Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki kebun kelapa
(Cocos nucifera L.) terluas di dunia, seluas 3.566.103 Ha (Subagio, 2010).
Produksi pohon kelapa di Indonesia pada tahun 2016 menurut status pengusahaan
(1970-2017) mencapai 2.890.735 Ton di antaranya merupakan perkebunan
Negara, Swasta dan Rakyat. Sebagian besar perkebunan kelapa dibudidayakan
oleh rakyat yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Untuk produksi kelapa
menurut provinsi yaitu Sumatra jumlah lahan seluas 1.130.014 Ha dengan
produksi pohon kelapa mecapai 934.563 Ton, luas lahan di Jawa 816.842 Ha
dengan produksi 627.655 Ton, Nusa Tenggara dan Bali mempunyai luas lahan
271.234 dengan jumlah produksi 197.236 Ton, Kalimantan mempunyai luas lahan
201.410 Ha dengan produksi 140.634 Ton, luas lahan di Sulawesi 772.729 Ha
dengan produksi 632.520 Ton, Maluku dan Papua mempunyai luas lahan 373.874
Ha dengan produksi 358.126 Ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017).
Ampas kelapa merupakan limbah organik hasil samping dari pembuatan
santan. Selama ini ampas kelapa hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan
harga produk yang sangat rendah. Di pasar Padang Selasa pedagang santan hanya
membuang ampas kelapa karna tidak digunakan, tetapi setiap pagi ada orang yang
mengambilampas kelapa untuk membuat tempe. Hasil ampas kelapa dapat diolah
menjadi tepung ampas kelapa yang kaya akan serat kasar 20% yang dapat
dijadikan sebagai olahan tepung ampas kelapa yang bernilai gizi tinggi. Menurut
Yulvianti et al. (2015) hasil samping ampas kelapa juga mengandung protein
23%, karbohidrat 93% terdiri dari 61% galaktomanan, 26% manosa, dan 13%
selulosa. Meskipun ampas kelapa merupakan hasil samping pembuatan santan,
namun ampas kelapa memiliki kandungan serat kasar cukup tinggi. Serat pangan
ini juga dapat mengontrol pelepasan glukosa seiring waktu, membantu
pengontrolan dan pengaturan, diabetes melitus dan obesitas Serat pangan dalam
jumlah yang cukup didalam makanan sangat bagus untuk pencernaan yang baik
dalam usus. Ampas kelapa yang mengandung tinggi serat ini dapat dijadikan

1
2

sebagai olahan tepung ampas kelapa yang bernilai gizi. Perluasan pemanfaatan
ampas kelapa ini sangat menguntungkan bagi petani kelapa dan produsen, serta
masyarakat yang mengkonsumsinya (Kailaku et al, 2012). Ampas kelapa yang
diolah menjadi tepung ampas kelapa dapat memudahkan masyarakat untuk
diaplikasikan menjadi olahan pangan. Tepung ampas kelapa ini dapat digunakan
sebagai bahan substitusi tepung terigu atau tepung lainnya untuk digunakan dalam
pengolahan pangan.Penggunaan tepung ampas kelapa ini dapat digunakan dalam
pembuatan Nugget dan Brownies. Selain itu pemanfaatan ampas kelapa ini dapat
bernilai ekonomis dengan pengolahannya sebagai tepung.
Ampas kelapa sebagai salah satu sumber nabati yang berpotensi sebagai
pakan ternak perlu dicoba sebagai campuran pada pakan ikan. Selain mudah
diperoleh, penggunaan ampas kelapa sebagai salah satu komponen nabati dalam
pakan ikan diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi pakan. Kandungan ampas
kelapa ini antara lain air 13,35%, protein 17,09%, lemak 9,44%, karbohidrat
23,77%, abu 5,92%, dan serat kasar 30,4% (Mujiman, 1985). Menurut Derrik
(2005), protein kasar yang terkandung pada ampas kelapa mencapai 23%, dan
kandungan seratnya yang mudah dicerna merupakan suatu keuntungan tersendiri
untuk menjadikan ampas kelapa sebagai bahan pakan. Salah satu cara untuk
meningkatkan daya guna protein dan nilai manfaat ampas kelapa yaitu dengan
pendekatan bioteknologi melalui fermentasi. Menurut Miskiyah et al., (2006),
fermentasi ampas kelapa dengan kapang Aspergillus niger mampu meningkatkan
kandungan protein dari 11,35% menjadi 26.09% atau sebesar 130%. Penggunaan
Aspergillus Niger dapat juga digunakan untuk meningkatkan kandungan protein
pada pembuatan tepung ampas kelapa. Aspergillus Niger dipilih karena proses
fermentasi lebih baik untuk meningkatkan nutrisi dibandingkan Rhizopus Oryzae
karena metode fermentasi menggunakan metode fermentasi padat (Pusat
Penelitian Biologi - LIPI, 2017). Pada penelitian sebelumnya penambahan
Aspergillus Niger untuk meningkatkan nutrisi dengan metode fermentasi,
peningkatan optimum terjadi di ke empat ( Kurniawan, Heri. dkk, 2015).
3

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan produk tepung ampas kelapa yang memanfaatkan ampas
kelapa sisa hasil dari pembuatan santan.
2. Membandingkan nutrisi yang terdapat dalam tepung ampas kelapa dengan
variasi pada penambahan Aspergillus Niger.

1.3 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan inovatif dan mengasah kemampuan mahasiswa dalam bidang
ilmiah.
2. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan ampas kelapa dalam
pembuatan tepung ampas kelapa sebagai bahan makanan ternak.
3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4 Perumusan Masalah


Ampas kelapa merupakan hasil samping dari pembuatan santan. Selama
ini bagi beberapa orang, ampas kelapa hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak
dengan harga produk yang sangat rendah. Tetapi masih saja banyak pedagang
santan yang langsung membuang begitu saja ampas kelapa tersebut sehingga
menjadi limbah yang tidak dimanfaatkan. Maka dari itu diperlukan alternatif lain
dalam pemanfaatan ampas kelapa tersebut sehingga tidak menjadi limbah.
Pemanfaatan ampas kelapa digunakan untuk membuat tepung ampas kelapa.
Tepung ampas kelapa difermentasi dengan menambahkan Aspergillus Niger
sebagai bakteri untuk meningkatkan kandungan nutrisi yang terkandung dalam
tepung ampas kelapa
Dari permasalahan tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara memanfaatkan ampas kelapa menjadi tepung yang dapat
dikonsumsi?
2. Apakah pada tepung ampas kelapa yang ditambahkan Aspergillus Niger
mengalami peningkatan nutrisi?
3. Bagaimana pengaruh penambahan Aspergilus Niger terhadap terpung
ampas kelapa yang dihasilkan?

Anda mungkin juga menyukai