Anda di halaman 1dari 35

BAB II

ANALISIS SITUASI

2.1 Analisis Situasi Umum Langsung

2.1.1 Sejarah Singkat PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Refinery Unit VI adalah salah satu unit operasi Kilang PT Pertamina

(Persero) yang mengolah minyak dan gas bumi menjadi produk BBM (Bahan

Bakar Minyak), Non BBM, dan Petrokimia. Refinery Unit VI memiliki 2 lokasi

Kilang, yaitu Kilang Balongan dan Kilang produksi LPG Mundu (LPM) dengan

wilayah Operasi di Balongan, Mundu, dan Salam Darma. Refinery VI Balongan

dibangun sejak tahun 1990 dan mulai 1994 sampai dengan sekarang. Bahan baku

yang diolah oleh Kilang PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan

adalah minyak mentah (Crude Oil) yang berasal dari daerah Duri dan Minas di

Provinsi Riau. Keberadaan Kilang PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI

Balongan sangat strategis bagi PERTAMINA maupun bagi kepetingan nasional.

Beberapa peranan dan keunggulan Kilang PT Pertamina (Persero) Refinery

Unit VI Balongan diantaranya:

a. Sebagai Kilang yang strategis:

1. Pemasok utama kebutuhan Premium untuk Daerah DKI Jakarta.

2. Pemasok utama LPG di daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat.

3. Memproduksi 95% dari total produksi Pertamax.

4. Memproduksi 100% total produksi Pertamax Plus.

5. Memasok Solar di daerah DKI Jakarta serta Jawa Barat.

6. Sebagai alternatif untuk pintu masuk pasokan BBM ke DKI Jakarta.


8

b. Sebagai Kilang Unggulan

1. Konfigurasi Kilang dirancang tidak memproduksi residu.

2. Unit proses terintegrasi secara penuh.

3. Teritegrasi dengan sistem distribusi/UPMS melalui pipanisasi.

4. Menghasilkan produk Petrokimia yang mempunyai added value diantaranya

Propylene denga kualitas diatas komersial grade.

5. Menghasilkan produk BBM yang ramah lingkungan.

Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya

investasi pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari

keuntungan Pertamina lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau

equity dari pemerintah yang dimasukkan sebagai penyertaan modal

sebagaimana waktu membangun kilang-kilang lainnya sebelum tahun 1990.

Oleh karena itu kilang Balongan disebut kilang milik PERTAMINA.

Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi

kebutuhan BBM yaitu :

1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri.

2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional.

3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi.

Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang

dinamakan proyek EXOR I (Export Oriented I) dan didirikan pada tahun 1991.

Pada perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah

namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up kilang PT Pertamina

(Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan


9

diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini

sempat tertunda dari perencaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit

Residue Catalytic Cracking (RCC) mengalami kerusakan.

Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT Pertamina (Persero)

RU VI Balongan, yang mengubah residu menjadi minyak ringan yang lebih

berharga. Residu yang dihasilkan sangat besar sehingga sangat tidak

menguntungkan bila residu tersebut tidak dimanfaatkan. Kapasitas unit ini yang

sekitar 83.000 BPSD (Barrels Per Stream Day) merupakan yang terbesar

di dunia untuk saat ini. Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas

produksi kilang minyak domestik menjadi 1.074.300 BPSD (Barrels Per Stream

Day). Produksi kilang minyak Balongan berjumlah kurang lebih 34% dari

bahan bakar minyak yang dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya.

2.1.2 Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan

2.1.2.1 Visi

Menjadi kilang terkemuka di Asia tahun 2025.

2.1.2.2 Misi

1. Mengolah Crude dan Naphta untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, NBBM

dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta

berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.

2. Mengoperasikan kilang yag berteknologi maju dan terpadu secara aman,

handal, efisien dan berwawasan lingkungan.

3. Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh sistem

manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan keterbukaan


10

dan prinsip saling menguntungkan.

2.1.3 Logo dan Slogan PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Slogan dari PT Pertamina (Persero) adalah “Renewable Spirit” atau

“Semangat Terbarukan”. Slogan tersebut diharapkan mendorong seluruh

jajaran pekerja untuk memiliki sikap enterpreneurship dan costumer oriented

yang terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.

Gambar 2.1 Logo Unggulan PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan


Logo PT Pertamina (Persero) RU VI memiliki makna sebagai berikut:

1. Lingkaran : fokus ke bisnis inti dan sinergi

2. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri

khas dari PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan

3. Warna :

a. Hijau : berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup

b. Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam

setiap tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran

c. Biru : berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero)

d. Kuning : berarti keagungan PT Pertamina (Persero) RU VI


11

2.1.4 Tata Letak PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Pabrik PT Pertamina (Persero) RU VI didirikan di Kecamatan Balongan,

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (40 km arah barat laut Cirebon). Untuk

penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan

pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari pulau Gosong Tengah yang

dikerjakan dalam waktu empat bulan.Transportasi pasir dari tempat

penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan kapal yang selanjutnya

dipompa ke arah kilang.

Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini.

Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali. Di antara sumur-sumur tersebut,

sumur yang berhasil memproduksi adalah sumur Jatibarang, Cemara, Kandang

Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan

produksi minyak buminya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT Krakatau

Steel, PT Pupuk Kujang, PT Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan.

Depot UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai

kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya.


12

Gambar 2.2 Letak Geografis PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan


Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan

jalannya proses produksi serta turut mempertimbangkan aspek keamanan dan

lingkungan. Untuk mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam

kilang disusun sedemikian rupa sehingga unit yang berhubungan jaraknya

berdekat. Dengan demikian pipa yang digunakan dapat sependek mungkin

dan energi yang dibutuhkan untuk mendistribusikan aliran dapat diminimalisir.

Untuk keamanan, area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit yang

memiliki resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dan lain-lain. Unit-

unit yang berisiko diletakkan di tengah-tengah kilang. Unit terdekat dengan

area perkantoran adalah unit utilitas dan tangki-tangki yang berisi air sehingga

relatif aman. Area kilang terdiri dari :

a. Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang 200 ha daerah penyangga

b. Sarana perumahan : 200 ha

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan

adanya faktor pendukung, antara lain :

a. Bahan Baku

Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI

Balongan adalah: Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed).

Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed). Gas alam dari

Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard Cubic Feet per Day

(MMSCFD).

b. Air
13

Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari,

kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan

secara pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal

1.100 m3 serta kecepatan maksimum 1.200 m3. Air tersebut berfungsi untuk steam

boiler, heat exchanger (sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan

perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air

buangan dengan sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke

sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent

parameter NH3, fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.

c. Transportasi

Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas

pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar

distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine

facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar

muat crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker,

SBM, rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran

peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG

dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities.

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI

Balongan terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada

proses pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill

sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan


14

kedua, yang dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT.

PERTAMINA (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang

minyak di Indonesia.

2.1.5 Pedoman Perilaku

Pedoman Perilaku ini adalah komitmen Pertamina untuk patuh pada

ketentuan hukum dan standar etika tertinggi dimana saja Pertamina melakukan

kegiatan bisnis/operasionalnya. Model-model perilaku yang diberikan dalam

Pedoman Perilaku ini bersumber dari Tata Nilai Unggulan 6C (Clean,

Competitive, Confident, Customer Focused, Commercial dan Capable) yang

diharapkan menjadi nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan menjadi perilaku khas

Insan Pertamina:

1. Clean. Perusahaan dikelola secara profesional dengan : menghindari benturan

kepentingan; tidak mentolerir suap; menjunjung tinggi kepercayaan dan

integritas; serta berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.

2. Competitive. Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,

mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya

dan menghargai kinerja.

3. Confident. Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor

dalam reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa.

4. Customer Focused. Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen

untuk memberikan yang pelayanan terbaik kepada pelanggan.

5. Commercial. Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan

mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.


15

6. Capable. Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional yang memiliki

talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun

kemampuan riset dan pengembangan.

2.1.6 Struktur Organisasi PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan


PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan mempunyai struktur organisasi

yang menerangkan hubungan kerja antar bagian yang satu dengan yang lainnya

dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dibuatnya

struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan

suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga akan mempermudah untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur

organisasi VI Balongan terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi dan

tanggung jawab masing-masing yaitu sebagai berikut :


16

2.1.6.1 General Manajer


Tugas pokok General Manajer adalah mengarahkan, memonitor, dan

mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit VI sesuai dengan visi misi unit

bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengelolaan operasi

kilang, kehandalan kilang, pengembangan kilang, supply chain operation,

procurement, serta kegiatan pendukung lainnya guna mencapai target

perusahaan di Refinery Unit VI.

2.1.6.2 Senior Manager Op. & Manufacturing

Tugas pokok Senior Maager. Op & Manufacturing adalah mengarahkan,

memonitor, dan mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan

operasi kilang, assesment kondisi peralatan, pemeliharaan turn around / overhoul,

pemeliharaan rutin dan non-rutin, pengadaan barang dan jasa, pengadaan bahan

baku, intermedia, dan gas, penerimaan, penyaluran, storage management,

pengelolaan sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSSE serta

menunjukkan komitmen HSSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar

kegiatan operasi berjalan dengan lancar dan aman di Refinery Unit VI.

2.6.1.3 Production-I Manager

Tugas pokok Prouction-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan

mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan

operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,

penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,

pengelolaan mutu, dan operasional program HSSE dalam rangka mendukung

seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak


17

mentah menjadi produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah

lingkungan, serta menunjukkan komitmen HSSE dalam setiap aktivitas/ proses

bisnis sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI Production 1

Manager membawahi: RCC, HSC, dan DHC.

2.1.6.4 Production-II Manager

Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan

mengevaluasi sistem dan tata kerja opeasi kilang, rencana operasi dan kegiatan

operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan, penerimaan,

penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak

pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSSE dalam setiap aktivitas /

process business operasional program HSSE dalam rangka mendukung seluruh

kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah

menjadi produk BBM, NBBM, secata produktif, efisien, aman, dan ramah

lingkungan sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI

Production II Manager membawahi : Utilities, Laboratory, POC, dan OM.

2.1.6.5 Refinery Planning & Optimization Manager

Tugas pokok Refinery Planning & optimization Manager adalah mengarahkan,

mengkoordinasikan, dan memonitor evaluasi perencanaan, pengembangan atau

pengelolaan bahan baku, dan produk kilang berdasarkan kajian keekonomian,

kemampuan kilang serta kondisi pasar, evaluasi pengadaan, penerimaan, dan

penyaluran bahan baku, evaluasi kegiatan operasi kilang, evaluasi pengembangan

produk, pengelolaan Linear Programming serta pengelolaan hubungan pelanggan

dalam rangka mendukung kegiatan operasional yang paling efektif, efisien, dan
18

aman serta menunjukkan komitmen HSSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis di

Refinery Unit VI.

2.1.6.6 Maintenance Execution Manager

Tugas pokok Maintenance Execution Manager adalah mengarahkan, memonitor,

dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhoul (plant stop), pemeliharaan

peralatan kilang rutin dan non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan aset

bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan heavy equipment,

transportation, rigging, dan scaffolding, optimalisasi aset pengelolaan mutu

tools workshop, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan

peralatan kilang siap beroperasi dengan tingkat kehandalan, kinerja peralatan

yang paling optimal, menjadi role model, dan menunjukkan komitmen HSSE

dalam setiap aktivitas dan memenuhi HSSE excellence di Refinery Unit.

2.1.6.7 Maintenance Planning & Support Manager

Tugas Pokok Maintenance Planning & Support Manager adalah mengarahkan,

memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan serta menunjukkan

komitmen HSSE dalam setiap aktivitas / process business peralatan kilang yang

meliputi rencana strategi perusahaan,pengelolaan, mutu, strategi dan recana, dan

kehandalan, assesment kondisi kilang, kegiatan pemeliharaan, vendor

management, anggaran,dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk

memberikan jaminan kelayakan operasi peralatan sesuai peraturan pemerintah dan

atau standar & code serta aspek HSSE yang berlaku agar peralatan dapat

dioperasikan sesuai jadwal untuk memenuhi target produksi yang direncanakan di

Refinery Unit VI.


19

2.1.6.8 Reliability Manager

Tugas pokok Reliability Manager adalah mengkoordinir, merencanakan,

memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan

strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan

teknologi, asessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana

(termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan

kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSSE

dalam setiap aktivitas/ process business dalam upaya mencapai tingkat

kehandalan kilang 2.1.6.9 T/A (Turn-Around) Manager

Tugas pokok T/A Manager adalah mengkoordinir, mengarahkan, mengendalikan,

memonitor, dan mengevaluasi seluruh tahapan proses kerja turn-around

(TA/PS/COC) dan over-haul (OH) equipment, mulai dari tahap persiapan/

perencanaan, pelaksanaan, & proses start-up, hingga post TA-OH yang sesuai

best practice / pedoman TA, pedoman pengadaan barang & jasa, peraturan

pemerintah, standard & code yang berlaku dalam upaya mendukung kehandalan

pengoperasian peralatan kilang hingga seluruh peralatan yang telah diperbaiki dan

di-overhoul tersebut dapat beroperasi dengan aman dan handal sampai dengan

jadwal TA-OH berikutnya, untuk mendukung pemenuhan target produksi yang

direnncanakan di Refinery Unit VI.

2.1.6.10 Engineering & Development Manager

Tugas pokok Egineering & Development Manager adalah mengarahkan,

memonitor, mengendalikan, dan mengevaluasi penyusunan sistem tata kerja

operasi kilang apabila ada modifikasi/Revamp/ unit baru, kegiatan


20

pengembangan kilang, pengembangan teknologi, pengembangan produk,

pengelolaan kegiatan operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa,

pengelolaan program HSSE, pengelolaan anggaran investasi guna mendukung

kegiatan operasi pengolahan berdasarkan hasil identifikasi potensi risiko sehingga

dapat terkelola suatu kinerja ekselen yang memberikan kontribusi positif

bagi perusahaan dan berorientasi kepada pelanggan, produktivitas, dan

keamanan kilang Refinery Unit VI.

2.1.6.11 HSSE Manager

Tugas pokok HSSE Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan

mengevaluasi penerapan aspek HSSE di Refinery Unit VI yang meliputi

penyusunan, sosialisasi, dan rekomendasi kebijakan dan STK HSSE,

identifikasi risiko HSSE, mitigasi risiko HSSE, peningkatan budaya HSSE,

implementasi operasional program HSSE,investigasi HSSE, penyediaan

peralatan dan fasilitas HSSE, HSSE regulation & standard code complience

serta HSSE audit agar kegiatan pencegahan dan penanggulangan keadaan

darurat, pelestarian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai

sesuai dengan rencana dalam upaya mencapai HSSE excellence.

2.1.6.12 Procurement Manager

Tugas pokok Procurement manager adalah mengarahkan, memonitor, dan

mengevaluasi sistem tata kerja procurement, pengadaan barang dan jasa, vendor

management, penerimaan barang dan jasa, distribusi, warehouse management ,

perjanjian kerjasama pengadaan jasa, dan fasility support serta menunjukkan

komitmen HSSE dalam setiap aktivitas di fungsi Procurement Refinery Unit VI.
21

2.1.6.13 Manager Operational Performance Improvement

Tugas pokok OPI adalah mengkoordinir, merencanakan, mengarahkan,

memonitor dan mengevaluasi perubahan perusahaan, penyusunan laporan

perusahaan terkait improvement, knowledge management, kegiatan leadership

development (mindset & capability) management system & infrastruktur,

pengolahan reward dan corporate activity dalam rangka mendukung kegiatan

peningkatan kinerja operasional di Refinery Unit VI.

2.1.6.14 Manager Finance

Tugas pokok Manager Finance adalah mengarahkan, memonitor, dan

mengevaluasi proses pengolahan kinerja keuangan,pengolahan Sistem Tata Kerja

(SOP), Pengelolaan penyusunan kebutuhan anggaran, pendanaan jangka pendek,

kas dan bank untuk kebutuhan kegiatan operasi.

2.1.6.15 Manager Human Resource

Tugas pokok Manager Human Resource adalah mengarahkan, memonitor, dan

melakukan verifikasi kebutuhan tenaga kerja, proses transfer Tenaga Kerja,

Identifikasi LNA dan evaluasi usulan pelatihan Tenaga Kerja, pengelolaan

hubungan industri (discipline & grievance) dan penanganan kasus-kasus yang

terjadi, administrasi kompensasi, benefit, data tenaga kerja, merespon kebutuhan

informasi dan pembinaan hubungan dengan Refinery Unit VI guna mendukung

operasionalisasi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang

optimal dalam rangka pencapaian target perusahaan.

2.1.6.16 Manager Marine

Tugas pokok Manager Marine adalah memonitor dan mengevaluasi persiapan


22

operasi kapal, ship maintenance, sistem tata kerja port anagement, new port

project, port mangement activity, marine service.

2.1.6.17 Manager IT

Tugas pokok Manager IT adalah mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi

kegiatan pemeliharaan, analisa pengajuan perubahan dan persiapan

instalasi,pengelolaan physical environment (fasilitas pendukung), pengelolaan

pengamanan data, pengadaan pengelolaan IT.

2.1.6.18 Manager Legal

Tugas pokok Manager Legal adalah mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi

layanan legal terkait kegiatan operasional Refinery Unit VI, melaksanakan

penugasan khusus yang diberikan oleh General Manager Refinery RU VI, Vice

President Legal Counsel dan atau chief Legal Counsel & Compliannce.

2.1.6.19 Manager Medical

Tugas pokok Manager Medical adalah melayani kesehatan bagi Tenaga Kerja,

keluarga dan pensiunan di Pertamina Hospital Balongan sesuai kebijakan

perusahaan dan mutu pelayanan kesehatan yang dapat dipertanggungjawabkan

dan menjamin tertib administrasi medis.

2.1.6.20 Manajer Internal Audit

Tugas pokok Manager Internal Audit adalah mengarahkan, memonitor dan

mengevaluasi rencana audit makro meliputi pemuktahiran makro risk assesment

sehingga menghasilkan Annual Plan, pengelolaan proses audit, konsultasi serta

monitoring dan evaluasi tindak lanjutnya sehingga mencapai tujuan pengawasan

internal yang efektif dan efisien.


23

2.1.7 Unit Kerja PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Gambar 2.4 Alur Proses Unit Kerja


2.1.7.1 Unit Kerja Utama

1. CDU (Crude Distillation Unit)

Unit 11 yaitu CDU merupakan primary processing, yang didesain untuk

mengolah 125000 BPSD (Barrel Stream Per Day). CDU memisahkan minyak

mentah menjadi beberapa produk melalui proses pemisahan fisik berdasarkan

perbedaan titik didih dengan proses yang dikenal sebagai distilasi. Produk yang

dihasilkan adalah Straight Run Naptha, Kerosene, Gasoil dan Atmospheric

Residue (AR).

2. ARHDM (Atmospheric Residue Hydrometalizzation)

Unit 12 – 13 yaitu ARHDM merupakan secondary processing dan

didesain untuk mengolah Atmospheric Residue (AR) dari CDU untuk

mengurangi senyawa – senyawa yang terkadung di dalamnya seperti Nickel,


24

Vanadium, Carbon Residue, Nitrogen Compounds dan Sulphur Compounds.

ARHDM terdiri dari 2 train reactor dan satu train fractinator yang

menghasilkan produk Naptha, Kerosene, Gas Oil dan Treated Residue (DMAR).

3. HTU (Hydrotreating Unit)

Unit 14 yaitu unit HTU ini terdiri dari 3 sub unit, yaitu GO-HTU (Gas Oil

Hydrotreating Unit) untuk mengurangi kandungan pengotor dari produk solar,

Kero-HTU (Kerosene Hydrotreating Unit) untuk mengurangi kandungan

pengotor dari produk Kerosene dan H2 Plant untuk menghasilkan gas H2 murni

(min 99,99% vol) untuk keperluan operasi kilang.

4. RCC (Residue Catalytic Cracking)

Unit 15 yaitu RCC juga merupakan secondary processing dengan

kapasitas 83 BSPD (505,408 T/H) merupakan salah satu unit RCC yang terbesar

di dunia. Unit ini didesain untuk mengolah Treated Residue (DMAR) dari

ARHDM dan AR dari CDU dengan bantuan katalis. Produk yang dihasilkan dari

unit RCC ini merupakan produk dengan nilai ekonomi yang tinggi seperti LPG,

Propylene, Polygasoline (mogas dengan RON 98), Naptha (RON 92), Light Sycle

Oil (LCO) serta Decant Oil (DCO).

5. NHT (Naptha Hydroteater)

Unit ini berfungsi untuk menghilangkan pengotor yang terkandung di

dalam Straight Run Naptha sebelum diproses unit Platformer dan Pennex. Produk

yang dihasilkan adalah Light dan Heavy Naptha.

6. Platformer

Unit ini berfungsi untuk mengkonveksikan Heavy Naptha melalui proses


25

NapthaReforming menjadi produk Platformate yang beroktan 98 serta LPG

sebagai produk samping.

7. Pennex

Unit 33 yaitu unit penex ini berfungsi untuk mengkonversikan Light

Naptha melalui proses Isomerasi menjadi produk isomerat yang beroktan 87 serta

LPG sebagai produk samping. Unit NHT, Platformer, dan Pennex tersebut

merupakan terobosan/breakthrough Pertamina dalam mendukung program

Pemerintah untuk menghapuskan penggunaan timbal (Pb) pada bensin yang

dikenal dengan Program Langit Biru Balongan (PLBB). Campuran produk

Platformer dan Produk Isomerate menghasilkan produk HOMC dengan oktan 92

yang digunakan sebagai komponen blending bensin tanpa timbal.

2.1.7.2 Unit Kerja Pendukung

1. Utilities

Unit Utilities menyediakan beberapa kebutuhan kilang seperti air, listrik,

steam, udara bertekanan dan nitrogen. Selain digunakan untuk kebutuhan kilang,

air, dan listrik digunakan pula untuk keperluan perumahan dan perkantoran.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan air yang dipergunakan untuk operasional

kilang dan Perumahan Bumi Patra, Pertamina RU VI Balongan mengambil air

dari Water Intake facilities Salam Darma dengan menggunakan pipa sepanjang 60

km.

2. OM ( Oil Movement)
26

Oil Movement (OM) terdiri atas unit 41 (Marine facility), Unit 42

(Tankage/Tank Farm), Unit 43 (Piping facility), Unit 63 (Effluent Water

Treatment / EWT).

3. Laboratorium

Laboratorium ini mendukung operasional kilang dengan melakukan

analisis – analisis skala lab terhadap parameter – parameter penting untuk setiap

Stream di unit operasi, baik pada oil system, gas system maupun water system.

Dengan berbekal Sertifikat ISO 17025, Laboratorium menjamin akurasi analisa

produk BBM yang dihasilkan oleh Kilang RU VI Balongan. Berikut merupakan

struktur organisasi laboratorium PT.

Pertamina RU VI Balongan:
27

Gambar 2.5 Struktur Organisasi Laboratorium PT. Pertamina RU VI


Balongan
Jenis-jenis kegiatan yang terdapat di laboratorium PT. Pertamina (Persero)
RU VI Balongan terbagi menjadi dua seksi yaitu bagian kimia fisik dan bagian

kimia dan gas.

a. Bagian laboratorium kimia fisik

Peranan bagian kimia fisik yakni untuk melakukan pengamatan dan

analisis yang berkaitan dengan sifat fisik pada produk (produk setengah jadi

dan produk akhir) dan bahan baku minyak mentah yang akan diproduksi oleh PT

Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Kualitas bahan baku harus diketahui

melalui serangkaian pengujian untuk menentukan proses pengolahan yang

akan dijalankan. Begitupun dengan produk yang dihasilkan dari pengolahan,

melalui pengujian di laboratorium, produk yang akan dilepas telah mempunyai

sertifikat analisis yang dapat menjamin dan memberi kepercayaan pada

konsumen.

b. Bagian laboratorium kimia dan gas

Peran laboratorium kimia dan gas ini bereran dalam pemeriksaaan

terhadap sifat-sifat kimia dari bahan baku penunjang proses pada produk

setengah jadi dan produk akhir, bahan kimia yang digunakan serta analisis gas

stream dari tanki (termasuk LPG, propylene, dan gas lainnya). Selain itu juga

melakukan pemeriksaan terhadapa limbah yang dihasilkan selama proses

pengolahan berlangsung. Hal ini dilakukan agar limbah yang dihasilkan agar

tetap terkontrol. Output atau produk dari suatu Laboratorium adalah berupa
28

data analisis/pengujian yang dituangkan sebagai Certificate of Analysis maupun

Certificate of Quality.

Data-data yang dihasilkan dari pengujian/analisis Laboratorium oleh

para pengguna data dapat dipakai sebagai:

a. Kontrol kualitas (Pedoman Operasi)

b. Jaminan kualitas (Persyaratan Pemasaran)

c. Perhitungan kuantitas (Pada waktu transaksi jual/ beli)

d. Penelitan dan percobaan serta pengembangan (untuk intern Laboratorium

maupun Process Engineering)


29

2.1.8 Struktur Organisasi Bagian HSSE PT. Pertamina (Persero) RU VI

Balongan

Gambar 2.6 Struktur Organisasi bagian HSSE PT. Pertamina (Persero) RU


VI Balongan
Keberadaan unit HSSE dalam struktur organisasi perusahaan berada

langsung di bawah General Manager (GM). Kedudukan dalam struktur

organisasi perusahaan setingkat dengan fungsi-fungsi lain yang ada di PT

Pertamina (Persero) RU VI Balongan.


30

Struktur Organisasi HSSE dipimpin oleh seorang manager HSSE yang

membawahi 4 bidang yaitu Bagian Safety (Keselamatan Kerja), Environment

(Lindungan Lingkungan), Security, Occupational Health (Kesehatan Kerja), dan

Fire & Insurance (Penanggulangan Kebakaran).

Fungsi HSSE PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan,

mencakup penyelenggaraan kegiatan keselamatan kerja, kesehatan kerja dan

pencemaran lingkungan serta pembudayaan kesadaran aspek HSSE bagi

seluruh Tenaga Kerja di lingkungan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI

Balongan. Tugas pokok fungsi HSSE PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI

Balongan, yaitu :

1. Merumuskan dan mengusulkan pengembangan Kebijakan Perusahaan

megenai Aspek HSSE pada GM RU VI serta mengelola penerapannya di

semua daerah operasi RU VI agar menjadi landasan kerja yang kuat untuk

kehandalan operasi kilang.

2. Memimpin, mengorganisir dan menetapkan kegiatan, sasaran kerja serta

Pengembangan STK (Sistem Tata Kerja) Fungsi HSSE untuk menjamin

kelancaran pelaksanaannya.

3. Mengkoordinir, merumuskan, mengevaluasi, mengendalikan serta memimpin

strategi pencegahan dan penanggulangan kejadian dan keadaan darurat untuk

menjamin penanganan yang tepat, cepat dan aman sehingga dapat menekan

kerugian perusahaan.

4. Merumuskan dan mengusulkan pelaksanaan bisnis Aspek HSSE guna

memperoleh income Perusahaan.


31

5. Mempunyai tanggung jawab terhadap pengelolaan limbah B3, limbah cair

dan

emisi udara untuk menjalankan tingkat kepatuhan terhadap regulasi yang

berlaku.

2.1.8.1 Occupational Health Section

Tugas pokok Occupational Health, yaitu :

1) Memimpin, merencanakan, mengarahkan mengkoordinasikan dan

mengendalikan serta mengimplementasikan kegiatan Industrial Hygiene dan

Occupational Health Control yang mencakup usulan Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan (RKAP), mengkoordinir usulan ABI dan melaksanakan

pengkoordinasian distribusi dan realisasi ABO, sesuai dengan

perundangan/peraturan Pemerintah dan Perusahaan.

2) Mengkoordinasikan dalam pengawasan pengukuran dan monitoring

lingkungan kerja dan sanitasi untuk tercapainya kondisi operasional

perusahaan yang aman dan nyaman.

3) Membangun hubungan kerja dengan fungsi atau bagian terkait di RU VI

dalam memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja

yang berpotensi terhadap bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi

sehingga dapat dilakukan pencegahan dan pengobatan terhadapat penyakit

umum dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

4) Memberikan saran atau rekomendasi kebiasaan atau perilaku hidup sehat

pada tenaga kerja dan mitra kerja dengan melakukan health and safety talk,

penyuluhan dan pedidikan kesehatan pada fugsi atau bagian terakhir.


32

5) Monitoring RTL hasil temuan aspek Occupational Health meliputi : Audit

SMKK, Inspeksi HI, Investigasi Kecelakaan Kerja, Audit SMT, Inspeksi

Migas.

6) Mengarahkan dan mengusulkan peningkatan kemampuan kompetensi Tenaga

Kerja Bagian Occupational Health.

7) Mengkoordinir kegiatan Adm inistrasi dan pelaporan Occupational Health

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, prosedur dan standar atau

kode yang berlaku.

8) Melakukan aktifitas yang berkaitan dengan mutu, berupa : Continuous

Improvement melalui Nearmiss, Sugesstion System, Gugus Kendali Mutu dan

Proyek Mutu perihal kesisteman HSSE.

2.1.8.2 Safety Section

Tugas Pokok Safety yaitu :

1) Mengkoordinir, mengatur, mengontrol, kegiatan yang berkaitan dengan

aspek safety guna meminimalkan resiko di proses kilang.

2) Mengarahkan dan mengontrol pelaksanaan identifikasi, evaluasi dan analisis

bahaya proses

3) Mengatur dan mengarahkan pelaksanaan program safety award untuk

memotivasi Section dan tenaga kerja dalam penerapan keselamatan kerja.

4) Sebagai sekretaris pelaksanaan investigasi yang berkaitan dengan kecelakaan

kerja.

5) Mengkoordinir dalam upaya tindakan antisipasi atau pencegahan terhadap

kondisi keadaan darurat sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja.


33

6) Mengevaluasi, mengatur, mengarahkan pelaksanaan Safety Walk and Talk

(SWAT) dan Management Walk Through (MWT) Pertamina Pusat.

7) Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan peningkatan mutu, berupa :

Continuous Improvement melalui Nearmiss, Sugestion System, Gugus

Kendali Mutu, dan Proyek Kendali Mutu Perihal Kesisteman HSSE.

2.1.8.3 Fire & Insurance Section

Tugas pokok Fire & Insurance, yaitu :

1) Mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan kebakaran dan kejadian

keadaan darurat guna kelancaran penanggulangan secara aman dan efektif.

2) Mengkoordinir dan mengarahkan atau mengatur pelaksanaan investigasi

kejadian kebakaran dan keadaan darurat guna mendapatkan penyebab dan

digunakan sebagai data untuk usaha pencegahan melalui pembelajaran

(Lesson Learned).

3) Mengkoordinir, mengarahkan, mengontrol/monitoring pelaksanaan dan

Rencana Tindak Lanjut (RTL) rekomendasi dari pihak Asuransi yang

dilakukan oleh Fungsi HSSE, Engineering, Maintance, Production, Human

Resources, General Affairs, Information & Technologi, Financial, Marine

guna pencapaian status complete selanjutnya berupaya melalui koordinasi

untuk mencegah terulangnya temuan dan meminimize komulatif temuan baru.

4) Mengkoordinir, merencanakan, mengatur dan mengarahkan kegiatan

pelatihan dalam peluang bisnis aspek HSSE agar pelaksanaan pelatihan dapat

berjalan dengan efisien dan efektif.


34

5) Mengkoordinir, mengatur dan mengarahkan pelaksanaan PM/PdM

(Preventive Maintenance dan Predictive Maintenance) terhadap sarana atau

peralatan Penanggulangan Kebakaran (PK) agar tercapai kesiapan operasional

dengan performance sesuai standart serta basic design, meliputi: Main Pump,

Fire Truck, Fire Protection System di area proses, tangki penimbunan,

gedung serta perumahan.

6) Mengkoordinir, merencanakan, mengatur dan mengontrol program

anggaran pemeliharaan dan pengadaan sarana peralatan serta material agar

terpenuhi stock on hand (minimun requirement) yang meliputi : Alat

Pelindung Diri, safety Equipment untuk Confined Space, Safety Iinstrumen,

Spare Part sarana penanggulangan kebakaran, sarana penanggulangan

pencemaran.

7) Mengkoordinir dan meneliti dokumen pekerjan kontrak dan monitoring

pelaksanaan kontrak sesuai jadwal dan scope Tenaga Kerjaan guna

mencegah tidak terjadi kerja tambah atau kerja kurang serta menunjang

operasi Fire and Insurance Section.

8) Mengkoordinir dan mengendalikan aktifitas yang berkaitan dengan

peningkatan mutu, berupa : Continuous Improvement melalui Near Miss,

Sugestion System, Gugus Kendali Mutu dan Proyek Kendali Mutu perihal

kesisteman HSSE.

9) Dalam perencanaan, koordinasi serta pengendalian penanggulangan

kebakaran salah satunya adalah membuat rencana penanggulangan


35

kebakaran salah satunya adalah membuat rencana penanggulangan jika

terjadi kebakaran.

2.1.8.4 Environmental Section

Tugas pokok Environmental, yaitu :

1) Merencanakan, mengkoordinasi, mengevaluasi, memperbarui,

mengembangkan, mengawasi dan mereview implementasi SML sehingga

memenuhi standard pemenuhan ISO-14001 : 2004.

2) Mengkoordinasikan, merencanakan, menganalisas serta mengevaluasi

kegiatan Target penurunan kadar masing-masing parameter limbah cair,

padat dan udara sampai dibawah BML (Buku Mutu Lingkungan) dan

Program waste minimization/reduction.

3) Melakukan koordinasi dan evaluasi kegiatan Management Review dalam

Proses dan strategi pencapaian PROPER peringkat terbaik.

4) Melakukan koordinasi dengan lembaga profesi di bidang lingkungan,

institusi pendidikan dan instansi atau badan organisasi terkait lainnya dalam

usaha penyusunan, revisi dan evaluasi MDAL, RKL & RPL RU VI serta

mengusulkan dan membuat estimasi studi kajiannya.

2.1.8.5 Security Section

Tugas pokok Security, yaitu :

1) Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi proses kegiatan pengamanan

meliputi melakukan identifikasi risiko security dan potensi kerugian,

melakukan Program security, melakukan komunikasi program security

dengan stakeholder, melakukan penerapan program security corporate,


36

melakukan penerapan emergency response program (ERP), melakukan

pelaksanaan investigasi, mengevaluasi sarana dan fasilitas security, serta

pengelolaan dokumen terkait security secara efektif dan efisien sebagai

upaya terciptanya situasi & kondisi keamanan yang kondusif, terkendali

dan aman di Refinery Unit VI, serta mereview standar/ kode.

2) Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penerapan program security

corporate, emergency response program terkait security, pelaksanaan

investigasi, program security, risiko dan potensi kerugian berdasarkan

system manajemen pengamanan (SMP) & security, komunikasi program

security, sarana dan fasilitas serta dokumen perusahaan di Refinery Unit VI

3) Mereview standar atau kode yang ada di kolom responsible di dalam daftar

peraturan dan persyaratan lainnya sesuai dengan web compliance assurance.

4) Mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi proses pengamanan meliputi

melakukan program security corporate meliputi pengamanan fisik dan objek

vital perusahaan, juga kegiatan emergency response program (ERP) terkait

security, dan identifikasi risiko dari sesgi Sistem Manajemen Pengamanan

(SMP) & Security, dan identifikasi potensi kerugian yang kondusif, tertib,

terkendali dan aman guna mendukung kelancaran operasi perusahaan serta

memahami persamaan dan perbedaan antara Keselamatan Proses,

Keselamatan Personal dan bahayanya.

5) Mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi kegiatan tindakan

pengamanan perusahaan, melakukan identifikasi standard dan kebutuhan

sarana dan kebutuhan fasilitas, melakukan pendistribusian sarana dan


37

fasilitas security, melakukan evaluasi dan rekomendasi pengembangan

sarana dan fasilitas security, melakukan identifikasi kebutuhan anggaran

unit kerja, menyusun dan melakukan finalisasi anggaran unit kerja,

melakukan pengawasan dan pengendalian implementasi anggaran, menyusun

laporan anggaran, melakukan kegiatan terkait administrasi karyawan di

bagian security, serta melakukan klasifikasi dokumen dan pengelolaan

sirkulasi dokumen yang efektif dan efisien untuk kelancaran operasional

pengamanan di fungsi Refinery Unit VI.

6) Mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi proses operasi pengamanan

Non Fisik diantaranya melakukan pengumpulan data, analisa bukti dan

informasi kasus, melakukan tindakan pengamanan eprusahaan terkait early

detection system (deteksi dini) dan pengamanan tertutup dah rahasia,

melakukan evaluasi dan rekomendasi terkait penerapan dan pemantauan

program security corporate, menyusun dan menyimpulkan posuble root

cause (modus) terkait penyelidikan, menyusun kesimpulan investigasi dan

rekomendasi penyelesaian kasus, melakukan evaluasi dan rekomendasi

terkait pengembangan investigasi security, melakukan identifikasi risiko

terkait aspek security, menyusun program security, dan melakukan kegiatan

komunikasi security agar tercipta situasi & kondisi yang kondusif, tertib,

terkendali dan aman guna mendukung kelancaran operasi perushaaan di

Refinery Unit VI.


38

2.1.9 Program Top Ten (10) HSSE Golden Rules yang dijalankan

HSSE PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan memiliki top ten golden

rules yang dijalankan, yaitu :

1. Surat Izin Kerja Aman (SIKA) dan analisis keselamatan

2. Bekerja di ketinggian

3. Isolasi energi

4. Bekerja diruang terbatas

5. Tenaga Kerjaan panas dalam area proses

6. Bekerja menggunakan tabung gas bertekanan

7. Tenaga Kerjaan penggalian

8. Tenaga Kerjaan Pengangkatan dan pengangkutan

9. Keselamatan lalu lintas

10. Pencegahan pencemaran lingkungan

2.2 Analisis Situasi Khusus

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek

perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan

kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan

tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja

dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja

yang tinggi.

Unit keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PT Pertamina (Persero)

RU VI Balongan memiliki struktur organisasi dan fungsi yang berbeda-beda


39

untuk setiap divisinya. Pada Unit Kesehatan Kerja (K2) masuk kedalam Divisi

Occupational Health dan sedangkan untuk Keselamatan Kerja masuk kedalam

Divisi Safety Inspection. Berikut merupakan tugas pokok Occupational Health di

PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan :

1. Memimpin, merencanakan, mengarahkan mengkoordinasikan dan

mengendalikan serta mengimplementasikan kegiatan Industrial Hygiene

dan Occupational Health Control yang mencakup usulan Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan (RKAP), mengkoordinir usulan ABI dan

melaksanakan pengkoordinasian distribusi dan realisasi ABO, sesuai dengan

perundangan/peraturan Pemerintah dan Perusahaan.

2. Mengkoordinasikan dalam pengawasan pengukuran dan monitoring

lingkungan kerja dan sanitasi untuk tercapainya kondisi operasional

perusahaan yang aman dan nyaman.

3. Membangun hubungan kerja dengan fungsi atau bagian terkait di RU VI

dalam memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja

yang berpotensi terhadap bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi dan

psikologi sehingga dapat dilakukan pencegahan dan pengobatan terhadapat

penyakit umum dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

4. Memberikan saran atau rekomendasi kebiasaan atau perilaku hidup sehat

pada tenaga kerja dan mitra kerja dengan melakukan health and safety talk,

penyuluhan dan pedidikan kesehatan pada fugsi atau bagian terakhir.


40

5. Monitoring RTL hasil temuan aspek Occupational Health meliputi : Audit

SMKK, Inspeksi HI, Investigasi Kecelakaan Kerja, Audit SMT, Inspeksi

Migas.

6. Mengarahkan dan mengusulkan peningkatan kemampuan kompetensi Tenaga

Kerja Bagian Occupational Health.

7. Mengkoordinir kegiatan Adm inistrasi dan pelaporan Occupational Health

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, prosedur dan standar atau

kode yang berlaku.

8. Melakukan aktifitas yang berkaitan dengan mutu, berupa : Continuous

Improvement melalui Nearmiss, Sugesstion System, Gugus Kendali Mutu dan

Proyek Mutu perihal kesisteman HSSE.

Salah satu tugas dari Divisi Occupational Health adalah memastikan

setiap pekerja yang ada di Perusahaan dalam segala kegiatan untuk menjamin

dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja baik sebelum mulai

bekerja, saat bekerja, hingga setelah selesai bekerja. Maka divisi OH melakukan

pemantauan dengan cara melakukan pengukuran potensi bahaya yang terjadwal.

Peraturan ini sejalan dengan UU dan peraturan pemerintah yang ada di Indonesia

antara lain:

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, Kesehatan

3. Permenakes RI Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri


41

4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018

Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

Petugas Occupational Health melakukan pemantaun potensi bahaya

dengan terjadwal setiap minggu, baik pengukuran oleh faktor Fisika, Biologi dan

Kimia. Saat dilakukan pemantauan potensi bahaya kesehatan kerja caturwulan I

tahun 2019 terkait iklim kerja di semua Unit Produksi salah satunya di Area

POC (Propylene Olefin Complex), hasil pengukuran tersebut meningkat

melebihi NAB sebesar 100%.

Anda mungkin juga menyukai