Disusun Oleh:
Desky Pradinata (18/425142/TK/46837)
Veronika Nathania Maharani (18/425177/TK/46872)
Rizqi Yusura (18/428895/TK/47397)
Disusun oleh:
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Mencari konstanta keseimbangan (konstanta Freundlich) dari proses adsorpsi
asam asetat dengan karbon aktif.
2. Mencari nilai koefisien transfer massa dari adsorbat ke adsorben.
3. Mengetahui pengaruh debit terhadap nilai koefisien perpindahan massa.
B. LATAR BELAKANG
Proses pemisahan dengan adsorpsi digunakan secara luas dalam proses
industri terutama pada kilang pengolahan minyak bumi dan industri petrokimia
(Ruthven, 1984). Peristiwa adsorpsi ini berbeda dengan peristiwa absorpsi.
Adsorpsi pada dasarnya merupakan proses melibatkan akumulasi molekul solut
pada interface atau permukaan (Levan dan Carta, 2008), sedangkan absorpsi
merupakan proses masuknya molekul atau ion ke dalam fasa gas atau cair, hingga
masuk ke volume bahan. Terdapat dua istilah penting pada adsoprsi; adsorben yaitu
penjerap dan adsorbat yaitu cairan atau gas yang ingin dijerap.
Terdapat banyak macam jenis adsorben yang tersedia seperti silica gel,
zeolite, adsorben sintetis (resin), clay, alumina aktif, limbah industi, bioadsorben
dan karbon aktif. Karbon aktif merupakan adsorben yang sering digunakan untuk
ekstraksi bahan kimiaadsorpsi pada fase gas maupun cair. Penyebab karbon aktif
sering digunakan karena kapasitas adsorpsinya yang tinggi, struktur porinya serta
aksesbilitas permukaan dari karbon aktif itu sendiri. Karbon aktif juga digunakan
dalam pengolahan air serta proses industri seperti ekstraksi adsorpsi ion logam, air
handling dan purifikasi. Selain itu, bahan mentah yang digunakan untuk preparasi
karbon aktif ini melimpah dan proses preparasinya murah (Dina dkk, 2012).
Salah satu contoh proses adsorpsi yang dilakukan pada skala industri adalah
penghilangan asam asetat (CH3COOH) dari limbah industri. Asam asetat
merupakan senyawa organik cair tidak berwarna dan memiliki rasa asam serta bau
1
menyengat dimana bila terkandung dalam limbah industri dan dibuang tanpa
pemrosesan terlebih dahulu dapat menyebabkan polusi lingkungan (Wang dkk,
2020). Asam asetat merupakan salah satu polutan organik dengan luas permukaan
spesifik yang mendekati luas permukaan spesifik nitrogen yang sering digunakan
dalam eksperimen adsorpsi (Dina dkk, 2012),Karena alasan tersebut, sehingga asam
asetat digunakan pada percobaan kali ini untuk menguji tingkat penjerapan karbon
aktif.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas penjerapan,
terdapat variabel seperti debit aliran adsorbat dimana dalam percobaan ini sengaja
dibuat nilainya tidak tetap (variabel bebas). Dari efektifitas penjerapan pada debit
aliran tertentu yang diketahui, maka dapat diperoleh nilai koefisien transfer massa
pada fase cair antara larutan asam asetat dan karbon aktif. Nilai koefisien transfer
massa tersebut melambangkan seberapa banyak senyawa yang berpindah dari
adsorbat ke adsorben per satuan waktu sehingga semakin tinggi koefisien transfer
massa nya, akan semakin baik pula tingkat perpindahan massa antar fasa.
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses pemisahan bahan campuran cair atau gas
dimana bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan adsorben padat
dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan adsorben tersebut
(Sukardjo, 1985). Adsorbat adalah zat atau komponen yang dijerap.
Sedangkan adsorben adalah komponen penjerap yang meruoakan merupakan
bahan padat dengan luas permukaan dalam yang sangat besar dimana
permukaan yang luas ini terbentuk karena banyaknya pori pori yang halus pada
padatan tersebut. karekteristik yang penting dari suatu adsorben antara lain luas
spesifik, diameter pori, kerapatan unggun, distribusi ukuran partikel maupun
kekerasannya (Asip, 2008).
Mekanisme adsorpsi itu terdiri dari empat tahapan, Pertama transfer
massa molekul-molekul adsorbate menuju lapisan film yang mengelilingi
adsorben, Kedua tahapan difusi adsorbate melalui lapisan film (film diffusion),
2
Ketiga merupakan tahap difusi adsorbate melalui pori-pori dalam adsorben
(pore diffusion), dan terakhir tahap menempelnya adsorbate pada permukaan
dinding dalam adsorben (Sediawan, 1997).
Jenis adsorpsi yang umum dikenal adalah adsorpsi kimia (kemisorpsi)
dan adsorpsi fisika (fisisorpsi).
a.Adsorpsi Kimia (Kemisorpsi)
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh
reaksi kimia. Ikatan kimia yang terbentuk merupakan ikatan kovalen dan ion
antara molekul-molekul adsorbat dengan adsorben. Ikatan tersebut
merupakan ikatan yang kuat sehingga lapisan yang terbentuk adalah lapisan
monolayer dan sangat sulit untuk dilepaskan kembali. Artinya pelepasan
kembali molekul yang terikat di adsorben pada kemisorpsi sangat kecil (Barrow,
1979).
b. Adsorpsi Fisika (Fisisorpsi)
Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya-gaya
fisika. Gaya yang terjadi merupakan gaya Van Der Waals, yaitu gaya tarik
menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben.
Dimana gaya ini dapat terjadi pada permukaan yang polar dan non polar.
Molekul-molekul yang diadsorpsi secara fisika tidak terikat kuat pada
permukaan, dan biasanya terjadi proses balik yang cepat (Reversible), sehingga
mudah untuk diganti dengan molekul yang lain. (Barrow, 1979).
3
Faktor ini juga berbanding lurus diamana semakin besar luas
permukaan yang kontak dengan adsorbat maka jumlah zat yang dijerap
semakin banyak (Tangio, 2012).
3) Kepolaran adsorbat
Biasanya adsorben memiliki polaritas yang tinggi. Sehingga adsorbat
yang lebih polar akan terikat lebih kuat dibandingkan molekul non-polar
(Surakarta, 2008).
4) Kelarutan adsorbat
Suatu molekul dalam adsorbat harus terpisah dari larutannya agar
adsorpsi dapat terjadi. (Marcelia, 2014)
5) Ukuran molekul
Ketika molekul masuk ke dalam mikropori suatu partikel adsorben
untuk diserap, maka dapat ditinjau dari ukuran molekul adsorbat yang
merupakan bagian yang benar-benar penting dalam proses adosprsi. Dimana
molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang
diameternya lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben
(Marcelia, 2014).
b. Waktu kontak
Waktu kontak merupakan berlangsungnya proses difusi (pencampuran)
dan penempelan molekul adsorbat pada adsorben. Semakin lama waktu kontak
yang terjadi maka semakin banyak molekul yang terjerap dan proses adsorpsi
lebih efektif. (Marcelia, 2014).
c. Suhu
Suhu akan mempengaruhi kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi.
Kecepatan adsorpsi menurun dengan menurunnya suhu dan sebaliknya.
(Marcelia, 2014).
d. Derajat keasaman (pH)
Proses adsorpsi memerlukan tingkat pH tertentu. Perubahan pH harus
diperhatikan agar tidak terlalu tinggi dikarenakan semakin tinggi pH maka
terdapat banyak ion OH- yang akan menghambat anion pada adsorbat untuk
menempati gugus aktif sehingga menghambat proses adsorpsi. Sedangkan
4
apabila senyawa yang diadsorpsi bermuatan positif, maka pH yang tinggi akan
meningkatkan adsorpsi agar tidak mempengaruhi produk utama
(ChenMarcelia, 200114).
2. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan suatu senyawa karbon yang telah diproses
dengan cara diaktivasi sehingga senyawa karbon tersebut akan berpori serta
memiliki luas permukaan yang sangat besar dengan tujuan untuk
meningkatkan daya adsorpsinya (Arfan, 2006). Karbon aktif dipilih dikarenakan
tidak bereaksi dengan adsorbat, murah, mudah didapat, dan tidak beracun. Selain
itu karbon aktif dapat menjerap hampir semua absorbat, kecuali air, dimana daya
jerap karbon aktif sangat besar, yaitu 25%-100% terhadap berat karbon aktif
(Retno, dkk, 2012).
Proses pembuatan karbon aktif secara umum terdiri dari proses fisika dan
kimia. Proses aktivasi fisika terdiri dari 2 tahap yaitu pertama tahap karbonisasi
dimana Material dengan kandungan karbon dipirolisis pada suhu antara 600-900
°C, tanpa oksigen (biasanya dalam suasana inert dengan gas seperti argon atau
nitrogen). Tahap kedua yaitu tahap aktivasi/ oksidasi dimana bahan baku atau
bahan yang telah dikarbonisasi selanjutnya dioksidasi atmosfer (karbon
monoksida, oksigen, atau steam) pada suhu di atas 250 °C, biasanya dalam kisaran
suhu 600-1200 °C (Legrouri, dkk, 2012). Dalam tahap aktivasi kimia, bagian yang
paling penting dalam tahap ini adalah impregnasi dengan zat kimia seperti zink
klorida (ZnCl), Kalium hidroksida (KOH), dan asam fosfat (H3PO4)(Okeola,
2014). Berikut merupakan persyaratan mutu karbon aktif yang dilihat dari Kadar
Air, Kadar Abu, Daya serap terhadap larutan I 2, luas permukaan dan bagian yang
hilang pada pemanasan 950°C. (Asbahani, 2013) (Marsh, 2006)
Tabel 1. Standar Mutu Karbon Aktif
Persyaratan
Jenis Uji
Butiran Serbuk
Bagian yang hilang pada
Maks. 15% Maks. 25%
pemanasan 950 °C
5
Konsentrasi air Maks. 4,5% Maks. 15%
Konsentrasi abu Maks. 2,5% Maks. 15%
Daya serap terhadap
≥760 mg/g ≥760 mg/g
larutan I2
Luas permukaan 300-3500 m2/g 300-3500 m2/g
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa struktur karbon aktif Material terbuat
dari pirolisis prekursor karbon organik, polimer alam maupun polimer sintetis
yang kemudian diaktifkan untuk memperbesar surface areanya. Selain itu juga
pada gambar1 tersebut ditunjukkan pori pada karbon aktif yang diklasifikasikan
menurut International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) sebagai
berikut :
Mikropori : Diameter < 2 nm
Mesopori : Diameter 2 < d < 50 nm
Makropori : Diameter d > 50 nm
Dalam stuktur kimianya, karbon aktif tidak hanya terdiri dari atom
karbon. Karbon aktif juga memiliki sejumlah kecil atom hidrogen dan/atau
atom oksigen yang terdapat pada gugus fungsi seperti gugus karboksil, fenol,
dan eter pada strukturnya. Kandungan atom lain tersebut dipengaruhi oleh
6
bahan baku pembentukan karbon aktif. Gugus fungsi yang terkandung tersebut
menjadikan permukaan karbon aktif lebih reaktif secara kimia sehingga ikut
berpegaruh pada kualitas adsorpsi karbon aktif (Murti, 2008).
7
menghubungkan konsentrasi solute (adsorbat) saat kesetimbangan pada
permukaan adsorben, qe, dengan konsentrasi solute di cairan, Ce, yang
berkontak dengan adsorben pada suhu tertentu. Hubungan antara q e dan Ce
pada umumnya akan di fitting-kan terhadap satu atau lebih model isoterm
kesetimbangan (Sahu dan Singh, 2019). Terdapat beberapa model empiris
untuk isotherm adsorpsi dan yang paling sering digunakan salah satunya adalah
persamaan Freundlich.
Pada percobaan ini digunakan model atau persamaan Freundlich.
Persamaan ini dikembangkan dengan asumsi bahwa adsorben memiliki
permukaan heterogen. Persamaan isothem adsorpsi Freundlich dinyatakan
sebagai berikut (Singh, 2016):
1
q e= K f ( C e ) n
(1)
x
q e=
m (2)
8
Persamaan ini juga sering digunakan untuk mendeskripsikan adsorpsi
larutan dengan rentang konsentrasi yang kecil serta untuk larutan encer
(Treybal, 1981).
9
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Persamaan Freundlich
Persamaan Freundlich digunakan untuk mencari konstanta Freundlich yang
dapat ditunjukkan dengan hubungan antara konsentrasi adsorbat degan pengaruh
jumlah adsorbennya.
1
xA ¿ n
=K f ( C A )
m (4)
1
xA
¿
CA=
n
√ Kf m (5)
10
dengan, x A = fraksi adsorbat dalam adsorben, mg A
11
Gambar 2. Skema Kolom Packed Bed (Treybal, 1981)
CA
Cair
Cair
Padat
CA*
Interface
12
Gambar 4. Proses Adsorpsi pada Packed-Bed Column
Neraca massa asam asetat dalam fase cair pada elemen volume S.∆z
tanpa difusi efektif aksial.
Rate of mass input – Rate of mass output = Rate of mass accumulation
∂C A
QC A |z −( QC A |z+ Δz + N A ΔV ) =ε⋅ΔV
∂t
¿
∂ CA
S⋅ν⋅C A|z − S⋅ν⋅C A |z+Δz + K la⋅S⋅Δz ( C A −C A ) =ε⋅S⋅Δz
[ ] ∂t
−[ S⋅ν⋅C A |z+Δz −S⋅ν⋅C A |z ] ∂C A
lim −K la ( C A −C ¿A ) =ε
Δz→0 S⋅Δz ∂t
∂ ( ν⋅C A ) ∂C A
− −K la ( C A −C ¿A ) =ε
∂z ∂t
∂ (C A ) ∂ CA
−ν −K la ( C A −C ¿A )=ε
∂z ∂t
∂C A K la ¿ ε ∂C A
+ ( C A −C A ) =−
∂z ν ν ∂t (6)
Neraca massa asam asetat dalam fase padat pada elemen volume S.∆z
tanpa difusi efektif aksial.
Rate of mass input – Rate of mass output = Rate of mass accumulation
dx A
K la⋅S⋅Δz ( C A −C ¿A ) −0=S⋅Δz⋅ρ
dt
13
dx A K la
dt
=
ρ
(C A−C ¿A )
1
dx A K la xA
dt
=
ρ ( √ )
C A 0−
n
Kf m
(7)
14
cm3 ruang kosong dalam tumpukan
ε = porositas karbon aktif, cm3 volume tumpukan bed
CA = konsentrasi asam asetat dalam cairan, mol/L
CA* = konsentrasi asam asetat dalam adsorbat yang setimbang
dengan
konsentrasi adsorbat pada permukaan padatan, mol/L
15
BAB III
METODOLOGI
A. BAHAN
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
1. Aquadest
a. Sifat Fisis
Aquadest adalah air yang berasal dari proses penyulingan dengan rumus
molekul H2O dan berat molekul 18,02 g/mol. Bahan ini berwujud cair, tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Titik didih Aquadest sebesar 100°C
dan specific gravity-nya sebesar 1.
b. Sifat Kimia
Aquadest bersifat tidak dapat terbakar dan meledak, tidak korosif, tidak
beracun, serta tidak menyebabkan iritasi. Aquadest juga bersifat stabil dan
memiliki nilai pH 7 (netral).
16
B. ALAT
17
Keterangan:
1.Gelas Beker
2.Konduktometer
3.Probe
4.Penyangga probe
5.Steker
Keterangan:
1.Tombol on/off
2.Packed bed Column
3.Pompa
4.Flowmeter
5.Gelas Beker
6.Kran Pengeluaran
7.Gelas Ukur
Gambar 6. Rangkaian Alat
Ion Exchanger
C. CARA KERJA
1. Pembuatan Kurva Standard Konduktansi vs
Konsentrasi
a. Pembuatan larutan asam asetat berbagai
konsentrasi
Asam asetat yang ada dalam lemari asam
diencerkan untuk pembuatan asam asetat
konsentrasi 0,01600 N; 0,01000 N; 0,00500
N; 0,00250 N; 0,00160 N sebanyak 50 mL dengan labu ukur.
b. Pengukuran konduktansi larutan blangko dan asam asetat berbagai konsentrasi
18
Larutan blangko yaitu aquadest dan asam asetat secara bergantian diukur
konduktansinya dengan alat konduktometer. Konduktansi setiap larutan dicatat
dalam kertas kerja. Hasil konduktansi dihubungkan dengan konsentrasi larutan
dalam bentuk kurva standard konduktansi vs konsentrasi.
19
4. Persiapan Kolom Fixed Bed
Kolom diberi aliran larutan pencuci yaitu aquadest dengan debit yang besar.
Karbon aktif sebanyak 80 gram dimasukkan kedalam rangkaian alat ion
exchanger. Aquadest dialirkan lagi dengan debit yang besar untuk mencuci
karbon aktif sampai benar benar bersih ditandai dengan konduktansi larutan hasil
cucian sama dengan larutan blangko.
5. Peneraan Flowmeter
Aquadest disiapkan dan diumpankan ke kolom dengan ketinggian float
10 cm dan biarkan hingga overflow dengan menutup kran output lalu setelah
overflow buka kran dan tampung aquadest keluar selama 1 menit lalu catat
volume nya. Peneraan ini diulangi hingga diperoleh 3 data. Percobaan
diulangi pada ketinggian float 15 cm dan 20 cm.
20
1. Jas laboratorium lengan panjang
Jas laboratorium digunakan untuk melindungi tubuh dari kontak langsung
dengan bahan kimia.
2. Goggles
Goggles digunakan untuk melindungi mata dari kontak langsung dengan
bahan kimia atau uap bahan kimia berbahaya.
3. Masker
Masker digunakan untuk melindungi area hidung dan mulut dari kontak
langsung dengan bahan kimia serta terhindar dari uap bahan kimia berbahaya
yang terhirup.
4. Sarung tangan lateks
Sarung tangan lateks digunakan untuk melindungi tangan dari kontak
langsung dengan bahan kimia berbahaya dan alat yang bersuhu tinggi.
5. Sepatu tertutup
Sepatu tertutup digunakan untuk melindungi kaki dari kontak langsung
dengan bahan kimia berbahaya maupun dari alat yang jatuh.
E. ANALISIS DATA
1. Membuat Kurva Standar Konduktansi vs Konsentrasi
Kurva standar dibuat menggunakan data konduktansi larutan asam
asetat pada berbagai konsentrasi larutan asam asetat dan larutan blanko
(aquadest) dimana akan menunjukan hubungan antara konduktansi dan
konsentrasi larutan asam asetat dalam bentuk model atau persamaan.
Konsentrasi asam asetat merupakan varibel dependen, y, dan konduktansi
merupakan varibel independen, x.
21
massa adsorbat yang terjerap pada adsorben pada kondisi setimbang.
Persamaan freundlich selanjutnya dilinearisasikan dengan data-data
dimasukkan ke persamaan sehingga didapat nilai konstanta freundlich (Kf)
Persamaan Freundlich adalah sebagai berikut:
1
q e=K f ( C e ) n
(8)
xA
q e=
m (9)
Linearisasi persamaan Freundlich:
1
log q e=log K f + logC e
n (10)
dengan, qe = jumlah adsorbat teradsorpsi per mg adsorben
Kf = konstanta Freundlich
Ce = konsentrasi larutan saat kesetimbagan (mg.L-1)
Dengan,
y=logq e
x=log C e
A=log K f
1
B=
n
22
Nilai konsentrasi larutan asam asetat pada tiap waktu dapat diperoleh
dari nilai konduktansi sampel yang telah diukur kemudian memasukkan nilai
tersebut ke persamaan hubungan konduktansi (y) dan konsentrasi larutan
asam asetat (x) pada setiap ketinggian float.
23
BC: t = t; z = z; CA = CA; xA = xA
−ν . Δt −K la . Δ t
α= ; β=
ε. Δ z ε
n
x
α (C j
A ,i+1 −C j
A ,i−1
[ ( )]
j
)+ β C − K Am
A ,i
f
=C Aj+1,i −C jA , i
Persamaan akhir:
x A n j+1
α C Aj , i+1 +( β +1) C jA , i−α C jA ,i−1−β
( )
Kfm
=C A , i
(15)
Penyelesaian PD dengan
FDA menggunakan Kla trial
24
Hasil akhir sebelum
konsentrasi asam asetat
keluar, cek SSE
Toleransi SSE: 10-3
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.0100
0.0080
0.0060
0.0040
0.0020
0.0000
0.00E+00 3.00E-05 6.00E-05 9.00E-05 1.20E-04 1.50E-04 1.80E-04 2.10E-04 2.40E-04
Konduktansi, S/m
26
Pada percobaan penentuan konstanta Freundlich, diperoleh data hubungan
antara jumlah adsorbat yang terjerap oleh adsorben per mg adsorben (qe) dengan
konsentrasi adsorbat pada saat kesetimbangan (CA*) sebagai berikut.
2.65
2.6
2.55
2.5
2.45
2.4
-1.7 -1.8 -1.9 -2 -2.1 -2.2 -2.3 -2.4 -2.5 -2.6
log CA
XA 1 ¿
yang menyatakan log =log K f + log C A dengan nilai Kf sebesar 3535,0861 dan
m n
nilai tetapan n sebesar 2,5038. Konstanta Freundlich atau Kf yang diperoleh
menunjukan kapasitas adsorpsi maksimum dari karbon aktif yang digunakan pada
percobaan ini. Nilai n yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa adsorpsi bersifat fisik.
Selain itu, percobaan ini dilakukan penentuan nilai konsentrasi adsorbat keluar
kolom pada setiap waktunya sebagai variabel terikat dengan menggunakan variabel
bebas yaitu debit aliran (Q). Dalam percobaan ini menggunakan 3 data variabel bebas
sebesar 17,0000 cm3/menit, 22,3333 cm3/menit, dan 31,3333 cm3/menit.
27
Tabel 2. Hubungan Waktu dengan Konsentrasi Keluar A dengan Perhitungan dan
Konsentrasi Keluar A dengan percobaan di Adsorben pada Debit 17,0000 cm3/menit
Percobaan dengan debit aliran (Q) sebesar 17,0000 cm3/menit, didapatkan data
yang terdapat sedikit perbedaan dalam perhitungan dan juga percobaan. Terlihat bahwa
dalam percobaan didapatkan data yang cenderung lebih kecil daripada perhitungan
dalam satu waktu. Hal ini disebabkan karbon aktif yang telah jenuh sebelum seluruh
adsorbat terjerap dan kemampuan penjerapan pada karbon aktif yang tidak sama,
seluruh karbon aktif sudah jenuh sehingga tidak ada lagi asam asetat yang terjerap pada
karbon aktif. Perbedaan hasil perhitungan dan percobaan pada percobaan ini dapat
disebabkan oleh kerja alat yang sudah tidak maksimal dan karena faktor ketepatan
dalam waktu pengambilan sampel pada setiap 2 menit.
28
Tabel 3. Hubungan Waktu dengan Konsentrasi Keluar A dengan Perhitungan dan
Konsentrasi Keluar A dengan percobaan di Adsorben pada Debit 22,3333 cm3/menit
Percobaan dengan debit aliran (Q) sebesar 22,3333 cm3/menit, didapatkan data
yang terdapat sedikit perbedaan dalam perhitungan dan juga percobaan. Terlihat bahwa
dalam percobaan didapatkan data yang cenderung lebih kecil daripada perhitungan
dalam satu waktu. Hal ini disebabkan karbon aktif yang telah jenuh sebelum seluruh
adsorbat terjerap dan kemampuan penjerapan pada karbon aktif yang tidak sama,
sehingga terlihat bahwa di data percobaan terdapat data yang sama dalam 2 kali
pengambilan data yaitu saat t=14 sampai t=16, hal tersebut dikarenakan seluruh karbon
aktif sudah jenuh sehingga tidak ada lagi asam asetat yang terjerap pada karbon aktif.
Perbedaan hasil perhitungan dan percobaan pada kasus ini dapat disebabkan oleh kerja
alat yang sudah tidak maksimal dan karena factor ketepatan dalam waktu pengambilan
sampel pada setiap 2 menit.
29
Tabel 4. Hubungan Waktu dengan Konsentrasi Keluar A dengan Perhitungan dan
Konsentrasi Keluar A dengan percobaan di Adsorben pada Debit 31,3333 cm3/menit
Percobaan dengan debit aliran (Q) sebesar 31,3333 cm3/menit, didapatkan data
yang terdapat sedikit perbedaan dalam perhitungan dan juga percobaan. Terlihat bahwa
dalam percobaan didapatkan data yang cenderung lebih kecil daripada perhitungan
dalam satu waktu. Hal ini disebabkan karbon aktif yang telah jenuh sebelum seluruh
adsorbat terjerap dan kemampuan penjerapan pada karbon aktif yang tidak sama,
sehingga terlihat bahwa di data percobaan terdapat data yang sama dalam 2 kali
pengambilan data yaitu saat t=14 sampai t=16, hal tersebut dikarenakan seluruh karbon
aktif sudah jenuh sehingga tidak ada lagi asam asetat yang terjerap pada karbon aktif.
Perbedaan hasil perhitungan dan percobaan pada kasus ini dapat disebabkan oleh kerja
alat yang sudah tidak maksimal dan karena faktor ketepatan dalam waktu pengambilan
sampel pada setiap 2 menit.
30
Gambar 11. Grafik Distribusi Konsentrasi A pada Dasar Kolom dalam Berbagai Waktu
dan Debit
Pada grafik di atas, terdapat perbedaan hasil perhitungan yaitu data bergaris
dengan data percobaan yaitu data point dikarenakan adsorben memiliki kejenuhan yang
berbeda-beda. Berdasarkan data perhitungan, selama 16 menit proses konsentrasi keluar
belum mencapai konsentrasi konstan sehingga nilai kejenuhan belum dapat ditentukan
atau kesetimbangan belum tercapai. Debit aliran (Q), yang merupakan variabel bebas,
dipengaruhi waktu yang dibutuhkan proses adsorpsi untuk mencapai keadaan steady
state. Semakin besar debit aliran (Q) maka semakin cepat proses adsorpsi mencapai
keadaan steady state. Hal ini disebabkan debit yang semakin cepat maka proses
penjerapan semakin cepat karena adsorbat semakin cepat berkontak dengan adsorben
sehingga jika dihubungkan dengan keadaan jenuh, sehingga dengan debit yang besar
akan lebih cepat jenuh.
31
Tabel 5. Hubungan Konsentrasi Keluar A dan Debit terhadap Nilai Kla
CA perhitungan, CA percobaan,
Q, cm3/menit Kla, 1/menit SSE
N N
17,0000 0,0435 0,0138 0,0132 5,400 × 10-6
22,3333 0,0568 0,0145 0,0144 8,738 × 10-6
31,3333 0,0577 0,0150 0,0150 1,770 × 10-6
32
BAB V
KESIMPULAN
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Ruthven, D.M. 1984. Principles of Adsorption and Adsorption Processes. New York:
John Wiley & Sons
Sahu, R., Singh, N. 2019. 'Significance of Bioadsorption Process on Textile Industry
Wastewater', The Impact and Prospects of green Chemistry for Textile Technology.
Woodhead Publishing
Singh A.K. 2016. 'Nanoparticle Ecotoxicology', Engineered Nanoparticles. Academic
Press
Suzuki, M. 1990. Adsorption Engineering. Tokyo: Elsevier Science.
Tadros T. 2013 'Adsorption Isotherm', Encyclopedia of Colloid and Interface Science.
Berlin: Springer.
Treybal, R.E. 1980. Mass-Transfer Operation. New York: McGraw-Hill.
Okeola. O.F, E.O. Odebunmi dan O.M. Ameen, Comparison Of Sorption Capacity And
Surface Area Of Activated Carbon Prepared From Jatropha Curcas Fruit 46 Pericarp
And Seed Coat, Bull. Chem. Soc. Ethiop, 26(2) 2012 : hal 137-142
Legrouri. K., M. El Harti, M. Oumam, E. Khouya, R. Wahbi, H. Hannache dan A.
Zarrouk. Characterization And Evaluation Performance Of Activated Carbon
Prepared From Coconut Shell Argan. Journal Of Chemical And Pharmaceutical
Research, Vol. 4(12) , 2012.
Asbahani, Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Sebagai Karbon Aktif Untuk Menurunkan
Kadar Besi Pada Air Sumur Jurnal Teknik Sipil Untan, Vol. 13 No. 1 – JUNI 2013:
hal. 105-114
Marsh. Harry “Activated Carbon”, Elsevier Science & Technology Books,
Sanfransisco, (2006), hal.121
Murti, S., 2008. Pembuatan Karbon Aktif dari Tongkol Jagung untuk Adsorbsi Molekul
Amonia dan ion Krom. Universitas Indonesia, Depok.
Wahyudi, Agus. 2016. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Lignin terhadap Rhodamin B
dalam Sistem Dinamis. Jember: FMIPA Universitas Jember.
Foss, S, Alan; “A Laboratory Fized Bed Reactor fo (Just About) all Occasions”, IECR,
vol 30,1991.
35
Welasih, Tjatoer. 2006. Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Liquid Solid Dalam
Kolom Packed Bed Dengan Metode Adsorpsi. Jurnal Teknik Kimia. Upn “Veteran”
Jatim, Surabaya
36
LAMPIRAN
A. DATA PERCOBAAN
1. Pengukuran Konsentrasi Akhir untuk Mencari Konstanta Freundlich
Tabel 6. Data Konduktansi Asam Asetat Keluar Kolom
m, mg Konduktansi, S CA, N
20 1,20×10-4
30 1,70×10-4
40 2,20×10-4
50 2,50×10-4
37
Tabel 8. Konduktansi Larutan Keluar Kolom Pada Setiap Waktu dan Debit
Float 10 cm Float 15 cm Float 20 cm
Waktu
Konduktansi Konsentrasi, Konduktansi Konsentrasi, Konduktansi Konsentrasi,
, menit
,S N ,S N ,S N
0 0 0 0
2 0,00005 0,000079 0,00011
4 0,00010 0,00014 0,00016
6 0,00014 0,00020 0,00021
8 0,00018 0,00022 0,00023
10 0,00021 0,00023 0,00024
12 0,00022 0,00024 0,00025
14 0,00023 0,00025 0,00026
16 0,00024 0,00025 0,00026
B. PERHITUNGAN
1. Pembuatan kurva standar persamaan hubungan konduktansi dan konsentrasi
larutan asam asetat
38
Kurva Hubungan Konduktansi dan Konsentrasi
0.0160
0.0140
f(x) = 305107.43 x² − 14.59 x + 0
0.0120 R² = 1
Konsentrasi, N
0.0100
0.0080
0.0060
0.0040
0.0020
0.0000
0.00E+00 3.00E-05 6.00E-05 9.00E-05 1.20E-04 1.50E-04 1.80E-04 2.10E-04 2.40E-04
Konduktansi, S/m
Gambar 12. Kurva Standar Hubungan Konduktansi dan Konsentrasi Larutan Asam
Asetat
Dari kurva dapat di dekati dengan persamaan sebagai berikut:
y = 267908x2 – 10,452x + 0,0003
Tabel 10. Data Konsentrasi Larutan Keluar Kolom Pada Setiap Waktu dan Debi
Waktu Float 10 cm Float 15 cm Float 20 cm
, menit Konduktansi Konsentrasi, Konduktansi Konsentrasi, Konduktansi Konsentrasi,
39
,S N ,S N ,S N
0 0 0,0003 0 0,0003 0 0,0003
2 0,00005 0,0004471 0,000079 0,0011463 0,00011 0,0023920
4 0,00010 0,0019339 0,00014 0,0040877 0,00016 0,0058861
6 0,00014 0,0040877 0,00020 0,0079259 0,00021 0,0099198
8 0,00018 0,0070989 0,00022 0,0109670 0,00023 0,0120680
10 0,00021 0,0099198 0,00023 0,0120680 0,00024 0,0132230
12 0,00022 0,0106970 0,00024 0,0132230 0,00025 0,0144310
14 0,00023 0,0129680 0,00025 0,0144310 0,00026 0,0151930
16 0,00024 0,0132230 0,00025 0,0144310 0,00026 0,0151930
m, mg Konduktansi, S CA, N
50 1,20×10-4 0,00316
40 1,70×10-4 0,00598
30 2,20×10-4 0,01109
20 2,50×10-4 0,01542
40
Tabel 12. Data Perhitungan Konstanta Freundlich
xA
x A , mg q e= log CA log qe
m
18153,9027 363,0781 -2,500 2,56
17867,3437 446,6836 -2,223 2,65
16870,2398 562,3413 -1,955 2,75
13932,5303 696,6265 -1,812 2,843
Maka,
Kf = 103,5484 = 3535,0861
n = 1/B = 2,5038
41
4. Perhitungan Konsentrasi Keluar Kolom
Script python yang digunakan:
42
43
44