Disusun oleh:
Jessica Suryajaya / 2014620010 / F
Jordi Loanda / 2014620018 / F
Celline Hidayat / 2014620028 / F
Maria Christina S.P / 2014620034 / F
Harry Julyanto Cahya / 2014620080 / F
Alfandy / 2014620102 / F
Batuan induk merupakan batuan yang menjadi cikal bakal dari minyak bumi
dan gas alam. Batuan ini terbentuk karena makhluk hidup yang sudah mati
terendapkan di cekungan sedimen. Batuan memiliki kandungan Carbon yang tinggi
(High Total Organic Carbon). Namun tidak sembarang cekungan bisa menjadi
batuan induk.
2
oil memiliki kandungan sulfur kurang dari 0.5% beratnya sedangkan sour crude oil
memiliki kandungan sulfur lebih besar dari 1% beratnya. Dalam proses refining,
kandungan sulfur ini tidak diinginkan karena dapat menghasilkan SO 2 yang
merupakan polutan berbahaya.
Unit-unit operasional yang digunakan dalam proses pengilangan minyak bumi ada 22
unit, diantaranya
I.
Distilasi
a. Crude desalter
i. Fungsi : menghilangkan garam yang terdapat di dalam minyak mentah
ii. Merupakan unit separasi di mana air beserta asam dan basa
diperbolehkan untuk memasuki unit pencampuran bersama-sama
8
10
Penjelasan :
Kolom utama terdiri atas 45 trayek dan kolom sekunder terdiri atas 4 trayek masingmasing. Stripper 3 sisi digunakan untuk melepaskan ujung dari kerosin, LGO, dan
HGO.
Kolom utama memiliki 2 bagian yang membedakan dengan flash-zone. Flash-zone,
dimana minyak mentah akan teruapkan akan diumpankan ke kolom utama. Di sana
ada sekitar 4 trayek dibawah falsh-zone dan 41 trayek di atas flash-zone pada kolom
utama.
Trayek 1-4 memroses residu dari minyak mentah di bagian di bawah flash-zone.
Trayek 5-10 memroses produk HGO. Dari trayek 10, HGO akan diambil (dalam
bentuk cairan) dan memasuki Unit Stripper HGO. Dari trayek 10 juga, aliran cairan
ditarik dan dikirim ke trayek 12 melalui pompa bawah sekitar unit yang
memungkinkan pendinginan aliran cairan. Uap + ujung dari sisi stripper HGO
memasuki trayek 11 dari kolom utama.
trayek 13-22 memroses produk LGO dari minyak mentah. Dari trayek 22, LGO
menarik dari produk diambil (sebagai cair) dan dikirim ke LGO Unit sisi stripper.
Juga, dari trayek 22, aliran cairan lain diambil dan dikirim ke trayek 24 melalui
pompa atas sekitar Unit (TPA) yang memungkinkan pendinginan aliran cairan. Uap
+ ujung dari sisi stripper LGO memasuki trayek 23 dari kolom utama.
trayek 24-34 memroses bagian produk minyak tanah dari minyak mentah. Dari
trayek 34, produk kerosin diambil dan dikirim ke sisi stripper unit minyak tanah.
Uap + ujung dari sisi stripper minyak tanah memasuki trayek 35.
trayek 34-45 memroses bagian produk nafta minyak mentah. Sangat menarik untuk
dicatat bahwa trayek 34 dianggap sebagai pengolahan trayek baik LGO serta zona
pengolahan naphtha. Hal ini karena tidak ada pompa yang terkait dengan trayek 34.
Aliran naphtha dingin yang diperoleh dari pemisah fase dikirim kembali ke kolom
utama sebagai aliran refluks.
f. Jaringan Penukar Panas
II.
Cracking
11
a. Reaksi utama dirancang yang melibatkan pemotongan awal ikatan karbonkarbon dan netralisasi langsung dari ion karbonium. Reaksi primernya adalah
sebagai berikut.
Paraffin Paraffin + olefin
Alkyl naphthene Naphthene + olefin
Alkyl aromatic Aromatic + olefin
b. Mekanisme yang ion karbonium awalnya terbentuk oleh sejumlah kecil nparafin hasil cracking secara thermal untuk membentuk olefin. olefin ini
menambahkan proton dari katalis untuk membentuk ion karbonium besar, yang
terdekomposisi menurut aturan beta (pemotongan ikatan karbon-karbon
berlangsung di karbon dalam posisi beta untuk ion karbonium dan olefin) untuk
membentuk ion karbonium kecil dan olefin. Ion karbonium kecil bereaksi
secara berantai dengan mentransfer ion hidrogen dari n-parafin untuk
membentuk molekul parafin kecil dan ion karbonium baru yang besar. Sebagai
contoh dari hidrokarbon n-parafin (contoh : n-oktana). Mekanisme reaksinya
adalah sebagai berikut.
i. Cracking tahap awal
iv. Penataan ulang terhadap struktur yang lebih stabil. Urutan stabilitas
karbonium : ion tersier > sekunder > primer
c. Katalis
Katalis yang digunakan untuk reaksi ini dibagi ke dalam 3 kelompok besar,
diantaranya adalah sebagai berikut.
i. asam yang diolah dengan aluminosilikat alami,
ii. amorf sintetis kombinasi silika-alumina
iii. katalis kristal sintetik silika-alumina yang disebut zeolite. Keuntungan
menggunakan katalis adalah aktivitasnya lebih tinggi, menghasilkan
perolehan gasoline yang lebih tinggi pada konversi tertentu, produksi
gasolinnya mencakup persentase yang besar dari paraffin dan
hidrokarbon aromatic, menghasilkan perolehan coke yang sedikit,
meningkatkan produksi isobutene, dan mempu untuk mencapai konversi
yang lebih tinggi tanpa overcracking.
13
iv. Teknologi proses terdiri dari dua flowsheets yaitu cracking yang
ditambah dengan kolom distilasi utama dan stabilisasi naphtha. Diagram
alir untuk proses ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Stabilisasi nafta
14
dan
perlu
dikirim
ke
regenerator
untuk
15
III.
Konversi
a. Reforming
Reforming merupakan proses konversi dari naptha untuk memperoleh produk
yang memiliki bilangan oktan yang tinggi
Kegiatan
katalis
ini
dapat
ditingkatkan
dengan
16
dehidrogenasi
naphthenes
untuk
aromatik
(contoh
17
hydrocracking
iv.
18
i. Prinsip dasar : mengubah rantai lurus menjadi rantai bercabang. Hal ini
akan mengubah nilai oktannya. (contoh: n-pentana memiliki nilai
oktan sebesar 61.7 sedangkan iso-pentana memiliki nilai oktan sebesar
92.3)
ii. Stok umpannya adalah nafta ringan.
iii. Pencucian menggunakan basa berfungsi untuk menghilangkan sedikit
kandungan HCl.
iv. Contoh isomerase adalah sebagai berikut
19
v. Katalis
Katalis yang dipakai adalah Platinum dengam promoternya adalah
AlCl3. Selama reaksi, AlCl3 akan terkonversi menjadi HCl. Oleh karena
itu, proses ini harus dilakukan dalam kondisi kering untuk mencegah
katalis terdeaktivasi dan terkorosi.
vi. Mekanisme proses
Nafta ringan dan Hidrogen yang sudah kering total diumpankan ke
reaktor isomerasi setelah campuran umpan dipanaskan di dalam penukar
panas. Konversi yang akan didapat adalah 75-80 5 untuk pentana dan
beroperasi pada 150-200C ; 17 28 barg. Setelah direaksikan, AlCl3
akan dipulihkan dengan cara kondensasi atau distilasi. Prinsip dasar
pemulihan ini adalah saat reaktor bekerja di kondisi operasionalnya,
AlCl3 berada di kondisi mudah menguap dan terlarut di dalam
hidrokarbon. Setelah AlCl3 telah dipulihkan dari produk, dia akan
dibawa kembali ke reaktor bersama-sama dengan AlCl3 yang akan
dibuat. Bagian ujung yang telah dipulihkan dari flash drum selanjutnya
dibawa ke HCl absorber dimana HCL akan terabsorpsi menjadi larutan
basa untuk menghasilkan ujung keluaran berupa gas. Produk bawah
selanjutnya akan masuk ke dalam stripper HCl dimana kebanyakan HCl
akan dilepaskan dari aliran yang kaya akan produk hasil isomerasi. HClnya akan didaur ulang kembali ke reaktor untuk memastikan aktivitas
katalis berjalan dengan baik. Aliran yang kaya akan produk isomerasi
selanjutnya dibawa ke fraksionasi dimana terjadi pemisahan antara
produk hasil isomerasi dan umpan yang tidak bereaksi. Umpan yang
tidak bereaksi tersebut akan dibawa kembali ke dalam reaktor.
c. Hidroproses
Di dalam hidproses terdapat hydrocracking dan hidrotreating.
Hydrotreating dari input minyak gas ke kilang minyak harus dilakukan sebelum
operasi hydrocracking karena komponen anorganik, terutama sulfur akan
meracuni katalis dalam bed kilang minyak dan membuatnya inert.
20
i. Hydrocracking
21
ii. Hydrotreating
Beberapa tipe-tipe reaksi pada hydrotreating adalah sebagai berikut.
Desulfurasi
22
Denitrogenisasi
Deoksidasi
Dehalogenisasi
Hidrogenasi
Hydrocracking
d. Alkilasi
i. Dalam proses alkilasi, olefin akan bereaksi dengan iso-parafin
membentuk alkilat.
23
ii. Prinsip dasar dari proses ini adalah untuk menambah nilai bilangan
oktan pada bahan baku.
iii. Mekanisme reaksi
ion
karbonium
diregenerasi
kembali
untuk
25
Bergantung
pada
katalis
asam
yang
dipilih
menurut
kompleksitas prosesnya.
IV.
27
o Dari pemisah fase, dua aliran yang akan ditemui yaitu aliran gas dan
aliran cairan.
o Aliran gas diumpankan ke unit absorber mana nafta digunakan sebagai
pelarut untuk menyerap hidrokarbon berat yang tersisa di gas.
o Hidrokarbon kaya akan nafta selanjutnya diumpankan ke pemisah fase
sehingga dapat menstabilkan aliran nafta.
o Gas dari penyerap diumpankan ke absorber kedua di mana minyak
ringan (seperti minyak tanah) dapat digunakan sebagai pelarut untuk
menyerap hidrokarbon yang lebih berat selain metana dan hidrogen.
Akhirnya, bahan bakar gas diproduksi sebagai produk gas dari
penyerapan ini. Produk lain dari absorber adalah aliran yang kaya akan
minyak. Diagram alir prosesnya adalah sebagai berikut.
28
29
30
PENJELASAN
Caustic wash: C3-C4 olefin pakan mengalami cuci kaustik untuk
menghilangkan H2S dan senyawa sulfur lainnya (seperti merkaptan) karena
cenderung meracuni katalis.
- Scrubbing Water: menghilangkan kotoran terlarut dan menghasilkan air
limbah.
- Reaktor Polimerisasi: Campuran reaksi dipanaskan, dikompresi dan
diumpankan ke reaktor polimerisasi. Desain Reaktor adalah desain shell dan tube
jenis di mana katalis ditempatkan dalam tabung reaksi dan air pendingin disirkulasi
di sisi shell untuk mengontrol kenaikan suhu karena reaksi eksotermis.
- Fraksionasi: Selanjutnya, produk reaktor diumpankan ke depropanizer dan
debutanizer untuk menghasilkan propana, butana dan polimer bensin. Produk
polimer distabilisasi lanjut menggunakan stabilizer hidrogenasi yang mengubah
setiap ikatan ganda yang tersedia secara bebas menjadi ikatan tunggal. Produk akhir
adalah polimer bensin
- Propana yang dihasilkan sebagian didaur ulang ke reaktor dan sebagian
lainnya dibawa keluar sebagai produk.
V.
Proses pendukung
Ada sejumlah proses yang tidak terlibat langsung dalam produksi bahan baku
hidrokarbon tetapi mereka berperan pendukung dari reaksi-reaksi yang terjadi. Ini
termasuk unit hidrogen, untuk menghasilkan hidrogen untuk hydrocracking dan
hydrotreating; unit pengolahan gas, yang memisahkan hidrokarbon dengan titik
didih rendah; unit gas asam untuk menghilangkan hidrogen sulfida dan gas asam
lainnya dari aliran gas hidrokarbon; unit perbaharuan sulfur; dan sistem perwatan
air limbah.
31
lainnya tidak akan dapat berjalan lancar. Dibawah ini adalah beberapa produk hasil
olahan minyak bumi beserta pemanfaatannya:
a. Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas terdiri dari LNG (Liquified Natural Gas) dan LPG (Liquified
Petroleum Gas). Bahan bakar gas biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga
dan indusri.
Liquified Natural Gas
LNG merupakan gas alami dan menghasilkan pembakaran hidrokarbon
paling bersih dan merupakan sumber energi utama. Karena merupakan bahan
bakar gas utama dimana kebutuhan akan bahan bakar gas ini sangat banyak
sedangkan lokasi dari gas fields jauh dimana jika menggunakan pipa sangatlah
memakan biaya banyak. Untuk itu, salah satu perusahaan indutri minyak, Shell,
mendinginkan gas alami ini menjadi liquid, memperkecil volumenya agar lebih
mudah, lebih aman dalam penyimpanannya dan pengiriman ke seluruh dunia.
Liquified Petroleum Gas
LPG merupakan gas hidrokarbon yang mudah menyala terdiri dari
propana dan butana atau campuran propana-butana. LPG dicairkan melalui
pressuritation, dan berasal dari proses gas alami dan pengilangan minyak bumi.
LPG secara alami ditemukan dalam kombinasi dengan hidrokarbon lain-nya.
LPG umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar industri dan rumah tangga.
Bahkan, saat ini sudah ada kendaraan bermotor yang telah menggunakan gas
terutama LPG sebagai bahan bakarnya. Namun perlu juga diketahui bahwa,
sebelum LPG dipasarkan telah terlebih dulu ditambahkan zat pembau
(penambah bau) yaitu senyawa merkaptan (ethyl mercaptan). Tujuan
penambahan senyawa merkaptan tadi adalah untuk mempermudah konsumen
menyadari apabila terjadi kebocoran gas. Jadi, bila tidak ditambahkan zat
tersebut maka tentu akan sangat beresiko menimbulkan bahaya, karena seperti
yang kita ketahui bahwa sifat dari gas ini bila terlepas ke udara akan mudah
menyebar dan tentunya mudah terbakar.
33
bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Sebuah
bentuk dari kerosene dikenal sebagai RP-1dibakar dengan oksigen cair sebagai
bahan bakar roket.
Nama kerosin diturunkan dari bahasa Yunani keros (, wax ).Biasanya,
kerosin didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan khusus,
dalam sebuah unit Merox atau, hidrotreater untuk mengurangi kadar belerangnya
dan pengaratannya. Kerosin dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang
digunakan untuk mengupgrade bagian dari minyak mentah yang akan bagus untuk
bahan bakar minyak.
Penggunaanya sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara
berkembang, di mana kerosin kurang disuling dan mengandung ketidakmurnian dan
bahkan "debris".Bahan bakar mesin jet adalah kerosin yang mencapai spesifikasi
yang diperketat, terutama titik asap dan titik beku.Kerosin biasa digunakan sebagai
bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Selain itu kerosin juga digunakan
sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses cracking. Kerosin biasa di
gunakan untuk membasmi serangga seperti semut dan mengusir kecoa. Kadang di
gunakan juga sebagai campuran dalam cairan pembasmi serangga seperti pada
merk/ brand baygone.
e. Minyak solar atau minyak diesel
Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses
pengolahan minyak bumi, pada dasarnya minyak mentah dipisahkan fraksifraksinya pada proses destilasi sehingga dihasilkan fraksi solar dengan titik didih
250C sampai 300C.
Kualitas solar dinyatakan dengan bilangan cetane (pada bensin disebut oktan),
yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan solar mengalami pembakaran di
dalam mesin serta kemampuan mengontrol jumlah ketukan (knocking), semakin
tinggi bilangan cetane ada solar maka kualitas solar akan semakin bagus.
Solar atau minyak diesel, biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin
diesel pada kendaraan bermotor seperti bus, truk, kereta api dan traktor. Selain itu,
solar juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses
35
cracking. solar memiliki karakteristik tertentu sama halnya dengan jenis bahan
bakar lainnya. Berikut karakteristik yang dimiliki oleh fraksi solar:
Tidak berwarna atau terkadang berwarna kekuning-kuningan dan berbau.
Tidak akan menguap pada temperatur normal.
Memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bensin
dan kerosen.
Memiliki flash point (titik nyala) sekitar 40C sampai 100C.
Terbakar spontan pada temperatur 300C.
Menimbulkan panas yang tinggi sekitar 10.500 kcal/kg.
f. Minyak pelumas
Minyak pelumas adalah bagian dari minyak bumi yang mempunyai titik didih
lebih tinggi dari pada minyak gas. Tidak setiap minyak bumi mengandung minyak
pelumas, terkadang rendah sekali sehingga sulit untuk diolah. Proses pengolahan
minyak pelumas yaitu:
De-aspalting yaitu pemisahan komponen-komponen aspal dengan penambahan
asam sulfat atau ekstraksi dengan pelarut propana.
De-waxing yaitu pemisahan wax yang menyebabkan titik didihnya rendah.
Metode dewaxing dilakukan dengan cara mendinginkan campuran minyak
pelumas dan pelarut, setelah wax membeku disaring dengan saringan kemudian
ditekan pada suhu < 0oC.
pengolahan secara kimiawi yaitu untuk memisahkan komponen-komponen
yang mempunyai indeks kekentalan rendah dengan ekstraksi menggunakan
pelarut pulfural.
Perkolasi yaitu proses penyaringan dengan absorban misalnya fuller earth,
untuk memperbaiki warna.
Tidak semua pelumas diproses menurut keempat cara di atas, tergantung pada
sifat minyak pelumas kasarnya. Minyak pelumas, biasa digunakan untuk lubrikasi
mesin-mesin.
36
yang setiap hektarnya paling tinggi sehingga dapat memproduksi bioetanol. Selain itu
pertimbangan pemakaian ubi kayu sebagai bahan baku proses produksi bioetanol juga
didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Pertimbangan ke-ekonomian pengadaan
bahan baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku,
tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku,
dan biaya bahan baku untuk memproduksi setiap liter etanol.
Secara umum etanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri turunan
alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi, kosmetika dan kini
sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Mengingat pemanfaatan
etanol beraneka ragam sehingga grade etanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai
dengan penggunaannya.
Etanol yang mempunyai grade 90-95% biasa digunakan pada industri,
sedangkan etanol / bioetanol yang mempunyai grade 95-99% atau disebut alkohol
teknis dipergunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi.
Sedangkan grade etanol / bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar
untuk kendaraan bermotor harus betul-betul kering dan anhydrous supaya tidak
menimbulkan korosif sehingga etanol / bio-etanol harus mempunyai grade tinggi antara
99,6-99,8 % (Full Grade Etanol = FGE). Perbedaan besarnya grade tersebut akan
berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air.
38
Tabel 2.1 Konversi Bahan Baku Tanaman yang Mengandung Pati dan Tetes Menjadi Bio-Etanol
Bahan Baku
Kandungan Gula
Jmlh Hasil
Perbandingan
Konversi
Bioetanol (Liter)
Bioetanol
Dalam Bahan
Jenis
Konsumsi
Baku
(Kg)
(Kg)
Ubi Kayu
1000
250-300
166,6
6,5 : 1
Ubi Jalar
1000
150-200
125
8:1
Jagung
1000
600-700
200
5:1
Sagu
1000
120-160
90
12 : 1
Tetes
1000
500
250
4:1
NC6H12O6
enzyme (pati)
(glukosa)
(C6H12O6)n
2 C2H5OH + 2 CO2
(1)
(2)
(etanol)
Selain etanol / bioetanol dapat diproduksi dari bahan baku tanaman yang
mengandung pati atau karbohydrat, juga dapat diproduksi dari bahan tanaman yang
mengandung selulosa (mis: jerami padi), namun dengan adanya lignin mengakibatkan
39
proses penggulaannya menjadi lebih sulit sehingga pembuatan etanol / bioetanol dari
selulosa sementara ini tidak direkomendasikan. Meskipun teknik produksi etanol /
bioetanol merupakan teknik yang sudah lama diketahui, namun etanol / bioetanol untuk
bahan bakar kendaraan memerlukan etanol dengan karakteristik tertentu yang
memerlukan teknologi yang relatif baru di Indonesia antara lain mengenai
neraca energi (energy balance) dan efisiensi produksi sehingga penelitian lebih lanjut
mengenai teknologi proses produksi etanol masih perlu dilakukan. Secara singkat
teknologi proses produksi etanol / bioetanol tersebut dapat dibagi dalam tiga tahap,
yaitu: persiapan bahan baku, liquifikasi dan sakarifikasi, fermentasi, distilasi, dan
dehidrasi.
a. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi bietanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman,
baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane),
gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung
(corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.
Persiapan bahan baku beragam bergantung pada jenis bahan bakunya, sebagai
contoh kami menggunakan bahan baku Singkong (ubi kayu). Singkong yang telah
dikupas dan dibersihkan dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar
bisa berinteraksi dengan air secara baik.
41
c. Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan
sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5 hingga 12 %. Tahapan
selanjutnya adalah mencampurkan ragi (yeast) pada cairan bahan baku tersebut dan
mendiamkannya dalam wadah tertutup (fermentor) pada kisaran suhu optimum 27
s/d 32oC selama kurun waktu 5 hingga 7 hari (fermentasi secara anaerob).
Keseluruhan proses membutuhkan ketelitian agar bahan baku tidak
terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Dengan kata lain, dari persiapan baku,
liquifikasi, sakarifikasi, hingga fermentasi harus pada kondisi bebas kontaminan.
Selama proses fermentasi akan menghasilkan cairan etanol / alkohol dan CO2.
Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol / etanol berkadar
rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut dengan cairan Beer). Pada kadar etanol
max 10 % ragi menjadi tidak aktif lagi,karena kelebihan alkohol akan beakibat
racun bagi ragi itu sendiri dan mematikan aktifitasnya.
42
d. Distilasi.
Distilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah penyulingan dilakukan untuk
memisahkan alkohol dalam cairan beer hasil fermentasi. Dalam proses distilasi,
pada suhu 78 derajat celcius (setara dengan titik didih alkohol) etanol akan menguap
lebih dulu ketimbang air yang bertitik didih 95 derajat celcius. Uap etanol didalam
distillator akan dialirkan kebagian kondensor sehingga terkondensasi menjadi
cairan etanol.
Kegiatan penyulingan etanol merupakan bagian terpenting dari keseluruhan
proses produksi bioetanol. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan tenaga operator yang
sudah menguasai teknik penyulingan etanol. Selain operator, untuk mendapatkan
hasil penyulingan etanol yang optimal dibutuhkan pemahaman tentang teknik
fermentasi dan peralatan distillator yang berkualitas. Penyulingan etanol dapat
dilakukan dengan 2 (dua) cara :
Penyulingan menggunakan teknik dan distillator tradisional (konvensional).
Dengan cara ini kadar etanol yang dihasilkan hanya berkisar antara antara 20
s/d 30 %.
Penyulingan menggunakan teknik dan distillator model kolom reflux
(bertingkat). Dengan cara dan distillator ini kadar etanol yang dihasilkan
mampu mencapai 90-95 % melalui 2 (dua) tahap penyulingan.
e. Dehidrasi
Hasil penyulingan berupa etanol berkadar 95 % belum dapat larut dalam bahan
bakar bensin. Untuk substitusi BBM diperlukan etanol berkadar 99,6-99,8 % atau
disebut etanol kering. Dalam proses pemurnian etanol 95 % akan melalui proses
dehidrasi (distilasi absorbent) menggunakan beberapa cara, antara lain :
Cara Kimia
Cara Fisika
Gambar 2.5 Penyulingan (distilasi) etanol menggunakan distillator model kolom reflux
45
Sedangkan limbah cair diproses menjadi pupuk cair. Dengan demikian produsen
bioetanol tidak perlu khawatir tentang isu berkaitan dengan dampak lingkungan.
46
16 20% biji (umumnya dalam 1 buah kakao terdiri dari 30 40 butir biji
kakao),
2% plasenta (merupakan kulit ari pembungkus biji kakao).
Sebagai limbah dari produk pertanian, CPH ini merupakan biomassa penghasil
lignoselulosa yang cukup potensial. Dari kulit buah kakao ini, ditemui kandungan:
Holoselulosa 33,4%, gula netral (Rhamnosa, Arabinos, xilosa, dsb) 33%,
hemiselulosa 11% dan Lignin 14%.
Merujuk dari uraian sebelumnya, bahwa sumber-sumber penghasil bioetanol
adalah selulosa dan hemiselulosa, jika pada tahun 2010, dihasilkan 540.000 ton
buah coklat dan 70% nya berupa cangkang (378.000 ton), maka berat brutto
selulosa dan hemiselulosa yang dihasilkan masing-masing 126,252 ton dan 124,74
ton. Memperhatikan prospek tersebut, perlu dilakukan kajian sederhana megenai
potensi CPH dan perlakuan-perlakuan apa yang perlu dilakukan agar selulosa dan
hemiselulosa dari CPH dapat dikonversi secara optimal menjadi bioetanol.
b. Jerami Padi
Jerami padi mengandung kurang lebih 39% sellulosa dan 27,5% hemiselullosa.
Kedua bahan polysakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana yang
selanjutnya dapat difermentasi menjadi ethanol.
Potensi produksi jerami padi per ha kurang lebih 10 15 ton, jerami basah
dengan kadar air kurang lebih 60%. Jika seluruh jerami per ha ini diolah menjadi
ethanol (fuel grade ethanol), maka potensi produksinya kurang lebih 766 hingga
1,148 liter/ha FGE (perhitungan ada di lampiran).
Menurut data BPS tahun 2006, luas sawah di Indonesia adalah 11.9 juta
ha.Artinya, potensi jerami padinya kurang lebih adalah 119 juta ton. Apabila
seluruh jerami ini diolah menjadi ethanol maka akan diperoleh sekitar 9,1 milyar
liter ethanol (FGE) dengan nilai ekonomi Rp. 50,1 trilyun.
c. Pati Sagu
Pati sagu disebut juga poliglukosa, karena unit monomernya glukosa. Pati sagu
lebih murni karena miskin kandungan lemak, protein dan senyawa lain, sehingga
47
pati sagu sangat cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan turunan pati
seperti dekstrin, dekstrose, gula, dan produk turunan lainnya.
Pati sagu diekstrak dari empulur batang yang mengandung pati (27-31%), serat
(20-24%) dan air (45-53%). Ekstraksi dilakukan dengan metode aliran air, sehingga
air sangat berpengaruh terhadap kualitas mutu sagu. Bioetanol dari sagu berasal dari
dua bagian yaitu pati sagu dan serat sagu. Sedangkan prosesnya berlangsung dalam
empat tahapan yaitu :
Hidrolisa bahan menjadi oligosacharida,
Hidrolisa oligosacharida menjadi gula,
Konversi gula menjadi etanol,
Pemurnian bioetanol.
Pembuatan etanol dari pati dapat dilakukan secara kimia ataupun biologis. Akan
tetapi jika berbicara bioetanol tentunya proses yang dipakai adalah secara
biologis. Dengan menggunakan enzim alfa dan glucoamilase yang mampu
mengurai pati menjadi gula dan selanjutnya difermentasi lanjut menjadi bioetanol.
Bioetanol dapat diperoleh dari serat dengan menggunakan enzim selulase.
Efektivitas proses ini dipengaruhi oleh jenis enzim, kekentalan bahan (ratio pati dan
air), presentase enzim dan proses fermentasi.
d. Tetes Tebu ( Molase )
Molase atau tetes tebu mengandung kurang lebih 60% sellulosa dan 35,5%
hemiselullosa. Kedua bahan polysakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula
sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi ethanol. Potensi produksi
molase ini per ha kurang lebih 10 15 ton.
Jika seluruh molase per ha ini diolah menjadi ethanol (fuel grade ethanol), maka
potensi produksinya kurang lebih 766 hingga 1,148 liter/ha FGE. Produksi
bioetanol berbahan baku molase layak diusahakan karena tingkat keuntungan
mencapai 24%.
e. Bonggol pisang
Bonggol pisang memiliki komposisi 76% pati, 20% air, dan sisanya adalah
protein dan vitamin. Kandungan korbohidrat bonggol pisang tersebut sangat
48
49
50
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.eduspensa.com/2015/08/teori-dan-proses-pembentukan-minyak-bumi.html
2. http://www.pengertianahli.com/2015/01/pengertian-minyak-bumi.html
3. http://oilprice.com/Energy/Crude-Oil/What-Is-Crude-Oil-A-Detailed-Explanation-OnThis-Essential-Fossil-Fuel.html
4. https://www.britannica.com/science/crude-oil
5. http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana%2006062
49_IE6.0/halaman_17.html
6.
7.
8.
9.
library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-fatimah2.pdf
http://www.cargohandbook.com/index.php/Naphtha
http://www.shell.com/energy-and-innovation/natural-gas/liquefied-natural-gas-lng.html
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana%2006062
49_IE6.0/halaman_17.html
10. http://www.elgas.com.au/blog/492-what-is-lpg-lpg-gas-lp-gas
11. http://www.prosesindustri.com/2014/12/hasil-olahan-minyak-bumi.html
12. http://www.prosesindustri.com/2015/02/defenisi-bahan-bakar-diesel-solar.html
13. http://www.esru.strath.ac.uk/EandE/Web_sites/02-03/biofuels/what_bioethanol.htm
14. http://www.makebiofuel.co.uk/bioethanol-production/
15. http://www.abengoabioenergy.com/web/en/prensa/noticias/historico/2005/200510_noticia
s.html
16. http://www.indobioethanol.com/
17. http://dokumen.tips/documents/makalah-pembuatan-bioetanol-dari-lignoselulosa.html
18. http://www.trubusonline.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&artid=80
19. http://firdausi-n.blogspot.com/2009/11/jamur-yeast.html
20. http://digilib.litbang.deptan.go.id/~bbmekanisasi/getiptan.php?src=mektan/2010/pros14.p
df&format=application/pdf
21. http://isroi.com/2008/02/13/potensi-bioethanol-dari-biomassa-lignoselulosa/
22. http://www.indobioethanol.com/sumber_lain.php
23. https://www.quora.com/What-are-the-similarities-differences-between-hydrocrackingand-hydrotreating
24. Gary, H. James, dkk. 2007. Petroleum Refining, Technology and Economics. Edisi kelima.
New York : Taylor & Francis Group, LLC
51