah Ir.
3
4
Perusahaan ini telah mengalami tiga kali perubahan bentuk keadaan usaha.
dengan Akte Notaris Soeleman Ardjasasmita pada bulan Januari 1970. Perubahan
pemisahan (Shin Off), PT Pupuk Sriwidjaja Palembang yang tetap disebut PUSRI
menjadi anak perusahaan dan beroperasi efektif sejak 1 Januari 2011 sedangkan
kedudukan PT PUSRI Palembang dapat dilihat pada Gambar II.1. Oleh karena
kesamaan nama antara perusahaan induk dan salah satu anak perusahaanya maka
pada tanggal 5 April 2012 berganti nama menjadi PT Pupuk Indonesia (Persero)
180 ton amoniak/hari dan 300 ton Urea/hari. Produksi perdana PUSRI-I pada
dengan diadakannya studi kelayakan bersama John Van Der Volk and Associate
terpasang 660 ton amoniak/hari dan 1150 ton Urea/hari, dan pembangunannya
selesai pada tahun 1974. Pendirian pabrik tersebut dikerjakan oleh kontraktor
M.W Kellog Overseas Corp dari Jepang. Pada tahun 1992 dilakukan optimalisasi
kebutuhan akan pupuk di Indonesia meningkat dengan pesat, maka pada waktu
produksi Urea 1725 ton/hari atau 570.000 ton/tahun dengan proses Mitsui Toatsu
oleh Kellog Overseas dan Engineering Corp. Lima bulan setelah pembangunan
Pada tahun 1985 pabrik PUSRI-I dihentikan operasinya karena dinilai tidak
efisien lagi. Sebagai penggantinya didirikan pabrik PUSRI-IB pada tahun 1990.
570.000 ton Urea/tahun dengan menggunakan proses Advanced Process For Cost
and Energy Saving (ACES) dari TEC. Konstruksi pabrik ini dikerjakan oleh PT
Imperial Chemical Industry (ICI) pada tahun 1992. Proyek tersebut diberi nama
Ammonia Optimization Project (AOP). Hal ini dilakukan karena adanya tuntutan
7
efisiensi produksi dan penghematan bahan baku, melalui proyek ini kapasitas
ton amoniak/tahun.
Pada tahun 2013 direncanakan pembangunan pabrik PUSRI IIB yang akan
pabrik amoniak dan teknologi ACES 21 milik Toyo Energy Corporation dan
PUSRI sebagai Co Licensor untuk pabrik Urea. Kapasitas pabrik amoniak 2000
ton/hari (660.000 ton amoniak/tahun) dan kapasitas pabrik Urea 2.750 ton
Urea/hari (907.500 ton/tahun), dan pada tahun 2016 pabrik PUSRI-II dihentikan
pupuk NPK Fusion, yang mulai beroperasi pada September 2014 dengan
Februari 2016.
1. PUSRI I
Biaya : US $ 33 Juta
2. PUSRI II
Biaya : US $ 86 Juta
OECF
Pemerintah RI
9
3. PUSRI III
Pemerintah RI
4. PUSRI IV
5. PUSRI IB
Pemerintah RI
Urea-ACES
6. PUSRI IIB
Bank Jabar-Banten
Pemerintah RI
Urea-ACES 21
Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan alam yaitu gas alam (Natural Gas)
yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pupuk dan tersedia dalam
jumlah yang cukup banyak. Gass Bell & Associate dari Amerika Serikat
lokasi yang disarankan oleh Biro Perancangan Negara adalah Kertapati, Sungai
daerah Sungai Selayur. Beberapa faktor teknis dan ekonomi yang menunjang
13
1. Keadaan geografis Sumatera Selatan yang memiliki kekayaan gas alam sebagai
bahan baku utama pembuatan pupuk dalam jumlah yang cukup banyak. Selain
itu lokasi pabrik yang juga dekat dengan sumber bahan baku gas alam, yaitu
berasal dari Pertamina Prabumulih dan Pendopo yang terletak sekitar 100-150
km dari pabrik.
2. Dekat dengan Sungai Musi yang tidak pernah kering sepanjang tahun,
merupakan salah satu sarana penting untuk sumber air dan sebagai sarana
transportasi.
3. Dekat dengan lokasi batubara Tambang Bukit Asam. Batubara dapat dijadikan
industri karena tidak terletak di pusat kota namun jarak menuju pusat kota
masih terjangkau.
administrasi pemerintahan.
PUSRI-IIB dapat dilihat pada Gambar 2.2. Luas tanah yang digunakan untuk
lokasi pabrik 20,4723 hektar, luas tanah perumahan karyawan seluas 26,7095
hektar dan lokasi yang digunakan sebagai cadangan disiapkan tanah seluas
perumahan karyawan bila diperlukan dikemudian hari. Lokasi dan tata letak PT
Bagian depan kompleks menghadap ke jalan Mayor Zen. Bagian depan kompleks
industri merupakan gedung kantor pusat. Kantor pusat merupakan kantor staff
perpustakaan umum, rumah makan, masjid, dan lain-lainya. Selain itu, terdapat
15
dan kompleks pabrik dibatasi oleh pagar dan terdapat dua buah gerbang masuk
kompleks pabrik yang dijaga oleh aparat keamaan. Tata letak kompleks dapat
Keterangan :
A. Pos Satpam
B. Kantor Utama
C. Lapangan
D. Perumahan
F. Diklat
G. Sekolah
H. Kolam
I. Masjid
J. Rumah Makan
K. Parkir
L. Teknik Produksi
1. Primary Reformer
2. Secondary Reformer
3. Stripper
4. Absorber
5. Metanator
7. ARU
8. HRU, PGRU
9. Molecular Sieve
10. Kompresor
11. Refrigeration
18
22. GMS
M. Dinas Kesehatan K3
N. Main Lab
O. Ammonia Storage
P. Kantor
Q. Wisma
R. Lapangan Olahraga
S. Perluasan Pabrik
T. Gedung
19
U. Dermaga
V. PPU
W. Rumah Sakit
X. Wisma
mengembangkan produk pupuk majemuk yaitu NPK yang baru beroperasi dari
tahun 2016.
bahan baku dalam pembuatan Urea. Selain sebagai bahan baku, Amoniak juga
dihasilkan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: produk Amoniak panas (30℃ ¿ dan
H2O Jenuh -
(Sumber: Dinas Teknik Proses PT PUSRI Palembang, 2019)
Fasilitas Loading:
yang diizinkan
Digunakan vessel
(Sumber : Dinas Teknik Proses PT PUSRI Palembang, 2019)
senyawa berbentuk kristal putih dan tidak berbau. Spesifikasi dari produk Urea
1. Nitrogen
freeflowing, tidak
mengandung bahan
berbahaya.
Kecepatan Muat 1.000 metrik ton/jam Minimum
jawab pengadaan dan penyaluran seluruh jenis pupuk bersubsidi, baik yang
berasal dari produksi dalam negeri maupun luar negeri untuk memenuhi
Gedung
Lini II
PT Pupuk Sriwidjaja Gedung Kopersasi/KUD
Lini III penyalur
UPP
Pengencer
an
Keterangan:
Pupuk Kantong
Petani
Pupuk Curah
Petani
yang ada. Adanya keputusan pemerintah ini hanya berlaku pada tata niaga pupuk
company.
Pada tahun 2001, tata niaga pupuk kembali diatur oleh pemerintah melalui
Februari 2003 yang menyatakan tentang tata niaga pupuk yang bersifat rayonisasi.
PT PUSRI tidak lagi bertanggung jawab untuk pengadaan dan penyediaan pupuk
secara nasional namun dibagi dalam beberapa rayon. Mulai Mei 2003 PT PUSRI
Banten.
untuk Sektor Pertanian. SK ini mengatur tentang syarat-syarat bagi importir, serta
tata cara pengadaan pupuk bersubsidi dan non subsidi melalui impor.
24
Barat.
Wilayah II : Banten, Jawab Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, dan
Kalimantan Selatan.
distribusi, baik untuk tata niaga pupuk produksi dalam negeri maupun pupuk
Palembang meliputi:
2. Tujuh buah kapal pengangkut curah dan satu unit kapal sewa berdaya muat
5. Gudang persediaan pupuk sebanyak 107 unit dan gudang sewa sebanyak 261
unit.
kabupaten.
a. PT Pupuk Kujang
c. PT Petrokimia Gresik
yang baik sehingga efisiensi kerja yang tinggi dapat tercapai. Jika efisiensi kerja
tinggi maka akan menciptakan produktifitas kerja yang optimal. Kondisi tersebut
ialah berdasarkan sistem Line dan Staff Organization. Dalam hal ini bentuk
perusahaan.
digabung menjadi direktur komersial dapat dilihat pada Gambar 2.6. Jadi saat
ini direktur utama hanya membawahi empat orang direktur yaitu Direktur
A. Direktur Utama
Direktur Teknik Dan Pengembangan, Direktur SDM dan Umum, serta Kepala
Hukum Korporat.
28
B. Direktur Produksi
seperti berikut:
a. Departemen Operasi
Departemen ini dipimpin oleh seorang general manager dan bagian shift
SuperintendentOperasi Amoniak
lapangan.
b. Departemen Pemeliharaan
Divisi Laboratorium
bahan baku dan bahan penunjang serta hasil produksi pabrik. Divisi
dan standar.
dan IV.
30
Divisi ini berada di bawah departemen produksi yang dibagi menjadi tiga dinas
keselamatan dan kesehatan kerja. Divisi ini dipimpin oleh seorang manager
- Dinas Pemeriksaan
(Perencanaan dan Pengembangan) Usaha dan General Manger Teknik dan Sistem
Informasi.
31
teknologi dalam proses. Direktur SDM dan Umum membawahi General Manager
seperti pada Gambar 2.7 yang bertanggung jawab terhadap operasional pabrik
1. Superintendent Urea
2. Superintendent Amoniak
3. Superintendent Utilitas
32
Plant Manager
membawahi langsung:
a. Senior Foreman
b. Kepala Foreman
c. Koordinator Lapangan
e. Operator Lapangan
Dalam satu siklus kerja operator (pegawai shift) terdapat empat regu dimana
tiga regu bertugas dan satu regu libur secara bergantian. Setiap grup dikepalai oleh
Senior Foreman shift. Pengaturan jam kerja untuk tiap shift adalah:
33
Selain operator dan karyawan lapangan yang jadwal kerjanya dibagi per
shift karena membutuhkan waktu 24 jam, terdapat pula karyawan non shift
jadwal kerja:
karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap adalah
perusahaan dalam jangka waktu yang tidak ditetapkan. Karyawan tetap PT PUSRI
setahun atau dua tahun sekali diadakan rekrutmen dan dilanjutkan ke tahap
non shift dan jabatan setingkat kepala bagian di atas termasuk kategori karyawan
tetap.
Urea diproduksi melalui reaksi yang sangat eksotermis antara NH3 dan
dan diikuti oleh dehidrasi carbamate menjadi urea yang merupakan reaksi
34
endotermis. Reaksi kimia yang terjadi dalam Reactor (DC-101) adalah dua
a) Pembentukan Carbamate
(b) Dehidrasi
182 oC, rasio H2O/CO2 0.58, rasio NH3/CO2 3.7 dan tekanan 155 kg/cm 2
dipilih untuk pabrik ini dan dengan kondisi seperti ini didapatkan
[mol%) x 100
+ Urea)[mol%]
35
Urea)[mol%]
(a) Liquid NH 3
dijaga, maka akibat yang tidak diinginkan bisa terjadi seperti berikut:
direcycle
(b) CO2
kepada rasio molar NH3/CO2, rasio molar H2O/CO2 dan temperature. Akan
sebagai fungsi kondisi diatas. Pengaruh dari rasio molar NH 3/CO2 dan
Pada sisi lain, tekanan operasi yang lebih tinggi akan menurunkan
Kesetimbangan
195 oC dengan rasio molar NH3/CO2 sekitar 3.7. Sebagai contoh, pada
kondisi rasio molar NH3/CO2 adalah 3.7, rasio konversi CO2 adalah
sebagai berikut:
Urea terbentuk dari satu mol CO2 dan dua mol NH3. Akan tetapi
pada rasio molar secara teoritis ini didapatkan jumlah CO2 yang
180 oC didapatkan hanya 57% konversi (dengan kondisi tidak ada air).
180 oC dengan kondisi tidak ada air, maka konversi rasio akan bervariasi
ditingkatkan konsentrasi CO2 dan NH3 dalam larutan recycle. Namun hal
perhatian khusus dalam desain dan pengoperasian pabrik agar tidak terjadi
Dari hasil uji coba menunjukkan bahwa secara tidak diduga konversi
karena itu didapat suatu kondisi temperatur operasi yang optimum untuk di
konversi turun dengan tajam pada temperature diatas 200 oC. dari grafik
hamper linear. Pada uji coba ini hasil analisa yang didapatkan hanya pada
fase liquid.
41
Konversi Kesetimbangan
tinggi maka lebih banyak NH3 dan CO2 berubah menjadi fase gas.
dan tidak akan naik lagi meskipun dengan menaikkan temperature lebih
tinggi lagi.
kesetimbangan yang diperoleh dari data ini tidak dipengaruhi oleh density.
berikut:
dijelaskan pada Fig. 2-4 dan 2-5. Dengan asumsi ini, terjadi disosiasi
temperature tertentu, panas reaksi untuk persamaan (2) bisa berubah dari
mencapai titik maksimum apabila panas reaksi untuk persamaan (2) adalah
nol. Saat ini tidak bisa disimpulkan mana penjelasan yang paling benar,
karena metode uji coba yang memuaskan masih sulit untuk ditemukan.
43
sintesa. Dengan kata lain pada temperature dan tekanan yang lebih rendah,
tertentu.
Kesetimbangan x 100
UREA
9 NH3
CO2
H2O
BIURET
DC-101
NH3 (l)
7
UREA (l)
NH3 (l) 1 5
CO2 (l) CO2 (g)
H2O (l)
2
BIURET (l)
2. Data Aktual
Neraca Energi
1. Data desain
2. Data Aktual
Data efisiensi thermal reaktor urea (DC-101) di tampilkan pada Tabel 2.24.
Efisiensi Thermal
Tanggal Aktual Desain
15-Mei 74.83%
29-Mei 73.72%
12-Jun 76.51% 71.38%
3-Jul 78.83%
10-Jul 74.42%
17-Jul 73.31%
31-Jul 77.23%
Rata-rata 75.55% 71.83%
2.7 Pembahasan
Proses sintesa Urea di P-IIB terjadi pada unit reaktor Urea (DC-101) yang di
desain berdasarkan teknologi ACES 21 (Advance Cost and Energy Saving 21).
Tahap sintesa bertujuan untuk mensintesis Urea melalui reaksi antara Amoniak
dan CO2 di dalam reaktor Urea. Reaktor (DC-101) adalah reaktor jenis vertical
bubble column dengan lima baffle jenis sieve traydibagian dalam untuk
pada temperatur 210oC dan tekanan 171 kg/cm2G. Di dalam reaktor terjadi reaksi
reaksi endotermis.
efisiensi reaktor dalam mensistensa Urea yang nantinya akan menjadi umpan
CO2, neraca massa dan neraca panas bertujuan untuk mengetahui kinerja dari
52
operasi perhitungan. Dimana data yang diolah yaitu data desain dan data aktual,
untuk mendapatkan data aktual pada perhitungan rasio mol NH3/CO2, H2O/CO2,
konversi CO2, neraca massa, neraca panas dan efisiensi thermal reaktor diambil
data sebanyak sembilan data yakni dari bulan Mei sampai Juli 2019. Pengambilan
dan analisa data pada output reaktor hanya dilakukan satu kali dalam seminggu.
laju alir feed Amoniak, laju alir produksi Urea, dan laju alir feed Karbondioksida.
Dari data yang didapatkan, dapat dilakukan perhitungan neraca massa sehingga
rasio mol H2O/CO2, NH3/CO2 dan konversi CO2 untuk masing-masing kondisi
didapatkan dan untuk neraca panas dibutuhkan data temperatur inlet dan outlet
serta molar flow inlet dan outlet yang dihasilkan dari neraca massa sehingga
efisiensi thermaldidapatkan.
desain sebesar 62,85% sedangkan untuk data aktual rata-rata konversi CO 2 yang
konversi CO2. Penurunan konversi CO2 dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
H2O/CO2
30.00
0.40
20.00
10.00 0.20
0.00 0.00
19 19 -1
9
l-1
9
l-1
9
l-1
9
l-1
9
ei- ei- Ju
n
-Ju -Ju -Ju -Ju
M M 2-
1 5- 2 9- 1
3 10 17 31
NH3/CO2
Gambar 2.14 Grafik Hubungan Rasio NH3/CO2, H2O/CO2 Terhadap Konversi CO2
menyebabkan konversi CO2 rendah kondisi ini bisa terjadi karena umpan NH3
berlebih yang dapat menyebabkan tidak tercapainya sasaran suhu puncak reaktor
konversi CO2 menurun. Selain itu, NH3 yang terlalu banyak akan meningkatkan
Gambar 2.14 dari gambar tersebut menunjukan bahwa semakin besar harga
perbandingan mol H/C maka harga konversi kesetimbangan sintesis Urea yang
dalam campuran. Semakin tinggi kandungan air maka konversi akan semakin
54
menurun dan memicu terjadinya reaksi hidrolisa Urea. Reaksi hidrolisa Urea
akan mengurangi jumlah Urea sebagai produk yang diinginkan, reaksi ini terjadi
pada temperatur tinggi, tekanan rendah, dan waktu tinggal yang lama. Oleh karena
terjadinya hidrolisa Urea sehingga yield produksi Urea yang tinggi dapat dijaga.
operasi maka konversi CO2 semakin tinggi juga begitupun sebaliknya. Temperatur
operasi yang tinggi akan menaikkan rasio konversi sehingga akan menurunkan
konsumsi utilitas dan biaya konstruksi pabrik akan tetapi jika temperatur reaktor
(DC-101) tinggi juga akan menaikkan laju korosi pada material dan meningkatkan
konsentrasi biuret (zat racun pada tanaman). Dimana konsentrasi biuret yang
diizinkan pada pabrik-IIB ini tidak lebih dari 1% karena Urea yang diproduksi
faktor ini maka perlu dilakukan pengendalian pada temperatur reaksi di dalam
Amonik cair, semakin rendah tekanan operasi maka semakin rendah pula konversi
maka konversi CO2 akan turun secara dratis. Sebaliknya, jika reaktor (DC-101)
55
dioperasi diatas tekanan kesetimbangan maka konversi akan naik dan pada sisi
lain tekanan operasi yang lebih tinggi akan menurunkan efisiensi stripper (DA-
101) untuk mendekomposisi senyawa yang tidak terkonversi di reaktor dan akan
temperatur dan tekanan lebih rendah dibutuhkan waktu tinggal yang lebih lama
pemasangan baffle di reaktor efektif pada tekanan yang lebih rendah untuk
dengan kondisi aktual. Dari perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat pada
Tabel 2.24 nilai efisiensi thermal desain dan aktual. Efisiensi thermal reaktor
Urea merupakan suatu angka yang menunjukkan seberapa besar kinerja rektor
DC-101 pada unit Sintesis Urea. Berdasarkan hasil perhitungan neraca panas
sebesar 75.55%.
Dari Tabel 2.24 dapat dilihat terjadi peningkatan efisiensi thermal reaktor
Urea yang dapat disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi operasi seperti laju
efisiensi thermal reaktor Urea ini menunjukkan bahwa alat ini masih bekerja
yang hilang (Qloss). Panas yang hilang dapat diakibatkan oleh adanya perpindahan
56
panas secara radiasi di dalam reaktor Urea. Perpindahan panas secara radiasi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan dan analisa pada Unit Reaktor Urea (DC-101)
pabrik-IIB dapat disimpulkan yaitu:
1. Didapatkan nilai konversi CO2 dari data desain sebesar 62,85% sedangkan
untuk data aktual rata-rata konversi CO2 yang didapat sebesar 60,97%.
Penurunan konversi CO2 dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti komposisi,
temperatur, tekanan dan waktu tinggal.
2. Ketika N/C tinggi dapat menyebabkan konversi CO 2 rendah kondisi ini bisa
terjadi karena umpan NH3 berlebih yang dapat menyebabkan tidak tercapainya
sasaran suhu puncak reaktor sehingga amoniakyang tidak bereaksi banyak
teruapkan dan menyebabkan konversi CO2 menurun.
3. Semakin besar harga perbandingan mol H2O/CO2 maka harga konversi
kesetimbangan sintesis Urea yang dihasilkan semakin rendah.Kehadiran air
dalam campuran reaksi sintesis Urea mengakibatkan kesetimbangan bergeser
kearah kiri, artinya konversi kesetimbangan menjadi lebih rendah dengan
semakin besarnya konsentrasi air dalam campuran.
4. Konversi CO2 juga dipengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi temperatur
operasi maka konversi CO2 semakin tinggi juga begitupun sebaliknya.
Temperatur operasi yang tinggi akan menaikkan rasio konversi sehingga akan
menurunkan konsumsi utilitas dan biaya konstruksi pabrik akan tetapi jika
temperatur reaktor (DC-101) tinggi juga akan menaikkan laju korosi pada
material dan meningkatkan konsentrasi biuret (zat racun pada tanaman).
5. Efisiensi thermal desain reaktor sebesar 99,94% sedangkan efisiensi thermal
aktual reaktor rata-rata sebesar 95,25% setelah dilakukan perbandingan antara
efisiensi thermal desain dan aktual reaktor didapatkan selisih sebesar 4,69%
angka ini masih dalam range pengendalian karena Qloss yang didapatkan < 10%
sehingga kondisi alat ini masih baik.
57
58
3.2 Saran
Tokyo.
New York
59
LAMPIRAN
Stream 12 (Recycle)
Komposisi:
Urea 81313 kg
NH3 98518 kg
Stream 5 H2O 58490 kg
Komposisi: CO2 69444 kg
CO2 14552 kg Biuret 193 kg
T = 116 oC T = 180 oC P = 155 kg/cm2G
P = 160 kg/cm2G
Stream 7
Komposisi:
NH363215 kg
T = 38 oC
P = 200 kg/cm2G
3. Menghitung mass flow aktual setiap aliran tersebut dalam basis 1 jam
kg
m ( kg ) =% wt × mass flow( )
jam
massa komponen(kg)
n(kmol)=
kg
BM komponen( )
kmol
6. Menghitung reaksi kimia yang terjadi yang terdiri dari tiga reaksi yaitu
pembentukan biuret.
b) Menghitung N/C
N ( 2 Urea+ NH 3 ) % mol
=
C ( CO 2 +Urea ) % mol
c) Menghitung H/C
Urea (% mol)
Konversi =
(CO2 + Urea)(% mol)
98528.7626
NH3 17,03061 6 5785.39246
69460.0790
CO2 44,00995 8 1578.28125
58483.4715
H2O 18,01534 1 3246.31517
NH2CONH
2NH3 + CO2 + H2O
2
1908.93 3246.31
M: 9497.238 1353.756
4 5
B: 1394.870 697.435 697.435 697.435
1211.49 3943.75
S: 8102.368 2051.191
9 0
NH2CONHCONH
2NH2CONH2 + NH3
2
M: 2051.191 1.793 8102.368
B: 1.964 0.982 0.982
S: 2049.227 2.775 8103.350
KOMPONEN % MOL
UREA 13.38436
NH3 52.92641
CO2 7.91281
H2O 25.75830
BIURET 0.01812
UREA (% MOL)
Konversi = x 100 = 62,85%
(CO2+ UREA)(% MOL)
NERACA PANAS REAKTOR UREA (DC-101)
1. Kapasitas panas (Cp) untuk masing-masing zat dalam wujud gas dan liquid.
y− y 1 x−x 1
=
y 2− y 1 x 2−x 1
(Sumber:Journal of Chemical and Engineering,1982)
KOMPONEN Hf298
CO2(l) -412.92000
CO2(g) -393.51000
NH3(l) -67.20000
NH3(g) -46.19100
H2O(l) -285.84000
H2O(g) -241.82600
UREA -333.60000
BIURET -36.16000
KARBAMAT -645.05000
(Sumber: Yaws,Carl.1999)
3. Panas Reaktan
4. Panas Produk
T : Temperatur operasi
Hsensibel = n. ∫Cp dT
HPenguapan = n. ∆Hv
HPenguapan CO2 pada tidak didapatkan karena temperatur operasi berada diatas
Hsensibel = n. ∫Cp dT
HPenguapan = n. ∆Hv
T n
∆Hv NH3 = A ×(1− )
TC
= 1775,65105 kJ/kmol
= 6590943,0638kJ
(4534-2984)) =27821739,3319 kJ
(4534-2984)) = 49217849,2363 kJ
HsensibelKarbamat = n. ∫Cp dT
= 1577,9159 x (327,7005(453-298))
= 80147990,0914 kJ
Hsensibel H2O = n. ∫Cp dT
(4534-2984)) =38441246,1554 kJ
HsensibelBiuret = n. ∫Cp dT
Cara mencari Cp karbamat dengan grafik dan data input reaktor dapat dilihat pada
Tabel 3.
123190
¿ ×100 % = 40%
307958
Temperatur operasi aliran 12 = 180oC.
temperatur operasinya kemudian tarik garis dari pertemuan titik antara %wt
karbamat dengan temperatur operasi ke arah kiri untuk mendapatkan nilai Cpnya
dimana satuan Cp yaitu cal/gram mol oC. Sehingga perlu dilakukan konversi
y− y 1 x−x 1
=
y 2− y 1 x 2−x 1
X = Cp Biuret (Cal/mol K)
y− y 1 x−x 1
=
y 2− y 1 x 2−x 1
453−317,55 X−33,06
=
320,52−317,55 33,27−33,06
135,45 X−33,06
=
2,97 0,21
135,45× 0,21
X – 33,06 =
2,97
(4554-2984)) = 42601702,9248 kJ
HsensibelKarbamat
= n. ∫Cp dT
(4554-2984))=47120771,3424 kJ
HsensibelBiuret = n. ∫Cp dT
%wt NH2COONH4 =
didapat dengan garis temperatur operasinya kemudian tarik garis dari pertemuan
titik antara %wt karbamat dengan temperatur operasi ke arah kiri untuk
mendapatkan nilai Cpnya dimana satuan Cp pada grafik ini yaitu cal/gram mol oC.
perhitungan selanjutnya.
Dari grafik didapatkan Cp Karbamat 1,016 cal/gmoloC = 332,1134094 kJ/kmol K
Diketahui T operasi = 182 oC = 455 K
y− y 1 x−x 1
=
y 2− y 1 x 2−x 1
X = Cp Biuret (Cal/mol K)
y− y 1 x−x 1
=
y 2− y 1 x 2−x 1
455−317,55 X−33,06
=
320,52−317,55 33,27−33,06
137,45 X−33,06
=
2,97 0,21
137,45× 0,21
X – 33,06 =
2,97
HPenguapan = n. ∆Hv
T n
∆Hv NH3 = A ×(1− )
TC
= 1775,65105 kJ/kmol
HPenguapanNH3= 271,2175313 kmol x 1775,65105 kJ/kmol
= 481587,6930 kJ
HsensibelCO2 = n. ∫Cp dT
= 39,5820x((27,437)(455-298) + (4,2315E-02/2)
HPenguapan = n. ∆Hv
HPenguapan CO2 pada tidak didapatkan karena temperatur operasi berada diatas
HPenguapan = n. ∆Hv
T n
∆Hv H2O = A ×(1− )
TC
= 612425,7047 kJ
Reaksi I. Pembentukan Karbamat
Panas Reaktan
= 22857182,8461 kJ
= 42593,5628 kJ
Panas Produk
= 12976100,1796 kJ
= 24287612,0574 kJ
= -13465531,6470 kJ
= 6105,45100 kJ
Tabel 5. Neraca Panas Desain Reaktor Urea (DC-101)
Komponen Input ( kJ) Output ( kJ)
Panas Sensibel 241465270,4470 257641836,3126
Panas Penguapan 6590943,0638 1094013,3976
Panas Reaksi 10828185,8613 -
Panas Terakumulasi - 148549,6619
Total 258884399,3721 258884399,3721
(258884399,3721−148549,6619)
¿ ×100 %
258884399,3721
¿ 99,94 %