PENDAHULUAN
1
2
sebagai olahan tepung ampas kelapa yang bernilai gizi. Perluasan pemanfaatan
ampas kelapa ini sangat menguntungkan bagi petani kelapa dan produsen, serta
masyarakat yang mengkonsumsinya (Kailaku et al, 2012). Ampas kelapa yang
diolah menjadi tepung ampas kelapa dapat memudahkan masyarakat untuk
diaplikasikan menjadi olahan pangan. Tepung ampas kelapa ini dapat digunakan
sebagai bahan substitusi tepung terigu atau tepung lainnya untuk digunakan dalam
pengolahan pangan.Penggunaan tepung ampas kelapa ini dapat digunakan dalam
pembuatan Nugget dan Brownies. Selain itu pemanfaatan ampas kelapa ini dapat
bernilai ekonomis dengan pengolahannya sebagai tepung.
Ampas kelapa sebagai salah satu sumber nabati yang berpotensi sebagai
pakan ternak perlu dicoba sebagai campuran pada pakan ikan. Selain mudah
diperoleh, penggunaan ampas kelapa sebagai salah satu komponen nabati dalam
pakan ikan diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi pakan. Kandungan ampas
kelapa ini antara lain air 13,35%, protein 17,09%, lemak 9,44%, karbohidrat
23,77%, abu 5,92%, dan serat kasar 30,4% (Mujiman, 1985). Menurut Derrik
(2005), protein kasar yang terkandung pada ampas kelapa mencapai 23%, dan
kandungan seratnya yang mudah dicerna merupakan suatu keuntungan tersendiri
untuk menjadikan ampas kelapa sebagai bahan pakan. Salah satu cara untuk
meningkatkan daya guna protein dan nilai manfaat ampas kelapa yaitu dengan
pendekatan bioteknologi melalui fermentasi. Menurut Miskiyah et al., (2006),
fermentasi ampas kelapa dengan kapang Aspergillus niger mampu meningkatkan
kandungan protein dari 11,35% menjadi 26.09% atau sebesar 130%. Penggunaan
Aspergillus Niger dapat juga digunakan untuk meningkatkan kandungan protein
pada pembuatan tepung ampas kelapa. Aspergillus Niger dipilih karena proses
fermentasi lebih baik untuk meningkatkan nutrisi dibandingkan Rhizopus Oryzae
karena metode fermentasi menggunakan metode fermentasi padat (Pusat
Penelitian Biologi - LIPI, 2017). Pada penelitian sebelumnya penambahan
Aspergillus Niger untuk meningkatkan nutrisi dengan metode fermentasi,
peningkatan optimum terjadi di ke empat ( Kurniawan, Heri. dkk, 2015).
3