Anda di halaman 1dari 46

ADSORPSI LARUTAN ASAM ASETAT DENGAN MENGGUNAKAN

ACTIVATED CARBON PADA PACKED BED COLUMN

Disusun Oleh:
Desky Pradinata (18/425142/TK/46837)
Veronika Nathania Maharani (18/425177/TK/46872)
Rizqi Yusura (18/428895/TK/47397)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

Dengan judul mata praktikum:


Adsorpsi Larutan Asam Asetat dengan Menggunakan Activated Carbon pada
Packed Bed Column

Disusun oleh:

Nama Praktikan NIM Tanda Tangan

Desky Pradinata 18/425142/TK/46837

Veronika Nathania Maharani 18/425177/TK/46872

Rizqi Yusura 18/428895/TK/47397

Yogyakarta, 19 Maret 2021


Dosen Pembimbing Praktikum, Asisten,

Dr. Ir. Aswati Mindaryani, M.Sc. Muhammad Irfan Rahman


NIP 19610306 198503 2 001 NIM 18/431256/TK/47849

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Mencari konstanta keseimbangan (konstanta Freundlich) dari proses adsorpsi
asam asetat dengan karbon aktif.
2. Mencari nilai koefisien transfer massa dari adsorbat ke adsorben.
3. Mengetahui pengaruh debit terhadap nilai koefisien perpindahan massa.

B. LATAR BELAKANG
Proses pemisahan dengan adsorpsi digunakan secara luas dalam proses
industri terutama pada kilang pengolahan minyak bumi dan industri petrokimia
(Ruthven, 1984). Peristiwa adsorpsi ini berbeda dengan peristiwa absorpsi.
Adsorpsi pada dasarnya merupakan proses melibatkan akumulasi molekul solut
pada interface atau permukaan (Levan dan Carta, 2008), sedangkan absorpsi
merupakan proses masuknya molekul atau ion ke dalam fasa gas atau cair, hingga
masuk ke volume bahan. Terdapat dua istilah penting pada adsoprsi; adsorben yaitu
penjerap dan adsorbat yaitu cairan atau gas yang ingin dijerap.
Terdapat banyak macam jenis adsorben yang tersedia seperti silica gel,
zeolite, adsorben sintetis (resin), clay, alumina aktif, limbah industi, bioadsorben
dan karbon aktif. Karbon aktif merupakan adsorben yang sering digunakan untuk
ekstraksi bahan kimiaadsorpsi pada fase gas maupun cair. Penyebab karbon aktif
sering digunakan karena kapasitas adsorpsinya yang tinggi, struktur porinya serta
aksesbilitas permukaan dari karbon aktif itu sendiri. Karbon aktif juga digunakan
dalam pengolahan air serta proses industri seperti ekstraksi adsorpsi ion logam, air
handling dan purifikasi. Selain itu, bahan mentah yang digunakan untuk preparasi
karbon aktif ini melimpah dan proses preparasinya murah (Dina dkk, 2012).
Salah satu contoh proses adsorpsi yang dilakukan pada skala industri adalah
penghilangan asam asetat (CH3COOH) dari limbah industri. Asam asetat
merupakan senyawa organik cair tidak berwarna dan memiliki rasa asam serta bau

1
menyengat dimana bila terkandung dalam limbah industri dan dibuang tanpa
pemrosesan terlebih dahulu dapat menyebabkan polusi lingkungan (Wang dkk,
2020). Asam asetat merupakan salah satu polutan organik dengan luas permukaan
spesifik yang mendekati luas permukaan spesifik nitrogen yang sering digunakan
dalam eksperimen adsorpsi (Dina dkk, 2012),Karena alasan tersebut, sehingga asam
asetat digunakan pada percobaan kali ini untuk menguji tingkat penjerapan karbon
aktif.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas penjerapan,
terdapat variabel seperti debit aliran adsorbat dimana dalam percobaan ini sengaja
dibuat nilainya tidak tetap (variabel bebas). Dari efektifitas penjerapan pada debit
aliran tertentu yang diketahui, maka dapat diperoleh nilai koefisien transfer massa
pada fase cair antara larutan asam asetat dan karbon aktif. Nilai koefisien transfer
massa tersebut melambangkan seberapa banyak senyawa yang berpindah dari
adsorbat ke adsorben per satuan waktu sehingga semakin tinggi koefisien transfer
massa nya, akan semakin baik pula tingkat perpindahan massa antar fasa.

C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses pemisahan bahan campuran cair atau gas
dimana bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan adsorben padat
dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan adsorben tersebut
(Sukardjo, 1985). Adsorbat adalah zat atau komponen yang dijerap.
Sedangkan adsorben adalah komponen penjerap yang meruoakan merupakan
bahan padat dengan luas permukaan dalam yang sangat besar dimana
permukaan yang luas ini terbentuk karena banyaknya pori pori yang halus pada
padatan tersebut. karekteristik yang penting dari suatu adsorben antara lain luas
spesifik, diameter pori, kerapatan unggun, distribusi ukuran partikel maupun
kekerasannya (Asip, 2008).
Mekanisme adsorpsi itu terdiri dari empat tahapan, Pertama transfer
massa molekul-molekul adsorbate menuju lapisan film yang mengelilingi
adsorben, Kedua tahapan difusi adsorbate melalui lapisan film (film diffusion),

2
Ketiga merupakan tahap difusi adsorbate melalui pori-pori dalam adsorben
(pore diffusion), dan terakhir tahap menempelnya adsorbate pada permukaan
dinding dalam adsorben (Sediawan, 1997).
Jenis adsorpsi yang umum dikenal adalah adsorpsi kimia (kemisorpsi)
dan adsorpsi fisika (fisisorpsi).
a.Adsorpsi Kimia (Kemisorpsi)
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh
reaksi kimia. Ikatan kimia yang terbentuk merupakan ikatan kovalen dan ion
antara molekul-molekul adsorbat dengan adsorben. Ikatan tersebut
merupakan ikatan yang kuat sehingga lapisan yang terbentuk adalah lapisan
monolayer dan sangat sulit untuk dilepaskan kembali. Artinya pelepasan
kembali molekul yang terikat di adsorben pada kemisorpsi sangat kecil (Barrow,
1979).
b. Adsorpsi Fisika (Fisisorpsi)
Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya-gaya
fisika. Gaya yang terjadi merupakan gaya Van Der Waals, yaitu gaya tarik
menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben.
Dimana gaya ini dapat terjadi pada permukaan yang polar dan non polar.
Molekul-molekul yang diadsorpsi secara fisika tidak terikat kuat pada
permukaan, dan biasanya terjadi proses balik yang cepat (Reversible), sehingga
mudah untuk diganti dengan molekul yang lain. (Barrow, 1979).

Faktor–faktor yang mempengaruhi adsorpsi antara lain :


a. Adsorben dan Adsorbat
1) Porositas
Faktor ini berbanding lurus dimana semakin banyak pori-pori adsorben,
maka jumlah molekul adsorbat yang terjerap akan lebih banyak (Bahl dkk,
1997).
2) Luas permukaan adsorben

3
Faktor ini juga berbanding lurus diamana semakin besar luas
permukaan yang kontak dengan adsorbat maka jumlah zat yang dijerap
semakin banyak (Tangio, 2012).
3) Kepolaran adsorbat
Biasanya adsorben memiliki polaritas yang tinggi. Sehingga adsorbat
yang lebih polar akan terikat lebih kuat dibandingkan molekul non-polar
(Surakarta, 2008).
4) Kelarutan adsorbat
Suatu molekul dalam adsorbat harus terpisah dari larutannya agar
adsorpsi dapat terjadi. (Marcelia, 2014)
5) Ukuran molekul
Ketika molekul masuk ke dalam mikropori suatu partikel adsorben
untuk diserap, maka dapat ditinjau dari ukuran molekul adsorbat yang
merupakan bagian yang benar-benar penting dalam proses adosprsi. Dimana
molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang
diameternya lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben
(Marcelia, 2014).
b. Waktu kontak
Waktu kontak merupakan berlangsungnya proses difusi (pencampuran)
dan penempelan molekul adsorbat pada adsorben. Semakin lama waktu kontak
yang terjadi maka semakin banyak molekul yang terjerap dan proses adsorpsi
lebih efektif. (Marcelia, 2014).
c. Suhu
Suhu akan mempengaruhi kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi.
Kecepatan adsorpsi menurun dengan menurunnya suhu dan sebaliknya.
(Marcelia, 2014).
d. Derajat keasaman (pH)
Proses adsorpsi memerlukan tingkat pH tertentu. Perubahan pH harus
diperhatikan agar tidak terlalu tinggi dikarenakan semakin tinggi pH maka
terdapat banyak ion OH- yang akan menghambat anion pada adsorbat untuk
menempati gugus aktif sehingga menghambat proses adsorpsi. Sedangkan

4
apabila senyawa yang diadsorpsi bermuatan positif, maka pH yang tinggi akan
meningkatkan adsorpsi agar tidak mempengaruhi produk utama
(ChenMarcelia, 200114).

2. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan suatu senyawa karbon yang telah diproses
dengan cara diaktivasi sehingga senyawa karbon tersebut akan berpori serta
memiliki luas permukaan yang sangat besar dengan tujuan untuk
meningkatkan daya adsorpsinya (Arfan, 2006). Karbon aktif dipilih dikarenakan
tidak bereaksi dengan adsorbat, murah, mudah didapat, dan tidak beracun. Selain
itu karbon aktif dapat menjerap hampir semua absorbat, kecuali air, dimana daya
jerap karbon aktif sangat besar, yaitu 25%-100% terhadap berat karbon aktif
(Retno, dkk, 2012).
Proses pembuatan karbon aktif secara umum terdiri dari proses fisika dan
kimia. Proses aktivasi fisika terdiri dari 2 tahap yaitu pertama tahap karbonisasi
dimana Material dengan kandungan karbon dipirolisis pada suhu antara 600-900
°C, tanpa oksigen (biasanya dalam suasana inert dengan gas seperti argon atau
nitrogen). Tahap kedua yaitu tahap aktivasi/ oksidasi dimana bahan baku atau
bahan yang telah dikarbonisasi selanjutnya dioksidasi atmosfer (karbon
monoksida, oksigen, atau steam) pada suhu di atas 250 °C, biasanya dalam kisaran
suhu 600-1200 °C (Legrouri, dkk, 2012). Dalam tahap aktivasi kimia, bagian yang
paling penting dalam tahap ini adalah impregnasi dengan zat kimia seperti zink
klorida (ZnCl), Kalium hidroksida (KOH), dan asam fosfat (H3PO4)(Okeola,
2014). Berikut merupakan persyaratan mutu karbon aktif yang dilihat dari Kadar
Air, Kadar Abu, Daya serap terhadap larutan I 2, luas permukaan dan bagian yang
hilang pada pemanasan 950°C. (Asbahani, 2013) (Marsh, 2006)
Tabel 1. Standar Mutu Karbon Aktif
Persyaratan
Jenis Uji
Butiran Serbuk
Bagian yang hilang pada
Maks. 15% Maks. 25%
pemanasan 950 °C

5
Konsentrasi air Maks. 4,5% Maks. 15%
Konsentrasi abu Maks. 2,5% Maks. 15%
Daya serap terhadap
≥760 mg/g ≥760 mg/g
larutan I2
Luas permukaan 300-3500 m2/g 300-3500 m2/g

Gambar 1. Struktur Karbon Aktif


Sumber : Sakule, 2012

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa struktur karbon aktif Material terbuat
dari pirolisis prekursor karbon organik, polimer alam maupun polimer sintetis
yang kemudian diaktifkan untuk memperbesar surface areanya. Selain itu juga
pada gambar1 tersebut ditunjukkan pori pada karbon aktif yang diklasifikasikan
menurut International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) sebagai
berikut :
 Mikropori : Diameter < 2 nm
 Mesopori : Diameter 2 < d < 50 nm
 Makropori : Diameter d > 50 nm

Dalam stuktur kimianya, karbon aktif tidak hanya terdiri dari atom
karbon. Karbon aktif juga memiliki sejumlah kecil atom hidrogen dan/atau
atom oksigen yang terdapat pada gugus fungsi seperti gugus karboksil, fenol,
dan eter pada strukturnya. Kandungan atom lain tersebut dipengaruhi oleh

6
bahan baku pembentukan karbon aktif. Gugus fungsi yang terkandung tersebut
menjadikan permukaan karbon aktif lebih reaktif secara kimia sehingga ikut
berpegaruh pada kualitas adsorpsi karbon aktif (Murti, 2008).

3. Packed Bed Column


Packed Bed Column atau dikenal dengan Fixed Bed adalah salah satu
jenis kolom yang popular digunakan dimana alat ini merupakan suatu silinder
panjang, biasanya berdiri tegak dan berisi packing (tumpukan katalis) yang
diam didalamnya (Welasih, 2006).dalam proses Adsorpsi di dalam kolom
packed bed, konsentrasi liquid dan fase padat akan berubah menurut waktu dan
posisi tinggi packing. Dimana sebagian besar perpindahan massa mulai
berlangsung dibagian inlet kolom. Jika zat padat itu tidak mengandung
adsorbat pada awal operasi, konsentrasi adsorbat akan menurun secara
eksponensial terhadap jarak packing (Foss, 1991). Pada bagian inlet, adsorben
yang berkontak pertama kali dengan adsorbat berkonsentrasi tinggi akan
dengan sangat cepat dan efektif menjerap solut, sisa adsorbat yang tidak
terjserap akan dijserap oleh lapisan adsorben setelahnya dengan konsentrasi
yang lebih rendah. Seiring dengan semakin bertambahnya larutan adsorbat
yang melewati kolom maka lapisan teratas akan relatif jenuh dan efisiensi
penjerapannya berkurang. Efluen dari kolom ini bebas dari adsorbat dengan
konsentrasi mendekati nol (Agus Wahyudi, 2016).

4. Persamaan Kesetimbangan Freundlich


Ketika adsorben berkontak dengan fluida di sekitarnya pada konsentrasi
tertentu, adsorpsi akan terjadi dan setelah mencapai waktu yang cukup panjang,
adsorben dan fluida yang mengelilinginya mencapai kesetimbangan (Suzuki,
1990). Isoterm adsorpsi merupakan representasi dari jumlah teradsorpsi pada
substrat (padat,cair,gas) sebagai fungsi konsentrasi saat kondisi setimbang yang
tersisa setelah adsorpsi, pada kondisi suhu konstan (Tadros, 2013). Pengertian
lain dari isotherm adsorpsi adalah sebuah kurva dari persamaan yang

7
menghubungkan konsentrasi solute (adsorbat) saat kesetimbangan pada
permukaan adsorben, qe, dengan konsentrasi solute di cairan, Ce, yang
berkontak dengan adsorben pada suhu tertentu. Hubungan antara q e dan Ce
pada umumnya akan di fitting-kan terhadap satu atau lebih model isoterm
kesetimbangan (Sahu dan Singh, 2019). Terdapat beberapa model empiris
untuk isotherm adsorpsi dan yang paling sering digunakan salah satunya adalah
persamaan Freundlich.
Pada percobaan ini digunakan model atau persamaan Freundlich.
Persamaan ini dikembangkan dengan asumsi bahwa adsorben memiliki
permukaan heterogen. Persamaan isothem adsorpsi Freundlich dinyatakan
sebagai berikut (Singh, 2016):
1
q e= K f ( C e ) n
(1)
x
q e=
m (2)

dengan, Kf = konstanta Freundlich


Ce = konsentrasi larutan saat kesetimbagan (μmol.L-1)
qe = jumlah dari partikel teradsorpsi adsorben (adsorbat) per gram
(unit massa)

Konstanta Freundlich (Kf) menandakan kapasitas maksimum adsorpsi,


sedangkan x adalah berat partikel teradsorpsi (adsorbat) oleh 'm' gram
adsorben. Indeks 1/n sendiri mengukur intensitas dan akan menentukan bentuk
kurva Ce vs qe. Terdapat beberapa limitasi dari persamaan Freundlich yaitu
(Singh, 2016):
a. Persamaan Freundlich adalah murni persamaan empiris.
b. Persamaan ini hanya valid hingga konsentrasi tertentu saja.
c. Nilai konstanta Kf berubah mengikuti perubahan suhu.

8
Persamaan ini juga sering digunakan untuk mendeskripsikan adsorpsi
larutan dengan rentang konsentrasi yang kecil serta untuk larutan encer
(Treybal, 1981).

9
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Neraca Massa Asam Asetat pada Erlenmeyer


Dalam proses adsorpsi, konsentrasi adsorbat pada fasa padat dan fasa cair
perubahannya merupakan fungsi posisi dan waktu. Neraca massa total adsorbat
adalah sebagai berikut:
massa awal A di larutan bulk = massa A di adsorben + massa A di larutan bulk
V⋅C A 0 =m⋅x A +V⋅C A
V⋅C A 0 −V⋅C A =m⋅x A
V ( C A 0 −C A ) =m⋅x A
V
x A= C −C A )
m ( A0 (3)

dengan, xA = massa adsorbat dalam adsorben, mg A


V = volume larutan masuk, L
m = massa adsorben, mg
CA0 = konsentrasi adsorbat awal dalam larutan, mg A/L
CA = konsentrasi adsorbat akhir dalam larutan, mg A/L

B. Persamaan Freundlich
Persamaan Freundlich digunakan untuk mencari konstanta Freundlich yang
dapat ditunjukkan dengan hubungan antara konsentrasi adsorbat degan pengaruh
jumlah adsorbennya.
1
xA ¿ n
=K f ( C A )
m (4)
1
xA
¿
CA=
n

√ Kf m (5)

10
dengan, x A = fraksi adsorbat dalam adsorben, mg A

m = massa adsorben yang digunakan, mg


K = konstanta keseimbangan Freundlich
¿
C A = konsentrasi kesetimbangan adsorbat dalam larutan, mg A/L
n = konstanta adsorpsi

C. Neraca Massa pada Elemen Volume


Asumsi yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
1. Tidak terjadi difusi aksial di dalam padatan adsorben karbon aktif sehingga
perhitungan dapat disederhanakan.
2. Tidak ada pengotor karena dilakukan pencucian karbon aktif dilakukan
hingga bersih sehingga tidak mempengaruhi konsentrasi adsorbat keluar
adsorben.
3. Tidak terjadi channeling karena karbon aktif tersusun rapi dalam kolom
packed bed.
4. Proses dilakukan secara isotermik (suhu dijaga konstan) dan kondisi aliran
dijaga plug flow.
5. Ukuran karbon aktif seragam sehingga porositas karbon aktif dapat dianggap
seragam.

11
Gambar 2. Skema Kolom Packed Bed (Treybal, 1981)

CA

Cair
Cair
Padat

CA*

Interface

Gambar 3. Mekanisme Transfer Massa dari Cairan ke Padatan

12
Gambar 4. Proses Adsorpsi pada Packed-Bed Column

Neraca massa asam asetat dalam fase cair pada elemen volume S.∆z
tanpa difusi efektif aksial.
Rate of mass input – Rate of mass output = Rate of mass accumulation
∂C A
QC A |z −( QC A |z+ Δz + N A ΔV ) =ε⋅ΔV
∂t
¿
∂ CA
S⋅ν⋅C A|z − S⋅ν⋅C A |z+Δz + K la⋅S⋅Δz ( C A −C A ) =ε⋅S⋅Δz
[ ] ∂t
−[ S⋅ν⋅C A |z+Δz −S⋅ν⋅C A |z ] ∂C A
lim −K la ( C A −C ¿A ) =ε
Δz→0 S⋅Δz ∂t
∂ ( ν⋅C A ) ∂C A
− −K la ( C A −C ¿A ) =ε
∂z ∂t
∂ (C A ) ∂ CA
−ν −K la ( C A −C ¿A )=ε
∂z ∂t
∂C A K la ¿ ε ∂C A
+ ( C A −C A ) =−
∂z ν ν ∂t (6)

Neraca massa asam asetat dalam fase padat pada elemen volume S.∆z
tanpa difusi efektif aksial.
Rate of mass input – Rate of mass output = Rate of mass accumulation
dx A
K la⋅S⋅Δz ( C A −C ¿A ) −0=S⋅Δz⋅ρ
dt

13
dx A K la
dt
=
ρ
(C A−C ¿A )
1
dx A K la xA
dt
=
ρ ( √ )
C A 0−
n
Kf m
(7)

Dari penyusunan neraca massa di atas, diperoleh 2 persamaan diferensial (PD)


simultan dengan kondisi batas sebagai berikut.
IC: t = 0; z = 0; CA = CA0; XA xA = XA0xA0
BC: t = t; z = z; CA = CA; XA xA = XAxA

Persamaan diferensial yang diperoleh dapat diselesaikan dengan


memasukkan kondisi batas dengan metode finite differential approximation (FDA)
secara explisit maka akan diperoleh CA yang keluar dari kolom packed bed pada
berbagai waktu. Hasil dibandingkan dengan CA dari data percobaan dan
ditentukan nilai Sum Square of Error (SSE). Nilai SSE yang kecil menjelaskan
bahwa persamaan yang diperoleh dapat digunakan karena memiliki kesalahan
relatif yang kecil. Dilakukan trial nilai Kla untuk mendapatkan nilai XA saat t
tertentu sehingga akan didapatkan nilai XA. Dengan memasukan kembali nilai XA
ke persamaan Freundlich maka diperoleh nilai CA yang keluar dari kolom fixed
bed. Nilai CA tersebut dibandingkan hingga didapat nilai CA hasil perhitungan
sama dengan nilai CA percobaan, maka nilai Kla tersebut yang akan digunakan.
Distribusi konsentrasi asam asetat di fasa cair (CA) dan fraksi asam asetat
yang terjerap di fasa padat (XA) yang mana merupakan fungsi posisi dan waktu
dapat ditentukan dengan metode finite difference explisit atau odesolver pada
bahasa pemrograman python dengan nilai-nilai konstanta lainnya (V, ρ, ε)
diketahui. Sehingga koefisien transfer massa (Kla) juga dapat diketahui.

keterangan, Kla = koefisien perpindahan massa, 1/s


v = kecepatan alir fluida, m/s

14
cm3 ruang kosong dalam tumpukan
ε = porositas karbon aktif, cm3 volume tumpukan bed
CA = konsentrasi asam asetat dalam cairan, mol/L
CA* = konsentrasi asam asetat dalam adsorbat yang setimbang
dengan
konsentrasi adsorbat pada permukaan padatan, mol/L

15
BAB III
METODOLOGI

A. BAHAN
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
1. Aquadest
a. Sifat Fisis
Aquadest adalah air yang berasal dari proses penyulingan dengan rumus
molekul H2O dan berat molekul 18,02 g/mol. Bahan ini berwujud cair, tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Titik didih Aquadest sebesar 100°C
dan specific gravity-nya sebesar 1.
b. Sifat Kimia
Aquadest bersifat tidak dapat terbakar dan meledak, tidak korosif, tidak
beracun, serta tidak menyebabkan iritasi. Aquadest juga bersifat stabil dan
memiliki nilai pH 7 (netral).

2. Asam Asetat (CH3COOH)


a. Sifat Fisis
Asam asetat atau asam cuka merupakan senyawa kimia asam organik
dengan rumus empiris CH3COOH serta berat molekul 60 kg/mol. Asam
asetat berbentuk cairan tidak berwarna, berbau menyengat, serta larut dalam
alkohol, air, dan eter. Asam asetat memiliki titik didih sebesar 117,9℃ dan
titik leleh 16,7℃. Densitas asam asetat pada suhu 25℃ yaitu sebesar 1,049
kg/L.
b. Sifat kimia
Asam asetat mudah menguap di udara terbuka, bersifat korosif terhadap
logam, iritan, permeator, dan flammable dengan flash point sebesar 39℃
(closed cup) dan 43℃ (open cup).

16
B. ALAT

17
Keterangan:
1.Gelas Beker
2.Konduktometer
3.Probe
4.Penyangga probe
5.Steker

Gambar 5. Rangkaian Alat Pengukuran Konduktansi

Keterangan:
1.Tombol on/off
2.Packed bed Column
3.Pompa
4.Flowmeter
5.Gelas Beker
6.Kran Pengeluaran
7.Gelas Ukur
Gambar 6. Rangkaian Alat
Ion Exchanger

C. CARA KERJA
1. Pembuatan Kurva Standard Konduktansi vs
Konsentrasi
a. Pembuatan larutan asam asetat berbagai
konsentrasi
Asam asetat yang ada dalam lemari asam
diencerkan untuk pembuatan asam asetat
konsentrasi 0,01600 N; 0,01000 N; 0,00500
N; 0,00250 N; 0,00160 N sebanyak 50 mL dengan labu ukur.
b. Pengukuran konduktansi larutan blangko dan asam asetat berbagai konsentrasi

18
Larutan blangko yaitu aquadest dan asam asetat secara bergantian diukur
konduktansinya dengan alat konduktometer. Konduktansi setiap larutan dicatat
dalam kertas kerja. Hasil konduktansi dihubungkan dengan konsentrasi larutan
dalam bentuk kurva standard konduktansi vs konsentrasi.

2. Penentuan Konstanta Keseimbangan Freundlich


3. Persiapan alat dan bahan
Kolom fixed bed dicuci dengan aquadest hingga dirasa cukup bersih dari
debu dan pengotor. Karbon aktif ditimbang seberat 20 mg. Kapas dimasukkan
dan didorong ke ujung bawah bagian keluar aliran. Karbon aktif pertama
seberat 20 mg dimasukkan ke dalam kolom dengan bantuan sendok dan
diusahakan agar tidak terjadi rongga rongga di antara karbon aktif di dalam
kolom.
Perhitungan konduktansi cairan adsorbat keluar kolom
Cairan adsorbat asam asetat dengan konsentrasi awal 0,016 N dituang
kedalam kolom melewati adsorben karbon aktif sebanyak 10 mL. Cairan
adsorbat keluar kolom ditampung di dalam gelas beker. Konduktansi cairan
tersebut dihitung dengan alat konduktometer. Percobaan diulangi dimulai dari
persiapan alat dan bahan lagi dengan berat karbon aktif 30 mg, 40 mg, dan 50
mg.
Karbon aktif ditimbang sebanyak 20 gram dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,016 N ditambahkan ke
dalam Erlenmeyer tersebut sebanyak 200 mL. Campuran karbon aktif dan larutan
asam asetat didiamkan selama 60 menit dengan setiap 1 kali/10 menit dilakukan
pengadukan dengan menggunakan gelas pengaduk. Larutan asam asetat disaring
dengan menggunakan kertas saring. Larutan asam asetat yang telah disaring
diukur konduktansinya dengan menggunakan konduktometer dan hasil
pengukuran dicatat . Percobaan diulangi untuk jumlah karbon aktif 30, 40 dan 50
gram.

19
4. Persiapan Kolom Fixed Bed
Kolom diberi aliran larutan pencuci yaitu aquadest dengan debit yang besar.
Karbon aktif sebanyak 80 gram dimasukkan kedalam rangkaian alat ion
exchanger. Aquadest dialirkan lagi dengan debit yang besar untuk mencuci
karbon aktif sampai benar benar bersih ditandai dengan konduktansi larutan hasil
cucian sama dengan larutan blangko.

5. Peneraan Flowmeter
Aquadest disiapkan dan diumpankan ke kolom dengan ketinggian float
10 cm dan biarkan hingga overflow dengan menutup kran output lalu setelah
overflow buka kran dan tampung aquadest keluar selama 1 menit lalu catat
volume nya. Peneraan ini diulangi hingga diperoleh 3 data. Percobaan
diulangi pada ketinggian float 15 cm dan 20 cm.

6. Pengukuran Konsentrasi Larutan Keluar Kolom


Larutan asam asetat 0,01600 N dibuat sebanyak 1 L. Larutan asam asetat
dialirkan ke kolom dengan ketingian floatmeter 10 cm dan ditunggu hingga
overflow dengan menutup kran output dan setelah overflow terjadi, kran dibuka
dan cairan ditampung serta pengukuran volume dicatat setiap jarak waktu 2
menit. Konduktansi dari larutan tertampung diukur setiap jarak waktu 2 menit
dengan mengambil sampel sebanyak 20 mL pada setiap waktu pengukuran.
Setelah sampel terakhir pada waktu 1624 menit diambil, cuci kolom dengan
aquadest hingga bersih yaitu konduktansi larutan pencuci sama dengan larutan
blangko. Percobaan diulangi untuk ketinggian flowmeter aliran masuk 15 cm dan
20 cm.

D. Alat Perlindungan Diri


Dalam percobaan ini, alat perlindungan diri (APD) yang dipakai adalah
sebagai berikut:

20
1. Jas laboratorium lengan panjang 
Jas laboratorium digunakan untuk melindungi tubuh dari kontak langsung
dengan bahan kimia.
2. Goggles 
Goggles digunakan untuk melindungi mata dari kontak langsung dengan
bahan kimia atau uap bahan kimia berbahaya.
3. Masker 
Masker digunakan untuk melindungi area hidung dan mulut dari kontak
langsung dengan bahan kimia serta terhindar dari uap bahan kimia berbahaya
yang terhirup.
4. Sarung tangan lateks 
Sarung tangan lateks digunakan untuk melindungi tangan dari kontak
langsung dengan bahan kimia berbahaya dan alat yang bersuhu tinggi.
5. Sepatu tertutup
Sepatu tertutup digunakan untuk melindungi kaki dari kontak langsung
dengan bahan kimia berbahaya maupun dari alat yang jatuh.
E. ANALISIS DATA
1. Membuat Kurva Standar Konduktansi vs Konsentrasi
Kurva standar dibuat menggunakan data konduktansi larutan asam
asetat pada berbagai konsentrasi larutan asam asetat dan larutan blanko
(aquadest) dimana akan menunjukan hubungan antara konduktansi dan
konsentrasi larutan asam asetat dalam bentuk model atau persamaan.
Konsentrasi asam asetat merupakan varibel dependen, y, dan konduktansi
merupakan varibel independen, x.

2. Menghitung Nilai Konstanta Kesetimbangan dengan Model Isotherm


Freundlich
Nilai Konstanta Kesetimbangan dengan Model Isotherm Freundlich dapat
diperoleh dari data konduktansi larutan Asam asetat setelah 60 menit dengan
variasi massa penjerap (adsorben). dimana dari data konduktansi tersebut
dapat dicari nilai konsentrasi asam asetat setimbang lalu dapat diketahui

21
massa adsorbat yang terjerap pada adsorben pada kondisi setimbang.
Persamaan freundlich selanjutnya dilinearisasikan dengan data-data
dimasukkan ke persamaan sehingga didapat nilai konstanta freundlich (Kf)
Persamaan Freundlich adalah sebagai berikut:
1
q e=K f ( C e ) n
(8)
xA
q e=
m (9)
Linearisasi persamaan Freundlich:
1
log q e=log K f + logC e
n (10)
dengan, qe = jumlah adsorbat teradsorpsi per mg adsorben
Kf = konstanta Freundlich
Ce = konsentrasi larutan saat kesetimbagan (mg.L-1)

Persamaan (10) dapat dianalogikan menjadi bentuk persamaan linier:


y= A+Bx (11)

Dengan,
y=logq e
x=log C e
A=log K f
1
B=
n

3. Menghitung Konsentrasi Larutan Asam Asetat Keluar dari Kolom

22
Nilai konsentrasi larutan asam asetat pada tiap waktu dapat diperoleh
dari nilai konduktansi sampel yang telah diukur kemudian memasukkan nilai
tersebut ke persamaan hubungan konduktansi (y) dan konsentrasi larutan
asam asetat (x) pada setiap ketinggian float.

4. Menghitung Debit Larutan pada Berbagai Tinggi Float pada Flowmeter


Nilai debit aliran dapat diperoleh dari volume aquadest tertampung pada
peneraan flowmeter pada berbagai ketinggian float yang digunakan.
Perhitungan debit ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh debit aliran
terhadap koefisien perpindahan massa. Menghitung debit fluida pada tiap
ketinggian float dapat dicari dengan persamaan:
Vn
Qn =
t (12)
Dengan, Q = debit aquadest (cm3/menit)
V = volume fluida yang tertampung (cm3)
t = waktu penampungan = 1 menit
n = data ke 1,2,3

5. Menghitung Koefisien Transfer Massa (Kla)


Menghitung koefisien transfer massa dapat menggunakan persamaan
yang sudah diturunkan sebelunya yaitu persamaan (6) dan (7) sebagai berikut:

Neraca massa asam asetat pada fase cair


∂C A K la ε ∂C A
+ ( C A −C ¿A ) =−
∂z ν ν ∂t (13)
Neraca massa asam asetat pada fase padat
1
dx A K la xA
dt
=
ρ ( √ )
C A 0−
n
Kfm
(14)
dengan kondisi batas sebagai berikut.
IC: t = 0; z = 0; CA = CA0; xA = xA0

23
BC: t = t; z = z; CA = CA; xA = xA

Kedua persamaan diferensial di atas diselesaikan dengan penyelesaian


numeris Finite Difference Approximation (FDA) metode eksplisit:
∂C A K la −ε ∂ C A
+ ( C A −C ¿A ) =
∂z v v ∂t
C Aj ,i+1−C Aj ,i−1 K la j j+1 j
¿ −ε C A ,i −C A , i
Δz
+
v
(C A ,i −C A )= v Δt
1
C Aj ,i+1−C Aj ,i−1 K la j j+1 j
n xA −ε C A ,i −C A ,i
Δz
+
v
C A , i− ( √ )
Kf m
=
v Δt
j j n
−νΔ t C A ,i +1−C A ,i−1 K la . Δ t j xA
ε Δz

ε
C A ,i −
Kf m [ ( )] =C Aj+1,i −C Aj , i

−ν . Δt −K la . Δ t
α= ; β=
ε. Δ z ε
n
x
α (C j
A ,i+1 −C j
A ,i−1
[ ( )]
j
)+ β C − K Am
A ,i
f
=C Aj+1,i −C jA , i

Persamaan akhir:

x A n j+1
α C Aj , i+1 +( β +1) C jA , i−α C jA ,i−1−β
( )
Kfm
=C A , i
(15)

Persamaan tersebut akan diselekaikan dengan metode komputasi


menggunakan pemrograman python:
Algoritma Trial Kla

Trial Kla, pilih data


CA dari salah satu Q

Penyelesaian PD dengan
FDA menggunakan Kla trial

24
Hasil akhir sebelum
konsentrasi asam asetat
keluar, cek SSE
Toleransi SSE: 10-3

SSE < Toleransi


Gambar 8. Skema Algoritma Penyelesaian Perhitungan Kla dengan Python

SSE > Toleransi

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui koefisien perpindahan massa (Kla)


pada proses adsorpsi asam asetat dengan karbon aktif dengan mencari nilai konstanta
kesetimbangan Freundlich (Kf). Sebagai parameter dalam percobaan ini yaitu debit
larutan masuk kolam packed bed untuk mengetahui pengaruh debit terhadap koefisien
perpindahan massa dengan diubah-ubah nilai debit masuk.
Percobaan ini mengukur konduktansi aquadest dan larutan asam asetat pada
berbagai konsentrasi. Data yang diperoleh dibuat kurva standar hubungan konduktasi
dan konsentrasi sebagai berikut.

Kurva Hubungan Konduktansi dan Konsentrasi


0.0160
0.0140
f(x) = 305107.43 x² − 14.59 x + 0
0.0120 R² = 1
Konsentrasi, N

0.0100
0.0080
0.0060
0.0040
0.0020
0.0000
0.00E+00 3.00E-05 6.00E-05 9.00E-05 1.20E-04 1.50E-04 1.80E-04 2.10E-04 2.40E-04
Konduktansi, S/m

Gambar 9. Kurva Standar Hubungan Konduktansi dan Konsentrasi

Dari grafik di atas, hubungan konduktansi dan konsentrasi adalah sebanding


lurus yang dapat diaekspesikan dengan persamaan y = 267908x2 – 10,452x + 0,0003
dengan R-square sebesar 0,9965. Semakin besar konsentrasi larutan maka jumlah ion
dalam larutan akan semakin banyak sehingga nilai konduktasi akan meningkat. Untuk
nilai R-square yang mendekati 1 maka persamaan yang diperoleh sudah baik
menggambarkan hubungan antara konduktasi dan konsentrasi asam asetat sehingga
persamaan dapat digunakan untuk mendapatkan data konsentrasi asam asetat pada
konduktansi tertentu.

26
Pada percobaan penentuan konstanta Freundlich, diperoleh data hubungan
antara jumlah adsorbat yang terjerap oleh adsorben per mg adsorben (qe) dengan
konsentrasi adsorbat pada saat kesetimbangan (CA*) sebagai berikut.

Hubungan Kesetimbangan Freundlich


2.9
2.85
2.8 f(x) = 0.4 x + 3.55
R² = 0.98
2.75
2.7
Log qe

2.65
2.6
2.55
2.5
2.45
2.4
-1.7 -1.8 -1.9 -2 -2.1 -2.2 -2.3 -2.4 -2.5 -2.6
log CA

Gambar 10. Persamaan Adsorpsi Isotherm Freundlich

Berdasarkan grafik di atas, diperoleh persamaan garis y = 0,3994x + 3,5484

XA 1 ¿
yang menyatakan log =log K f + log C A dengan nilai Kf sebesar 3535,0861 dan
m n
nilai tetapan n sebesar 2,5038. Konstanta Freundlich atau Kf yang diperoleh
menunjukan kapasitas adsorpsi maksimum dari karbon aktif yang digunakan pada
percobaan ini. Nilai n yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa adsorpsi bersifat fisik.
Selain itu, percobaan ini dilakukan penentuan nilai konsentrasi adsorbat keluar
kolom pada setiap waktunya sebagai variabel terikat dengan menggunakan variabel
bebas yaitu debit aliran (Q). Dalam percobaan ini menggunakan 3 data variabel bebas
sebesar 17,0000 cm3/menit, 22,3333 cm3/menit, dan 31,3333 cm3/menit.

27
Tabel 2. Hubungan Waktu dengan Konsentrasi Keluar A dengan Perhitungan dan
Konsentrasi Keluar A dengan percobaan di Adsorben pada Debit 17,0000 cm3/menit

Waktu, menit CA perhitungan, N CA data, N


0 0 0,0001
2 0,0004471 0,000252422
4 0,0019339 0,0015171
6 0,0040877 0,004097
8 0,0070989 0,0065388
10 0,0099198 0,0089855
12 0,0106970 0,010911
14 0,0129680 0,012144
16 0,0132230 0,013025

Percobaan dengan debit aliran (Q) sebesar 17,0000 cm3/menit, didapatkan data
yang terdapat sedikit perbedaan dalam perhitungan dan juga percobaan. Terlihat bahwa
dalam percobaan didapatkan data yang cenderung lebih kecil daripada perhitungan
dalam satu waktu. Hal ini disebabkan karbon aktif yang telah jenuh sebelum seluruh
adsorbat terjerap dan kemampuan penjerapan pada karbon aktif yang tidak sama,
seluruh karbon aktif sudah jenuh sehingga tidak ada lagi asam asetat yang terjerap pada
karbon aktif. Perbedaan hasil perhitungan dan percobaan pada percobaan ini dapat
disebabkan oleh kerja alat yang sudah tidak maksimal dan karena faktor ketepatan
dalam waktu pengambilan sampel pada setiap 2 menit.

28
Tabel 3. Hubungan Waktu dengan Konsentrasi Keluar A dengan Perhitungan dan
Konsentrasi Keluar A dengan percobaan di Adsorben pada Debit 22,3333 cm3/menit

Waktu, menit CA perhitungan, N CA data, N


0 0 0,0001
2 0,0011463 0,0010171
4 0,0040877 0,0038234
6 0,0079259 0,0069837
8 0,0109670 0,0097978
10 0,0120680 0,011795
12 0,0132230 0,012134
14 0,0144310 0,013205
16 0,0144310 0,014165

Percobaan dengan debit aliran (Q) sebesar 22,3333 cm3/menit, didapatkan data
yang terdapat sedikit perbedaan dalam perhitungan dan juga percobaan. Terlihat bahwa
dalam percobaan didapatkan data yang cenderung lebih kecil daripada perhitungan
dalam satu waktu. Hal ini disebabkan karbon aktif yang telah jenuh sebelum seluruh
adsorbat terjerap dan kemampuan penjerapan pada karbon aktif yang tidak sama,
sehingga terlihat bahwa di data percobaan terdapat data yang sama dalam 2 kali
pengambilan data yaitu saat t=14 sampai t=16, hal tersebut dikarenakan seluruh karbon
aktif sudah jenuh sehingga tidak ada lagi asam asetat yang terjerap pada karbon aktif.
Perbedaan hasil perhitungan dan percobaan pada kasus ini dapat disebabkan oleh kerja
alat yang sudah tidak maksimal dan karena factor ketepatan dalam waktu pengambilan
sampel pada setiap 2 menit.

29
Tabel 4. Hubungan Waktu dengan Konsentrasi Keluar A dengan Perhitungan dan
Konsentrasi Keluar A dengan percobaan di Adsorben pada Debit 31,3333 cm3/menit

Waktu, menit CA perhitungan, N CA data, N


0 0 0,0001
2 0,0023920 0,0019182
4 0,0058861 0,0060234
6 0,0099198 0,0096988
8 0,0120680 0,012544
10 0,0132230 0,013244
12 0,0144310 0,013884
14 0,0151930 0,014303
16 0,0151930 0,014685

Percobaan dengan debit aliran (Q) sebesar 31,3333 cm3/menit, didapatkan data
yang terdapat sedikit perbedaan dalam perhitungan dan juga percobaan. Terlihat bahwa
dalam percobaan didapatkan data yang cenderung lebih kecil daripada perhitungan
dalam satu waktu. Hal ini disebabkan karbon aktif yang telah jenuh sebelum seluruh
adsorbat terjerap dan kemampuan penjerapan pada karbon aktif yang tidak sama,
sehingga terlihat bahwa di data percobaan terdapat data yang sama dalam 2 kali
pengambilan data yaitu saat t=14 sampai t=16, hal tersebut dikarenakan seluruh karbon
aktif sudah jenuh sehingga tidak ada lagi asam asetat yang terjerap pada karbon aktif.
Perbedaan hasil perhitungan dan percobaan pada kasus ini dapat disebabkan oleh kerja
alat yang sudah tidak maksimal dan karena faktor ketepatan dalam waktu pengambilan
sampel pada setiap 2 menit.

30
Gambar 11. Grafik Distribusi Konsentrasi A pada Dasar Kolom dalam Berbagai Waktu
dan Debit

Pada grafik di atas, terdapat perbedaan hasil perhitungan yaitu data bergaris
dengan data percobaan yaitu data point dikarenakan adsorben memiliki kejenuhan yang
berbeda-beda. Berdasarkan data perhitungan, selama 16 menit proses konsentrasi keluar
belum mencapai konsentrasi konstan sehingga nilai kejenuhan belum dapat ditentukan
atau kesetimbangan belum tercapai. Debit aliran (Q), yang merupakan variabel bebas,
dipengaruhi waktu yang dibutuhkan proses adsorpsi untuk mencapai keadaan steady
state. Semakin besar debit aliran (Q) maka semakin cepat proses adsorpsi mencapai
keadaan steady state. Hal ini disebabkan debit yang semakin cepat maka proses
penjerapan semakin cepat karena adsorbat semakin cepat berkontak dengan adsorben
sehingga jika dihubungkan dengan keadaan jenuh, sehingga dengan debit yang besar
akan lebih cepat jenuh.

31
Tabel 5. Hubungan Konsentrasi Keluar A dan Debit terhadap Nilai Kla
CA perhitungan, CA percobaan,
Q, cm3/menit Kla, 1/menit SSE
N N
17,0000 0,0435 0,0138 0,0132 5,400 × 10-6
22,3333 0,0568 0,0145 0,0144 8,738 × 10-6
31,3333 0,0577 0,0150 0,0150 1,770 × 10-6

Tabel di atas terdapat data nilai CA perhitungan, CA percobaan, dan koefisien


perpindahan massa (Kla) dari sampel yang diperoleh pada saat 16 menit percobaan pada
debit tertentu. Nilai Kla pada debit sebesar 17,0000 cm3/menit; 22,3333 cm3/menit; dan
31,3333 cm3/menit berturut-turut sebesar 0,0435 menit-1; 0,0568 menit-1 ; dan 0,0577
menit-1. Berdasarkan nilai tersebut, dapat menjelaskan bahwa nilai Kla akan semakin
besar seiring semakin besarnya debit aliran masuk. Hal tersebut dikarenakan semakin
besar debit maka semakin besar jumlah solut yang berpindah dari adsorbat ke
adsorben persatuan waktu yang dinyatakan dengan nilai CA perhitungan dan CA
percobaan yang meningkat sehingga tingkat perpindahan massa semakin baik. Untuk
nilai Sum Square of Error (SSE) yang semakin kecil menjelaskan bahwa deviasi dari
nilai CA perhitungan dari CA data kecil sehingga persamaan yang diperoleh untuk
menghitung Kla sudah baik.

32
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:


1. Kecepatan alir masuk mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keadaan steady state. Semakin besar kecepatan alir yang masuk, semakin cepat
proses adsorpsi mencapai keadaan steady state.
2. Kecepatan alir masuk mempengaruhi besar koefisien transfer massa. Nilai koefisien
transfer massa (Kla) semakin besar dengan semakin besar kecepatan alir masuk.
3. Harga koefisien perpindahan massa adalah 0,0435 menit-1; 0,0568 menit-1 ; dan
0,0577 menit-1 untuk laju alir fluida berturut 17,0000 cm3/menit; 22,3333
cm3/menit; dan 31.3333 cm3/menit dengan konsentrasi asam asetat masuk 0.016
mg/L.
4. Konstanta kesetimbangan Freundlich pada percobaan ini adalah sebesar 3535,0861
dengan nilai n sebesar 2,5038 dan eror regresi (R2) sebesar 0,981

33
DAFTAR PUSTAKA

Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Yogyakarta : Bina Aksara.


Asip, F., Mardhiah, R., dan Husna, 2008. Uji Efektivitas Cangkang Telur dalam
Mengadsorpsi Ion Fe dengan Proses Batch.
Sediawan, W. B. dan Prasetya, A., 1997, Pemodelan Matematis dan Penyelesaian
Numeris dalam Teknik Kimia dengan Bahasa Basic dan Fortran, Ed. 1, ANDI,
Yogyakarta
Barrow, G. (1979). Physical Chemistry, 4th ed. Tokyo: Mc Graw Hill International
Book Company
Bahl, B.S., Tuli, G.D., dan Bahl, A. 1997. Essential of Physical Chemistry. New Delhi:
S. Chand and Company.
Dina D.J.D, Ntjeche A.R., Ndi J.N. Ketcha Mbadcam J. Adsorption of Acetic acid onto
Activated Carbons obtained from Maize cobs by Chemical Activation with Zinc
chloride (ZnCl2). Research Journal of Chemical Sciences Vol. 2(9), 42-49, 2012
Tangio, J.S. 2012. Adsorpsi Logam Timbal (Pb) dengan Menggunakan Biomass Eceng
Gondok. Laporan Peneltian. Gorontalo: FMIPA Universitas Gorontalo.
Surakarta, I Nyoman. 2008. Adsorpsi Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji Kayu Albezia. Tesis
Kimia. Bogor: IPB.
Marcelia, Ariska. 2014. Keragaman Kecepatan Pengadukan Terhadap Penurunan
Kadar Pb (Timbal) Dalam Oli Bekas Melalui Penggunaan Adsorben Lempung
Dengan Aktivator Asam Sulfat. Laporan Akhir Teknik Kimia. Palembang.
Politeknik Negeri Sriwijaya
LeVan, M. D., Carta, G. Yon, C. M. 2008. 'Adsorption and Ion Exchange', Perry's
Chemical Engineers' Handbook. New York: McGraw-Hills
Arfan, Y. 2006. Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Dasar Batubara dengan Perlakuan
Aktivasi Terkontrol Serta Uji Kinerjanya. Teknik Kimia, Universitas Indonesia.
Retno D, Endah., Agus P, Barkah Rizki, dan Nurul Wulandari. 2012. Pembuatan
Ethanol Fuel Grade dengan Metode Adsorpsi Menggunakan Adsorben Granulated
Natural Zeolite dan CaO. Simposium Nasional FT UMS.

34
Ruthven, D.M. 1984. Principles of Adsorption and Adsorption Processes. New York:
John Wiley & Sons
Sahu, R., Singh, N. 2019. 'Significance of Bioadsorption Process on Textile Industry
Wastewater', The Impact and Prospects of green Chemistry for Textile Technology.
Woodhead Publishing
Singh A.K. 2016. 'Nanoparticle Ecotoxicology', Engineered Nanoparticles. Academic
Press
Suzuki, M. 1990. Adsorption Engineering. Tokyo: Elsevier Science.
Tadros T. 2013 'Adsorption Isotherm', Encyclopedia of Colloid and Interface Science.
Berlin: Springer.
Treybal, R.E. 1980. Mass-Transfer Operation. New York: McGraw-Hill.
Okeola. O.F, E.O. Odebunmi dan O.M. Ameen, Comparison Of Sorption Capacity And
Surface Area Of Activated Carbon Prepared From Jatropha Curcas Fruit 46 Pericarp
And Seed Coat, Bull. Chem. Soc. Ethiop, 26(2) 2012 : hal 137-142
Legrouri. K., M. El Harti, M. Oumam, E. Khouya, R. Wahbi, H. Hannache dan A.
Zarrouk. Characterization And Evaluation Performance Of Activated Carbon
Prepared From Coconut Shell Argan. Journal Of Chemical And Pharmaceutical
Research, Vol. 4(12) , 2012.
Asbahani, Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Sebagai Karbon Aktif Untuk Menurunkan
Kadar Besi Pada Air Sumur Jurnal Teknik Sipil Untan, Vol. 13 No. 1 – JUNI 2013:
hal. 105-114
Marsh. Harry “Activated Carbon”, Elsevier Science & Technology Books,
Sanfransisco, (2006), hal.121
Murti, S., 2008. Pembuatan Karbon Aktif dari Tongkol Jagung untuk Adsorbsi Molekul
Amonia dan ion Krom. Universitas Indonesia, Depok.
Wahyudi, Agus. 2016. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Lignin terhadap Rhodamin B
dalam Sistem Dinamis. Jember: FMIPA Universitas Jember.
Foss, S, Alan; “A Laboratory Fized Bed Reactor fo (Just About) all Occasions”, IECR,
vol 30,1991.

35
Welasih, Tjatoer. 2006. Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Liquid Solid Dalam
Kolom Packed Bed Dengan Metode Adsorpsi. Jurnal Teknik Kimia. Upn “Veteran”
Jatim, Surabaya

36
LAMPIRAN

A. DATA PERCOBAAN
1. Pengukuran Konsentrasi Akhir untuk Mencari Konstanta Freundlich
Tabel 6. Data Konduktansi Asam Asetat Keluar Kolom
m, mg Konduktansi, S CA, N
20 1,20×10-4
30 1,70×10-4
40 2,20×10-4
50 2,50×10-4

2. Konduktansi Larutan Asam Asetat dan Larutan Blangko


Tabel 7. Data Hubungan Konduktansi dengan Konsentrasi Asam Asetat dan Larutan
Blangko
Konsentrasi, N Konduktansi, S
0,0160 2,50×10-4
0,0100 2,10×10-4
0,0050 1,50×10-4
0,0025 1,10×10-4
0,0016 9,00×10-5
0 4,70×10-5

3. Konduktansi Larutan Keluar Kolom pada Berbagai Waktu dan Debit

37
Tabel 8. Konduktansi Larutan Keluar Kolom Pada Setiap Waktu dan Debit
Float 10 cm Float 15 cm Float 20 cm
Waktu
Konduktansi Konsentrasi, Konduktansi Konsentrasi, Konduktansi Konsentrasi,
, menit
,S N ,S N ,S N
0 0 0 0
2 0,00005 0,000079 0,00011
4 0,00010 0,00014 0,00016
6 0,00014 0,00020 0,00021
8 0,00018 0,00022 0,00023
10 0,00021 0,00023 0,00024
12 0,00022 0,00024 0,00025
14 0,00023 0,00025 0,00026
16 0,00024 0,00025 0,00026

4. Pengukuran Debit dari Aliran


Tabel 9. Data Debit Aliran Keluar Kolom
Tinggi Float, cm Volume Tertampung, cm3 Debit Rata-rata, cm3/menit
16
10 17 17,0000
18
23
15 22 22,3333
22
31
20 32 31,3333
31

B. PERHITUNGAN
1. Pembuatan kurva standar persamaan hubungan konduktansi dan konsentrasi
larutan asam asetat

38
Kurva Hubungan Konduktansi dan Konsentrasi
0.0160
0.0140
f(x) = 305107.43 x² − 14.59 x + 0
0.0120 R² = 1
Konsentrasi, N

0.0100
0.0080
0.0060
0.0040
0.0020
0.0000
0.00E+00 3.00E-05 6.00E-05 9.00E-05 1.20E-04 1.50E-04 1.80E-04 2.10E-04 2.40E-04
Konduktansi, S/m

Gambar 12. Kurva Standar Hubungan Konduktansi dan Konsentrasi Larutan Asam
Asetat
Dari kurva dapat di dekati dengan persamaan sebagai berikut:
y = 267908x2 – 10,452x + 0,0003

2. Perhitungan nilai konsentrasi dari data konduktansi pada setiap waktu


Contoh perhitungan untuk data pada ketinggian float 10 cm dan waktu 2 menit
adalah sebagai berikut:
Konsentrasi = 267908(0,00005)2 – 10,452(0,00005) + 0,0003
Konsentrasi = 0,0004471 N
Dengan menggunakan cara yang sama, maka dapat dihitung konsentrasi pada
tiap waktu dan ketinggian float sebagai berikut:

Tabel 10. Data Konsentrasi Larutan Keluar Kolom Pada Setiap Waktu dan Debi
Waktu Float 10 cm Float 15 cm Float 20 cm
, menit Konduktansi Konsentrasi, Konduktansi Konsentrasi, Konduktansi Konsentrasi,

39
,S N ,S N ,S N
0 0 0,0003 0 0,0003 0 0,0003
2 0,00005 0,0004471 0,000079 0,0011463 0,00011 0,0023920
4 0,00010 0,0019339 0,00014 0,0040877 0,00016 0,0058861
6 0,00014 0,0040877 0,00020 0,0079259 0,00021 0,0099198
8 0,00018 0,0070989 0,00022 0,0109670 0,00023 0,0120680
10 0,00021 0,0099198 0,00023 0,0120680 0,00024 0,0132230
12 0,00022 0,0106970 0,00024 0,0132230 0,00025 0,0144310
14 0,00023 0,0129680 0,00025 0,0144310 0,00026 0,0151930
16 0,00024 0,0132230 0,00025 0,0144310 0,00026 0,0151930

3. Perhitungan nilai konstanta Freundlich


Contoh perhitungan untuk data pada massa karbon aktif 50 mg adalah sebagai
berikut:
Konsentrasi = 267908(1,20×10-4)2 – 10,452(1,20×10-4) + 0,0003
Konsentrasi = 0,00316 N
Dengan menggunakan cara yang sama, maka dapat dihitung konsentrasi
sebagai berikut:
Tabel 11. Data Perhitungan Konsentrasi

m, mg Konduktansi, S CA, N
50 1,20×10-4 0,00316
40 1,70×10-4 0,00598
30 2,20×10-4 0,01109
20 2,50×10-4 0,01542

40
Tabel 12. Data Perhitungan Konstanta Freundlich

xA
x A , mg q e= log CA log qe
m
18153,9027 363,0781 -2,500 2,56
17867,3437 446,6836 -2,223 2,65
16870,2398 562,3413 -1,955 2,75
13932,5303 696,6265 -1,812 2,843

Dengan menggunakan metode regresi linear, didapatkan data sebagai berikut:


A = 3,5484
B = 0,3994
R2 = 0,981

Maka,
Kf = 103,5484 = 3535,0861
n = 1/B = 2,5038

41
4. Perhitungan Konsentrasi Keluar Kolom
Script python yang digunakan:

42
43
44

Anda mungkin juga menyukai