Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Syukur
Alhamdulillah Penulis ucapkan dari lubuk hati Penulis kehadirat Allah yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat
serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “Komposisi Minyak Bumi dan Gas Alam” ini
semoga dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Dan oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan dari
para pembaca, baik berupa kritikan ataupun saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, supaya lebih baik untuk masa yang akan datang.
Dan terima kasih atas semua bantuan dari semua pihak yang terkait dalam
penyusunan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian kepada Allah kami bertaubat dan kepada manusia kami memohon
maaf atas kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam........................ 2
B. Komponen-Komponen Utama Penyusun Minyak Bumi...... 5
C. Komposisi Minyak Bumi...................................................... 6
D. Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap lingkungan dan
Cara Mengatasinya................................................................ 10
E. Bahan Bakar alternatif Selain Minyak Bumi........................ 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Minyak bumi (Crude Oil) dan gas alam merupakan senyawa hidrokarbon.
Rantai karbon yang menyusun minyak bumi dan gas alam memiliki jenis yang
beragam dan tentunya dengan sifat dan karakteristik masing-masing. Sifat dan
karakteristi dasar minyak bumi inilah yang menentukan perlakuan selanjutnya
bagi minyak bumi itu sendiri pada pengolahannya. Hal ini juga akan
mempengaruhi produk yang dihasilkan dari pengolahan minyak tersebut.
Berdasarkan model OWEM(OPEC World Energy Model), permintaan
minyak dunia padaperiode jangka menengah (2002 – 2010) diperkirakan
meningkat sebesar 12 juta barel per hari(bph) menjadi 89 juta bph atau tumbuh
rata rata 1,8% per tahun.sedangkan pada periode berikutnya (2010 – 2020),
permintaan naik menjadi 106 juta bph dengan pertumbuhan sebesar 17 juta bph.
Pengetahuan tentang minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita
ketahui, mengingat minyak bumi dan gas alam adalah suatu sumber energi yang
tidak dapat diperbaharui, sedangkan penggunaan sumber energi ini dalam
kehidupan kita sehari-hari cakupannya sangat luas dan cukupmemegang peranan
penting atau menguasai hajat hidup orang banyak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pembentukan minyak bumi dan gas alam?
2. Apa saja komponen-komponen utama penyusun minyak bumi?
3. Apa saja komposisi minyak bumi?
4. Apa saja dampak pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan dan cara
mengatasinya?
5. Apa saja bahan bakar alternatif selain minyak bumi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam


Ada tiga macam teori yang menjelaskan proses terbentuknya minyak dan
gas bumi, yaitu:
(1) Teori Biogenetik (Teori Organik)
Menurut Teori Biogenitik (Organik), disebutkan bahwa minyak bumi dan
gas alam terbentuk dari beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan
yang mati dan tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini
kemudian dihanyutkan oleh arus sungai menuju laut, akhirnya mengendap
di dasar lautan dan tertutup Lumpur dalam jangka waktu yang lama,
ribuan dan bahkan jutaan tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur
tinggi, dan tekanan lapisan batuan di atasnya, maka binatang serta tumbuh-
tumbuhan yang mati tersebut berubah menjadi bintik-bintik dan
gelembung minyak atau gas.
(2) Teori Anorganik
Menurut Teori Anorganik, disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam
terbentuk akibat aktivitas bakteri. Unsur-unsur oksigen, belerang, dan
nitrogen dari zat-zat organik yang terkubur akibat adanya aktivitas bakteri
berubah menjadi zat seperti minyak yang berisi hidrokarbon.
(3) Teori Duplex
Teori Duplex merupakan perpaduan dari Teori Biogenetik dan Teori
Anorganik. Teori Duplex yang banyak diterima oleh kalangan luas,
menjelaskan bahwa minyak dan gas bumi berasal dari berbagai jenis
organisme laut baik hewani maupun nabati. Diperkirakan bahwa minyak
bumi berasal dari materi hewani dan gas bumi berasal dari materi nabati.
Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan Lumpur
berubah menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang
mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk (Source Rock).
Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat yang bertekanan

2
lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu yang disebut dengan
perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan
air, (2) minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan
minyak bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat sendiri
dalam suatu perangkap disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan berat
jenis, maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah, dan air di bagian bawah.
Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang lama, maka
minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui
(unrenewable).
Dibawah ini adalah langkah-langkah Proses Pembentukan Minyak Bumi
dan Gas Alam beserta gambar ilustrasi:
1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari
matahari dengan fotosintesis.

2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar


cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan
induk adalah batuan yang mengandung karbon (High Total Organic
Carbon). Batuan ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta,
maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi
batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan
sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika karbon ini
teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak
mungkin dimasak.

3
3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang
berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung
terus menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk adalah
batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir, batu
gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berpori-
pori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh
batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini
akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka
suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai
180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai
bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah
karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan
batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada
menjadi gas.

4
4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk
hidrokarbon. Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang
ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak
bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah
berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi
dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air.
Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air cenderung
akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan
yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan
siap ditambang.

B. Komponen-Komponen Utama Penyusun Minyak Bumi


Minyak bumi hasil ekplorasi (pengeboran) masih berupa minyak mentah
atau crude oil. Minyak mentah ini mengandung berbagai zat kimia berwujud gas,
cair, dan padat. Komponen utama minyak bumi adalah senyawa hidrokarbon, baik
alifatik, alisiklik, maupun aromatik.
Kadar unsur karbon dalam minyak bumi dapat mencapai 50%-85%,
sedangkan sisanya merupakan campuran unsur hydrogen dan unsur-unsur lain.
Misalnya, nitrogen (0-0,5%), belerang (0-6%), dan oksigen (0-3,5%).
1. Senyawa hidokarbon alifatik rantai lurus
Senyawa hidokabon alifatik rantai luus biasa disebut alkana atau normal
parafin. Senyawa ini banyak terdapat dalam gas alam dan minyak bumi yang
memiliki antai karbon pendek. Contoh: Etana Propana.

5
2. Senyawa hidrokarbon bentuk siklik
Senyawa hidrokarbon siklik merupakan snyawa hidrokarbon golongan
sikloalkana atau sikloparafin. Senyawa hidrokarbon ini memiliki rumus molekul
sama dengan alkena., tetapi tidak memiliki ikatan rangkap dua dan membentuk
dtruktur cinicin. Dalam minyak bumi, antarmolekul siklik tersebut kadag-kadanag
bergabung membentuk suatu molekul yang terdii atas beberapa senyawa siklik.
3. Senyawa Hidrokarbon Alifatik Rantai Bercabang
Senyawa golongan isoalkana atau isoparafin. Jumlah senyawa hidrokarbon
ini tidak sebanyak senyawa hidrokarbon alifatik rantai lurus dan senyawa
hidrokarbon bentuk siklik.
4. Senyawa Hidrokarbon Aromatik
Senyawa hidrokarbon aromatik merupakan senyawa hidrokarbon yang
berbentuk siklik segienam, berikatan rangkap dua selang-seling, dan merupakan
senyawa hidrokarbon tak jenuh. Pada umumnya, senyawa hidrokarbon aromatik
ini terdapat dalam minyak bumi yang memiliki jumlah atom C besar.
Minyak bumi ditemukan bersama-sama dengan gas alam. Minyak bumi
yang telah dipisahkan dari gas alam disebut juga minyak mentah (crude oil).
Minyak mentah dapat dibedakan menjadi:
 Minyak mentah ringan (light crude oil) yang mengandung kadar logam
dan belerang rendah, berwarna terang dan bersifat encer (viskositas
rendah).
 Minyak mentah berat (heavy crude oil) yang mengandung kadar logam
dan belerang tinggi, memiliki viskositas tinggi sehingga harus dipanaskan
agar meleleh.

C. Komposisi Minyak Bumi


Kebanyakan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam minyak dan gas
bumi terdiri dari hidrogen dan karbon sebagai unsur-unsur utamanya. Senyawa-
senyawa tersebut disebut senyawa hidrokarbon. Selain daripada senyawa-senyawa
tersebut terdapat pula senyawa-senyawa lain dalam jumlah yang sedikit yang
mengandung unsur-unsur belerang atau sulfur, oksigen, dan nitrogen.

6
Minyak mentah atau crude oil adalah cairan coklat kehijauan sampai hitam
yang terutama terdiri dari karbon dan hidrogen. Teori yang paling umum
digunakan untuk menjelaskan asal-usul minyak bumi adalah “organic source
materials”. Teori ini menyatakan bahwa minyak bumi merupakan produk
perubahan secara alami dari zat-zat organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan
dan hewan yang mengendap selama ribuan sampai jutaan tahun. Akibat dari
pengaruh tekanan, temperatur, kehadiran senyawa logam dan mineral serta letak
geologis selama proses perubahan tersebut, maka minyak bumi akan mempunyai
komposisi yang berbeda di tempat yang berbeda.
Komposisi minyak mentah dan gas bumi berdasarkan unsur-unsur
penyusunnya adalah sebagai berikut:
1. Karbon : 83,5 %-87,5%
2. Hidrogen         : 11,5%-14%
3. Sulfur              : 0,1%-3%
4. Oksigen           : 0,1%-1,0%
5. Nitrogen          : 0,01%-0,3%
Selain unsur-unsur diatas terdapat juga unsur-unsur logam seperti
vanadium, besi, nikel, khrom, posfor, dan logam-logam lain yang jumlahnya
kurang dari 0,03% berat. Operasi-operasi pengilangan minyak secara fisis seperti
penguapan, fraksionasi, dan pendinginan dilaksanakan oleh adanya sejumlah
besar penyusun minyak dan gas bumi, sedangkan operasi-operasi kimiawi seperti
pemurnian (treating) dan filtrasi dilaksanakan oleh adanya senyawa-senyawa
sulfur, oksigen, dan nitrogen juga dilakukan oleh adanya sejumlah kecil senyawa
hidrogen reaktif yang mungkin terikat dalam minyak dan gas bumi.
Di dalam minyak mentah dan gas bumi terdapat beberapa kelompok
senyawa-senyawa hidrokarbon dan masih ada beberapa kelompok senyawa
hidrokarbon yang lain yang dihasilkan oleh proses-proses pengolahan minyak
seperti perengkahan dan hidrogenasi. Diantara minyak dan gas bumi mempunyai
rumus molekul seperti alkana (CnH2n), alkena (CnH2n) dan alkuna (CnH2n-2).
Berdasarkan kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi menjadi
golongan hidrokarbon dan non-hidrokarbon serta senyawa-senyawa logam.

7
1. Senyawa Hidrokarbon
Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, olefin,
naften, dan aromatik.
a. Parafin
Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh yang sangat stabil
dan berantai lurus (alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4),
etana (C2H6), n-butana (C4H10), isobutana (2-metil propana, C4H10),
isopentana (2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil
pentana, C8H18) dan lain-lain. Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam
senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong
n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar senyawa
isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
b. Olefin
Olefin atau disebut juda dengan etilen adalah kelompok senyawa
hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n yang mempunyai ikatan rangkap yang
menghubungkan dua atom karbon. Contohnya etilena (C2H4), propena
(C3H6), dan butena (C4H8) dan lain-lain.
c. Naften
Naften adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur
cincin dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok
naften yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya
tersusun dari 5 atau 6 atom karbon. Contohnya adalah siklopentana
(C5H10) dan sikloheksana (C6H12), siklohepatana dan lain-lain.
Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan
kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua
setelah n-parafin.
d. Aromatik
Aromatik atau sering disebut senyawa benzene adalah hidrokarbon-
hidrokarbon tak jenuh yang berbentuk cincin atau rantai melingkar.
Contohnya benzene (C6H6), fenol, anilin, dan lain-lain. Minyak bumi

8
dari Sumatera dan Kalimantan umumnya memiliki kadar aromatik yang
relatif besar.
2. Senyawa Non Hidrokarbon
Selain senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon dan
hidrogen, di dalam minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon seperti
belerang, nitrogen, oksigen, vanadium, nikel dan natrium yang terikat pada rantai
atau cincin hidrokarbon. Unsur-unsur tersebut umumnya tidak dikehendaki berada
di dalam produk-produk pengilangan minyak bumi, sehingga keberadaannya akan
sangat mempengaruhi langkah-langkah pengolahan yang dilakukan terhadap suatu
minyak bumi.
a. Belerang
Belerang terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H 2S), belerang bebas
(S), merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R’),
disulfida (R-S-S-R’) dan tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa
belerang tidak dikehendaki, karena:
 Menimbulkan bau tidak sedap dan sifat korosif pada produk
pengolahan
 Mengurangi efektifitas zat-zat bubuhan pada produk pengolahan
 Meracuni katalis-katalis perengkahan
 Menyebabkan pencemaran udara (pada pembakaran bahan bakar
minyak senyawa belerang teroksidasi menjadi zat-zat korosif yang
membahayakan lingkungan yaitu SO2 dan SO3.
b. Nitrogen
Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang bersifat basa
seperti 3-metil piridin (C6H7N) dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat yang
tidak bersifat basa seperti pirol (C4H5N), indol (C8H7N) dan karbazol
(C12H9N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat mengganggu kelancaran
pemrosesan katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam produk,
berpengaruh buruk terhadap bau, kestabilan warna, serta sifat penuaan
produk tersebut.

9
c. Oksigen
Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam
naftenat (2,2,6-trimetil sikloheksan karboksilat, C10H18O2) dan asam-
asam lemak (alkanoat), gugus hidroksi fenolik dan gugus keton.
Senyawa oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya
senyawa belerang dan senyawa nitrogen pada proses-proses katalitik.
3. Senyawa logam
Minyak bumi biasanya mengandung 0,001-0,05% berat logam.
Kandungan logam yang biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel dan
natrium. Logam-logam ini terdapat dalam bentuk garam terlarut dalam air yang
tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organometal yang larut
dalam minyak. Vanadium dan nikel merupakan racun bagi katalis-katalis
pengolahan minyak bumi dan dapat menimbulkan masalah jika terbawa ke dalam
produk pengolahan.

D. Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap lingkungan dan Cara


Mengatasinya
Beberapa dampak negatif penggunaan sumber energi fosil terhadap
lingkungan (misalnya dampak terhadap udara dan iklim, air dan tanah) dan
manusia:
1. Dampak Gas Oksida Karbon
a. Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida terbentuk dari proses pembakaran yang tidak
sempurna, gas ini tidak berwarna dan berbau, sehingga kehadirannya tidak
diketahui. Gas karbon monoksida bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit
pada mata, saluran pernapasan, dan paru-paru. Apabila gas karbon monoksida
masuk ke dalam darah melalui pernapasan, gas ini akan bereaksi dengan
hemoglobin dalam darah, membentuk karboksihemoglobin (COHb).
CO + Hb → COHb (4.1)
Hemoglobin merupakan senyawa dalam darah yang berfungsi sebagai
pengikat oksigen, di mana seharusnya hemoglobin bereaksi dengan oksigen

10
menjadi oksihemoglobin (O2Hb) dan dibawa ke sel-sel jaringan tubuh yang
memerlukan.
O2 + Hb → O2Hb (4.2)
Namun, afinitas (kecenderungan mengikat) gas karbon monoksida
terhadap hemoglobin dalam darah sekitar 300 kali lebih besar daripada oksigen.
Bahkan karbon monoksida mampu memutuskan ikatan hemoglobin yang telah
mengikat oksigen dan membentuk karboksihemoglobin (COHb).
CO + O2Hb → COHb + O2 (4.3)
Sehingga, keberadaan gas karbon monoksida akan menghalangi fungsi
vital hemoglobin dalam darah untuk membawa oksigen bagi tubuh, akibatnya
suplai oksigen bagi tubuh tidak terpenuhi. Konsentrasi gas CO sampai dengan 100
ppm masih dianggap aman jika waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak
30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan
mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia tidak sama manusia
yang satu dengan yang lainnya.
Pengaruh konsentrasi gas CO di udara terbuka sampai dengan 100 ppm
terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya pada tanaman tingkat tinggi.
Namun apabila konsentrasi gas CO di udara mencapai 2000 ppm dan waktu
kontak lebih dari 24 jam, maka akan mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen
oleh bakteri bebas yang ada pada lingkungan terutama yang terdapat pada akar
tanaman.
Waktu tinggal CO dalam atmosfer lebih kurang 4 bulan, CO dapat
dioksidasi menjadi CO2 dalam atmosfer. Salah satu organime hidup yang mampu
membantu mengurangi kadar CO dari lingkungan adalah mikroorganisme tanah,
khususnya adalah jamur penicillium dan aspergillus.
Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap
kendaraan bermotor adalah dengan memasang pengubah katalitik pada knalpot
kendaraan. Pengubah katalitik berupa silinder dari baja tahan karat yang
berbentuk menyerupai sarang lebah yang dilapisi katalis (biasanya platina). Pada
separuh bagian pertama dari pengubah katalitik, karbon monoksida bereaksi

11
dengan nitrogen monoksida membentuk karbon dioksida dan gas nitrogen (gas-
gas racun gas tak beracun).
2 CO(g) + 2 NO(g) → 2 CO2(g) + N2(g) (4.4)
Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon monoksida (jika masih
ada) dioksidasi membentuk karbon dioksida dan uap air. Pengubah katalitik hanya
dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan bensin tanpa timbel.
b. Karbon Dioksida
Karbon dioksida atau CO2, semua orang mengenal senyawa ini sebagai
gas, tak berbau, tak berwarna, tak beracun, berasal dari setiap mekanisme
pembakaran sempurna dan metabolism makhluk hidup. Gas Karbon dioksida
pertama kali diamati keberadaannya oleh Van Helmont, tahun 1577. Secara
statistik alamiah, gas ini tidak melimpah di muka bumi dan konstan
persentasenya. Sejak lama orang tidak memberi perhatian terhadap sifat- sifat gas
tersebut. Gas CO2 memiliki sifat menyerap energi panas dari radiasi sinar infra
merah yang dipancarkan matahari, akibatnya makin terakumulasilah energi panas
tersebut dimuka bumi dan mulailah dikenal istilah “Green House Effect“ atau efek
rumah kaca. Sebenarnya efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga
suhu permukaan bumi rata-rata 15oC. Tanpa karbon dioksida dan uap air di
atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan sekitar –25 oC. Jadi,
sebenarnya efek rumah kaca sangat penting dalam menentukan kehidupan di
bumi. Akan tetapi, peningkatan kadar dari gas- gas rumah kaca dapat
menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga dapat
menyebabkan berbagai macam kerugian seperti kenaikan suhu harian di
permukaan bumi atau dikenal dengan istilah “Global Warming” selanjutnya yang
disertai dengan perubahan iklim di permukaan bumi atau “Global Climate
Change”.
Penanggulangan terhadap kelebihan jumlah gas karbon dioksida dapat
dilakukan dengan cara melakukan penanaman tanaman hijau, karena tanaman
hijau mampu mengkonversi CO2 dalam proses metabolismenya.
Seiring perkembangan teknologi gas CO2 telah dapat dimanfaatkan dalam
bentuk fase yang lain, gas CO2 dapat digunakan sebagai pelarut superkritis

12
dimana pelarut ini memiliki banyak keunggulan selain ramah lingkungan dan
kemampuannya dalam mengekstraksi suatu senyawa. Beberapa penelitian juga
telah menemukan bahwa CO2 telah mampu dijadikan bahan pendukung dalam
industri polimer (plastik) namun pengaplikasiannya dalam bidang ini masih
terkendala dengan minimnya teknologi yang mendukung.Pemanfaatan gas CO2
yang paling umum kita jumpai salah satunya adalah dapat diubah fasenya menjadi
padat dan disebut “dry ice“ dan digunakan dalam industri pengawetan.
c. Dampak Gas Oksida Belerang
Keberadaan gas belerang oksida pada hasil pembakaran bahan bakar
terjadi karena adanya kontaminasi senyawa belerang pada bahan bakar sehingga
saat terjadi proses pembaakaran akan terbentuk senyawa oksida belerang atau
sering ditulis dengan Sox terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya
mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 memiliki ciri khas berbau tajam dan tidak
mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif.
Gas SOx mempunyai ciri bau yang tajam, beracun karena selalu mengikat
oksigen untuk mencapai kestabilan fase gasnya. SOx menimbulkan gangguan
sitem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 ppm dapat
menimbulkan iritasi pada mata, 0,3 hingga 5 ppm menimbulkan bau.
Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia
(tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 hingga 1 ppm.
Sehingga dalam hal ini jumlah gas yang dominan adalah gas SO2. Namun,
demikian gas tersebut akan bereaksi dengan oksigen yang ada di udara dan
membentuk gas SO3 melalui reaksi berikut.
2 SO2 + O2(udara) → 2 SO3 (4.5)
Salah satu penyebab peningkatan kadar SOx di udara adalah pemakaian
batubara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri seperti yang terjadi
di negara Eropa Barat dan Amerika, dan Negara lainnya. Belerang dalam batu
bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral
logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S.
Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx
karena pada umumnya mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk

13
sulfida. Pada proses peleburan logam sulfida diubah menjadi oksida logam. Proses
ini sekaligus juga berfungsi untuk menghilangkan kandungan belerang dari logam
karena belerang merupakan senyawa pengotor logam. Pada suhu tinggi logam
sulfida mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut:
2 ZnS + 3O2 → 2 ZnO + 2 SO2 (4.6)
2 PbS + 3 O2 → 2 PbO + 2 SO2 (4.7)
Selain tergantung dari kandungan belerang dari batu bara yang dipakai
sebagai bahan bakar, penyebaran gas SOx, ke lingkungan juga tergantung dari
keadaan meteorologi dan geografi setempat. Kelembaban udara juga
mempengaruhi kecepatan perubahan Sox menjadi asam sulfat maupun asam sulfit.

E. Bahan Bakar alternatif Selain Minyak Bumi


1. Ethanol
Salah satu energi alternatif pengganti minyak bumi yaitu ethanol. Ethanol
merupakan bahan bakar berbasis alkohol yang diperoleh dari fermentasi
tanaman. Contoh tanaman yang difermentasikan untuk menghasilkan
ethanol adalah jagung dan juga gandum. Yang menarik, ethanol dapat
dicampur dengan bensin demi meningkatkan kualitas emisinya.
Sayangnya, energi alternatif ini memiliki dampak buruk terhadap harga
jual pangan. Ketersediaannya cukup minim mengingat bahan dasar yang
digunakan adalah tanaman jagung dan gandum.
2. Gas alam
Energi alternatif yang dapat dijadikan sebagai pengganti minyak bumi
lainnya yaitu gas alam. Gas alam sendiri sudah banyak dimanfaatkan oleh
beberapa negara sebagai sumber energi. Kelebihan gas alam jika
digunakan pada kendaraan yaitu menghasilkan emisi yang lebih ramah
lingkungan. Namun memiliki kekurangan yaitu efek rumah kaca yang
sangat buruk, bahkan mencapai 21 kali lebih buruk.
3. Listrik
Energi alternatif pengganti minyak bumi adalah listrik, tentu sudah banyak
contoh di kehidupan sehari-hari. Ada beberapa alat elektronik yang dapat

14
digunakan dengan menggunakan baterai sebagai tempat penyimpanan
energi listrik. Kelebihan energi listrik ini yaitu dapat diisi ulang jika
tegangan listrik di dalam baterai tersebut habis. Untuk kekurangannya
sendiri yaitu adanya gas karbon yang dihasilkan dari batubara. Pasalnya,
sebagian besar listrik yang ada saat ini dihasilkan oleh batubara.
4. Hidrogen
Hidrogen juga termasuk salah satu energi alternatif yang dapat digunakan
untuk menggantikan minyak bumi. Sumber energi ini dapat dicampur
dengan gas alam, dapat digunakan untuk kendaraan. Sayangnya, harga
hidrogen ini masih relatif mahal sehingga sulit dijangkau oleh sebagian
besar masyarakat.
5. Propana
Energi alternatif pengganti minyak bumi lainnya yang dapat Anda
gunakan juga adalah Propana. Propana juga dikenal sebagai LPG, yaitu
hasil olahan dari gas alam dan juga minyak mentah. LPG ini sudah banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan bakar. Jika
dibandingkan dengan bensin, emisi yang dihasilkan LPG jauh lebih
sedikit. Namun penciptaan metana pada propana ini ternyata jauh lebih
buruk mencapai 21 kali lipat.
6. Biodiesel
Biodiesel juga merupakan salah satu energi pengganti minyak bumi yang
dapat Anda gunakan. Energi alternatif ini terbuat dari tumbuhan dan juga
lemak binatang. Baik biodiesel yang masih murni atau yang sudah
dicampur dengan minyak, keduanya dapat digunakan untuk kendaraan.
Penggunaan biodiesel ini dapat mengurangi polusi udara yang ada.
Sayangnya, produk dan juga infrastruktur biodiesel sangat terbatas.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Minyak bumi berasal dari fosil yang tertimbun selama jutaan
tahun. Proses pembentukan minyak bumi yaitu berasal dari reaksi kalsium
karbida, CaC2 (dari reaksi antara batuan karbonat dan logam alkali) dan air yang
menghasilkan asetilena yang dapat berubah menjadi minyak bumi pada
temperatur dan tekanan tinggi. Dampak yang ditimbulkan dari pembakaran bahan
bakar yang tidak sempurna Pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, akan
menghasilkan senyawa-senyawa kimia yang dalam bentuk gas dapat mencemari
udara dan kadang-kadang mengasilkan partikel-pertikel yang menimbulkan asap
cukup tebal, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran lain adalah gas karbon monoksida, Co, gas ini berbahaya pada tubuh
manusia karena lebih mudah terikat pada hemoglobin darah, sehingga
kemampuan darah mengikat oksigen menjadi menurun.

B. Saran
Kita sebagai manusia harus menjaga kelestarian alam dan menjaganya
dengan baik, seperti halnya minyak bumi dan gas alam , seharusnya kita sebagai
manusia tidak mengeksplorasi secara besar- besaran karena minyak bumi
merupakan energi yang tak terbarukan dan membutuhkan jutaan tahun tuk
mendapatkannya. Selain itu kan masih banyak energi yang bisa menggantikan
minyak bumi, maka itu energi alternatif tersebut harus di kembangkan. Sehingga
akan lebih ramah lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bahti. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Universitas Padjajaran.


Bandung.
Brown, H. William, 1995. Organic Chemistry. USA: Saunders College Publishing
Hardjono, A., 2001. Teknologi Minyak Bumi. Edisi I, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ika Ratna Sari, S.Pd. 2006. Metode Belajar Efektif Kimia : Jawa Tengah. CV
Media Karya Putra.
Nugroho, A. 2006. Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi.Cetakan I.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purba Michael. 2004. Kimia Untuk SMA : Jakarta. PT Erlangga.

17

Anda mungkin juga menyukai