5
6
Pada tahun 1972 didirikan pabrik PUSRI II dengan kapasitas terpasang 660
ton amonia/hari dan 1150 ton urea/hari. Pembangunan PUSRI II dikerjakan oleh
kontraktor M.W Kellog Overseas Corp dari Jepang dan selesai pada tahun 1974.
Pada tahun 1992 dilakukan optimalisasi terhadap kapasitas produk dari pabrik
PUSRI II menjadi 570.000 ton urea/tahun. Seiring dengan kebutuhan pupuk di
Indonesia yang meningkat dengan pesat, sehingga pada waktu yang relatif
bersamaan juga didirikan pabrik PUSRI III dan PUSRI IV.
Pabrik PUSRI III didirikan pada tanggal 21 Mei 1975 dengan kapasitas
terpasang sebesar 1000 ton amonia/hari dengan proses yang digunakan adalah
Kellog dan kapasitas produksi urea 1725 ton/hari atau sebesar 570.000 ton/tahun
dengan proses Mitsui Toatsu Total Recycle (MTTR) C-Improved. Pembangunan
pabrik PUSRI III dikerjakan oleh Kellog Overseas Corporation dan Toyo
Engineering Cororation. Lima bulan setelah pembangunan pabrik PUSRI III,
pabrik PUSRI IV mulai didirikan dengan kapasitas produk terpasang dan proses
pembuatan produk yang sama dengan pabrik PUSRI III.
Pada tahun 1985 pabrik PUSRI I dihentikan operasinya. Pemberhentian
pabrik PUSRI I dikarenakan atau dinilai sudah tidak efisien lagi. Sebagai
penggantinya, pada tahun 1990 didirikan pabrik PUSRI IB dengan kapasitas
terpasang 446.000 ton amonia/tahun dengan menggunakan proses Kellog dan
570.000 ton urea/tahun dengan menggunakan proses Advanced Process for Cost
and Energy Saving (ACES) dari TEC. Konstruksi atau pembangunan pabrik
PUSRI IB dikerjakan oleh PT Rekayasa Industri (Indonesia).
Adanya tuntutan efisiensi produksi dan juga penghematan bahan baku (raw
materials), pada tahun 1992 PT Pupuk Sriwidjaja Palembang melakukan proyek
yang bertujuan untuk mengoptimalisasi proses yang diberi nama Ammonia
Optimazation Project (AOP) dan melakukan kerjasama dengan Imperial Chemical
Industry (ICI). Melalui proyek ini kapasitas produksi pabrik dapat dilakukan
peningkatan dengan penghematan pemakaian gas alam sebesar 10%. Proses
optimalisasi dan modifikasi proses tersebut dapat membuat PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang mampu meningkatkan produksi pabrik hingga 1.324.000 ton
amonia/tahun dan 2.090.000 ton urea/tahun.
8
2.3. Tujuan Perusahaan, Visi, Misi, Tata Nilai, dan Makna Logo PT Pupuk
Sriwidjaja
2.3.1. Tujuan Perusahaan
1. Melaksanakan dan menunjang program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya, dan pada bidang industri pupuk dan
industri kimia lain.
2. Menjalankan produksi, perdagangan, pemberian jasa, dan usaha lain
3. Mendirikan dan menjalankan perusahaan serta usaha lainnya yang
mempunyai hubungan dengan bidang usaha tersebut, baik secara sendiri-
sendiri maupun secara bersama-sama dengan pihak lain yang sejalan
dengan ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar.
2.3.2. Visi
Visi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah menjadi perusahaan pupuk
terkemuka tingkat regional.
9
2.3.3. Misi
PT Pupuk Sriwidjaja mengemban tiga misi pokok, yaitu:
1. Sebagai unit usaha PT PUSRI harus dikelola dengan efisien dan
produktivitas secara optimal.
2. Sebagai penggerak pembangunan PT PUSRI dituntut untuk dapat
menunjang pembangunan di bidang industri lainnya, sehingga mampu
berperan dalam meratakan pembangunan saat ini.
3. Sebagai stabilisator PT PUSRI harus dapat menunjang produksi pangan
nasional dalam usaha stabilitas pengadaan pupuk bagi para petani dengan
selalu memakai prinsip lima tepat, yaitu “tepat jumlah, waktu, jenis, tempat,
serta harga”.
2.3.4. Tata Nilai
Tata nilai yang dimiliki PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, yaitu:
1. Integritas
2. Profesional
3. Fokus Pada Pelanggan
4. Loyalitas
5. Baik sangka
2.3.5. Makna Logo Perusahaan
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang memiliki logo seperti Gambar 2.1.
Adapun makna dari logo PT Pupuk Sriwidjaja ditunjukkan pada Tabel 2.2:
Tabel 2.2. Makna Logo PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Logo Makna
3) Departemen Pemeliharaan
4) Departemen Teknik Produksi
5) Departemen Teknik Keandalan dan Jaminan Kualitas
Penjenjangan karyawan yang ada di dalam perusahaan didasarkan kepada
tingkat pendidikan, keahlian, dan pengalaman. Berdasarkan jabatan dalam struktur
organisasi, karyawan yang bekerja pada PT PUSRI Palembang dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1) Direksi
2) General Manager
3) Manager
4) Superintendent
5) Asisten Superintendent
6) Senior Foreman
7) Foreman
8) Karyawan
Untuk promosi ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk kenaikan
tingkat golongan, maka setiap tahun diadakan penilaian karyawan yang meliputi
loyalitas, dedikasi, pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, pergaulan sesama
karyawan, dan produktivitas kerja. Dalam pengoperasian pabrik, direktorat yang
berhubungan dengan proses atau melaksanakan tugas operasional adalah direktorat
produksi. Direktur produksi membawahi kompartemen operasi, yaitu:
1) Plant Manager PUSRI 1B
2) Plant Manager PUSRI II
3) Plant Manager PUSRI III
4) Plant Manager PUSRI IV
5) Plant Manager Teknik Produksi
Departemen Operasi PUSRI II, PUSRI III, PUSRI IV, dan PUSRI IB
bertugas mengkoordinir jalannya produksi pada setiap pabrik. Setiap pabrik
dipimpin oleh seorang Manager yang membawahi bagian-bagian:
1) Bagian Utilitas/Offsite
2) Bagian Amonia
13
3) Bagian Urea
Pada setiap group shift terdapat seorang shift foreman yang berfungsi
sebagai koordinator antara unit pabrik dan penanggungjawab teknis pada Sore dan
Malam hari. Terdapat empat group yang bertugas disetiap unit pabrik dengan
pembagian jam kerjanya adalah tiga group melakukan shift dan satu group lainnya
libur. Setiap group dikepalai oleh seorang senior foreman.
1) Day Shift : Pukul 07.00-15.00 WIB
2) Swing Shift : Pukul 15.00-23.00 WIB
3) Night Shift : Pukul 23.00-07.00 WIB
Pada Day Shift, superintendent bertanggungjawab atas operasi pabrik, dan
untuk Swing Shift dan Night Shift yang bertanggungjawab adalah shift foreman,
kecuali untuk hal-hal yang sangat penting, tanggung jawab akan dikembalikan
kepada Kepala Bagian (superintendent) masing-masing.
katalis di dalamnya yang terdiri dari tiga bed dengan volume yang berbeda setiap
bednya. Katalis yang digunakan pada 105-D berupa promoted iron.
Ammonia converter ini beroperasi pada temperatur 310ºC-400ºC dengan
tekanan 125-135atm dengan kontrol konversi ammonia antara 12-15%. Katalis
yang ada pada ammonia converter sudah beroperasi selama 176 bulan (14 tahun 8
bulan), sedangkan referensi life time katalis pada ammonia converter berkisar dari
10 sampai 15 tahun. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya penurunan kinerja
pada ammonia converter.
2.7.2. Permasalahan
Ammonia converter (105-D) merupakan reaktor yang digunakan untuk
mereaksikan nitrogen dan hidrogen untuk menjadi ammonia yang merupakan salah
satu bahan baku pembuatan urea. Reaktor ini dilengkapi dengan tiga bed katalis
promoted iron yang bertujuan untuk mempercepat laju reaksi. Katalis ini dapat
menurun kinerjanya akibat dari kondisi operasi yang tidak optimal dan
mengakibatkan umur dari katalis tersebut tidak sesuai dengan referensi. Sehingga
harus di evaluasi perkiraan life time katalis pada ammonia converter (105-D) untuk
menjaga konversi dan produk yang dihasilkan.
2.7.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja Ammonia Converter (105-D) dengan menggunakan
katalis promoted iron dalam kurun waktu 15 tahun beroperasi berdasarkan
dari konversi reaktan?
2. Apa faktor yang mempengaruhi deaktivasi katalis pada Ammonia
Converter (105-D)?
3. Berapa lifetime katalis promoted iron pada Ammonia Converter (105-D)?
2.7.4. Tujuan
1. Untuk mengetahui kinerja Ammonia Converter (105-D) dengan
menggunakan katalis promoted iron dalam kurun waktu 15 tahun
beroperasi berdasarkan dari konversi reaktan.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi deaktivasi katalis pada
Ammonia Converter (105-D).
19
dengan tajam pada awalnya, lalu tercapai keadaan dimana aktivitas katalis
menurun jauh lebih lambat dan selektivitas katalis menjadi rendah. Umur katalis
dapat dijadikan acuan dalam pemilihan katalis, sehingga biaya proses produksi
dapat ditekan. Dalam beberapa reaksi, katalis hanya dapat digunakan sekali dan
dalam reaksi lain bisa berulang kali tanpa perlu diregenerasi. Umur katalis akan
menurun seiring dengan penggunaanya. Umur katalis ditentukan oleh kecepatan
hilangnya aktivitas dan selektivitas katalis dalam mengkatalisis suatu reaksi.
Umur katalis dipengaruhi oleh deaktivasi katalis. Deaktivasi katalis
menyebabkan penurunan aktivitas dan selektivitas katalis. Penurunan aktivitas dan
selektivitas katalis yang terjadi secara terus menerus pada waktu tertentu akan
menyebabkan katalis tidak dapat digunakan lagi untuk mengkatalisis reaksi atau
dengan kata lain, katalis tersebut telah mati. Semakin besar proses deaktivasi yang
terjadi, semakin pendek umur suatu katalis.
Penurunan aktivitas dan selektivitas katalis (deaktivasi katalis) disebabkan
oleh adanya proses peracunan, pencemaran dan sintering (penggumpalan katalis).
Deaktivasi katalis merupakan masalah tersendiri yang harus dipecahkan.
Deaktivasi katalis dapat diminimalkan dengan cara pemakaian umpan yang murni,
pemilihan kondisi operasi reaktor dan pengoperasian yang tepat.
2.7.8. Ammonia Converter
Pada pabrik amonia, proses yang paling menentukan adalah sintesis
amonia dari gas H2 dan gas N2 yang terjadi di dalam ammonia converter (105-D)
dengan bantuan katalis promoted iron. Katalis promoted iron berpotensi
mengalami deaktivasi yang menyebabkan terjadi penurunan konversi amonia.
Ammonia converter (105-D) berisi kira-kira 75 m3 atau 204.000 kg
promoted iron catalyst. Katalis diletakkan didalam internal basket yang didesain
terdiri dari empat catalyst bed yang terpisah di dalam reaktor. Bed paling atas
adalah yang paling kecil volumenya daripada bed 1, bed 2, dan bed 3. Semakin ke
bawah, volume catalyst bed semakin besar. Hal ini bertujuan untuk membatasi
panas reaksi yang eksotermis pada bed atas dimana terjadi reaksi yang paling
cepat, sehingga converter dapat dijaga pada temperatur yang diinginkan.
21
Purge gas selanjutnya dikirim ke PGRU (Purge Gas Recovery Unit) untuk
diambil hidrogennya. Jika gas inert dibiarkan konsentrasinya terlalu tinggi maka
akan mengakibatkan produksi ammonia berkurang. Venting yang terlalu
berlebihan harus dihindari, sebab akan mengakibatkan kehilangan hasil yang dapat
mengakibatkan kehilangan hidrogen atau nitrogen secara berlebihan.
Reaksi sintesa ammonia yang dibantu oleh katalis, dapat ditulis sebagai
berikut:
Katalis
3H2 + N2 2NH3
Titik-titik keseimbangan dari reaksi sedemikian rupa bahwa kondisi operasi yang
diusulkan, kadar ammonia dalam gas keluar reaktor sekitar 15% mol. Gas yang
tidak terkonversi dikembalikan ke reaktor untuk mendapatkan produksi yang
maksimal. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi reaksi di ammonia converter:
1. Suhu
Suhu sebagai akibat dari perubahan temperatur terhadap reaksi sintesa
ammonia adalah sebesar dua kali lipat karena mempengaruhi derajat
kesetimbangan maupun kecepatan reaksi. Oleh karena reaksi berjalan secara
eksotermis, kenaikan temperatur akan menurunkan derajat kesetimbangan dari
ammonia dan waktu yang sama dapat mempercepat reaksi. Hal ini berarti bahwa
pada kondisi jauh dari kesetimbangan, kenaikan temperatur akan menuju pada
konversi yang lebih tinggi, sedangkan untuk sistem sintesa akan memberikan
konversi yang dekat pada derajat kesetimbangan, adanya kenaikan temperatur
akan menuju pada konversi yang lebih rendah.
2. Tekanan
Oleh karena sintesa ammonia disertai dengan berkurangnya volume jika
apabila tekanan naik. Pada saat yang bersamaan, kecepatan reaksi dipercepat oleh
kenaikan tekanan, karena itu konversi akan naik pada tekanan yang lebih tinggi.
3. Space Velocity
Apabila jumlah gas proses semakin bertambah (space velocity yang lebih
besar di dalam converter), reaksi sintesa mempunyai waktu yang lebih sedikit
untuk berlangsung dan menghasilkan kadar ammonia (pada gas yang keluar dari
converter) yang tidak sama tinggi apabila dibandingkan dengan gas yang mengalir
keluar melalui katalis yang lebih lambat.
Pengurangan dari hasil akan jauh lebih sedikit dari kenaikan space velocity.
Kenaikan produksi ammonia dapat disebabkan oleh karena lebih banyak gas yang
masuk ke daerah reaksi, yang mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada
tendensi pengurangan produksi disebabkan karena reaksi yang kurang sempurna
atau waktu tinggal (residence time yang lebih rendah). Oleh karena itu, pada
keadaan normal atau pengurangan operasi, kenaikan jumlah gas masuk converter
(pada kondisi-kondisi lainnya yang tetap) akan memberikan kenaikan pada
produksi. Metode yang biasa digunakan untuk mengubah space velocity yaitu
dengan mengubah jumlah gas recycle (sirkulasi).
Dengan adanya pertambahan sirkulasi temperatur di katalis bed akan turun
disebabkan turunnya konversi per pass, tekanan akan turun disebabkan karena
total produksi ammonia bertambah. Sirkulasi ditambah dengan menutup MIC-34.
Sirkulasi maksimum dicapai jika MIC-34 tertutup rapat.
4. Perbandingan H2 dan N2
Gas sintesa yang segar (make up) tetapi tidak termasuk recycle yang
menuju ke seksi sintesa harus mempunyai perbandingan H 2 terhadap N2 kira-kira
3:1. Hal ini demikian karena pembentukan ammonia berasal dari H2 dan N2 dengan
perbandingan 3:1. Telah diketahui bahwa persen konversi maksimum didapat pada
perbandingan H2 dan N2 di dalam converter 2.5 – 3:1. Perbandingan di dalam gas
24
sintesa boleh diubah sedikit dari 3:1 untuk mendapatkan perbandingan optimum
H2 : N2 dalam campuran gas yang masuk ke converter.
5. Gas-gas Inert
Pengeluaran gas-gas inert secara kontinu harus dijaga melalui pipa header
yang masuk kompresor recycle dikirim ke sistem purge gas. Aliran purge gas
diperlukan untuk mengontrol konsentrasi CH4 dan gas-gas inert lainnya supaya
tidak menjadi tinggi di daerah sintesa, karena akan mengakibatkan penurunan
konversi, kenaikan tekanan dan mengurangi kapasitas produksi.
6. Kecepatan Gas Sintesa
Dengan hanya menaikkan kecepatan gas sintesa (make up) menghasilkan
ammonia yang lebih banyak dan mengakibatkan tekanan sistem alarm naik,
temperatur katalis bed akan naik, kadar gas inert akan naik, perbandingan H2 dan
N2 akan berubah. Sebaliknya, pengurangan gas sintesa akan memberikan efek yang
berlawanan. Suatu penambahan dari feed gas ke daerah sintesa biasanya didapat
dengan menaikkan rate produksi di daerah pembuatan gas sintesa.
7. Pengaturan Operasi di Daerah Sintesa
Daerah sintesa adalah daerah sesudah discharge compressor gas sintesa.
Gas (campuran H2 dan N2 dalam perbandingan 3:1) digunakan seperti yang
ditentukan oleh kondisi operasi, aktivitas katalis, dan kapasitas dari sintesa loop.
Gas dari kompresor secara terus menerus menggantikan gas yang berubah menjadi
ammonia di ammonia converter.
Apabila terdapat kelebihan gas sintesa, produksi naik hingga batas
kemampuan kompresor, kemudian sebagian gas sintesa akan dibuang (vent)
sebelum masuk tingkat pertama kompresor pada suction drum 104-F. Apabila
terjadi kekurangan gas, kompresor akan beroperasi relatif lebih lambat dan tekanan
loop akan turun, sehingga produksi ammonia akan berkurang sampai terjadi
kestimbangan dengan jumlah gas yang ada.
Beberapa variabel dapat digunakan untuk mengatur operasi dari sintesa
loop. Variabel pengatur yang penting adalah sebagai berikut:
1) Kecepatan feed gas sintesa
2) Kecepatan sirkulasi gas sintesa
25
type dengan base iron berpromotor dengan jenis ICI 35-8A (Pre-reduced catalyst)
di bed pertama dan ICI-4A (Un-reduced catalyst) di bed kedua dan ketiga. Volume
katalis di masing-masing pertama 7.3 m3, bed kedua 12.79 m3, dan bed ketiga
51.49 m3.
Pada PT Pupuk Sriwidjaja jumlah make up fresh catalyst dengan
memperhatikan konversi yang tetap ekonomis. Makin tinggi level di katalis, makin
kecil injeksi make up katalis yang diperlukan, namun biasanya diikuti dengan
penurunan konversi dan selektivitas produk. Maka perlu dicari kondisi yang paling
optimum untuk mencapai revenue yang maksimum.
Katalis sintesa terbuat dari oksida besi yang dilelehkan dan mengandung
kalium, kalsium, dan oksida aluminium sebagai stabilizer dan motor selanjutkan
diisikan ke dalam ammonia converter dalam keadaan teroksidasi. Katalis harus
terlebih dahulu diaktifkan sebelum ditugaskan untuk memproduksi amonia.
Pengaktifan memerlukan reduksi reduksi dari oksida besi yang hampir-hampir
merupakan elemen besi yang murni.
Reduksi dapat berlangsung saat hidrogen dilewatkan atau dialirkan melalui
katalis yang teroksidasi dengan pengembangan tekanan dan temperatur yang relatif
tinggi. Hidrogen bereaksi dengan oksigen dari oksida besi dan kemudian akan
membentuk air. Air kemudian dibuang sebelum gas dikembalikan melalui katalis.
Jumlah air yang dapat dihasilkan selama waktu pengaktifan menunjukkan bahwa
reduksi katalis dapat berjalan dengan baik.
Pada saat mula-mula dari reduksi, jumlah air yang terbentuk sedikit dan
setelah reduksi berkembang air yang terbentuk akan bertambah. Reduksi katalis
dibantu dengan temperatur yang tinggi dan pengaturan tekanan. Pembentukan air
akan mencapai puncaknya dan kemudian berangsur-angsur menurun pada saat
mendekati akhir dari reduksi. Temperatur reduksi harus selalu dijaga dibawah
temperatur dimana katalis akan bekerja, untuk menghindari kehilangan daya
aktifnya disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1) Konsentrasi (kepekatan) uap air yang tinggi dalam peredaran gas.
2) Pemanasan yang berlebihan.
27
converter dapat berpengaruh terhadap dinding dalam vessel yang dapat menjadi
retak karena stress corrosion cracking, karena itu chloride yang terkandung dalam
tiap-tiap kelompok katalis harus diperiksa sebelum diisikan. Maximum chloride
yang larut dan terkandung dalam katalis 10 pm. Dalam hal rusaknya wadah (drum)
katalis yang memungkinkan terbukanya terhadap kotoran, maka setiap wadah
katalis harus diperiksa.
temperatur TI-1-31 (inlet 106-F) sekitar 15oC. Titik beku dari konsentrasi
ammonia:
Apabila terjadi kadar air lebih dari 3000 ppm, maka rate kenaikan
temperatur harus dikurangi untuk menjaga temperatur mantap. Pengaturan apapun
dalam tahap reduksi harus dilakukan secermat mungkin dan sekecil mungkin
dengan memberikan cukup waktu untuk pengamatan-pengamatan temperatur
secara keseluruhan. Perubahan-perubahan yang dilakukan secara tiba-tiba dan
drastis akan menimbulkan akibat terhentinya reduksi, sebagaimana:
1. Temperatur chiller jatuh terlalu rendah, sedangkan konsentrasi ammonia
liquid masih di bawah 25%. Mantapkan temperatur, apabila gagal, maka
heater harus dimatikan untuk menghindarkan kondisi oenuh uap air maka
sirkulasi gas tetap dilanjutkan. Katalis harus didinginkan sekitar 50 oC,
sebelum menghentikan alirn ke katalis.
2. Start Up Heater Trip, tindakan yang dilakukan adalah penyalaan burner
secepat mungkin.
Pengamatan yang dilakukan (log sheet) yaitu tekanan loop, flow gas,
temperatur-temperatur heater dan bed katalis, temperatur yang ada hubungannya,
inlet dan outlet converter, dan produksi ammonia dan % konsentrasi.
2.7.10. Perhitungan Umur Katalis
Ammonia Converter (105-D) dilengkapi dengan katalis yang berfungsi
untuk mempercepat laju reaksi dalam pembentukan ammonia. Jenis katalis yang
digunakan berbasis magnetite type dengan base iron berpromotor dengan jenis ICI
35-8A (Pre-reduced catalyst) bed pertama dan ICI 35-4A (Un-reduced catalyst) di
bed kedua dan ketiga. Katalis ini terdiri dari Al2 O 3, CaO, K 2 O, SiO2, dan Fe3 O4.
Umur dari katalis pada suatu reaktor akan berbeda-beda bergantung pada
kondisi operasi reaktor tersebut. Umur katalis biasanya telah ditentukan dari
vendor atau perusahaan yang memproduksi katalis tersebut. Namun, pada
nyatanya umur tersebut dapat berubah lebih lama ataupun lebih cepat dari umur
yang telah ditentukan. Penurunan life time katalis dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang diantaranya adalah racun katalis, pengendapan logam pada permukaan
katalis, sintering (penggumpalan katalis) dan kondisi operasi pada reaktor tersebut.
Penentuan life time katalis dapat dianalisa berdasarkan konversi reaktan
pada Ammonia Converter (105-D). Pada Ammonia Converter (105-D) terjadi
reaksi antara N 2dan H 2 dengan rasio 1:3 sehingga dihasilkan ammonia. Kondisi
operasi pada reaktor ini seperti temperatur 300-500ºC dan tekanan 130-140%.
Dimana hasil konversi NH 3 yang dihasilkan berkisar 15%. Analisa yang dilakukan
berdasarkan konversi ini menggunakan data konversi dari bulan Maret 2018-Mei
2018. Perhitungan life time katalis ini menggunakan persamaan polinomial.
Analisa dari konversi H 2 ini ditunjukkan pada grafik konversi H2 .
32
20 Grafik Konversi H2
18
16
f(x) = − 0 x⁴ + 0.02 x³ − 138.06 x² + 489949.18 x − 652032408.19
14 R² = 0.2
12
Konversi
H2
10 Polynomial (H2)
8
6
4
2
0
5260 5280 5300 Hari Ke-
5320 5340 5360 5380
25 Grafik Konversi N2
20
f(x) = − 0 x⁴ + 0 x³ − 16.4 x² + 57223.52 x − 74828943.08
N2
15 R² = 0.24
Konversi
Polynomi
al (N2)
10
0
5260 5280 5300 5320 5340 5360 5380
Hari Ke-
perhitungan dengan metode forecast dan trial and error dengan mengasumsikan
sampai konversi menjadi 0 didapatkan perkiraan sisa umur katalis adalah 30 hari
(1 bulan). Faktor lain yang menyebabkan turunnya konversi adalah adanya racun
katalis. Racun katalis ini terdiri dari dua macam yaitu bersifat permanent dan
sementara.
Racun katalis pada Ammonia Converter (105-D) berupa karbon monoksida
¿), uap air, molekul oksigen, hidrogen sulfida ( H 2 S ) yang terdapat dalam jumlah
sedikit pada gas sintesa, maka beberapa daerah yang aktif pada katalis akan
bereaksi dengan oksigen dan mengurangi keaktifan katalis. Namun oksigen
tersebut dapat dihiangkan sehingga katalis akan tereduksi kembali tetapi daerah
katalis yang di aktifkan kembali (regenerasi) tidak dapat kembali sepenuhnya
seperti keadaan semula. Endapan minyak sebenarnya tidak termasuk dalam racun
katalis namun dapat menurunkan aktivitas katalis dengan menutupi permukaan
katalis, sehingga menghambat proses terbentuknya ammonia.
Faktor lain yang dapat menurunkan life time katalis adalah temperatur.
Temperatur yang terlalu tinggi akan menurunkan aktifitas katalis dan
memperpendek umur katalis. Pada spesifikasinya, temperatur katalis berkisar pada
350-520ºC. apabila kondisi operasi secara actual melebihi dari range temperature
tersebut maka akan mengurangi life time katalis itu sendiri. Pada pembuatan
ammonia sendiri, tidak diperlukan suhu yang tinggi. Reaksi yang terjadi pada
pembuatan ammonia adalah :
3 H2 + N2 2 NH3 (reaksi eksotermis)
Berdasarkan asas Le Chatelier dimana jika suatu sistem berada dalam
kesetimbangan, suatu kenaikan temperatur akan menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke arah zat yang menyerap kalor. Naiknya temperatur pada saat reaksi
akan mengakibatkan reaksi bergeser ke kiri (endotermis) atau kata lain dapat
menurunkan konversi pembentukan ammonia.
Faktor lain yang menunjukkan terjadinya deaktivasi pada katalis adalah
dengan menganalisis pressure drop pada ammonia converter (105-D). Pressure
drop akan selalu meningkat selama operasi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
34
kinerja dari katalis telah menurun. Salah satu faktor peningkatan pressure drop
karena banyak katalis yang mengalami deaktivasi pada katalis.
Peningkatan pressure drop pada katalis disebabkan banyaknya katalis
yang terkikis sehingga menutupi sisi aktif atau permukaan katalis. Hal tersebut
mengakibatkan terhambatnya aliran gas untuk kontak dengan katalis dan
menyebabkan pressure drop. Sintering juga menjadi salah satu faktor deaktivasi
pada katalis. Sintering disebabkan oleh pertumbuhan Kristal yang akan mengubah
struktur kimia katalis. Akibat dari sintering adalah penurunan luas permukaan
katalis dan mengakibatkan terjadinya penurunan banyaknya active site katalis
secara ireversibel. Pada umumnya terjadi sintering pada suhu lokal katalis yang
1
melampaui suhu leleh.
3
Hasil konversi di atas juga sudah melewati batas EOR (End Of Run) yaitu
kondisi dimana reaktor ini sudah tidak layak untuk digunakan. Berdasarkan data
EOR untuk konversi H 2 sebesar 27%, sedangkan secara actual konversinya jauh di
bawah data EOR sehingga perlu dilakukan penggantian katalis untuk
meningkatkan nilai konversi. Namun banyak pertimbangan dalam pergantian
katalis, salah satunya adalah biaya yang dibutuhkan cukup besar. Sehingga katalis
masih dapat digunakan selama masih terjadi konversi didalamnya.
Sisa umur katalis yang didapatkan dari perhitungan yaitu 30 hari (1 bulan)
dimana hasil ini didapatkan dengan trial and error metode forecast dengan
persamaan polynomial. Dapat disimpulkan bahwa life time katalis sampai dengan
14,8 tahun terhitung dari pertama kali pemakaian katalis pada Juli 2003. Perkiraan
life time katalis pada ammonia converter (105-D) ini secara teknis adalah selama 8
tahun. Namun dengan data aktual, katalis dapat digunakan hampir dua kali umur
yang ditentukan secara teknis.