Anda di halaman 1dari 145

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Oleh :

Kelompok III

Kelas 05/B (Alih Jenjang)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisika ini dibuat sebagai salah satu

syarat untuk lulus praktikum KIMIA FISIKA yang disetujui oleh :

No Judul Percobaan Asisten Paraf

1. Adsorbsi Isotermis Irham Arfandi

2. Tegangan Permukaan Dwi Ambar Wati Laluhun

3. Viskositas Widya Yuna Bahra

4. Kenaikan Titik Didih Andi Rahmadani Safitri

Penentuan Bobot
5. Molekul Senyawa Serli Patabang
Berdasarkan Volume Gas

Makassar, 15 April 2021


Koordinator Praktikum

Sirajul Firdaus
NUPN. 99099133434
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Karena atas
limpahan rahmatnya kita masih diberi kesehatan, karunia, dan petunjuk sehingga
kami dapat meneyelesaikan ini makalah ini.

Penyusunan Laporan praktikum KIMIA FISIKA ini telah diusahakan


semaksimal mungkin dan sesuai dengan format yang telah ditetapkan. Mengenai
isi Laporan telah diupayakan sesuai dengan proses praktikum dan didasarkan pada
berbagai sumber referensi lainnya.

Akhirnya kami berharap semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi
kita semua. Amin.

Makassar, 15 April 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Sampul

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

A. Laporan Praktikum 1

Adsorbsi Isotermis ........................................................................................

B. Laporan Praktikum 2

Tegangan Permukaan....................................................................................

C. Laporan Praktikum 3

Viskositas ......................................................................................................

D. Laporan Praktikum 4

Kenaikan Titik Didih ....................................................................................

E. Laporan Praktikum 5

Penentuan Bobot Molekul Senyawa Berdasarkan Volume Gas ...............


LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM

ADSORBSI ISOTERMIS

OLEH :

KELOMPOK III

ANGKATAN 2020

ASISTEN : IRHAM ARFANDI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,

meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan

standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan

distribusinya serta penggunaannya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani

disebut farmakon yang berarti medika atau obat, sedangkan ilmu resep adalah

ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk

tertentu (meracik) hingga siap digunakan sebagai obat (Susanti, 2016).

Kimia Farmasi adalah ilmu kimia yang mempelajari bahan-bahan yang

digunakan sebagai obat mencakup struktur, modifikasi struktur, sifat kimia fisika

obat yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja

obat. Selain itu ilmu kimia farmasi juga menetapkan hubungan struktur kimia dan

aktivitas biologis, menghubungkan perilaku biodinamik melalui sifat fisika dan

reaktivitas kimia senyawa obat, serta mempelajari identifikasi dan analisis obat-

obatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Nama lain dari kimia farmasi

adalah kimia medisinal (Medicinal Chemistry), farmakokimia

(Pharmacochemistry), dan kimia terapi (Therapeutique Chemistry). Studi

kimiawi suatu senyawa obat memberikan efek menguntungkan dalam sistem

kehidupan yang melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa dengan

aktivitas biologis serta mekanisme cara kerja senyawa pada sistem biologis dalam
usaha mendapatkan efek pengobatan yang maksimal dan memperkecil efek

samping yang tidak menguntungkan (Cartika, 2016).

Kimia Fisika adalah bidang ilmu dalam kimia yang mempelajari aspek

fisika dari materi dan energi serta mekanisme perubahannya. Pada umumnya

pembahasan di dalam perguruan tinggi membagi kimia fisika menjadi bidang

termodinamika, kinetika, dan kuantum. Termodinamika kimia mempelajari materi

dan energi yang menyertainya yang pada intinya mempelajari hukum-hukum

dasar termodinamika. Sementara itu kinetika merupakan bidang yang mempelajari

aspek proses perubahan suatu materi dalam sebuah reaksi atau interaksi lain. Di

dalam kinetika juga dipelajari beberapa teknik penentuan mekanisme dalam suatu

reaksi. Subjek dalam kajian kinetika kimia, khususnya berkaitan dengan

pengukuran dan penafsiran tingkat (orde) suatu reaksi kimia (Fatimah, 2017).

Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul

pada permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan

cenderung menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan

padatan, baik fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya. Akibatnya

konsentrasi molekul pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa

gas zat terlarut dalam larutan. Pada adsorpsi interaksi antara adsorben dengan

adsorbat hanya terjadi pada permukaan adsorben (Tandy,E, 2012).

Berdasarkan teori diatas, maka adapun alasan praktikum kali ini yaitu, untuk

mengetahui seperti apa peristiwa adsorbs suatu larutan pada suhu tetap oleh

padatan.
B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui peristiwa

adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan pengaruh

konsentrasi larutan adsorbat terhadap adsorben.

D. Prinsip Percobaan

Proses adsorbs asam asetat oleh karbon dapat dilakukan dengan

menambahkan karbon aktif kepada larutan asam dengan menambahkan karbon

aktif kepada larutan asam dengan konsentrasi yang bervariasi yang kemudian

ditutup lalu dilakukan proses pengocokan dan dibiarkan hingga beberapa menit,

dilanjutkan dengan proses penyaringan saat suhu sudah konstan (suhu hanya

berubah sedikit).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu

terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya

tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam.

Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada

permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung

menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik

fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya. Akibatnya konsentrasi molekul

pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas zat terlarut dalam

larutan. Pada adsorpsi interaksi antara adsorben dengan adsorbat hanya terjadi

pada permukaan adsorben (Tandy, E, 2012).

A. Jenis – Jenis Adsorpsi

Berdasarkan Interaksi molekular antara permukaan adsorben

dengan adsorbat, adsorpsi dibagi menjadi 2 yaitu (Supriani, 2014) :

1) Adsorpsi Fisika

Adsorpsi Fisika terjadi karena adanya gaya Van der Waals. Pada

adsorpsi fisika, gaya tarik menarik antara molekul fluida dengan

molekul pada permukaan padatan (Intermolekuler) lebih kecil dari

pada gaya tarik menarik antar molekul fluida tersebut sehingga gaya

tarik menarik antara adsorbat dengan permukaan adsorben relatif

lemah pada adsorpsi fisika, adsorbat tidak terikat kuat dengan


permukaan adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari suatu

bagian permukaan ke permukaan lainnya dan pada permukaan yang

ditinggalkan oleh adsorbat tersebut dapat digantikan oleh adsorbat

lainnya . Keseimbangan antara permukaan padatan dengan molekul

fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat reversibel. Adsorpsi fisika

memiliki kegunaan dalam hal penentuan luas permukaan dan ukuran

pori (Supriani, 2014).

2) Adsorpsi Kimia

Adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia yang

terbentuk antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben.

Ikatan kimia dapat berupa ikatan kovalen/ion. Ikatan yang terbentuk

kuat sehingga spesi aslinya tidak dapat ditentukan. Karena kuatnya

ikatan kimia yang terbentuk maka adsorbat tidak mudah terdesorpsi.

Adsorpsi kimia diawali dengan adsorpsi fisik dimana adsorbat

mendekat kepermukaan adsorben melalui gaya Van der Waals /

Ikatan Hidrogen kemudian melekat pada permukaan dengan

membentuk ikatan kimia yang biasa merupakan ikatan kovalen

(Supriani, 2014).

B. Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses adsorpsi

dengan menggunakan permukaan padat berpori :


1) Luas permukaan adsorben

Luas permukaan spesifik (luas permukaan adsorben per massa

adsorben) sangat mempengaruhi nilai adsorpsi. Luas permukaan spesifik

memiliki nilai yang sebanding dengan luas permukaan total pada

adsorben. Semakin kecil ukuran partikel dan semakin berpori suatu

material adsorben semakin meningkat nilai adsorpsi per satuan massa

adsorben (Setianingsih, 2018).

2) Sifat fisika dan kimia adsorbet

Tingkat adsorpsi suatu solut oleh suatu adsorben berbanding

terbalik dengan solubilitas solut di dalam pelarutnya, solubilitas solut yang

tinggu menunjukkan interaksi antara solut dengan solven lebih kuat

dibandingkan solut dengan adsorben. Solut yang polar lebih mudah

teradsorpsi oleh adsorben polar sedangkan solut nonpolar lebih mudah

teradsorpsi oleh adsorben nonpolar (Setianingsih, 2018).

3) Keasaman larutan

Adsorpsi kation logam berat (seperti Cu(II), Zn(II), Cd(II), Pb(II))

oleh adsroben dalam media asam meningkat sejalan dengan peningkatan

pH. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan persaingan proton pada

sisi aktif adsorben. Sedangkan pada pH basa, ion-ion dari logam berat

akan tersisih dari fase cair dan membentuk endapan karena adanya

interaksi dengan ion hidroksil (Setianingsih, 2018).


4) Temperatur

Penurunan temperatur menyebabkan peningkatan adsorpsi karena

reaksi adsorpsi berlangsung secara eksotermis. Disisi lain, peningkatan

temperatur juga dapat meningkatkan adsorpsi karena meningkatkan laju

difusi solut kedalam adsorben melalui fase cair (Setianingsih, 2018).

5) Porositas adsorben

Jumlah pori, bentuk pori dan ukuran pori menentukan laju adsorpsi

maupun kapasitas adsorpsi. Pada adsorben bersifat mesopori, proses

adsorpsi cendeerung berlangsung dengan mekanisme kondensasi adsorbat

secara kapiler. Sedangkan pada adsorben mikropori, proses adsorpsi

terjadi karena kesesuaian ukuran molekul yang akan diadsorpsi dalam

pengisian pori tanpa mengalami kondensaasi (Setianingsih, 2018).

6) Karakteristik kimiawi permukaan adsorben

Muatan permukaan adsorben, tingkat keasaman permukaan,

polaritas dan hidrofobisitas sangat ditentukan oleh jenis gugus fungsi

permukaan adsorben. Semua karakteristik kimiawi tersebut mempengaruhi

adsorpsi (Setianingsih, 2018).

C. Pengertian Adsorben

Adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi

berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau pada letak-letak tertentu

di dalam partikelnya. Karena pori-porinya biasa kecil maka luas permukaan

dalam mencapai beberapa orde besaran lebih besar dari permukaan luar dan

bisa sampai 2000 m2/gr. Dalam kebanyakan hal komponen yang diadsorpsi
melekat sedemikian kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen itu

secara menyeluruh dari fluida tanpa terlalu banyak adsorpsi terhadap

komponen lain sehingga memungkinkan adsorbat yang dihasilkan dalam

bentuk terkonsentrasi atau hampir murni (Tandy, E, 2012).

1. Adsorben Tidak Berpori (Non-Porous Sorbent)

Adsorben tidak berpori dapat diperoleh dengan cara presipitasi

deposit kristalin seperti BaSO4 atau penghalusan padatan kristal. Luas

permukaan spesifiknya kecil tidak lebih dari 10 m2 /g dan umumnya antara

0,1 s/d 1 m2/g. Adsorben yang tidak berpori seperti filter karet (rubber

filters) dan karbon hitam bergrafit (graphitized Carbon Black) adalah jenis

adsorben tidak berpori yang telah mengalami perlakuan khusus sehingga

luas permukaannya dapat mencapai ratusan m2/g (Supriani, 2014)..

2. Adsorben Berpori( Porous Sorbents)

Luas permukaan spesifik dsorben berpori berkisar antara 100 s/d

1000 m2/g. Biasanya digunakan sebagai penyangga katalis, dehidrator, dan

penyeleksi komponen. Adsorben ini umumnya benbentuk granular

(Supriani, 2014).

D. Pengertian Adsorpsi Isotermis

Isoterm adsorpsi adalah hubungan kesetimbangan antara konsentrasi

dalam fase fluida dan konsentrasi di dalam partikel adsorben pada suhu

tertentu. Pada adsorpsi minyak dari air ini, digunakan persamaan isoterm

Freundlich dan isoterm Langmuir. Adapun data kuantitatif yang didapat dari

penelitan berupa daya jerap minyak per gram adsorben (q) dan konsentrasi
minyak akhir pada air (c) selama waktu kontak maksimum ditentukan dengan

persamaan isotherm adsorpsi Freundlich dan persamaan isotherm adsorpsi

Langmuir untuk mengetahui karakteristik adsorpsi minyak oleh adsorben

sedangkan daya adsorpsi maksimum dari adsorben dengan membuat kurva

berdasarkan karakteristik yang diperoleh (Tandy, E. 2012).

E. Pengertian Arang Aktif

Arang Aktif adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang

mengandung karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yng berikatan

secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom

C pada setiap sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak

seolah-olah seperti pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela

di antaranya (Septian, Angga, dkk. 2013).

Sebagian pori-pori yang terdapat dalam arang masih tertutup oleh

hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Komponen arang ini meliputi

karbon terikat, abu, air, nitrogen, dan sulfur yang mempunyai luas permukaan

dan jumlah pori sangat banyak. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon

grafit yang pori-porinya telah mengalami pengembangan. Kemampuan untuk

mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut

atau yang terdispersi dalam cairan. Luas permukaan, dimensi, dan distribusi

karbon aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi.

Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan

menjadi 3, yaitu mikropori (diameter <2 nm), mesopori (diameter 2–50 nm),

dan makropori (diameter >50 nm) (Septian, Angga, dkk. 2013).


Berdasarkan fungsinya karbon karbon aktif dibedakan menjadi 2

yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon). Jenis arang ini

digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas. Pori-pori yang terdapat

pada karbon aktif jenis ini tergolong mikropori yang menyebabkan molekul

gas akan mampu melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak bisa

melewatinya. Karbon aktif jenis ini dapat ditemui pada karbon

tempurung kelapa. Selanjutnya adalah karbon fasa cair (liquid-phase

carbon). Karbon aktif jenis ini digunakan untuk mengadsorpai kotoran

atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori

dari karbon aktif ini adalah makropori yang memungkinkan molekul

berukuran besar untuk masuk. Karbon jenis ini biasanya berasal dari batu

bara, misalnya ampas tebu dan sekam padi (Septian, Angga, dkk. 2013).

Aktivasi adalah perubahan fisik berupa peningkatan luas

permukaan karbon aktif dengan penghilangan hidrokarbon. Ada dua

macam aktifasi, yaitu aktivasi fisika dan kimia. Aktivasi kimia dilakukan

dengan merendam karbon dalam H3PO4, ZnCl2, NH4Cl, dan AlCl3 sedangkan

aktivasi fisika menggunakan gas pengoksidasi seperti udara, uap air atau CO 2

(Septian, Angga, dkk. 2013).

F. Titrasi Asam Basa

1. Pengertian

Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam

titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan

standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai


asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang

bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga

dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima

proton (basa) (Septian, Angga, dkk. 2013).

Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, maka kita dapat

menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah

asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat

asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan

istilah alkalimetri (Septian, Angga, dkk. 2013).

Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat

mengamati perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik

akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana

akan terjadi perubahan warna dari indicator (Septian, Angga, dkk. 2013).

Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa

menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika

akan mencapai titik ekuivalen (pH=7). Penambahan selanjutnya

menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH terus meningkat. Juga

diperoleh informasi indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini

dengan kisaran PH 7 – 10 (Septian, Angga, dkk. 2013).

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu

zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui

konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang

terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi

yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk

titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain

sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa) (Septian,

Angga, dkk. 2013).

2. Prinsip Titrasi Asam basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titran

ataupun titrat. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar

larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan

sebaliknya. Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit sampai

mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrat dan

titran tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian

kita mencatat volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan

tersebut. Dengan menggunakan data volume titrat, volume dan konsentrasi

titran maka kita bisa menghitung kadar titrat (Septian, Angga, dkk. 2013).
B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Asam Asetat (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 41)

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama Lain : Asam Asetat

RM/BM : CH3COOH/60,05

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam,

tajam.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P dan

gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan : Sebagai absorbat

3. Asam Klorida (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 53)

Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama Lain : Asam Klorida

RM/BM : HCl/36,46

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika

diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai larutan adsorbat

4. Carbo Adsorben (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 133)

Nama Resmi : CARBO ADSORBEN

Nama Lain : Arang jerap, Arang aktif, Norit.

Pemerian : Serbuk halus, hitam, tidak berbau, bebas dari butiran,

tidak berasa.

Kelarutan : Larut dalam etanol, tidak larut dalam air.

Penyimpanan : Tempat kering dan wadah tertutup

Kegunaan : Absorben (penyerap)

5. Indikator PP (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 675)

Nama Resmi : PENOLPHTALEEIN

Nama Lain : Fenolftalein, Indikator PP

RM/BM : C20H14O4/318,32
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar

larut dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai Larutan indikator

6. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, Edisi III, 1979. Hal. 412)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Rumus Struktur : Na – OH

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,

kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur;

putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.

Segera menyerap karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Larutan titrasi


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu aluminium foil,

bunsen/kaki tiga/kasa asbes, buret 50 ml, cawan porselin, corong, kertas

saring, labu Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, pipet ukur 5 ml, statif dan

klem, serta stopwatch/timer

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, aquadest (H 2O).

asam asetat (CH3COOH), asam klorida (HCI), indikator fenolftalein, karbon

(C), dan Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N.

B. Cara kerja

Disiapkan alat dan bahan kemudian ambil karbon lalu timbang sebanyak 7

gram. Dipanaskan karbon dalam cawan porselin, jaga jangan sampai membara,

kemudian didinginkan dalam desikator. Masukkan karbon dalam enam buah labu

erlenmeyer dengan berat karbon masing-masing 1 gram. Buatlah larutan asam

asetat dengan konsentrasi 0,15, 0,12, 0,09, 0,06, 0,03 dan 0,015 M dengan

volume masing-masing 100 ml. Larutan ini dibuat dari pengenceran larutan 0,15

N. Satu erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya diisi 100 ml 0,03 M larutan

asam asetat, latutan ini akan dipakai sebagai control atau larutan pembanding.

Ditutup semua labu tersebut menggunakan Aluminium foil dan gojog secara

kontinu selama 30 menit, kemudian diamkan selama 1 jam dalam ruangan gelap
agar terjadi kesetimbangan. Saringlah masing-masing larutan memakai kertas

saring wagner, buang 10 ml pertama dari hasil filtrat untuk menghindarkan

kesalahan akibat senyawa kimia dari kertas saring. Dititrasi 25 ml larutan filtrat

dengan 0,1 N NaOH baku sebanyak 50 ml pada buret dengan indikator PP.

diamati warna larutan titrasi, jika larutan sudah berubah warna menjadi merah

muda/pink, maka proses titrasi telah selesai. Catat hasil volume awal dan volume

akhir titrasi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Bobot
Konsentrasi Bobot Volume Volume CH3COOH
No.
CH3COOH Carbon CH3COOH NaOH yang
Teradsorbsi
1. 0,15 M 1 gram 100 ml 34,6 ml 0,12 g/Mmol
2. 0,12 M 1 gram 100 ml 26,7 ml 0,12 g/Mmol
3. 0,09 M 1 gram 100 ml 20,4 ml 0,06 g/Mmol
4. 0,06 M 1 gram 100 ml 8,3 ml 0,18 g/Mmol
5. 0,03 M 1 gram 100 ml 9,3 ml 0 g/Mmol
6. 0,015 M 1 gram 100 ml 4 ml -0,006 g/Mmol
7. 0,03 M - 100 ml 9,4 ml -

B. Pembahasan

Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap

zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom

atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam.

Adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung

terutama pada dinding-dinding pori atau pada letak-letak tertentu di dalam

partikelnya.

Arang Aktif adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang

mengandung karbon. Berdasarkan fungsinya karbon karbon aktif dibedakan

menjadi 2 yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon). Jenis arang

ini digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas.


Pada Percobaan adsorbsi isotermis ini bertujuan untuk mengamati peristiwa

adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan.

Pada perlakuan pertama, yang dilakukan yaitu menimbang karbon yang akan

digunakan sebanyak 7 gram setalah itu dilakukan pemanasan arang terlebih

dahulu. Pemanasan dihentikan pada saat timbul asap, jaga jangan sampai

membara. Ketika arang dipanaskan, pori-pori pada permukaan arang akan

membuka sehingga nantinya arang menjadi aktif dan dapat digunakan untuk

mengabsorbsi asam asetat secara maksimal.

Pada percobaan ini digunakan konsentrasi larutan asam asetat yang

bervariasi, dimana konsentrasi yang digunakan yaitu 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03;

dan 0,015 m. Dimana digunakan berbagai konsentrasi asam asetat bertujuan

untuk mengetahui kemampuan arang dalam mengabsorbsi larutan asam asetat

dengan berbagai konsentrasi pada temperatur konstan (isoterm).

Pada tabel di atas dapat dilihat larutan yang telah disaring akan dititrasikan

dengan NaOH 0,1% dengan penambahan indicator PP (Fenolftalein) kedalam

larutan titrat yang akan di titrasi dengan dua hingga tiga tetes indicator PP

(Fenolftalein), dapat dilihat pada tabel 1 larutan titrat dengan konsentrasi I yaitu

0,015 m yang dititrasi dengan NaOH berubah warna menjadi pink dengan

volume titrasi 34,6 ml. kemudian dilanjutkan pada konsentrasi II yaitu 0,12 m

yang ditirasi dengan NaOH berubah warna menajdi pink dengan volume titrasi

26,7 ml. pada konsentrasi III yaitu 0,09 m di titrasi dengan NaOH berubah warna

menjadi pink dengan volume titrasi 20,4 ml. kemudia pada konsentrasi IV yaitu

0,15 m yang di titrasi dengan NaOH perubahan warna menjadi pink dengan
volume titrasi 4 ml. pada konsentrasi V yaitu 0,03 m yang dititrasi dengan NaOH

yang dimana perubahan warna menjadi warna pink dengan volume titrasi 9,3 ml.

kemudian pada konsentrasi terakhir yaitu konsentrasi VI 0,06 m yang dititrasikan

dengan NaOH berubah warna menjadi pink dengan volume titrasi 8,3 ml. Larutan

pembanding yang dititrasikan sebanyak 25 ml. Larutan pembanding tersebut di

titrasikan, yang dimana warna yang di hasilkan yaitu warna pink dengan volume

titrasi 9,4 ml.

Adapun faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum ini adalah adanya

ketidaktelitian dari praktikan dalam membedakan sampel sehingga hasil sampel

bisa saja tertukar dan pada proses gojog beberapa sampel tidak digojog dengan

baik (tidak searah jarum jam dan tidak secara kontinu) sehingga bisa saja

mengalami kesalahan pada hasil titrasi.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

semakin rendah konsentrasi adsorbat dalam adsorben maka semakin sedikit

jumlah larutan titrasi yang di gunakan.

C. Grafik Data

1. Sebelum Adsorbsi

0.2

0.15
y = -0.0249x + 0.166
R² = 0.3948
0.1

0.05
Series1
0 Linear (Series1)
0.15 0.12 0.09 0.06 0.03 0.015
-0.05
2. Sesudah Adsorbsi

0.14

0.12

0.1

0.08 y = -0.0237x + 0.1473


R² = 0.9352
0.06

0.04
Series1
0.02 Linear (Series1)

0
0.15 0.12 0.09 0.06 0.03 0.015
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu, dalam percobaan ini variasi

konsentrasi larutan asam asetat yang digunakan, yakni 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03;

dan 0,015 M, variasi konsentrasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

arang dalam mengabsorbsi larutan asam asetat dengan berbagai konsentrasi pada

temperatur konstan (isoterm). Adapun nilai asam asetat yang tersadsorbsi sesuai

dengan konsentrasi yang digunakan yaitu, 0,12, 0,12, 0,06, 0,18, 0, dan -0,006

g/Mmol. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

semakin rendah konsentrasi adsorbat dalam adsorben maka semakin sedikit

jumlah larutan titrasi yang di gunakan.

B. Saran

1. Laboratorium

Sebaiknya fasilitas baik alat maupun bahan di dalam laboratorium bisa

lebih dilengkapi agar mempermudah dalam melakukan praktikum.

2. Asisten

Sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikan saat praktikum agar

meminimalisir kesalahan – kesalahan yang dapat terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Cartika, Harpolia. 2016. Kimia Farmasi. Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta Selatan.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.

Fatimah, Is. 2017. Kimia Fisika. Deepublish : Yogyakarta.

Setianingsih Tutik. 2018. Karakterisasi Poru dan Luas Muka Padatan. Malang:
UB Press.

Septian, Angga, dkk. 2013. Adsorbsi Isotermis. Institut Teknologi Sepuluh


Nopember : Surabaya.

Supriani, Neni. 2014. Pengaruh Suhu Adsorbsi Terhadap Mutu Minyak Goreng
Bekas Oleh Arang Aktif Temurung Kemiri yang Diaktivasi dengan H2SO4.
Universitas Sumatera Utara : Medan.

Susanti, Nora. 2016. Ilmu Kefarmasian. KEMENDIKBUD : Yogyakarta.

Tandy, E. 2012. Kemampuan Adsorben Limbah Lateks Karet Alam Terhadap


Minyak Pelumas Dalam Air. Jurnal Teknik Kimia USU. Volume 1 No. 2.
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik : USU.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang carbon berlebih (7 g)

Dipanaskan carbon di atas bunsen hingga carbon jadi aktif


(jangan sampai carbon membara)

Diamkan carbon aktif dalam desikator hingga dingin

Siapkan 7 erlenmeyer

Masukkan karbon yang telah di timbang di 6 erlenmeyer

Sisa erlenmeyer lainnya diisi dengan asam asetat tanpa carbon

Digojok selama 30 menit

Diamkan hingga 1 jam

Filtrasi dengan kertas saring

Buang 10 ml pertama

Ambil 25 ml dan masukkan ke dalam erlenmeyer

Titrasi dengan NaOH 0,1 N

Tetesi dengan Indikator PP


Amati perubahan warna dan volume titrasinya
B. Lampiran Perhitungan

Rumus :

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

Ket :

X : Massa CH3COOH yang teradsorbsi

C : Konsentrasi asam asetat (CH3COOH)

BM : Berat Molekul Asam asetat

V : Volume awal CH3COOH

1. Konsentrasi CH3COOH : 0,15 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 34,6 ml X 0,1 N


34,6 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑁
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,13 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,15 M – 0,13 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0,12 g/Mmol
2. Konsentrasi CH3COOH : 0,12 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 26,7 ml X 0,1 M


26,7 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,10 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,12 M – 0,10 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0,12 g/Mmol

3. Konsentrasi CH3COOH : 0,09 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 20,4 ml X 0,1 M


20,4 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,08 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,09 M – 0,08 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0,06 g/Mmol
4. Konsentrasi CH3COOH : 0,06 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 8,3 ml X 0,1 M


8,3 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,03 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,06 M – 0,03 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0,18 g/Mmol

5. Konsentrasi CH3COOH : 0,03 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 9,3 ml X 0,1 M


9,3 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,03 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,03 M – 0,03 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = 0 g/Mmol
6. Konsentrasi CH3COOH : 0,015 M

Mgrek CH3COOH = Mgrek NaOH

V CH3COOH X M CH3COOH = V NaOH X M NaOH

25 ml X M CH3COOH = 4 ml X 0,1 M
4 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙

M.CH3COOH = 0,016 M

Maka Massa CH3COOH yang teradsorbsi yaitu =

X = (Cawal – Cakhir) x BM x V

X = (0,015 M – 0,016 M) X 60,05 g/mol X 0,1 L

X = - 0,006 g/Mmol
C. Lampiran Pengamatan

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Pengambilan Karbon Ket : Penimbangan Karbon

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Pengaktifan Karbon Ket : Didinginkan dalam desikator

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Penimbangan Karbon 1 g Ket :Dimasukkan Karbon ke Erlenmeyer


LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Dimasukkan Asam Asetat Ket : Proses gojog selama 30 menit

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Didiamkan 1 jam Ket : Proses Filtrasi

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : penambahan indikator PP Ket : Proses titrasi dengan NaOH 0,1 N


LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Hasil Titrasi Ket : Pencatatan volume akhir titrasi

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Hasil Titrasi keseluruhan Ket : hasil pencatatan data


D. Lampiran Kehadiran Zoom

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Nama : Elsa A Nama : Ismail Anwar


Nim : D1B120171 Nim : D1B120214

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Nama : Novita Chreis Nama : Reni Hasan


Nim : D1B120231 Nim : D1B120237

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Nama : Afifah Anjani Nama : Yesiana Barek Welan


Nim : D1B120198 Nim : D1B120162
LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM

TEGANGAN PERMUKAAN

OLEH :

KELOMPOK III/05 (ALIH JENJANG)

ANGKATAN 2020

ASISTEN : DWI AMBAR WATI LALUHUN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,

meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan

standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan

distribusinya serta penggunaannya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani

disebut farmakon yang berarti medika atau obat, sedangkan ilmu resep adalah

ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk

tertentu (meracik) hingga siap digunakan sebagai obat (Susanti, 2016).

Kimia Fisika adalah bidang ilmu dalam kimia yang mempelajari aspek

fisika dari materi dan energi serta mekanisme perubahannya. Pada umumnya

pembahasan di dalam perguruan tinggi membagi kimia fisika menjadi bidang

termodinamika, kinetika, dan kuantum. Termodinamika kimia mempelajari materi

dan energi yang menyertainya yang pada intinya mempelajari hukum-hukum

dasar termodinamika. Sementara itu kinetika merupakan bidang yang mempelajari

aspek proses perubahan suatu materi dalam sebuah reaksi atau interaksi lain. Di

dalam kinetika juga dipelajari beberapa teknik penentuan mekanisme dalam suatu

reaksi. Subjek dalam kajian kinetika kimia, khususnya berkaitan dengan

pengukuran dan penafsiran tingkat (orde) suatu reaksi kimia (Fatimah, 2017).

Tegangan permukaan merupakan fenomena yang terjadi pada zat cair

(fluida) yang berada dalam keadaan diam. Gaya ini biasanya dapat diketahui

dengan melihat kenaikan cairan dalam pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan kecil
cairan (Salam, 2017).

Tegangan permukaan suatu cairan berhubungan dengan garis gaya tegang

yang dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik

kohesi (gaya tarik antara molekul sejenis) molekul-molekul cairan (Julianto, Eko,

dkk. 2017).

Berdasarkan teori latar belakang diatas maka, adapun alasan dilakukannya

praktikum ini adalah untuk mengetahui cara penentuan tegangan permukaan suatu

cairan.

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu, untuk mengetahui cara

menentukan tegangan permukaan cairan secara relatif dengan air sebagai

pembanding.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu, untuk menentukan

tegangan permukaan cairan secara relatif dengan air sebagai pembanding.

D. Prinsip Percobaan

Adapun prrinsip dari percobaan ini yaitu, sejumlah larutan yang akan

ditentukan tegangan permukaannya dimasukkan ke dalam gelas kimia. Pipa

kapiler ditutup bagian atasnya dan dicelupkan ke dalam larutan yang akan diuji

tersebut. Saat mencapai permukaan gelas lepaskan tangan hingga airnya naik.

Hitung selisih antara permukaan air dengan air yang naik tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Tegangan permukaan suatu cairan adalah banyaknya gaya yang

dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan per satu satuan luas. Satuan

tegangan permukaan (γ) dalam cgs dinyatakan dalam erg cm-1 atau dyne cm-1 ,

sedangkan dalam satuan SI dinyatakan dalam N m-1 . Tegangan permukaan adalah

gaya atau tarikan ke bawah yang menyebabkan permukaan cairan berkontraksi

dan benda dalam keadaan tegang. Tegangan permukaan ini disebabkan karena

adanya molekul dalam suatu cairan yang saling tarik menarik anatar satu dengan

yang lainnya ke segala arah dengan gaya yang sama besarnya. Namun, pada

permukaan cairan tidak ada molekul yang saling tarik menarik sehingga luas

permukaan cairan cenderung untuk menyusut. Permukaan cairan akan mengalami

resultan gaya yang berasal dari sisi samping dan bawah permukaan yang menarik

permukaan cairan mengarah ke dalam cairan itu sendiri (Salam, 2017).

Tegangan permukaan merupakan fenomena yang terjadi pada zat cair

(fluida) yang berada dalam keadaan diam. Gaya ini biasanya dapat diketahui

dengan melihat kenaikan cairan dalam pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan kecil

cairan (Salam, 2017).

Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus

diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini

tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog

dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang
pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan

menjauhi seutas tali. Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan

permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh

suatu lapisan elastic. Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu

kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang

luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau

ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas permukaan baru.

Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di

permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit

melengkung ke bawah tampak silet itu berada. Lengkungan itu memperluas

permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya berusaha

mempertahankan luas permukaan-nya sekecil mungkin. Beberapa gejala tegangan

permukaan yang sering kita jumpai adalah pada sebuah pipet (penetes obat cair)

akan mengeluarkan fluida setetes demi setetes dan tidak mengalir, sebatang jarum

yang diletakkan dipermukaan air tidak akan tenggelam dan lalat yang hinggap

pada permukaan airpun tidak tenggelam. Tegangan permukaan zat cair pada pipa

kapiler dipengaruhi oleh adhesi dan kohesi. Adhesi menyebabkan zat cair yang

dekat dengan dinding naik. Sedangkan kohesi menyebabkan zat cair yang ada di

tengah ikut naik. Naiknya zat cair dalam pipa diimbangi oleh berat air itu sendiri.

Contoh peristiwa yang membuktikan adanya tegangan permukaan, antara lain,

peristiwa jarum, silet, penjepit kertas, atau nyamuk yang dapat mengapung di

permukaan air, butiran-butiran embun berbentuk bola pada sarang laba-laba, air

yang menetes cenderung berbentuk bulat-bulat dan air berbentuk bola di


permukaan daun talas (Julianto, Eko, dkk. 2017).

Tegangan permukaan suatu cairan berhubungan dengan garis gaya tegang

yang dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik

kohesi (gaya tarik antara molekul sejenis) molekul-molekul cairan (Julianto, Eko,

dkk. 2017).

1. Macam-macam Metoda yang digunakan dalam Tegangan Permukaan

Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode

antara lain (Julianto, Eko, dkk. 2017) :

a. Metode cincin de-Nouy

Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan

dan tegangan antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan

pada kenyataan bahwa gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin

yang tercelup pada zat cair sebanding dengan tegangan permukaan atau

tegangan antar muka. Gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin

dalam hal ini diberikan oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne

(Julianto, Eko, dkk. 2017).

b. Metode kenaikan kapiler

Ada beberapa metode penentuan tegangan muka diantaranya

adalah metode kenaikan pipa kapiler. Metode kenaikan pipa kapiler

merupakan metode bila suatu pipa kapiler dimasukkan kedalam cairan

yang membasahi dinding maka cairan akan naik kedalam kapiler karena

adanya tegangan muka. Kenaikan cairan sampai suhu tinggi tertentu


sehingga terjadi keseimbangan antara gaya keatas dan kebawah (Julianto,

Eko, dkk. 2017).

Gaya kebawah : F = πr2 h ρ g

Dimana = h : tinggi muka

g : percepatan gravitasi

ρ : berat jenis

r : jari-jari kapiler

Gaya keatas : F’ = 2 πr cos 

Dimana =  : adalah tegangan muka dan

 : adalah sudut kontak.

Pada kesetimbangan, gaya kebawah sama dengan gauya keatas maka :

F’= F

2 πr cos  = πr2 h ρ g

Untuk air dan kebanyakan organik umumnya  = 0 atau dapat dianggap

batas lapisan paralele dengan kapiler, sehingga harga cos  = 1 maka :

=½rhρg

(Julianto, Eko, dkk. 2017).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tegangan Permukaan

Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh

beberapa factor diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat

terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan

terutama molekul zat yang berada pada permukaan cairan berbentuk lapisan
monomolecular yang disebut dngan molekul surfaktan. Faktor-faktor yang

menpengaruhi (Hidayat, 2013) :

a. Suhu

Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena

meningkatnya energy kinetik molekul (Hidayat, 2013).

b. Zat terlarut (solute)

Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi

tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan

viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar.

Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan membentuk lapisan

monomolecular, maka akan menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut

biasa disebut dengan surfaktan (Hidayat, 2013)

c. Surfaktan

Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan

permukaan, karena cnderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau

antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung

pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan

(Hidayat, 2013).

d. Jenis Cairan

Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya

besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya

pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka

tegangan permukaannya juga kecil (Julianto, Eko, dkk. 2017).


e. Konsentrasi Zat Terlarut

Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai

pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi

pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan

kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai

konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan.

Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan

tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil

daripada didalam larutan (Julianto, Eko, dkk. 2017).

3. Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk

menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini

dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang

adesiv berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya

dan pada zat yang nonadesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan

yang sering digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah

pipa kapiler. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah

sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat

dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarikmenarik antara zat

yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara molekul zat yang

berbeda (adesi) (Julianto, Eko, dkk. 2017).

Molekul biasanya saling tarikmenarik. Dibagian dalam cairan, setiap

molekul cairan dikelilingi oleh molekulmolekul cairan di samping dan di


bawah. Di bagian atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan

tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang

besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam caian. Sebaliknya

molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh molekul cairan yang

berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat

gaya total yang berarah ke bawah karena adanya gaya total yang arahnya ke

bawah, maka cairan yang terletak di permukaan cenderung memperkecil luas

permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan

lapisan cairan pada permukaan seolaholah tertutup oleh selaput elastis yang

tipis (Julianto, Eko, dkk. 2017).

Martin mengemukaan istilah permukaan biasanya dipakai bila

membicarakan suatu antarmuka gas/cair. Walaupun istilah ini akan dipakai

dalam penentuan tegangan permukaan. Karena setiap artikel zat, apabila itu

bakteri, sel, koloid, granul atau manusia, mepunyai suatu antarmuka pada batas

sekelilingnya, maka pada topik ini memang penting. Tegangan permukaan

adalah gaya persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang

tidak bercampur, sedangkan tegangan permukaan adalah gaya persatuan

panjang bias juga digambarkan dengan suatu rangka kawat tiga sisi dimana

suatu bidang datar bergerak diletakkan. Menurut Kosman, bahwa molekul-

molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar dan non polar

(Julianto, Eko, dkk. 2017).

Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang

rendah, maka molekul-molekul surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan


membentuk suatu lapisan monomolekuler. Bagian gugus polar akan mengarah

ke udara. Hal ini mengakibatkan turunnya tegangan permukaan air. Pada

konsentrasi yang lebih tinggi nolekul-molekul surfaktan masuk ke dalam air

membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel

ini mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK ini

dicapai maka tegangan permukaan zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh

perubahan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dapat ditentukan dengan

metode tegangan permukaan. Cara sederhana untuk menentukan tegangan

permukaan adalah dengan menggunakan kawat yang dibengkokkan berbenruk

huruf U dan kawat kedua CD dengan panjang l yang dapat digerakkan

sepanjang kawat U (Julianto, Eko, dkk. 2017).

4. Gejala Kapilaritas

a. Jika sudut kontak kurang dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa

kapiler naik.

b. jika sudut kontak lebih besar dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa

kapiler turun.

Kapilaritas adalah gejala naik atau turunnya zat cair di dalam pipakapiler

(pipa sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi

antara zat cair dengan dinding kapiler. Karena dalam pipa kapiler gaya adhesi
antara partikel air dan kaca lebih besar daripada gaya kohesi antara

partikelpartikel air, maka air akan naik dalam pipa kapiler. Sebaliknya raksa

cenderung turun dalam pipa kapiler, jika gaya kohesinya lebih besar daripada

gaya adhesinya. Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler

disebabkan oleh adanya tegangan permukaan ( γ ) yang bekerja pada keliling

persentuhan zat cair dengan pipa (Julianto, Eko, dkk. 2017).


B. Uraian Bahan

1. Alkohol (FI III, 1979 , hal: 65)

Nama resmi : Aethanolum

Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol

Rumus molekul : C2H6O

Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap

dan mudah bergerak; bau khas rasa panas,mudah

terbakar dan memberikan nyala biruyang tidak

berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P

dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,

ditempat sejuk jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai sampel.

2. Aseton ( FI IV 1995, hal: 27)

Nama Resmi : ACETONUM

Nama Lain : Aseton

Rumus Molekul : C3H6O


Rumus Struktur :

Berat Molekul : 58.08

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna,mudah

menguap, bau khas. Larutan (1dalam 2) netral

terhadap kertas lakmus

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol

dengan eter dan dengan kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari api.

3. Aquadest ( FI lll 1979, hal: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

nama lain : Air Suling

Rumus Molekul : H2O

Rumus Struktur :H–O–H

Berat Molekul : 18,02

Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : sebagai sampel pembanding

4. Benzena ( FI lll 1979, hal: 658)

Nama resmi : BENZEN


Nama lain : Benzena

Rumus Molekul : C6H6

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan trasparan,tidak berwarna,mudah terbakar

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. NaCl (FI lll 1979, hal: 403)

Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama Lain : Natrium klorida

RM/BM : NaCl / 58,44

Rumus Struktur : Na – Cl

Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk

hablur putih, tidak berbau, dan rasa asin .

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air,dalam 2,7 bagian air

mendidih,dan dalam kurang lebih 10 bagian

gliserol P.,sukar larut dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai sampel

6. Toluen (FI lll 1979, hal: 735)

Nama Resmi : TOLUENA

Nama Lain : Toluen


Rumus Molekul : C6H5CH3

Rumus Struktur :

Pemeriaan : Cairan jernih,tidak berwarna,mudah terbakar

Kelarutan : Prakatis tidak larut dalam air,dapat campur dengan

etanol mutlak p.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Gelas kimia 100 ml,

Labu ukur, Mistar, Piknometer, Pipa kapiler, Pipet tetes, dan Timbangan

analitik.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Alcohol (C2H5OH),

Aseton (C3H6O), Benzene (C6H6), Natrium klorida (NaCl) 0,2 N, dan Toluene

(C7H8).

B. Cara kerja

Disiapkan alat dan bahan. Tentukan terlebih dahulu massa jenis masing-

masing cairan dengan menggunakan piknometer. Ditimbang berat piknometer

kosong kemudian ditimbang berat piknometer+sampel. Tabung diisi sampel,

kemudian pipa kapiler dimasukkan ke tabung dan diberi tekanan, sehingga sampel

dalam kapiler naik dan kemudian tekanan dilepaskan sehingga permukaan kapiler

akan turun sampai pada ketinggian tertentu. Diukur berapa ketinggian cairan yang

naik di dalam pipa kapiler. Dicatat kemudian diganti dengan cairan yang akan

dicari nilai tegangan permukaannya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Bobot Pikno + Kenaikan Tegangan


No. Sampel
Sampel Kapiler Permukaan
1. Aquadest 69,19 g 3,5 cm 0,672 dyne/cm2
2. Alkohol 59,47 g 3 cm 0,486 dyne/cm2
3. Aseton 61,24 g 1,9 cm 0,32 dyne/cm2
4. Benzen 62,86 g 1,2 cm 0,208 dyne/cm2
5. Toluen 62,48 g 1,3 cm 0,218 dyne/cm2
6. NaCl 0,2 N 69,37 g 2,6 cm 0,499 dyne/cm2

B. Pembahasan

Tegangan permukaan merupakan fenomena yang terjadi pada zat cair

(fluida) yang berada dalam keadaan diam. Gaya ini biasanya dapat diketahui

dengan melihat kenaikan cairan dalam pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan

kecil cairan (Salam, 2017).

Adapun tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk menentukan

tegangan permukaan cairan secara relatif dengan air sebagai pembanding.

Dimana sampel yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, Alkohol, Aseton,

Benzen, Toluen, dan Na CL 0,2 N.

Pada percobaan ini, metode yang digunakan yaitu metode kenaikan

pipa kapiler. Keuntungan dari metode ini adalah waktu yang dibutuhkan

relatif singkat serta cara kerjanya yang praktis. Kerugian dari metode ini
adalahadalah presentasi hasil pengukuran tinggi yang tidak valid karena

pengaruh tegangan pada saat pipa kapiler dimasukkan kedalam larutan.

Dalam percobaan ini sampel yang digunakan adalah aquadest,

alkohol, aseton, toluen, bensen dan NaCl kemudian dilakukan penentuan

massa jenis masing-masing cairan dengan menggunakan piknometer dengan

cara ditimbang berat piknometer kosong dengan hasil penimbangan yang

didapatkan yaitu 23,16 gram kemudian ditimbang berat piknometer yang

berisi masing – masing sampel. Adapun hasil yang didapatkan untuk masing

masing penimbangan pikno yang berisi sampel yaitu, Alkohol 59,47 g,

Aseton 61,24 g, Benzen 62,86 g, Toluen 62,48 g, NaCl 0,2 N 69,37 g dan

hasil dari penimbangan larutan pembanding aquadest yaitu 69,19 g.

Proses pengerjaan selanjutnya yaitu gelas kimia diisi sampel,

kemudian di masukkan pipa kapiler ke tabung dengan catatan pipa kapiler

tidak boleh menyentuh ujung atau dasar dari gelas kimia, lalu berikan tekanan

pada bagian atas pipa kapiler sebelum dimasukkan ke dalam gelas kimia yang

berisi sampel, setelah pipa kapiler dimasukkan, buka tekanan pada ujung

kapiler agar sampel dalam kapiler naik, kemudian berikan tekanan kembali

agar sampel yang berada dalam pipa kapiler tidak keluar. Setelah itu di ukur

berapa ketinggian cairan yang naik di dalam pipa kapiler dan cairan yang ada

pada gelas kimia.

Dari hasil percobaan pada larutan pembanding yaitu aquadest

diperoleh, kenaikan kapiler (h) adalah 3,5 cm dan untuk tegangan permukaan

(y) adalah 0,672 dyne/cm². Dari hasil percobaan pada sampel alkohol
diperoleh hasil untuk kenaikan kapiler (h) adalah 3 cm dan untuk tegangan

permukaan (y) adalah 0,486 dyne/cm². Dari hasil percobaan pada sampel

aseton diperoleh hasil yakni untuk kenaikan kapiler (h) adalah 1,9 cm dan

untuk tegangan permukaan adalah 0,32 dyne/cm². Dari hasil percobaan pada

sampel toluen diperoleh hasil yakni untuk kenaikan kapiler (h) adalah 1,3 cm

dan untuk tegangan permukaan adalah 0,218 dyne/cm². Dari hasil percobaan

pada sampel bensen diperoleh hasil untuk kenaikan kapiler adalah 1,2 cm dan

untuk tegangan permukaan adalah 0,208 dyne/cm². Dari hasil percobaan pada

sampel NaCl diperoleh hasil kenaikan kapiler (h) adalah 2,6 cm dan untuk

tegangan permukaan adalah 0,499 dyne/cm².

Adapun faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada praktikum ini

yaitu, ketidaktepatan dalam menentukan hasil dari tegangan permukaan

terutama pada pengukuran kenaikan sampel pada pipa kapiler.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu, didapatkan hasil tegangan

permukaan pada Aquadest yaitu 0,672 dyne/cm². Pada sampel alkohol diperoleh

tegangan permukaan 0,486 dyne/cm². Pada sampel aseton diperoleh tegangan

permukaan 0,32 dyne/cm². Pada sampel toluen diperoleh tegangan permukaan

0,218 dyne/cm². Pada sampel benzena diperoleh tegangan permukaan 0,208

dyne/cm². Pada sampel NaCl diperoleh tegangan permukaan 0,499 dyne/cm².

B. Saran

1. Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya praktikum dilakukan

secara offline agar seluruh peserta praktikum bisa mengetahui cara penggunaan

alat saat praktikum.

2. Asisten

Adapun saran untuk asisten yaitu Sebaiknya asisten lebih memperhatikan

praktikan saat praktikum agar meminimalisir kesalahan – kesalahan yang dapat

terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.

Fatimah, Is. 2017. Kimia Fisika. Deepublish : Yogyakarta.

Hidayat, Siska. 2013. Penentuan Tegangan Permukaan Cairan Metode Kapiler.


Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih : Bandung.

Julianto, Eko, dkk. 2017. Menentukan Tegangan Permukaan Cair. SPEKTRA :


Jurnal Kajian Pendidikan Sains. ISSN : 2442-9910.

Salam, Rezky. 2017. Uji Kerapatan Viskositas dan Tegangan Permukaan Pada
Tinta Print dengan Bahan Dasar Arang Sabut Kelapa. Jurusan Fisika Pada
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin :
Makassar.

Sirajuddin firdaus, Tim asisten. Penuntun Pratikum Kimia Fisika.,Universitas


Megarezky : Makassar.

Susanti, Nora. 2016. Ilmu Kefarmasian. KEMENDIKBUD : Yogyakarta.

Yudhitiara, Riska Febriani. 2017. Identifikasi Miskonsepsi Menggunakan CRI


Dan Penyebabnya Pada Materi Mekanika Fluida. Unnes Physics
Education Journal (ISSN: 2252-6935) : Semarang.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan Alat dan Bahan

Ditimbang Pikno kosong

Diisi Pikno dengan sampel

Timbang pikno yang berisi sampel

Masukkan sampel ke dalam Gelas kimia atau tabung reaksi

Masukkan pipa kapiler ke dalam gelas kimia berisi sampel


(jangan sampai menyentuh permukaan gelas kimia)

Ukur kenaikan sampel pada pipa kapiler dan


pada gelas kimia

Catat dan dokumentasikan


B. Perhitungan

A. Bobot Jenis / Density


Rumus :

(𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


BJ =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜

1. Air
(69,19 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Air =
50 𝑚𝑙
1,602 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙

= 0,032
2. Alkohol
(59,47 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Alkohol =
50 𝑚𝑙
1,377 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙

= 0,027
3. Aseton
(61,24 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Aseton =
50 𝑚𝑙
1,418 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙

= 0,028
4. Benzena
(62,86 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Benzena =
50 𝑚𝑙
1,455 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙

= 0,029
5. Toluen
(62,48 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Toluen =
50 𝑚𝑙
1,447 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙

= 0,028
6. NaCl 0,2 N
(69, 37𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ NaCl =
50 𝑚𝑙
1,606 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙

= 0,032
B. Tegangan Permukaan
Rumus : γ = ½.r.h.d.g
1. Air
γ = ½ x 1,2 x 3,5 x 0,032 x 10
= ½ x 1,344
= 0,672 dyne/cm2
2. Alkohol
γ = ½ x 1,2 x 3 x 0,027 x 10
= ½ x 0,972
= 0,486 dyne/cm2
3. Aseton
γ = ½ x 1,2 x 1,9 x 0,028 x 10
= ½ x 0,64
= 0,32 dyne/cm2
4. Benzena
γ = ½ x 1,2 x 1,2 x 0,029 x 10
= ½ x 0,417
= 0,208 dyne/cm2
5. Toluen
γ = ½ x 1,2 x 1,3 x 0,028 x 10
= ½ x 0,436
= 0,218 dyne/cm2
6. NaCl 0,2 N
γ = ½ x 1,2 x 2,6 x 0,032 x 10
= ½ x 0,998
= 0,499 dyne/cm2
C. Dokumentasi Praktikum
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Penimbangan Piknometer Kosong Ket : Penimbangan Pikno + sampel

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Penuangan sampel ke gelas kimia Ket : pipa kapiler dimasukan ke dalam sampel

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Pengukuran pipa kapiler Ket : pengukuran larutan di gelas kimia


D. Dokumentasi Kehadiran Zoom

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Nama : Elsa A Nama : Ismail Anwar


Nim : D1B120171 Nim : D1B120214

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Nama : Novita Chreis Nama : Reni Hasan


Nim : D1B120231 Nim : D1B120237

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Nama : Afifah Anjani Nama : Yesiana Barek Welan


Nim : D1B120198 Nim : D1B120162
LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

VISKOSITAS

OLEH :

KELOMPOK III / 05

ANGKATAN 2020

ASISTEN : WIDYA YUNA BAHRA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan

gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lainnya. Suatu Jenis

cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah dan

sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang

tinggi (Wa Ode, 2013).

Viskositas secara umum juga dapat diartikan sebagai suatu tendensi untuk

melawan aliran cairan karena internal friction atau resistensi Suatu bahan untuk

mengalami deformasi bila bahan tersebut dikenai suatu gaya. Semakin besar

resistansi suatu zat cair untuk mengalir maka semakin besar pula viskositasnya.

Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida terhadap aliran dan dapat

dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida.Pada hukum aliran

fluida pada viskositas. Newton mengatakan bahwa hubungan antara gaya gaya

mekanika dan suatu aliran viskositas sebagai gesekan dalam fluida adalah konstan

sehubungan dengan gesekan nya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newton

nya, dimana perhubungan antara tegangan gesek (s) dengan kecepatan gesek (d)

nya konstan. Parameter Inilah yang disebut dengan viskositas (Wa Ode, 2013).

Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida terhadap aliran dan

dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gerakan fluida. Air memiliki

nilai viskositas yang rendah sedangkan minyak sayur memiliki viskositas besar

atau tinggi. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. (Wa

Ode, 2013).

Oleh sebab itulah dilakukan praktikum tentang viskositas zat cair agar

praktikan dapat mengetahui apa yang dimaksud viskositas, bagaimana cara agar

dapat menentukan harga viskositas suatu cairan serta mengetahui mana yang

termaksud viskositas rendah dan viskositas tinggi berdasarkan sampel yang telah

dibawa dalam praktikum (Wa Ode, 2013)

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan pada praktikum ini yaitu, untuk menentukan

nilai viskositas suatu larutan sampel dengan menggunakan metode Ostwald.

C. Prinsip Percobaan

Adapun Prinsip percobaan pada percobaan viskositas ini adalah

menentukan massa jenis dan nilai viskositas suatu zat cair berdasarkan metode

Ostwald dimana waktu yang diperlukan untuk semua volume cairan yang

mengalir melalui pipa kapiler berada dibawah pengaruh tekanan yang tetap
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Viskositas merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian

pada fluida pada waktu lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati yang

lainnya. Pada zat cair, viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antar

molekul. Pada gas, viskositas muncul dari tumbukan antar molekul. Fluida yang

berbeda memiliki besar viskositas yang berbeda. Makin besar viskositas dalam

suatu fluida, makin sulit suatu benda bergerak dalam fluida tersebut. Di dalam zat

cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair (Lubis, 2018).

Perbedaan sifat zat cair salah satunya adalah adanya perbedaan terhadap

tingka tkekentalan dari zat cair tersebut. Kekentalan atau disebut juga viskositas

merupakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida (Silmi, dkk., 2017).

Viskositas menetukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya

gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat

ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti suhu, gaya tarik antar molekul, dan ukuran serta jumlah

molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun gas yang jenisnya berbeda memiliki

tingkat kekentalan yang berbeda beda. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan

di bagian dalam (internal) suatu fluida (Abdullah, 2016).

Salah satu sifat dari zat cair adalah memiliki koefisien kekentalan yang

berbeda-beda. Kekentalan atau viskositas pada zat cair terjadi karena adanya gaya

kohesi sedangkan pada zat gas viskositas terjadi karena adanya tumbukan antara
molekul. Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena

adanya gesekan antar lapisan material. Fluida yang lebih cair akan lebih mudah

mengalir (Setiawati dan Radiyono, 2017).

Kecepatan aliran berbeda karena adanya perbedaan viskositas. Besarnya

viskositas dinyatakan dengan suatu bilangan yang menyatakan kekentalan suatu

zat cair. Viskositas yang dimiliki setiap fluida berbeda dan dinyatakan secara

kuantitatif oleh koefisien viskositas η (Setiawati dan Radiyono, 2017).

Apabila benda dijatuhkan kedalam zat cair, selain gaya ke atas yang dialami

gaya juga ada gaya selain itu yang bekerja disebabkan oleh kekentalan fluida zat

cair itu sendiri. gaya yang disebabkan oleh zat cair itu sendiri dapat dipandang

sebagai gaya gesekan dari zat cair itu sendiri. Zat cair dan gas termasuk kedalam

fluida (zat cair) tetapi kekentalan zat cair jauh lebih besar daripada kekentalan gas.

Khusus untuk benda yang berbentuk bola apabila bergerak didalam fluida kental,

secara eksperiman yang ditemukan oleh stokes gaya gesekan fluida dengan benda

adalah sebesar F = 6.n.n.r.v, dimana F gaya tahan gesekan fluida, r dilepaskan

tanpa kecepatan awal dan zat cair yang massa jenisnya po (rho nol ) (P>Po) maka

bola akan mendapat percepatan.bila jarak yang ditempuh bola saat mencapai

kecepatan terminal adalah d selama t detik (Sari, dkk., 2016).

Benda yang dijatuhkan pada zat cair tanpa kecepatan awal akan mendapat

beberapa gaya yaitu sigma F = w-FA-FS = m.a, dengan w adalah gaya berat

benda, FA adalah gaya angkat benda dan FS adalah gaya gesek fluida. Gaya gesek

fluida (gaya gesek newton) yang dialami oleh benda berbanding lurus dengan

kecepatan cairan dalam hal ini disebut cairan newton (Sari, dkk, 2016).
Gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak disebut viskositas

(kekentalan). Besarnya gesekan tersebut dikatakan sebagai derajat kekentalan zat

cair. Kekentalan (viskositas) merupakan salah satu sifat zat cair yang memiliki

koefisien kekentalan yang berbeda-beda, contohnya kekentalan oli dan kekentalan

gliserin. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan dengan hambatan

untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir dengan cepat dan ada

yang mengalir secara lambat seperti gliserin, madu, dan minyak atau oli karena

memiliki viskositas yang besar (Lubis, 2018).

Semakin besar viskositas zat cair, maka semakin sulit suatu benda bergerak

di dalam zat cair tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya

kohesi antara molekul zat cair. Untuk zat cair yang sangat kental diperlukan gaya

yang lebih besar dan untuk fluida yang kurang kental diperlukan gaya yang lebih

kecil. Tingkat kekentalan suatu zat cair juga bergantung pada suhu. Semakin

tinggi suhu suatu zat cair, maka semakin kecil kekentalan zat cair tersebut (Lubis,

2018).

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi viskositas ialah

(Lumbantorian dan Yulianti, 2016):

1. Konsentrasi larutan, viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.

Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang

tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat

yang terlarut tiap satuan volume.


2. Berat molekul terlarut, semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar

partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.Berat molekul

terlarut ialah viskositas berbanding lurus dengan berat molekul terlarut.

3. Tekanan, semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu

cairan.

4. Suhu, viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik

maka viskositas akan turun, dan begitupun sebaliknya.

Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah

aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran

kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran yang lain adalah aliran

turbulen, yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan

diameter yang lebih besar (Kusumaningrum, dkk, 2014).

Viskometer merupakan alat yang digunakan untuk menentukan nilai

viskositas fluida (Tissos, dkk, 2014). Terdapat 2 prinsip dasar sistem metode

pengukuran viskositas, pertama metode pengukuran berdasarkan laju aliran fluida

dalam pipa kapiler vertical saat menempuh jarak tertentu. Alat yang digunakan

dalam metode ini adalah viscometer Ostwald (Sari, dkk, 2016).

Viskositas dapat diukur dengan menggunakan viscometer Ostwald (ataupun

yang lain). Biasanya viskositas ditentukan dengan jalan membandingkan waktu

alir larutan dengan waktu alir pelarut (air). Viskositas larutan dapat ditentukan

dengan menggunakan persamaan (Firdaus, 2021):


Keterangan:

η dan η0 = viskositas larutan dan pelarut

η t dan t0 = waktu alir larutan dan pelarut

Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas

yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki

viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskositas newton menyatakan

hubungan antara gaya-gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran

dalam viskositas fluida juga termasuk konstan sehubungan dengan

gesekannya.hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian. Aliran viskos

dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis

diantara kedua bidang tersebut.apabila zat cair tidak kental maka koefisien sama

dengan nol sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel di dinding

memiliki kecepatan yang sama dengan dinding (Sari, dkk., 2016).


B. Uraian Bahan

1. Alkohol (FI III, 1979 , hlm.65)

Nama resmi : Aethanolum

Nama Lain : Alkohol, etanol

RM/BM : C2H6O / 46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap

dan mudah bergerak, bau khas rasa panas,mudah

terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak

berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P

dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,

ditempat sejuk jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai larutan pembersih viskometer ostwald

2. Aseton ( FI IV 1995, hlm: 27)

Nama Resmi : ACETONUM

Nama Lain : Aseton

RM / BM : C3H6O / 58.08
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, mudah

menguap, bau khas. Larutan (1 dalam 2) netral

terhadap kertas lakmus.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol

dengan eter dan dengan kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari api.

Kegunaan : Sebagai larutan pembersih viskometer ostwald

3. Gliserol (FI lll 1979, hlm: 271)

Nama Resmi : GLYCEROLUM

Nama Lain : Gliserol

RM / BM : C3H8O3 / 92,10

Rumus Struktur :

Pemeriaan : Jernih; tidak berwarna; tidak berbau

Kelarutan : Dapat dicampur dengan air dan dengan etanol

(95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P,

dalam eter p dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan : Sebagai sampel
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Buret 50 ml,

Erlenmeyer 100 ml, Karet penghisap, Pipet 10 ml, dan Stopwatch/timer.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Alkohol

(C2H5OH), Aseton (C3H6O), dan Gliserol (C3H8O3).

B. Cara kerja

Disiapkan alat dan bahan. Siapkan larutan gliserol dengan konsentrasi 1,

0,75, 0,50, dan 0,25 M. Bersihkan visikometer dengan alkohol dan aseton. Dipipet

sebanyak 5ml gliserol dimasukkan ke dalam visikometer. Kemudian ditarik

menggunakan karet penghisap sampai cairan mencapai garis lalu dilepas karet

penghisap. Ukur waktu yang diperlukan larutan gliserol untuk melewati jarak

antara dua tanda yang terdapat pada viskometer (waktu alir). Bersihkan

viskometer dan ukur waktu alir larutan gliserol yang lain.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No. Sampel Cairan Waktu Viskositas

1. Gliserin 1,0 M 01,33 menit/detik 0,19 Cp

2. Gliserin 0,75 M 01,27 menit/detik 0,18 cP

3. Gliserin 0,50 M 01,32 menit/detik 0,19 cP

4. Gliserin 0,25 M 01,24 menit/detik 0,17 cP

B. Pembahasan

Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar

resistensi suatu zat untuk mengalir semakin besar pula viskositasnya sehingga

semakin tinggi kekentalan dari suatu zat maka daya alirnya semakin lambat

karena viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena

adanya gesekan antar lapisan material, viskositas menunjukkan tingkat

ketahanan suatu cairan untuk mengalir.

Pada praktikum kimia fisika penentuan viskositas larutan ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana cara penentuan viskositas suatu larutan dengan

menggunakan viskositas Ostwald dan untuk menentukan jari-jari suatu

molekul.

Percobaan ini menggunakan viskometer Ostwald, yang mana pada

metode ini dilakukan dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu

cairan (fluida) pada konsentrasi tertentu untuk mengalir antara dua tanda pada
pipa viskometer. Prinsip kerja viskometer Ostwald adalah suatu larutan

dengan jumlah tertentu dimasukkan kedalam salah satu pipa yang dimisalkan

pipa A lalu pada bagian pipa B larutan dihisap atau ditiup hingga larutan

tersebut naik sampai garis m (garis atas) kemudian diukur waktu yang

diperlukan cairan untuk mengalir melewati dua tanda, garis m ke garis n yang

ada pada viscometer. Keunggulan dari metode ini lebih cepat, lebih mudah,

alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana.

Pada percobaan ini pertama-tama disiapkan larutan gliserin dengan

konsentrasi 1,0, 0,75, 0,50, dan 0,25 M lalu dibersihkan viscometer dengan

menggunakan alkohol dan aseton. Kemudian di ambil sebanyak 5 ml larutan

gliserin dengan konsentrasi 1,0 M lalu dimasukkan kedalam viscometer

kemudian dihisap menggunakan ball pipet sampai permukaan larutan atau

cairan lebih tinggi daripada batas atas lalu dilepaskan ball pipetnya, setelah itu

diamati larutan turun sampai batas atas, setelah sampai dibatas atas dihitung

waktu alir menggunakan stopwatch sampai batas bawah dan hentikan

stopwatch ketika larutan sudah sampai di batas bawah. Dicatat waktu yang

diperlukan untuk mengalirkan larutan gliserin dari batas atas ke batas bawah.

Batas bawah inilah merupakan T atau waktu alirnya. Ulangi perlakuan yang

sama untuk konsentrasi lainnya.

Berdasakan tabel hasil pengamatan di atas untuk sampel cairan gliserin

dengan konsentrasi 1,0 M, waktu yang diperlukan untuk mengalir dari batas

atas ke batas bawah adalah 1,33 menit/detik dengan viskositas 0,19 cp , untuk

sampel cairan gliserin dengan konsentrasi 0,75 M, waktu yang diperlukan


untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah adalah 1,27 menit/detik dengan

viskositas 0,18 cp, untuk sampel cairan gliserin dengan konsentrasi 0,50 M,

waktu yang diperlukan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah adalah

1,32 menit/detik dengan viskositas 0,19 cp dan yang terakhir untuk sampel

cairan gliserin dengan konsentrasi 0,25 M, waktu yang diperlukan untuk

mengalir dari batas atas ke batas bawah adalah 1,24 menit/detik dengan

viskositas 0,17 cp.

Daya aliraan gliserin akan melambat seiring pertambahan konsentrasi

gliserin. Hal ini berarti nilai viskositas pun akan bertambah seiring dengan

pertambahan konsentrasi gliserin. Hal ini dikarenakan larutan menyatakan

banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak

partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya

semakin tinggi pula. Sehingga konsentrasi dan viskositasnya berbanding lurus.

Adapun perbandingan literatur dari percobaan ini yaitu, berdasarkan

literatur yang dikemukakan oleh Sari, dkk pada tahun 2016 bahwa “suatu jenis

cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah,

dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas

yang tinggi” jika dibandingkan dengan hasil data yang didapatkan hampir

sesuai dengan teori, namun ada beberapa faktor kesalahan yang menjadikan

hasil dari praktikum ini tidak sempurna.

Adapun faktor kesalahan yang bisa saja menyebabkan kesalahan dalam

praktikum ini adalah, kebersihan dari alat viskometer ostwald, hal ini

dikarenakan adanya perbedaan cairan yang ada dalam alat setelah dibersihkan.
Maka dari itu sangat perlu memperhatikan kebersihan alat sebelum dilakukan

percobaan .
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, adapun kesimpulan yang

diperoleh yaitu :

1. Pada konsentrasi 1,0 M, viskositas gliserin yang didapatkan yaitu 0,19 cp

dengan waktu alir selama 1,33 menit atau 93 detik.

2. Pada konsentrasi 0,75 M, viskositas gliserin yang didapatkan yaitu 0,18 cp

dengan waktu alir selama 1,27 menit atau 87 detik.

3. Pada konsentrasi 0,50 M, viskositas gliserin yang didapatkan yaitu 0,19 cp

dengan waktu alir selama 1,32 menit atau 92 detik.

4. Pada konsentrasi 0,25 M, viskositas gliserin yang didapatkan yaitu 0,17 cp

dengan waktu alir selama 1,24 menit atau 84 detik.

5. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi nilai atau

angka viskositas pada suatu zat cair maka akan semakin kecil atau semakin

lambat kecepatan pada suatu benda di dalam zat cair tersebut.

B. Saran

1. Lab

Untuk Laboratorium Kimia Fisika sudah cukup nyaman, dan untuk

kebersihannya lebih baik jika ada jadwal piket praktikan untuk membersihkan

laboratorium terlebih dahulu sebelum ruangan digunakan, sehingga kebersihan

lebih terjaga.
2. Asisten

Untuk semua asisten pada saat praktikum sebaiknya langkah-langkahnya

lebih didetailkan lagi penjelasannya untuk praktikan yang ikut via offline,

sebaiknya microfonnya tidak di mute agar praktikan online juga dapat

mendengar situasi dan percakapan saat praktikum.,dan sebaiknya asisten saat

melakukan atau mendokumentasi, kamera sebaiknya di fokuskan dan

jaringannya diperbaiki agar pada saat menjelaskan suaranya bisa terdengar

dengan jelas dan mahasiswa yang mengikuti praktikum secara online bisa

mendengarkan secara jelas.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Institut Teknologi Bandung :


Bandung

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta

Firdaus, Sirajul. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Universitas Megarezky


Makassar : Makassar

Kusumaningrum, W., Nurul, M. A., Kalsum, U., Rahmawati, A. 2014. Viskositas.


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta

Lubis, N. A. 2018. Pengaruh Kekentalan Cairan Terhadap Waktu Jatuh Benda


Menggunakan Falling Ball Method. UIN Sumatera Utara. Vol.2, No. 2,
2018 : 26-32. ISSN. 2580-6661.

Lumbantoruan, P. dan Yulianti, E. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Viskositas


Minyak Pelumas (Oli). Universitas PGRI Palembang. Vol. 13, No. 2, 2016
: 26-34. ISSN. 1829-586X.

Sari, L., Robi, Kurniaty, N., Sulastri, F., Oxtariani, D. 2016. Viskositas.
Universitas Jambi : Jambi.

Setiawati, D., dan Radiyono, Y. 2017. Analisis Hubungan Kecepatan Terminal


dengan Viskositas Zat Cair Menggunakan Software Tracker. Jurnal Materi
dan Pembelajaran Fisika (JMPF). Vol. 7, No. 2, 2017. ISSN. 2089-6158.

Silmi, N. I., Kiftiyah Yuni, F., Al Bustomi, I., Yuliatin, P. S., Nurchabibah, V., &
AM, T. A. 2017. Viskositas Cairan. Universitas Brawijaya : Malang.

Tissos, N. P., Yulkifli, Kamus, S. 2014. Pembuatan Sistem Pengukuran Viskositas


Fluida Secara Digital Menggunakan Sensor Efek Hall. Jurnal Sainstek
Vol. VI, No. 1, 2014 : 71 – 83. ISSN. 2085-8019.

Wa Ode Amalia. 2013. Laporan Pratikum Kimia Fisika 1 Percobaan IV


Viskositas. Universitas Haluoleo : Kendari
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Disiapkan alat dan bahan

Bersihkan alat dengan alkohol dan aseton

Pasang rubber bulb/bulfiller pada pipet tetes 5 ml

Diambil 5 ml gliserin sesuai konsentrasi yang telah di tentukan

Dimasukkan sampel ke dalam Viskometer Ostwald

Pasang rubber bulb/bulfiller pada viskometer Ostwald untuk


menghisap larutan hingga melewati garis pada Viskometer
Ostwald paling atas

Lepaskan Rubber bulb lalu tunggu hingga larutan


sampel turun hingga mencapai garis atas

Nyalakan stopwatch/timer dan matikan saat larutan


turun mencapai garis bawah

Catat hasil waktu dan hitung nilai viskositasnya


B. Perhitungan

Rumus :

𝜋.𝑝.𝑟 4.𝑡
𝑛 = 8.𝑣.𝐿

1. Gliserin 0,1 M

3,14 𝑥 10 𝑥 0,0081 𝑥 93
𝑛 =
8𝑥5𝑥3

23,65
=
120

= 0,19 𝐶𝑃

2. Gliserin 0,75 M

3,14 𝑥 10 𝑥 0,0081 𝑥 87
𝑛 =
8𝑥5𝑥3

22,12
=
120

= 0,18 𝐶𝑃

3. Gliserin 0,50 M

3,14 𝑥 10 𝑥 0,0081 𝑥 92
𝑛 =
8𝑥5𝑥3

23,39
=
120

= 0,19 𝐶𝑃
4. Gliserin 0,25 M

3,14 𝑥 10 𝑥 0,0081 𝑥 84
𝑛 =
8𝑥5𝑥3

21,36
=
120

= 0,17 𝐶𝑃
C. Dokumentasi Praktikum

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Sampel Gliserin Ket : ostwald, rubber bulb, pipet tetes

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : pencucian viskometer ostwald Ket : proses pengambilan sampel


LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : penarikan larutan di viskometer Ket : pengamatan waktu turun larutan


ostwald menggunakan stopwatch
D. Dokumentasi Kehadiran Zoom

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Nama : Elsa A Nama : Ismail Anwar


Nim : D1B120171 Nim : D1B120214

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Nama : Novita Chreis Nama : Reni Hasan


Nim : D1B120231 Nim : D1B120237
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Nama : Afifah Anjani Nama : Yesiana Barek Welan


Nim : D1B120198 Nim : D1B120162
LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN BOBOT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN

PENGUKURAN VOLUME GAS

OLEH

KELOMPOK III

ANGKATAN 2020

ASISTEN : SERLI PATABANG

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia fisika adalah cabang ilmu yang mempelajari fenomena

maksroskopik, mikroskopik, atom, sub atom dan partikel dalam sistem dan

proses kimia berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep fisika. Kimia

fisika banyak menggunakan konsep-konsep dari prinsip fisika klasik (seperti

energi, entropi, suhu, tekanan, tegangan permukaan, viskositas, hukum

coulomb, interaksi dipol) mekanika kuantun (seperti foton, bilangan kuantum,

spin, keboleh jadian, prinsip ketak pastian), maupun mekanika statistik

(seperti fungsi partisi, distribusi, boltsman) (Fatimah, 2017).

Berat molekul suatu senyawa gas dapat ditentukan dari massa jenis yang

diketahui dengan menggunakan persamaan gas ideal. Persamaan gas ideal

yang mengandung unsur mol zat yang diketahui dapat menentukan berat

molekul suatu senyawa (Eka, 2018).

Molekul-molekul pada gas terletak sangat berjauhan satu sama lain

sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara

molekul-molekulnya sehingga gas akan menyebar dan mengisi seluruh ruang

yang ditempatinya, sebesar apapun dan bagaimanapun bentuknya. Beberapa

sifat gas tersebut, ada yang dinamakan gas ideal (Eka, 2018).

Sebuah gas adalah cairan yang tidak memiliki resistensi terhadap

perubahan bentuk, dan akan mempeluas tanpa batas untuk mengisi wadah

apapun dimana ia diselenggarakan. Molekul-molekul atau atom yang


membentuk gas berinteraksi hanya lemah dengan satu sama lain. Mereka

bergerak cepat, dan bertumbukan secara acak dan berantakan dengan satu

sama lain (Lamsari, 2019).

Berdasarkan uraian di maka pada percobaan ini praktikan perlu

mengetahui cara penentuan berat molekul senyawa yang mudah menguap

berdasarkan pengukuran massa jenis zat.

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui berat

molekul senyawa yang mudah menguap berdasarkan pengukuran massa jenis

zat aseton, alkohol dan kloroform.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat

molekul senyawa yang mudah menguap berdasarkan pengukuran massa jenis

zat aseton, alkohol dan kloroform.

D. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan ini adalah dengan melakukan metode

penentuan berat molekul berdasarkan berat jenis gas melalui proses

penguapan yang dilanjutkan dengan proses pengembunan serta penentuan

selisih massa senyawa sebelum dan sesudah penguapan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

1. Definisi Berat Molekul

Berat molekul dapat diketahui dengan menggunakan fungsi perhitungan

kerapatan dari gas. Cara tersebut dapat dilakukan dengan menampung volume

suatu gas yang akan dihitung berat molekul dengan berat gas yang telah

diketahui berat molekulnya pada suhu yang sama. Persamaan gas ideal

bersama massa jenis gas dapat digunakan untuk berat molekul senyawa

volatil (Ummah, 2018).

2. Gas

Gas merupakan zat yang secara normal berada pada keadaan gas pada

suhu dan tekanan biasa. Gas memiliki sifat volume dan bentuk menyerupai

wadahnya. Gas merupakan wujud materi yang paling mudah dimampatkan.

Gas memiliki sifat akan segera bercampur secara merata dan sempurna jika

ditempatkan dalam wadah yang sama dan gas memiliki kerapatan yang jauh

lebih rendah dibandingkan dengan cairan dan padatan (Ummah, 2018).

Sifat-sifat gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak menurut

jalan-jalan yang lurus ke segala arah, dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Molekul-molekul gas ini selalu bertumbukan dengan molekul-molekul yang

lain atau dengan dinding bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini yang

menyebabkan adanya tekanan (Roni dan Herawati, 2020).


Sebuah gas adalah cairan yang tidak memiliki resistensi terhadap

perubahan bentuk, dan akan mempeluas tanpa batas untuk mengisi wadah

apapun dimana ia diselenggarakan. Molekul-molekul atau atom yang

membentuk gas berinteraksi hanya lemah dengan satu sama lain. Mereka

bergerak cepat, dan bertumbukan secara acak dan berantakan dengan satu

sama lain (Lamsari, 2019).

Volume dari molekul-molekul gas sangat kecil bila dibandingkan

dengan volume yang ditempati oleh gas tersebut, sehingga sebenarnya banyak

ruang yang kosong antara molekul-molekulnya. Hal ini yang menyebabkan

gas mempunyai rapatan yang lebih kecil dari pada cairan atau zat padat. Hal

ini juga yang menyebabkan gas bersifat kompresible atau mudah ditekan

(Roni dan Herawati, 2020).

Karena molekul-molekul gas selalu bergerak ke segala arah, maka gas

yang satu mudah bercampur dengan gas yang lain (difusi) asal keduanya tidak

bereaksi. Gas dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu gas ideal dan gas non ideal.

Gas ideal adalah gas yang mengikuti secara sempurna hukum gas boyle,

hukum gas gaylussac. Sedangkan gas non ideal adalah gas yang hanya

mengikuti hukum gas pada tekanan rendah (Roni dan Herawati, 2020).

3. Hukum Yang Berkaitan Dengan Persamaan Gas Hukum Boyle

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, Robert Boyle menemukan

bahwa gas pada suhu konstan, tekanan gas bertambah, volume gas akan

semakin berkurang. Demikian pula sebaliknya ketika tekanan gas berkurang,

volume gas semakin bertambah (Lamsari, 2019).


Penerapan hukum Boyle terdapat pada prinsip kerja pompa. Untuk

memindahkan, dalam kimia fisika digunakan alat yang disebut pompa.

Pompa hisap dan pompa tekanan merupakan jenis pompa bila ditinjau dari

prinsip kerjanya. Volume udara dalam pompa membesar dan udara tidak

dapat masuk ke ban sebab harus masuk melalui katup (ventil) dari karet,

apabila penghisap ditarik maka volume udara dalam pompa mengecil dan

udara dapat masuk ke ban melalui ventil karena tekanan membesar (Lamsari,

2019).

Volume dari sejumlah gas pada temperatur tetap, berbanding terbalik

dengan tekanannya. Secara matematis dapat ditunjukkan (Roni dan Herawati,

2020) :

1 𝐾𝐼
V= atau V=
𝑃 𝑃

Keterangan :

V= Volume Gas

P = Tekanan Gas

KI = Tetapan yang besarnya tergantung temperatur, berat gas jenis dan

satuan P dan V

a. Hukum Charles

Jacquest Charles (1746-1823) adalah peneliti hubungan antara

suhu dengan volume gas. Peneliti beliau dilakukan saratus tahun setelah

Robert Boyle. Berdasarkan hasil percobaannya Charles menemukan

bahwa pada saat tekanan konstan, maka apabila suhu mutlak gas

bertambah, volume gas pun akan bertambah. Demikian juga sebaliknya,


ketika suhu mutlak gas berkurang, maka volume gas juga akan berkurang.

Pada saat konstan suhu gas berbanding lurus dengan volume gas (Lamsari,

2019).

Hukum Charles dirumuskan sebagai berikut :

V=T

V = Volume

T = Suhu

b. Hukum Gay Lussac

Berdasarkan percobaan yang dilakukan Gay Lussac, menemukan

bahwa gas pada volume konstan, tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas

juga bertambah. Demikian pula sebaliknya ketika tekanan gas berkurang,

suhu mutlak gas juga akan berkurang. Tekanan gas akan sebanding dengan

suhu mutlak gas, bila diukur pada volume yang konstan (Lamsari, 2019).

Hukum Gay Lussac dirumuskan sebagai berikut :

P=T

c. Hukum Gas Umum

Suatu jenis gas dikatakan ideal apabila gaya tarik menarik antar

molekul gas diabaikan. Gas akan berbentuk suatu gas maka semakin besar

pula volume gas tersebut. Massa suatu gas biasanya dinyatakan dalam

jumlah mol. Jumlah mol suatu gas diperoleh dari besar massa total gas

berbanding terbalik dengan massa molekul tersebut (Sousia, 2011).


Harga K pada persamaan PV= KT ditentukan oleh jumlah mol gas,

satuan P dan T, tetapi tidak tergantung jenis gas. Pada P dan T tertentu, K

berbanding lurus dengan V atau jumlah mode gas.

Bila jumlah mode gas = n dan tetapan gas tiap mol = R, maka

K = n. R atau PV= n. R. T

Persamaan inilah disebut persamaan gas ideal, satuan R berbeda-

beda, tergantung satuan sari P dan V, tetapi semua merupakan satuan

tenaga. Persamaan gas ideal dan massa jenis gas dapat digunakan untuk

menentukan berat senyawa yang mudah menguap. Dari persamaan gas

ideal didapat (Widiasti, 2014) :

PV = n. R. T atau PV = (m/BM). R. T

Dengan mengubah persamaan :

P(BM) = (m/V). R. T = 𝜌. R.T

Keterangan :

BM = Berat Molekul

P = Tekanan Gas

V = Volume Gas

T = Suhu Absolut

R = Tetapan gas ideal

𝜌 = Massa Jenis
B. Uraian Bahan

1. Air Suling (Ditjen POM Edisi V, 2014 Hal : 69)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling, Aquadest

RM / BM : H2O / 18,02

Rumus Struktur : O

H H

Kelarutan : Praktis larut dalam pelarut.

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Alkohol (Ditjen POM Edisi V, 2014 Hal : 399)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol

RM / BM : C2H5OH / 47,07

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap,

mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah

terbakar, memberikan nyala biru yang tak

berasap.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur

dengan semua pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sampel Uji

3. Aseton (Ditjen POM Edisi V, 2014 Hal 179)

Nama Resmi : DIMETIL KETON

Nama Lain : Aseton

RM / BM : (CH3)2CO / 46,07

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap,

bau khas, mudah terbakar.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95%

P, dengan eter P dan dengan kloroform P,

membentuk larutan jernih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sampel Uji

4. Kloroform (Ditjen POM Edisi V, 2014 Hal : 707)

Nama Resmi : CHLOROFORM

Nama Lain : Kloroform

RM / BM : CHCl3 / 119,38
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau

khas, rasa manis dan membakar

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah

larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam

sebagian besar pelarut organik, dalam minyak

atsiri dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sampel Uji


BAB III

METODEOLOGI KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah desikator,

erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 5 ml, jarum peniti, karet gelang, lap kasar,

pipet tetes 1 ml dan timbangan analitik.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium

foil, alkohol (C2H5OH), aseton (CH3)2CO), aquadest (H2O), kloroform

(CHCl3) dan tissue.

B. Cara Kerja

Disiapkan alat dan bahan. Ditimbang erlenmeyer 250 ml yang telah ditutupi

dengan aluminium foil dan diikat dengan karet gelang. Diisi erlenmeyer yang

telah ditimbang dengan menggunakan larutan alkohol sebanyak 5 ml, kemudian

tutup dengan aluminium foil dan ikat menggunakan karet gelang, lalu ditimbang.

Dilubangi tutup erlenmeyer dengan menggunakan jarum peniti. Dipanasi

erlenmeyer yang berisi larutan alkohol ke dalam waterbath dengan suhu 100ºC

hingga larutan menguap. Didinginkan ke dalam desikator hingga embun yang

menempel didinding erlenmeyer hilang. Ditimbang erlenmeyer yang telah

didinginkan, selanjutnya di isi dengan aquadest hingga erlenmeyer penuh lalu

timbang kembali. Dicatat hasil yang diperoleh. Dan selanjutnya lakukan hal yang

sama pada larutan aseton dan juga larutan alkohol.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No Larutan BM Praktikum (g/ml) BM Teori (g/mol)

1 Alkohol 52,63 g/mol 47,07 g/mol

2 Aseton 39,24 g/mol 58,08 g/mol

3 Kloroform 78,82 g/mol 119,38 g/mol

B. Pembahasan

Berat molekul suatu senyawa gas dapat ditentukan dari massa jenis yang

diketahui dengan menggunakan persamaan gas ideal. Persamaan gas ideal

yang mengandung unsur mol zat yang diketahui dapat menentukan berat

molekul suatu senyawa (Eka, 2018).

Pada percobaan penentuan massa molekul berdasarkan pengukuran

bobot jenis ini digunakan cairan yang mudah menguap yaitu alkohol,

kloroform dan aseton. Selain mudah menguap, kedua cairan tersebut

memiliki titik didih yang rendah. Percobaan penentuan massa molekul

ini didasarkan pada sifat-sifat gas ideal dan melalui persamaan gas ideal

ini, maka massa molekulnya dapat dihitung.

Percobaan ini menggunakan metode pengukuran massa jenis gas dimana

hal pertama yang harus dilakukan adalah suatu cairan volatil yang memiliki

titik didih di bawah 100oC dimasukan ke dalam labu erlenmeyer yang ditutup

dengan aluminium foil dan karet gelang. Senyawa volatil tersebut diuapkan
pada waterbath bersuhu 100oC sampai semuanya menjadi uap dengan

memberikan lubang pada aluminium foil. Setelah itu erlenmeyer didinginkan

supaya uap dari cairan tersebut mengembun dan menjadi cairan kembali.

Hasil bobot molekul yang diperoleh untuk larutan kloroform adalah

78,82 g/mol, sedangkan berdasarkan teori dari “Farmakope Edisi V” yaitu

119,38 g/mol. Untuk larutan aseton hasil yang diperoleh adalah 39,24 g/mol,

sedangkan berdasarkan teori dari “Farmakope Edisi V” yaitu 58,08 g/mol.

Dan untuk larutan alkohol hasil yang diperoleh adalah 52,63 g/mol, sedangkan

berdasarkan teori dari “Farmakope Edisi V” yaitu 46,07 g/mol. Maka

berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dikatakan percobaan yang telah

dilakukan tidak sesaui dengan teori yang ada.

Adapun faktor yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian data teori

karena ketidaktepatan praktikan dalam pengamatan pada saat cairan telah

menguap semua atau belum, sehingga dapat berpengaruh terhadap

penghitungan. Dan apabila masih terdapat cairan yang belum menguap atau

masih terisi di dalam erlenmeyer, maka akan dapat menyebabkan adanya

kesalahan penghitungan massa jenis gas dan akhirnya berdampak pada

kesalahan dalam penghitungan berat molekul.

Adapun hubungan penentuan Bobot Molekul berdasarkan pengukuran

volume gas dalam farmasi ialah Agar ketika dalam menggunakan bahan

farmasi dalam suatu sediaan kita dapat mengetahui bahan yang termasuk

senyawa yang mudah menguap menjadi gas bila terjadi peningkatan suhu.

Sehingga cara pengerjaannya tepat. Selain itu molekul zat obat diperlukan
agar memastikan tingkat kemurnian senyawa tersebut sehingga senyawa yang

akan diformulasi, benar-benar dipastikan asli dan murni.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap

berdasarkan pengukuran massa jenis zat aseton, alkohol dan kloroform. Sehingga

hasil percobaan berat molekul pada larutan alkohol, aseton dan kloroform tidak

sesaui dengan teori yang ada. Berat molekul kloroform yang diperoleh yaitu 78,82

g/mol sedangkan pada teori 119,38 g/mol. Berat molekul aseton yang diperoleh

yaitu 39,24 g/mol sedangkan pada teori 58,08 g/mol. Dan berat molekul alkohol

yang diperoleh yaitu 52,63 g/mol sedangkan pada teori 46,07 g/mol.

B. Saran

1. Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya alat dan bahan yang

ada di laboratorium lebih dilengkapi dan alat dan bahan yang ada di

laboratorium lebih ditata rapi.

2. Asisten

Adapun saran untuk asisten yaitu dalam mengawasi dan membingbing

praktikan di laboratorium lebih ditingkatkan lagi agar meminimalisir

kesalahan yang terjadi pada saat praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta.

Eka Cindi. 2018. Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Pengukuran Massa Jenis
Gas. Universitas Jember : Jawa Barat.

Fatimah. 2017. Kimia Fisika. Deepublish Publisher : Yogyakarta.

Lamsari Purba. 2019. Kimia Fisika Jikid I. Universitas Kristen Indonesia :


Jakarta.

Roni dan Herawati. 2020. Kimia Fisika II. CV. Amanah : Palembang.

Ummah Nahdiatul. 2018. Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Pengukuran


Massa Jenis Gas. Universitas Jember. Jember.

Widiasti Putu. 2014. Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Pengukuran Massa


Jenis Gas. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja : Bali.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Ditimbang erlenmeyer 250 ml yang telah ditutupi dengan aluminium foil dan
diikat dengan karet gelang

Diisi erlenmeyer yang telah ditimbang dengan menggunakan larutan alkohol


sebanyak 5 ml, kemudian tutup dengan aluminium foil dan ikat menggunakan
karet gelang, lalu ditimbang.

Dimasukkan ke dalam gelas kimia sampel yang telah ditimbang, dan dilarutkan
dengan sedikit aquadest homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.

Dilubangi tutup erlenmeyer dengan menggunakan jarum peniti. Dipanasi


erlamayer yang berisi larutan alkohol ke dalam waterbath dengan suhu 100ºC
hingga larutan menguap.

Didinginkan ke dalam desikator hingga embun yang menempel didinding


erlenmeyer berunah menjadi cairan.

Ditimbang erlenmeyer yang telah didinginkan, kemudian ditambahkan aquadest


hingga penuh lalu timbang kembali.

Dicatat hasil yang diperoleh.

Dilakukan hal yang sama pada larutan aseton dan juga kloroform.
B. Lampiran Perhitungan

Rumus :

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑎𝑝

𝜌. 𝑅. 𝑇
𝐵𝑀 =
𝑃
Keterangan : BM = Berat Molekul (g/mol)

P = Tekanan Gas (atm)

V = Volume Gas (ml)

T = Suhu Absolut (˚K)

R = Tetapan gas ideal (L/atm/mol)

𝜌 = Massa Jenis (g/L)

1. Aseton

Dik : BJ Air = 1 g/L

P = 1 atm

R = 0,082 L/atm/mol

T = 100˚C/373˚K

Bobot erlenmeyer kosong = 134,14 g

Bobot erlenmeyer setalah diuapkan = 139,54 g

Bobot erlenmeyer setelah diuap + aquadest = 449,17 g

Dit : Bobot molekul aseton?

Penyelesaian :

Bobot Air = Bobot erlemeyer + aquadest – Bobot erlenmeyer kosong

= 449,17 g – 139,14 g
= 310,03 g

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
Volume Air =
𝐵𝐽 𝑎𝑖𝑟

310,03 𝑔
=
1 𝑔/𝐿

= 310,03 ml/0,310 L

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑎𝑝

139,54 𝑔 − 139,14 𝑔
𝜌=
0,310 𝐿

0,4 𝑔
𝜌=
0,310 𝐿

𝜌 = 1,290 𝑔/𝐿

𝜌. 𝑅. 𝑇
𝐵𝑀 =
𝑃

1,290 𝑔/𝐿 × 0,082 L/atm/mol × 371˚𝐾


𝐵𝑀 =
1 𝑎𝑡𝑚

𝐵𝑀 = 39,24 g/mol

2. Alkohol

Dik : BJ Air = 1 g/L

P = 1 atm

R = 0,082 L/atm/mol

T = 100˚C/373˚K

Bobot erlenmeyer kosong = 140,03 g

Bobot erlenmeyer setalah diuapkan = 140,57 g

Bobot erlenmeyer setelah diuap + aquadest = 452,22 g


Dit : Bobot molekul alkohol?

Penyelesaian :

Bobot Air = Bobot erlemeyer + aquadest – Bobot erlenmeyer kosong

= 452,22 g – 140,57 g

= 312,19 g

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
Volume Air =
𝐵𝐽 𝑎𝑖𝑟

312,19 𝑔
=
1 𝑔/𝐿

= 312,19 ml/0,3121 L

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑎𝑝

140,57 𝑔 − 140,03 𝑔
𝜌=
0,3121 𝐿

0,54 𝑔
𝜌=
0,3121 𝐿

𝜌 = 1,7302 𝑔/𝐿

𝜌. 𝑅. 𝑇
𝐵𝑀 =
𝑃

1,7302 𝑔/𝐿 × 0,082 L/atm/mol × 371˚𝐾


𝐵𝑀 =
1 𝑎𝑡𝑚

𝐵𝑀 = 52,63 g/mol

3. Kloroform

Dik : BJ Air = 1 g/L

P = 1 atm

R = 0,082 L/atm/mol
T = 100˚C/373˚K

Bobot erlenmeyer kosong = 137,64 g

Bobot erlenmeyer setalah diuapkan = 138,45 g

Bobot erlenmeyer setelah diuap + aquadest = 450,30 g

Dit : Bobot molekul kloroform?

Penyelesaian :

Bobot Air = Bobot erlemeyer + aquadest – Bobot erlenmeyer kosong

= 450,30 g – 137,64 g

= 312,66 g

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
Volume Air =
𝐵𝐽 𝑎𝑖𝑟

312,66 𝑔
=
1 𝑔/𝐿

= 312,66 ml/0,312 L

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑎𝑝

138,45 𝑔 − 137,64 𝑔
𝜌=
0,312 𝐿

0,81 𝑔
𝜌=
0,312 𝐿

𝜌 = 2,5911 𝑔/𝐿

𝜌. 𝑅. 𝑇
𝐵𝑀 =
𝑃

2,5911 𝑔/𝐿 × 0,082 L/atm/mol × 371˚𝐾


𝐵𝑀 =
1 𝑎𝑡𝑚

𝐵𝑀 = 78,82 g/mol
C. Lampiran Pengamatan

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Erlenmeyer A kosong Ket : Erlenmeyer + Alkohol 5 Ml

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Erlenmeyer A setelah didinginkan Ket : Erlenmeter A setelah ditambahkan


aquadest
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Erlenmeyer B kosong Ket : Erlenmeyer + aseton 5 mL

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Erlenmeyer B setelah Didinginkan Ket : Erlenmeter B setelah ditambahkan


aquadest
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Erlenmeyer C kosong Ket : Erlenmeyer + Kloroform 5 mL

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Erlenmeyer C setelah didinginkan Ket : Erlenmeter C setelah ditambahkan


aquadest
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket : Proses pemanasan dalam waterbath Ket : Proses pendinginan dalam


desikator
D. Dokumentasi Kehadiran Zoom
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Nama : Elsa A Nama : Ismail Anwar


Nim : D1B120171 Nim : D1B120214

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Nama : Novita Chreis Nama : Reni Hasan


Nim : D1B120231 Nim : D1B120237

LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Nama : Afifah Anjani Nama : Yesiana Barek Welan


Nim : D1B120198 Nim : D1B120162

Anda mungkin juga menyukai