Anda di halaman 1dari 24

INDUSTRI BUTADIENA

2.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN


Butadiena pertama kali ditemukan pada tahun 1863 akibat
ketidaksengajaan seorang ilmuan kimia Perancis yang mengisolasi
senyawa hidrokarbon hasil proses pirolisis amil alkohol. Pada tahun 1886,
Hendry Amstrong dapat memperoleh produk butadiena yang sama
dengan cara mempirolisis petroleum. Selanjutnya pada tahun 1910,
Lebedev mulai menemukan Butadiena melalui proses fermentasi pati
pada kentang. Alkohol yang dihasilkan direaksikan menggunakan katalis
pada temperatur tinggi. Butadiena mulai dijual secara komersil oleh
American-Petroleum And Chemical Industry yang memproduksi
butadiena dengan cara mengolah minyak bumi dan senyawa organik lain
melalui proses termis.
Frey kemudian mempelajari bahwa butadiena dapat dibentuk dari
proses adisi senyawa Methylene dan juga dari proses isomerisasi molekul
air dengan vinyl cyclopropane selama photolysis ketene atau diazometane
pada temperatur 60°C. Zieger dan Morten yang akhirnya membuktikan
teori Frey, bahwa reaksi adisi dari senyawa organik metalik dapat
menghasilkan produk 1,3-Butadiena.
2.2 PENGERTIAN
Butadiena adalah senyawa kimia dengan rumus C4H6.
Butadiena berfase gas dan merupakan gas yang beracun,berwarna dan
berbau tajam.Butadiena menghasilkan butane yang terkonjugasi
sederhana. Salah satu alkadiena, yang melalui reaksi polomerisasi akan
membentuk polibutadiena(karet sintetis). Butadiena digunakan untuk
bahan kimia lain yang digunakan dalam memproduksi industry 4-
vinylcloryhexene melalui reaksi dimerisasi dan cyclododecatriene melalui
raksi trimerization. Butadiena juga berguna dalam sintetis sikloalkana dan
cycloalkenes. Prinsip yang digunakan sebagai monomer dalam
pembuatan karet sintetis, terutama Akrilonitril butadiene stirena dan
polybutadiene.

2.3 KLASIFIKASI PROSES


2.1. DEHIDROGENASI dari Butane(houdry)
Merupakan proses pembuatan yang menggunakan Butana
(C4H10), sehingga pada reaksi yang terjadi akan terbentuk Butadiene
(C4H6) dan menghasilkan gas Hidrogen. Selain itu juga dapat
menghasilkan reaksi samping yakni C4H8.
C4H10 CH2=CHCH=CH2 + 2H2
(endoterm) ∆H=+32.2 Kcal
C4H10 C4H8 + H2

2.2. DEHIDROGENASI dari Butylenes


Merupakan proses pembuatan dengan menambahkan gas
Oksigen pada Butana yang merupakan feed utama dari
pembuatan Butadiene.
C4H10 + O2 C4H6 + 2H2O

2.3. DEHIDROGENASI-DEHIDRASI ETANOL


Pembuatan Butadiene dari Etanol, dimana hasilnya
acetaldehyde dapat digunakan untuk pembuatan
Butadiene.
CH3CH2OH
CH3CHO + H2
CH3CH2OH + CH3CHO
CH2=CHCH=CH2 + 2H2O
8CH3CH2OH +8CH3CHO
6CO+3CO2+H2+3,5 C2H4+C4H8+C2H5OC2H5+CH3CO2C2H5
+C4H9OH

2.4. UAP CRACKING dari HIDROKARBON


Pembuatan butadiene dengan uap yang dialirkan pada
temperature tinggi.
Pada Industri Pembuatan Butadiena,proses yang dipakai
adalah proses Dehidrogenasi dari bahan Butana.

3. DATA KUANTITATIF
a. Basis: 1 ton butadiene(98 + %purity and 60% yield)
n-butana:1,80 ton
By-product:0,65 ton
b. Kapasitas :100-200 ton/day

4. SIFAT FISIK KIMIA BAHAN BAKU dan PRODUK


BAHAN BAKU:

BUTANA
- RUMUS MOLEKUL : C4H10
-BERAT MOLEKUL : 53 g/mol
-TITIK LELEH : -135oC
-TITIK DIDIH : -0,5oC
-DENSITY :0,573 gr/cm3
-FASE : gas
-Butana bereaksi dengan oksigen membentuk karbon dioksida
dan uap air.
-Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi butana
atau nafta ringan
-Butana bereaksi dengan oksigen membentuk karbon monoksida
dan uap air.

ISOPENTANA

-RUMUS MOLEKUL : C5H12


-BERAT MOLEKUL : 72,15 g/mol
-TITIK LELEH : -159,9oC
-TITIK DIDIH : 27,7oC
-DENSITY : 0,616 gr/cm3
-FASE : gas
-Isopentana bereaksi dengan oksigen membentuk karbondioksida
dan uap air.
-Reaksi klorinasi antara Isopentana yang bereaksi dengan gas Klor
membentuk amil-klorida dan asam klorida.
Bahan tambahan
Water
-RUMUS MOLEKUL :H2O
-BERAT MOLEKUL : 18.0153 g/mol
-TITIK DIDIH : 100OC
-DENSITY : 0.998 g/cm³ (cairan pada 20 °C)
0.92 g/cm³ (padatan)
-Oksida Asam Berupa Co2 Bereaksi Dengan Air Membentuk Asam
Carbonat.
-Tembaga bereaksi dengan air menhasilkan tembaga oksida.
-Gas Cl2 bereaksi dengan Air membentuk Asam Klorida dan
Oksigen.

Amoniak
-RUMUS MOLEKUL : NH3
-BERAT MOLEKUL : 17.03 gr/mol
-TITIK DIDIH : -33.34OC
-TITIK LELEH : -77.73OC
-Fase : gas
-Amoniak bereaksi dengan air menghasilkan ammonium
hidroksida.
-Etanoat anhidrida bereaksi dengan ammonia menghasilkan
etanamida dan asam asetat.
-Asam asetat bereaksi dengan ammonia menghasilkan
ammonium etanoat.

PRODUK :
BUTADIENA
-RUMUS MOLEKUL : C4H6
-BERAT MOLEKUL : 54,09 g/mol
-TITIK LELEH : -108,9oC
-TITIK DIDIH : -4,41oC
-DENSITY : 0,621 gr/cm3
-FASE : gas
-Reaksi polimerisasi dengan acrylonitrile dan styrene yang
bereaksi dengan polibutadiena membentuk Acrylonitril Butadiena
Styrene.
-Reaksi dimerisasi Butadiena menghasilkan 4-vinylcyclohexene.
-Butadiena bereaksi dengan sulfur oksida membentuk
Butadienasulfone.

PRODUK SAMPING

BUTENA
-RUMUS MOLEKUL : C4H8
-BERAT MOLEKUL : 56 g/mol
-TITIK LELEH : -185oC
-TITIK DIDIH : -6oC
-DENSITY : 0,6 gr/cm3
-FASE : Kelarutan dalam air
-Pembuatan asam maleat dari proses oksidasi butena
- Polimerisasi etilena dengan rantai pendek alfa-olefin 1-butena
menghasilkan polietilena LLDPE

HIDROGEN
-RUMUS MOLEKUL : H2
-BERAT MOLEKUL : 2 g/mol
-TITIK LELEH : -259oC
-TITIK DIDIH : -252,87oC
-DENSITY :0,08988 gr/cm3
-FASE : gas
-Gas Hidrogen bereaksi dengan Nitrogen menghasilkan NH3
(ammoniak)
-Gas Hidrogen bereaksi dengan Oksigen memnetuk H2O (uap air)
-Gas Hidrogen bereaksi dengan senyawa asam Nitrat
menghasilkan asam Nitrat.
5. REAKSI YANG TERJADI
Reaksi Utama :
C4H10 CH2=CH-CH=CH2 + 2H2 (eksoterm)
∆H=+ 32.2 Kcal
Reaksi Samping :
C4H10 C4H8 + H2 (n.butylenes)

6. URAIAN PROSES
Bahan baku berupa gas C4 (metana) dan C5 (pentane) yang
banyak mengandung n-butana dan sedikit isopentana dicampur dengan
gas recycle, bahan baku dipanaskan dahulu dengan flue gas di dalam
preheater.Kemudian, bahan baku dialirkan ke preheater yang
menggunakan steam dari udara masuk untuk dipanaskan pada
temperature 650OC. Hal ini bertujuan agar bereaksi dengan katalis yang
dipakai yaitu Chromium Oxide di dalam reactor. Panas pada reactor yang
berlebih berupa akan dialirkan menuju Boiler yang akan diubah menjadi
steam dengan bantuan tambahan air. Terdapat sepasang atau dua buah
reactor bersiklus adiabatic dengan panas reaksi awal adalah 650 oC
menurun menjadi 550oC selama 5-10 menit. Hal ini dilakukan pada saat
menyuplai karbon pada pembakaran katalisator secara terus-menerus
dan pada tekanan 120 mmHg-150 mmHg. Tekanan ini dijaga konstan oleh
ejector sehingga reaksi akan berjalan sempurna.
Adapun reaksi yang terjadi:

C4H10 CH2=CHCH=CH2 + 2H2


(endoterm) ∆H=+32.2 Kcal
C4H10 C4H8 + H2

Hasil reaksi berupa butadiene, butena dan hydrogen dipisahkan


dari katalis Cromium Oxide di Quench Tower dengan proses pendinginan
mendadak sehingga terpisah berupa hasil reaksi bottom berupa
butadiene, butena dan hydrogen sedangkan di top berupa Cromium
Oxide yang dipanaskan dan direcycle menuju Quench Tower. Pada bagian
bawah yang berupa Butadiena, Butena dan Hidrogen ditekan dan
didinginkan oleh Cooler sehingga berbentuk cairan. Cairan ini dialirkan
menuju Absorber Kolom untuk diserap oleh absorben Naphta yang
bertujuan memisahkan Hidrogen dengan cairan yang berupa butadiene
dan butena. Kemudian, Butadiena dan butena yang masih mengandung
Naptha dialirkan menuju Stripper untuk memisahkan kandungan Naptha
dari Butadiena dan Butena. Pada bagian bottom Stripper menghasilkan
Naptha yang akan didinginkan dan direcycle menuju Absorber,sedangkan
bagian Top Stripper keluar berupa Butadiena dan Butena dialirkan
menuju Butadiena Tower. Di dalan Butadiena Tower dipisahkan
menggunakan proses destilasi di mana titik didih Butadiena lebih kecil
yaitu -4.41oC dibandingkan Butena yaitu -6oC. Butadiena didinginkan oleh
Cooler sehingga terbentuk Butadiena Mentah dan dialirkan menuju
Mixxer Settler Di dalam Mixer Settler masih terdapat Butane yang
terdapat di dalam Butadiena maka ditambahkan Ammoniak dan
CAA(Cuprous Ammonium Acetate) yang befungsi untuk menyerap
Butadiena dan diaduk sehingga pada bagian Top menghasilkan recycle
gas yang digunakan kembali untuk pembuatan Butadiena,sedangkan
bagian bottom menghasilkan Butadiena yang mengandung CAA dan
Amoniak dialirkan menuju Stripper dimana di dalamnya CAA dipisahkan
dan direcycle lagi menuju Mixer-Settler.Lalu, butadiene dalam NH3 masuk
ke dalam kolom butadiene purifier, pada kolom ini akan terjadi
pemisahan secara ekstraksi dengan bantuan air karena kedua komponen
ini merupakan komponen yang apabila mendidih tidak dapat dilampaui
titik didihnya atau bersifat azeotrop sehingga ditambahkan komponen
lain di dalam campuran. Pada kolom butadiene purifier bagian Top
berupa butadiene dengan kemurnian 98%-99% dan pada bagian bottom
berupa NH3 dan sedikit H2O yang akan masuk ke kolom NH3 still. Di dalam
kolom NH3 still terjadi pemisahan destilasi fase ringan ke atas yaitu NH3
yang akan di recycle kembali untuk digunakan pada proses pemurnian
butadiene pada mixer, sedangkan fase berat kebawah yaitu berupa air.

4.7. FLOWSHEET(Lihat Gambar 4.1.1 Industri Butadiena)

Gambar 4.1.1. Industri Butadiena


Proses Pembuatan Butadiena
1. Dehidrogenasi Katalitik dari Butena
A. Kondisi Operasi
Butena sering dijumpai dalam pencampuran (25-45 %) C4 cuts
yang mengandung n-butena, isobutena, n-butana dan isobutana. Untuk
mencapai sebuah pengembalian operasi dehidrogenasi, konsentrasi n-
butena dari umpan fraksi C4 harus lebih kecil dari 70% dan yang
diinginkan adalah 80-95 %. Hal ini karena, konversi dari butena menjadi
butadiena hanya sebagian dari masing- masing katalis, bagian yang tidak
terkonversi harus didaur ulang lagi. Oleh karena itu hidrokarbon C4
lainnya harus dikeluarkan sepenuhnya, untuk menghindari kekurangan
jumlah dari butena yang tidak terkonversi pada tahap pembersihan.
Praperlakuan terhadap umpan berhubungan dengan konsentrasi.
Dehidrogenasi terjadi sesuai dengan reaksi berikut

Konversi ini setimbang pada reaksi endoternik dan eksotermik.


Pembentukan butadiena yang berkualitas tinggi yaitu pada tekanan dan
temperatur yang rendah. Dalam prakteknya, operasi proses industri
dalam katalis, dibawah 600oC dengan produksi panas yang tidak terbatas,
efek ini diubah menjadi tekanan parsial dari hidrokarbon dan juga
memperlambat pembentukan kokas. Pembentukan kokas ini bergantung
pada luas permukaan, proses tersebut harus di operasi ulang dimana
frekuensinya seimbang dengan jumlah pemasukan kokas. Pada tabel 6.1
memberikan sebagian ciri khas dari kondisi operasi dan hasil yang
diperoleh dari beberapa katalis.

Proses
Hidrogenasi dari butena menunjukkan panas yang pada mulanya
dihasilkan dari Esso. Shell dan Phillips. Sesuai dengan prinsip tipe operasi
ini, terlebih dahulu umpan dipanaskan dengan mencampurkannya
dengan superheated steam dan kemudian mengirimnya ke reaktor
adiabatik, pada bagian dasarnya mengandung katalis dengan ketebalan
80-90 cm. Temperatur awalnya 620oC, akan meningkat sejalan dengan
berkurangnya aktivitas katalis. Akhirnya diperbaharui oleh pengolahan
panas secara sederhana. Tekanan reaksi adalah 0,1-0,2 . 106 Pa abs dan
sampai 0,5. 106 Pa abs sampai pembaharuan selesai.
Aliran keluar reaktor didinginkan oleh pemasukan air dan
kemudian dilanjutkan ke seluruh rangkaian dari heat exchangers untuk
menghasilkan panas. Hasil ini kemudian didinginkan lagi oleh pemasukan
air yang kedua atau oleh hidrokarbon berat. Larutan yang kental
dipisahkan dan gas dikompres kemudian dikirim ke rangkaian sederhana
yaitu tempat terjadinya distilasi untuk menghilangkan hidrokarbon
ringan, hidrogen dan karbondioksida, untuk mengekstrak dan
memurnikan butadiena dan untuk mendaur ulang butena yang tidak
terkonversi.
2. Dehidrogenasi Katalitik dari n-Butana
A. Kondisi Operasi
Konversi endotermik dan eksotermik pada proses ini seimbang.
Pada suhu 600oC dan tekanan atmosfer, konversi yang pertama
mencapai 57,7 % dan yang kedua 15,9 %. Pada 10 kPa abs dan
temperatur yang sama, konversi yang dicapai adalah 45,4 %. Katalis
dehidrogenasi harus cukup aktif agar memberikan waktu yang relative
singkat dan pemakaian temperatur yang rendah, untuk mengurangi
reaksi pemecahan panas. Karbon dihilangkan dengan pemanasan pada
suatu tempat yang mengandung oksigen. Dalam arti bahwa katalis harus
mempunyai panas yang stabil untuk menghindari penghentian proses
selama terjadi oksidasi. Katalis yang baik digunakan adalah alumina dan
chromium oxide (Kirk and Othmer)

Proses
Houdry (Air Products) catadiene process (fig 6.2)
Proses ini telah banyak digunakan untuk memproduksi butadiena
dari dehidrogenasi menggunakan umpan n-C4 95% atau lebih, yang
menghasilkan suatu campuran butena dan butadiena dalam single step.
Butadiena di separasi, butena dan butana didaur ulang. Katalis aluminium
aktif terdiri dari 18-20 % berat dari Cromium Oksida, yang dapat hidup
lebih dari 6 bulan. Ini ditempatkan dalam reaktor jenis horizontal dengan
refactory bricks. Inert aluminiun dicampur dengan katalis untuk mencapai
distribusi yang seragam dari panas yang dikehendaki untuk reaksi dan
berkapasitas panas tinggi dari katalis bed. Kondisi operasinya sebagai
berikut:
- Temperatur : 600-6750C
- Tekanan : 15-70 kPa absolut
- Sepace velocity : 300/jam
- LHSV : 1-3jam
- Konversi : 50-60 %
Pada saat proses berjalan, stok umpan dan C4 recycle awalnya
dipanaskan sampai 600 oC dan dikirim ke katalis bed, pembentukan
butadiena, butena, angka dari produk yang mengandung gas dan karbon.
Setelah reaksi 5-10 menit, tergantung dari jenis reaktor yang digunakan,
temperatur terendah 15–200C. Regenerasi kemudian diselesaikan selama
5–10 menit. Reaktor dari pemurnian awal dengan steam, dan udara pada
6000C yang kemudian dipanaskan dalam bentuk penambahan karbon.
Panas dicapai pada temperatur katalis bed. Berdasarkan regenerasi ini
pada tekanan atmosferik dan penghentian dari pemasukan udara. Gas
yang mudah terbakar dapat menaikan excess oksigen dan untuk
membuat reduksi katalis. Waktu yang dibutuhkan untuk perubahan ini
adalah selama kurang dari 3-5 menit. Keseluruhan operasi dengan total
waktu 15-30 menit.
Dengan mengatur lamanya waktu perubahan, kelanjutan operasi
dapat dicapai dengan mengoperasikan sekurang-kurangnya 3 reaktor
(reaksi, regenerasi dan pemurnian). Kapasitas dicapai dan lebih
menguntungkan menggunakan 5 buah reactor dengan hanya satu untuk
pemurnian, menjadi 7 buah. Dengan angka ini tidak mungkin
menggunakan single reaktor pemurnian, karena waktu perubahan
(transisinya) menjadi sangat singkat. Aplikasi dari teknik ini untuk
dehidrogenasi parafin mentah yang dikenal dengan catofin process.
8. KEGUNAAN BUTADIENA
-Pada Industri Plastik adalah sebagai berikut:
untuk menambah fleksibilitas dari plastic
sebagai bahan sintetis sulfolanil eter yang digunakan sebagai
aditif cairan hidrolisis pada industry plastik dimana butadienasulfone atau
3- sulfolen.
Sebagai bahan baku untuk membuat bahan kimia lain yang
digunakan dalam memproduksi industri 4-vinylcyclohexene melalui reaksi
dimerisasi dan cyclododecatriene melalui reaksi trimerization.
untuk sintesis Sikloalkana dan cycloalkenes.
sebagai monomer dalam pembuatan karet sintesis, terutama
Akrilonitril butadiene stirena dan polybutadiene.
-Pada obat-obatan :
Turunannya juga digunakan untuk pembuatan kosmetik (Kirk
and Othmer, 1978).

9. FUNGSI ALAT
PREHEATER
Berfungsi untuk memanaskan n-butana dan sedikit isopentana
sebelum masuk reactor.
REAKTOR
Berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi yang bersifat adiabatic
dengan menggunakan suhu yang bebeda untuk menyuplai pembakaran
pada katalisator Cromium Oxide secara terus-menerus pada suhu 650oC.
QUENCH TOWER
Quench Tower berfungsi sebagai tempat pertukaran suhu panas
menjadi dingin antara Butadiena,Butena dan Hiderogen dengan katalis
berupa Cromium Oxide.
ABSORBER
Berfungsi sebagai tempat terjadinya penyerapan gas H2 dengan
bantuan Naphta.
BUTADIENA TOWER
Berfungsi sebagai tempat pemisahan butadiene mentah dengan
Butena bedasarkan proses destilasi
BUTADIENA PURRIFIER
Berfungsi sebagai tempat pemisahan butadiene murni dengan
ammonia dengan bantuan air bedasarkan proses ekstraksi.
NH3 STILL
Berfungsi sebagai tempat pemisahan NH3 dengan air dan
selanjutnya direcycle kembali.
Bedasarkan proses destilasi.
10. FUNGSI BAHAN
CAA (CUPROUS Ammonium Acetate) berfungsi sebagai pelarut
Butadiena sehingga Butadiena bisa dipisahkan dari Butena.
Naphtalena berfungsi untuk menyerap dan memisahkan gas
Hidrogen dengan Butadiena-Butena.
Kromium Oxide berfungsi untuk mengkatalisi gas Butana di
dalam reactor.
Water berfungsi untuk memisahkan Ammoniak dan Butadiena
murni
Ammoniak berfungsi untuk mermurnikan Butadiena.

11. KESIMPULAN
Butadiena merupakan senyawa Hidrokarbon yang mempunyai
rumus C4H6
Butadiena memiliki bentuk gas yang beracun,berwarna dan
berbau tajam.
Butadiena dihasilkan dari butane yang terkonjugasi yang
dilakukan melalui reaksi dehidrogenasi.
Butadiena digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan
senyawa lain dan juga sebagai monomer dalam pembuatan karet sintetis.

NERACA MASSA

Basis : 1 ton produk butadiene (98% purity, 60% yield)

Tmol Produk = 0,98 ton / 54 ton/mol

= 0,0181 tmol

Produk Samping = 0,65 ton

Bahan Baku :

n-butana = 1,80 ton

tonmol n-butana = 1,80 ton/ 58 ton/mol

= 0,03103 tmol

Reaksi Utama :

C4H10 CH2 = CHCH = CH2 + 2H2


Mula-mula 0,03103 -

Bereaksi 0,0181 0,0181 0,0362

Sisa 0,01293 0,0181 0,0362

Reaksi Samping :

C4H10 C4H8 + H2

Mula-mula 0,01293 - -

Bereaksi 0,01293 0,01293 0,01293

Sisa 0,0000 0,01293 0,01293

Tabel Neraca Massa Total

ccc Input Output

Ton Mol Ton Ton Mol Ton

C4H10 0,3103 1,80 - -


C4H6 - - 0,01810 0,97740

C4H8 - - 0,01293 0,72408

H2 - - 0,04913 0,09826

Total 1,80 1,79974

DAFTAR PUSTAKA

Charles,Dryden.Outline Chemical of Technologhy 2nd edition.1968. 447-


451
http://www.sabic.com/me/en/productsandservices/chemicals/butene1.a
spx
www. Wikipedia.org
http://www.jtbaker.com/msds/englishhtml/b5860.htm

Anda mungkin juga menyukai