Oleh :
Kelompok III
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Kimia Fisika ini dibuat sebagai salah satu
Penentuan Bobot
5. Molekul Senyawa Serli Patabang
Berdasarkan Volume Gas
Sirajul Firdaus
NUPN. 99099133434
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Karena atas
limpahan rahmatnya kita masih diberi kesehatan, karunia, dan petunjuk sehingga
kami dapat meneyelesaikan ini makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi
kita semua. Amin.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Sampul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. Laporan Praktikum 1
B. Laporan Praktikum 2
Tegangan Permukaan....................................................................................
C. Laporan Praktikum 3
Viskositas ......................................................................................................
D. Laporan Praktikum 4
E. Laporan Praktikum 5
LAPORAN PRAKTIKUM
ADSORBSI ISOTERMIS
OLEH :
KELOMPOK III
ANGKATAN 2020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
disebut farmakon yang berarti medika atau obat, sedangkan ilmu resep adalah
digunakan sebagai obat mencakup struktur, modifikasi struktur, sifat kimia fisika
obat yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja
obat. Selain itu ilmu kimia farmasi juga menetapkan hubungan struktur kimia dan
reaktivitas kimia senyawa obat, serta mempelajari identifikasi dan analisis obat-
obatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Nama lain dari kimia farmasi
aktivitas biologis serta mekanisme cara kerja senyawa pada sistem biologis dalam
usaha mendapatkan efek pengobatan yang maksimal dan memperkecil efek
Kimia Fisika adalah bidang ilmu dalam kimia yang mempelajari aspek
fisika dari materi dan energi serta mekanisme perubahannya. Pada umumnya
aspek proses perubahan suatu materi dalam sebuah reaksi atau interaksi lain. Di
dalam kinetika juga dipelajari beberapa teknik penentuan mekanisme dalam suatu
pengukuran dan penafsiran tingkat (orde) suatu reaksi kimia (Fatimah, 2017).
Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul
pada permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan
padatan, baik fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya. Akibatnya
konsentrasi molekul pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa
gas zat terlarut dalam larutan. Pada adsorpsi interaksi antara adsorben dengan
Berdasarkan teori diatas, maka adapun alasan praktikum kali ini yaitu, untuk
mengetahui seperti apa peristiwa adsorbs suatu larutan pada suhu tetap oleh
padatan.
B. Maksud Percobaan
C. Tujuan Percobaan
D. Prinsip Percobaan
aktif kepada larutan asam dengan konsentrasi yang bervariasi yang kemudian
ditutup lalu dilakukan proses pengocokan dan dibiarkan hingga beberapa menit,
dilanjutkan dengan proses penyaringan saat suhu sudah konstan (suhu hanya
berubah sedikit).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya
tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam.
Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada
permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung
fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya. Akibatnya konsentrasi molekul
pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas zat terlarut dalam
larutan. Pada adsorpsi interaksi antara adsorben dengan adsorbat hanya terjadi
1) Adsorpsi Fisika
Adsorpsi Fisika terjadi karena adanya gaya Van der Waals. Pada
pada gaya tarik menarik antar molekul fluida tersebut sehingga gaya
2) Adsorpsi Kimia
(Supriani, 2014).
3) Keasaman larutan
pH. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan persaingan proton pada
sisi aktif adsorben. Sedangkan pada pH basa, ion-ion dari logam berat
akan tersisih dari fase cair dan membentuk endapan karena adanya
5) Porositas adsorben
Jumlah pori, bentuk pori dan ukuran pori menentukan laju adsorpsi
C. Pengertian Adsorben
dalam mencapai beberapa orde besaran lebih besar dari permukaan luar dan
bisa sampai 2000 m2/gr. Dalam kebanyakan hal komponen yang diadsorpsi
melekat sedemikian kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen itu
0,1 s/d 1 m2/g. Adsorben yang tidak berpori seperti filter karet (rubber
filters) dan karbon hitam bergrafit (graphitized Carbon Black) adalah jenis
(Supriani, 2014).
dalam fase fluida dan konsentrasi di dalam partikel adsorben pada suhu
tertentu. Pada adsorpsi minyak dari air ini, digunakan persamaan isoterm
Freundlich dan isoterm Langmuir. Adapun data kuantitatif yang didapat dari
penelitan berupa daya jerap minyak per gram adsorben (q) dan konsentrasi
minyak akhir pada air (c) selama waktu kontak maksimum ditentukan dengan
karbon terikat, abu, air, nitrogen, dan sulfur yang mempunyai luas permukaan
dan jumlah pori sangat banyak. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon
mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut
atau yang terdispersi dalam cairan. Luas permukaan, dimensi, dan distribusi
karbon aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi.
menjadi 3, yaitu mikropori (diameter <2 nm), mesopori (diameter 2–50 nm),
yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon). Jenis arang ini
pada karbon aktif jenis ini tergolong mikropori yang menyebabkan molekul
gas akan mampu melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak bisa
atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori
berukuran besar untuk masuk. Karbon jenis ini biasanya berasal dari batu
bara, misalnya ampas tebu dan sekam padi (Septian, Angga, dkk. 2013).
macam aktifasi, yaitu aktivasi fisika dan kimia. Aktivasi kimia dilakukan
dengan merendam karbon dalam H3PO4, ZnCl2, NH4Cl, dan AlCl3 sedangkan
aktivasi fisika menggunakan gas pengoksidasi seperti udara, uap air atau CO 2
1. Pengertian
titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan
asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan
akan terjadi perubahan warna dari indicator (Septian, Angga, dkk. 2013).
diperoleh informasi indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi
titran tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
titran maka kita bisa menghitung kadar titrat (Septian, Angga, dkk. 2013).
B. Uraian Bahan
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Struktur :
RM/BM : CH3COOH/60,05
Rumus Struktur :
tajam.
gliserol P.
RM/BM : HCl/36,46
Rumus Struktur :
tidak berasa.
RM/BM : C20H14O4/318,32
Rumus Struktur :
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar
RM/BM : NaOH/40,00
Rumus Struktur : Na – OH
METODE KERJA
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu aluminium foil,
saring, labu Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, pipet ukur 5 ml, statif dan
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, aquadest (H 2O).
B. Cara kerja
Disiapkan alat dan bahan kemudian ambil karbon lalu timbang sebanyak 7
gram. Dipanaskan karbon dalam cawan porselin, jaga jangan sampai membara,
kemudian didinginkan dalam desikator. Masukkan karbon dalam enam buah labu
asetat dengan konsentrasi 0,15, 0,12, 0,09, 0,06, 0,03 dan 0,015 M dengan
volume masing-masing 100 ml. Larutan ini dibuat dari pengenceran larutan 0,15
N. Satu erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya diisi 100 ml 0,03 M larutan
asam asetat, latutan ini akan dipakai sebagai control atau larutan pembanding.
Ditutup semua labu tersebut menggunakan Aluminium foil dan gojog secara
kontinu selama 30 menit, kemudian diamkan selama 1 jam dalam ruangan gelap
agar terjadi kesetimbangan. Saringlah masing-masing larutan memakai kertas
kesalahan akibat senyawa kimia dari kertas saring. Dititrasi 25 ml larutan filtrat
dengan 0,1 N NaOH baku sebanyak 50 ml pada buret dengan indikator PP.
diamati warna larutan titrasi, jika larutan sudah berubah warna menjadi merah
muda/pink, maka proses titrasi telah selesai. Catat hasil volume awal dan volume
akhir titrasi.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
Bobot
Konsentrasi Bobot Volume Volume CH3COOH
No.
CH3COOH Carbon CH3COOH NaOH yang
Teradsorbsi
1. 0,15 M 1 gram 100 ml 34,6 ml 0,12 g/Mmol
2. 0,12 M 1 gram 100 ml 26,7 ml 0,12 g/Mmol
3. 0,09 M 1 gram 100 ml 20,4 ml 0,06 g/Mmol
4. 0,06 M 1 gram 100 ml 8,3 ml 0,18 g/Mmol
5. 0,03 M 1 gram 100 ml 9,3 ml 0 g/Mmol
6. 0,015 M 1 gram 100 ml 4 ml -0,006 g/Mmol
7. 0,03 M - 100 ml 9,4 ml -
B. Pembahasan
zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom
partikelnya.
menjadi 2 yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon). Jenis arang
Pada perlakuan pertama, yang dilakukan yaitu menimbang karbon yang akan
dahulu. Pemanasan dihentikan pada saat timbul asap, jaga jangan sampai
membuka sehingga nantinya arang menjadi aktif dan dapat digunakan untuk
bervariasi, dimana konsentrasi yang digunakan yaitu 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03;
Pada tabel di atas dapat dilihat larutan yang telah disaring akan dititrasikan
larutan titrat yang akan di titrasi dengan dua hingga tiga tetes indicator PP
(Fenolftalein), dapat dilihat pada tabel 1 larutan titrat dengan konsentrasi I yaitu
0,015 m yang dititrasi dengan NaOH berubah warna menjadi pink dengan
volume titrasi 34,6 ml. kemudian dilanjutkan pada konsentrasi II yaitu 0,12 m
yang ditirasi dengan NaOH berubah warna menajdi pink dengan volume titrasi
26,7 ml. pada konsentrasi III yaitu 0,09 m di titrasi dengan NaOH berubah warna
menjadi pink dengan volume titrasi 20,4 ml. kemudia pada konsentrasi IV yaitu
0,15 m yang di titrasi dengan NaOH perubahan warna menjadi pink dengan
volume titrasi 4 ml. pada konsentrasi V yaitu 0,03 m yang dititrasi dengan NaOH
yang dimana perubahan warna menjadi warna pink dengan volume titrasi 9,3 ml.
dengan NaOH berubah warna menjadi pink dengan volume titrasi 8,3 ml. Larutan
titrasikan, yang dimana warna yang di hasilkan yaitu warna pink dengan volume
Adapun faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum ini adalah adanya
bisa saja tertukar dan pada proses gojog beberapa sampel tidak digojog dengan
baik (tidak searah jarum jam dan tidak secara kontinu) sehingga bisa saja
C. Grafik Data
1. Sebelum Adsorbsi
0.2
0.15
y = -0.0249x + 0.166
R² = 0.3948
0.1
0.05
Series1
0 Linear (Series1)
0.15 0.12 0.09 0.06 0.03 0.015
-0.05
2. Sesudah Adsorbsi
0.14
0.12
0.1
0.04
Series1
0.02 Linear (Series1)
0
0.15 0.12 0.09 0.06 0.03 0.015
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu, dalam percobaan ini variasi
konsentrasi larutan asam asetat yang digunakan, yakni 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03;
arang dalam mengabsorbsi larutan asam asetat dengan berbagai konsentrasi pada
temperatur konstan (isoterm). Adapun nilai asam asetat yang tersadsorbsi sesuai
dengan konsentrasi yang digunakan yaitu, 0,12, 0,12, 0,06, 0,18, 0, dan -0,006
g/Mmol. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
B. Saran
1. Laboratorium
2. Asisten
Cartika, Harpolia. 2016. Kimia Farmasi. Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta Selatan.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Setianingsih Tutik. 2018. Karakterisasi Poru dan Luas Muka Padatan. Malang:
UB Press.
Supriani, Neni. 2014. Pengaruh Suhu Adsorbsi Terhadap Mutu Minyak Goreng
Bekas Oleh Arang Aktif Temurung Kemiri yang Diaktivasi dengan H2SO4.
Universitas Sumatera Utara : Medan.
A. Skema Kerja
Siapkan 7 erlenmeyer
Buang 10 ml pertama
Rumus :
X = (Cawal – Cakhir) x BM x V
Ket :
M.CH3COOH = 0,13 M
X = (Cawal – Cakhir) x BM x V
X = 0,12 g/Mmol
2. Konsentrasi CH3COOH : 0,12 M
M.CH3COOH = 0,10 M
X = (Cawal – Cakhir) x BM x V
X = 0,12 g/Mmol
M.CH3COOH = 0,08 M
X = (Cawal – Cakhir) x BM x V
X = 0,06 g/Mmol
4. Konsentrasi CH3COOH : 0,06 M
M.CH3COOH = 0,03 M
X = (Cawal – Cakhir) x BM x V
X = 0,18 g/Mmol
M.CH3COOH = 0,03 M
X = (Cawal – Cakhir) x BM x V
X = 0 g/Mmol
6. Konsentrasi CH3COOH : 0,015 M
25 ml X M CH3COOH = 4 ml X 0,1 M
4 𝑚𝑙 𝑋 0,1 𝑀
M CH3COOH = 25 𝑚𝑙
M.CH3COOH = 0,016 M
X = (Cawal – Cakhir) x BM x V
X = - 0,006 g/Mmol
C. Lampiran Pengamatan
LAPORAN PRAKTIKUM
TEGANGAN PERMUKAAN
OLEH :
ANGKATAN 2020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
disebut farmakon yang berarti medika atau obat, sedangkan ilmu resep adalah
Kimia Fisika adalah bidang ilmu dalam kimia yang mempelajari aspek
fisika dari materi dan energi serta mekanisme perubahannya. Pada umumnya
aspek proses perubahan suatu materi dalam sebuah reaksi atau interaksi lain. Di
dalam kinetika juga dipelajari beberapa teknik penentuan mekanisme dalam suatu
pengukuran dan penafsiran tingkat (orde) suatu reaksi kimia (Fatimah, 2017).
(fluida) yang berada dalam keadaan diam. Gaya ini biasanya dapat diketahui
dengan melihat kenaikan cairan dalam pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan kecil
cairan (Salam, 2017).
yang dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik
kohesi (gaya tarik antara molekul sejenis) molekul-molekul cairan (Julianto, Eko,
dkk. 2017).
praktikum ini adalah untuk mengetahui cara penentuan tegangan permukaan suatu
cairan.
B. Maksud Percobaan
pembanding.
C. Tujuan Percobaan
D. Prinsip Percobaan
Adapun prrinsip dari percobaan ini yaitu, sejumlah larutan yang akan
kapiler ditutup bagian atasnya dan dicelupkan ke dalam larutan yang akan diuji
tersebut. Saat mencapai permukaan gelas lepaskan tangan hingga airnya naik.
Hitung selisih antara permukaan air dengan air yang naik tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan per satu satuan luas. Satuan
tegangan permukaan (γ) dalam cgs dinyatakan dalam erg cm-1 atau dyne cm-1 ,
dan benda dalam keadaan tegang. Tegangan permukaan ini disebabkan karena
adanya molekul dalam suatu cairan yang saling tarik menarik anatar satu dengan
yang lainnya ke segala arah dengan gaya yang sama besarnya. Namun, pada
permukaan cairan tidak ada molekul yang saling tarik menarik sehingga luas
resultan gaya yang berasal dari sisi samping dan bawah permukaan yang menarik
(fluida) yang berada dalam keadaan diam. Gaya ini biasanya dapat diketahui
dengan melihat kenaikan cairan dalam pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan kecil
Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus
diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini
tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog
dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang
pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan
permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh
suatu lapisan elastic. Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu
kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang
luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau
Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di
permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit
permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya berusaha
permukaan yang sering kita jumpai adalah pada sebuah pipet (penetes obat cair)
akan mengeluarkan fluida setetes demi setetes dan tidak mengalir, sebatang jarum
yang diletakkan dipermukaan air tidak akan tenggelam dan lalat yang hinggap
pada permukaan airpun tidak tenggelam. Tegangan permukaan zat cair pada pipa
kapiler dipengaruhi oleh adhesi dan kohesi. Adhesi menyebabkan zat cair yang
dekat dengan dinding naik. Sedangkan kohesi menyebabkan zat cair yang ada di
tengah ikut naik. Naiknya zat cair dalam pipa diimbangi oleh berat air itu sendiri.
peristiwa jarum, silet, penjepit kertas, atau nyamuk yang dapat mengapung di
permukaan air, butiran-butiran embun berbentuk bola pada sarang laba-laba, air
yang dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik
kohesi (gaya tarik antara molekul sejenis) molekul-molekul cairan (Julianto, Eko,
dkk. 2017).
dan tegangan antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan
yang tercelup pada zat cair sebanding dengan tegangan permukaan atau
dalam hal ini diberikan oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne
yang membasahi dinding maka cairan akan naik kedalam kapiler karena
g : percepatan gravitasi
ρ : berat jenis
r : jari-jari kapiler
F’= F
=½rhρg
beberapa factor diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat
terutama molekul zat yang berada pada permukaan cairan berbentuk lapisan
monomolecular yang disebut dngan molekul surfaktan. Faktor-faktor yang
a. Suhu
c. Surfaktan
pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan
(Hidayat, 2013).
d. Jenis Cairan
pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka
dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang
adesiv berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya
dan pada zat yang nonadesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan
yang sering digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah
pipa kapiler. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah
sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat
dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarikmenarik antara zat
yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara molekul zat yang
tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang
besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam caian. Sebaliknya
molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh molekul cairan yang
gaya total yang berarah ke bawah karena adanya gaya total yang arahnya ke
lapisan cairan pada permukaan seolaholah tertutup oleh selaput elastis yang
dalam penentuan tegangan permukaan. Karena setiap artikel zat, apabila itu
bakteri, sel, koloid, granul atau manusia, mepunyai suatu antarmuka pada batas
adalah gaya persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang
panjang bias juga digambarkan dengan suatu rangka kawat tiga sisi dimana
molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar dan non polar
Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang
membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel
ini mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK ini
dicapai maka tegangan permukaan zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh
4. Gejala Kapilaritas
a. Jika sudut kontak kurang dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa
kapiler naik.
b. jika sudut kontak lebih besar dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa
kapiler turun.
Kapilaritas adalah gejala naik atau turunnya zat cair di dalam pipakapiler
(pipa sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi
antara zat cair dengan dinding kapiler. Karena dalam pipa kapiler gaya adhesi
antara partikel air dan kaca lebih besar daripada gaya kohesi antara
partikelpartikel air, maka air akan naik dalam pipa kapiler. Sebaliknya raksa
cenderung turun dalam pipa kapiler, jika gaya kohesinya lebih besar daripada
gaya adhesinya. Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler
Rumus struktur :
berasap.
mempunyai rasa.
Rumus Struktur :
Rumus Struktur : Na – Cl
Rumus Struktur :
etanol mutlak p.
METODE KERJA
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Gelas kimia 100 ml,
Labu ukur, Mistar, Piknometer, Pipa kapiler, Pipet tetes, dan Timbangan
analitik.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Alcohol (C2H5OH),
Aseton (C3H6O), Benzene (C6H6), Natrium klorida (NaCl) 0,2 N, dan Toluene
(C7H8).
B. Cara kerja
Disiapkan alat dan bahan. Tentukan terlebih dahulu massa jenis masing-
kemudian pipa kapiler dimasukkan ke tabung dan diberi tekanan, sehingga sampel
dalam kapiler naik dan kemudian tekanan dilepaskan sehingga permukaan kapiler
akan turun sampai pada ketinggian tertentu. Diukur berapa ketinggian cairan yang
naik di dalam pipa kapiler. Dicatat kemudian diganti dengan cairan yang akan
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
(fluida) yang berada dalam keadaan diam. Gaya ini biasanya dapat diketahui
dengan melihat kenaikan cairan dalam pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan
Dimana sampel yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, Alkohol, Aseton,
pipa kapiler. Keuntungan dari metode ini adalah waktu yang dibutuhkan
relatif singkat serta cara kerjanya yang praktis. Kerugian dari metode ini
adalahadalah presentasi hasil pengukuran tinggi yang tidak valid karena
berisi masing – masing sampel. Adapun hasil yang didapatkan untuk masing
Aseton 61,24 g, Benzen 62,86 g, Toluen 62,48 g, NaCl 0,2 N 69,37 g dan
tidak boleh menyentuh ujung atau dasar dari gelas kimia, lalu berikan tekanan
pada bagian atas pipa kapiler sebelum dimasukkan ke dalam gelas kimia yang
berisi sampel, setelah pipa kapiler dimasukkan, buka tekanan pada ujung
kapiler agar sampel dalam kapiler naik, kemudian berikan tekanan kembali
agar sampel yang berada dalam pipa kapiler tidak keluar. Setelah itu di ukur
berapa ketinggian cairan yang naik di dalam pipa kapiler dan cairan yang ada
diperoleh, kenaikan kapiler (h) adalah 3,5 cm dan untuk tegangan permukaan
(y) adalah 0,672 dyne/cm². Dari hasil percobaan pada sampel alkohol
diperoleh hasil untuk kenaikan kapiler (h) adalah 3 cm dan untuk tegangan
permukaan (y) adalah 0,486 dyne/cm². Dari hasil percobaan pada sampel
aseton diperoleh hasil yakni untuk kenaikan kapiler (h) adalah 1,9 cm dan
untuk tegangan permukaan adalah 0,32 dyne/cm². Dari hasil percobaan pada
sampel toluen diperoleh hasil yakni untuk kenaikan kapiler (h) adalah 1,3 cm
dan untuk tegangan permukaan adalah 0,218 dyne/cm². Dari hasil percobaan
pada sampel bensen diperoleh hasil untuk kenaikan kapiler adalah 1,2 cm dan
untuk tegangan permukaan adalah 0,208 dyne/cm². Dari hasil percobaan pada
sampel NaCl diperoleh hasil kenaikan kapiler (h) adalah 2,6 cm dan untuk
PENUTUP
A. Kesimpulan
permukaan pada Aquadest yaitu 0,672 dyne/cm². Pada sampel alkohol diperoleh
B. Saran
1. Laboratorium
secara offline agar seluruh peserta praktikum bisa mengetahui cara penggunaan
2. Asisten
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Salam, Rezky. 2017. Uji Kerapatan Viskositas dan Tegangan Permukaan Pada
Tinta Print dengan Bahan Dasar Arang Sabut Kelapa. Jurusan Fisika Pada
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin :
Makassar.
A. Skema Kerja
1. Air
(69,19 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Air =
50 𝑚𝑙
1,602 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙
= 0,032
2. Alkohol
(59,47 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Alkohol =
50 𝑚𝑙
1,377 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙
= 0,027
3. Aseton
(61,24 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Aseton =
50 𝑚𝑙
1,418 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙
= 0,028
4. Benzena
(62,86 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Benzena =
50 𝑚𝑙
1,455 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙
= 0,029
5. Toluen
(62,48 𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ Toluen =
50 𝑚𝑙
1,447 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙
= 0,028
6. NaCl 0,2 N
(69, 37𝑔𝑟)𝑥23,16 𝑔𝑟
BJ NaCl =
50 𝑚𝑙
1,606 𝑔𝑟
= 50 𝑚𝑙
= 0,032
B. Tegangan Permukaan
Rumus : γ = ½.r.h.d.g
1. Air
γ = ½ x 1,2 x 3,5 x 0,032 x 10
= ½ x 1,344
= 0,672 dyne/cm2
2. Alkohol
γ = ½ x 1,2 x 3 x 0,027 x 10
= ½ x 0,972
= 0,486 dyne/cm2
3. Aseton
γ = ½ x 1,2 x 1,9 x 0,028 x 10
= ½ x 0,64
= 0,32 dyne/cm2
4. Benzena
γ = ½ x 1,2 x 1,2 x 0,029 x 10
= ½ x 0,417
= 0,208 dyne/cm2
5. Toluen
γ = ½ x 1,2 x 1,3 x 0,028 x 10
= ½ x 0,436
= 0,218 dyne/cm2
6. NaCl 0,2 N
γ = ½ x 1,2 x 2,6 x 0,032 x 10
= ½ x 0,998
= 0,499 dyne/cm2
C. Dokumentasi Praktikum
LABORATORIUM KIMIA FISIKA LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
Ket : Penuangan sampel ke gelas kimia Ket : pipa kapiler dimasukan ke dalam sampel
VISKOSITAS
OLEH :
KELOMPOK III / 05
ANGKATAN 2020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lainnya. Suatu Jenis
cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah dan
Viskositas secara umum juga dapat diartikan sebagai suatu tendensi untuk
melawan aliran cairan karena internal friction atau resistensi Suatu bahan untuk
mengalami deformasi bila bahan tersebut dikenai suatu gaya. Semakin besar
resistansi suatu zat cair untuk mengalir maka semakin besar pula viskositasnya.
dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida.Pada hukum aliran
fluida pada viskositas. Newton mengatakan bahwa hubungan antara gaya gaya
mekanika dan suatu aliran viskositas sebagai gesekan dalam fluida adalah konstan
sehubungan dengan gesekan nya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newton
nya, dimana perhubungan antara tegangan gesek (s) dengan kecepatan gesek (d)
nya konstan. Parameter Inilah yang disebut dengan viskositas (Wa Ode, 2013).
dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gerakan fluida. Air memiliki
nilai viskositas yang rendah sedangkan minyak sayur memiliki viskositas besar
atau tinggi. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. (Wa
Ode, 2013).
Oleh sebab itulah dilakukan praktikum tentang viskositas zat cair agar
praktikan dapat mengetahui apa yang dimaksud viskositas, bagaimana cara agar
dapat menentukan harga viskositas suatu cairan serta mengetahui mana yang
termaksud viskositas rendah dan viskositas tinggi berdasarkan sampel yang telah
B. Tujuan Percobaan
C. Prinsip Percobaan
menentukan massa jenis dan nilai viskositas suatu zat cair berdasarkan metode
Ostwald dimana waktu yang diperlukan untuk semua volume cairan yang
mengalir melalui pipa kapiler berada dibawah pengaruh tekanan yang tetap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
pada fluida pada waktu lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati yang
lainnya. Pada zat cair, viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antar
molekul. Pada gas, viskositas muncul dari tumbukan antar molekul. Fluida yang
berbeda memiliki besar viskositas yang berbeda. Makin besar viskositas dalam
suatu fluida, makin sulit suatu benda bergerak dalam fluida tersebut. Di dalam zat
cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair (Lubis, 2018).
Perbedaan sifat zat cair salah satunya adalah adanya perbedaan terhadap
tingka tkekentalan dari zat cair tersebut. Kekentalan atau disebut juga viskositas
beberapa faktor seperti suhu, gaya tarik antar molekul, dan ukuran serta jumlah
molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda beda. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan
Salah satu sifat dari zat cair adalah memiliki koefisien kekentalan yang
berbeda-beda. Kekentalan atau viskositas pada zat cair terjadi karena adanya gaya
kohesi sedangkan pada zat gas viskositas terjadi karena adanya tumbukan antara
molekul. Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena
adanya gesekan antar lapisan material. Fluida yang lebih cair akan lebih mudah
zat cair. Viskositas yang dimiliki setiap fluida berbeda dan dinyatakan secara
Apabila benda dijatuhkan kedalam zat cair, selain gaya ke atas yang dialami
gaya juga ada gaya selain itu yang bekerja disebabkan oleh kekentalan fluida zat
cair itu sendiri. gaya yang disebabkan oleh zat cair itu sendiri dapat dipandang
sebagai gaya gesekan dari zat cair itu sendiri. Zat cair dan gas termasuk kedalam
fluida (zat cair) tetapi kekentalan zat cair jauh lebih besar daripada kekentalan gas.
Khusus untuk benda yang berbentuk bola apabila bergerak didalam fluida kental,
secara eksperiman yang ditemukan oleh stokes gaya gesekan fluida dengan benda
tanpa kecepatan awal dan zat cair yang massa jenisnya po (rho nol ) (P>Po) maka
bola akan mendapat percepatan.bila jarak yang ditempuh bola saat mencapai
Benda yang dijatuhkan pada zat cair tanpa kecepatan awal akan mendapat
beberapa gaya yaitu sigma F = w-FA-FS = m.a, dengan w adalah gaya berat
benda, FA adalah gaya angkat benda dan FS adalah gaya gesek fluida. Gaya gesek
fluida (gaya gesek newton) yang dialami oleh benda berbanding lurus dengan
kecepatan cairan dalam hal ini disebut cairan newton (Sari, dkk, 2016).
Gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak disebut viskositas
cair. Kekentalan (viskositas) merupakan salah satu sifat zat cair yang memiliki
untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir dengan cepat dan ada
yang mengalir secara lambat seperti gliserin, madu, dan minyak atau oli karena
Semakin besar viskositas zat cair, maka semakin sulit suatu benda bergerak
di dalam zat cair tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya
kohesi antara molekul zat cair. Untuk zat cair yang sangat kental diperlukan gaya
yang lebih besar dan untuk fluida yang kurang kental diperlukan gaya yang lebih
kecil. Tingkat kekentalan suatu zat cair juga bergantung pada suhu. Semakin
tinggi suhu suatu zat cair, maka semakin kecil kekentalan zat cair tersebut (Lubis,
2018).
cairan.
Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah
aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran
kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran yang lain adalah aliran
turbulen, yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan
viskositas fluida (Tissos, dkk, 2014). Terdapat 2 prinsip dasar sistem metode
dalam pipa kapiler vertical saat menempuh jarak tertentu. Alat yang digunakan
alir larutan dengan waktu alir pelarut (air). Viskositas larutan dapat ditentukan
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas
yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki
hubungan antara gaya-gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran
dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis
diantara kedua bidang tersebut.apabila zat cair tidak kental maka koefisien sama
dengan nol sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel di dinding
Rumus struktur :
berasap.
RM / BM : C3H6O / 58.08
Rumus Struktur :
RM / BM : C3H8O3 / 92,10
Rumus Struktur :
METODE KERJA
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Buret 50 ml,
2. Bahan
B. Cara kerja
0,75, 0,50, dan 0,25 M. Bersihkan visikometer dengan alkohol dan aseton. Dipipet
menggunakan karet penghisap sampai cairan mencapai garis lalu dilepas karet
penghisap. Ukur waktu yang diperlukan larutan gliserol untuk melewati jarak
antara dua tanda yang terdapat pada viskometer (waktu alir). Bersihkan
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar
resistensi suatu zat untuk mengalir semakin besar pula viskositasnya sehingga
semakin tinggi kekentalan dari suatu zat maka daya alirnya semakin lambat
molekul.
metode ini dilakukan dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu
cairan (fluida) pada konsentrasi tertentu untuk mengalir antara dua tanda pada
pipa viskometer. Prinsip kerja viskometer Ostwald adalah suatu larutan
dengan jumlah tertentu dimasukkan kedalam salah satu pipa yang dimisalkan
pipa A lalu pada bagian pipa B larutan dihisap atau ditiup hingga larutan
tersebut naik sampai garis m (garis atas) kemudian diukur waktu yang
diperlukan cairan untuk mengalir melewati dua tanda, garis m ke garis n yang
ada pada viscometer. Keunggulan dari metode ini lebih cepat, lebih mudah,
konsentrasi 1,0, 0,75, 0,50, dan 0,25 M lalu dibersihkan viscometer dengan
cairan lebih tinggi daripada batas atas lalu dilepaskan ball pipetnya, setelah itu
diamati larutan turun sampai batas atas, setelah sampai dibatas atas dihitung
stopwatch ketika larutan sudah sampai di batas bawah. Dicatat waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan larutan gliserin dari batas atas ke batas bawah.
Batas bawah inilah merupakan T atau waktu alirnya. Ulangi perlakuan yang
dengan konsentrasi 1,0 M, waktu yang diperlukan untuk mengalir dari batas
atas ke batas bawah adalah 1,33 menit/detik dengan viskositas 0,19 cp , untuk
viskositas 0,18 cp, untuk sampel cairan gliserin dengan konsentrasi 0,50 M,
waktu yang diperlukan untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah adalah
1,32 menit/detik dengan viskositas 0,19 cp dan yang terakhir untuk sampel
mengalir dari batas atas ke batas bawah adalah 1,24 menit/detik dengan
gliserin. Hal ini berarti nilai viskositas pun akan bertambah seiring dengan
banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak
partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya
literatur yang dikemukakan oleh Sari, dkk pada tahun 2016 bahwa “suatu jenis
cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah,
yang tinggi” jika dibandingkan dengan hasil data yang didapatkan hampir
sesuai dengan teori, namun ada beberapa faktor kesalahan yang menjadikan
praktikum ini adalah, kebersihan dari alat viskometer ostwald, hal ini
dikarenakan adanya perbedaan cairan yang ada dalam alat setelah dibersihkan.
Maka dari itu sangat perlu memperhatikan kebersihan alat sebelum dilakukan
percobaan .
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
diperoleh yaitu :
5. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi nilai atau
angka viskositas pada suatu zat cair maka akan semakin kecil atau semakin
B. Saran
1. Lab
kebersihannya lebih baik jika ada jadwal piket praktikan untuk membersihkan
lebih terjaga.
2. Asisten
lebih didetailkan lagi penjelasannya untuk praktikan yang ikut via offline,
dengan jelas dan mahasiswa yang mengikuti praktikum secara online bisa
Sari, L., Robi, Kurniaty, N., Sulastri, F., Oxtariani, D. 2016. Viskositas.
Universitas Jambi : Jambi.
Silmi, N. I., Kiftiyah Yuni, F., Al Bustomi, I., Yuliatin, P. S., Nurchabibah, V., &
AM, T. A. 2017. Viskositas Cairan. Universitas Brawijaya : Malang.
A. Skema Kerja
Rumus :
𝜋.𝑝.𝑟 4.𝑡
𝑛 = 8.𝑣.𝐿
1. Gliserin 0,1 M
3,14 𝑥 10 𝑥 0,0081 𝑥 93
𝑛 =
8𝑥5𝑥3
23,65
=
120
= 0,19 𝐶𝑃
2. Gliserin 0,75 M
3,14 𝑥 10 𝑥 0,0081 𝑥 87
𝑛 =
8𝑥5𝑥3
22,12
=
120
= 0,18 𝐶𝑃
3. Gliserin 0,50 M
3,14 𝑥 10 𝑥 0,0081 𝑥 92
𝑛 =
8𝑥5𝑥3
23,39
=
120
= 0,19 𝐶𝑃
4. Gliserin 0,25 M
3,14 𝑥 10 𝑥 0,0081 𝑥 84
𝑛 =
8𝑥5𝑥3
21,36
=
120
= 0,17 𝐶𝑃
C. Dokumentasi Praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM
OLEH
KELOMPOK III
ANGKATAN 2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
maksroskopik, mikroskopik, atom, sub atom dan partikel dalam sistem dan
Berat molekul suatu senyawa gas dapat ditentukan dari massa jenis yang
yang mengandung unsur mol zat yang diketahui dapat menentukan berat
sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara
sifat gas tersebut, ada yang dinamakan gas ideal (Eka, 2018).
perubahan bentuk, dan akan mempeluas tanpa batas untuk mengisi wadah
bergerak cepat, dan bertumbukan secara acak dan berantakan dengan satu
B. Maksud Percobaan
C. Tujuan Percobaan
D. Prinsip Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
kerapatan dari gas. Cara tersebut dapat dilakukan dengan menampung volume
suatu gas yang akan dihitung berat molekul dengan berat gas yang telah
diketahui berat molekulnya pada suhu yang sama. Persamaan gas ideal
bersama massa jenis gas dapat digunakan untuk berat molekul senyawa
2. Gas
Gas merupakan zat yang secara normal berada pada keadaan gas pada
suhu dan tekanan biasa. Gas memiliki sifat volume dan bentuk menyerupai
Gas memiliki sifat akan segera bercampur secara merata dan sempurna jika
ditempatkan dalam wadah yang sama dan gas memiliki kerapatan yang jauh
jalan-jalan yang lurus ke segala arah, dengan kecepatan yang sangat tinggi.
lain atau dengan dinding bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini yang
perubahan bentuk, dan akan mempeluas tanpa batas untuk mengisi wadah
membentuk gas berinteraksi hanya lemah dengan satu sama lain. Mereka
bergerak cepat, dan bertumbukan secara acak dan berantakan dengan satu
dengan volume yang ditempati oleh gas tersebut, sehingga sebenarnya banyak
gas mempunyai rapatan yang lebih kecil dari pada cairan atau zat padat. Hal
ini juga yang menyebabkan gas bersifat kompresible atau mudah ditekan
yang satu mudah bercampur dengan gas yang lain (difusi) asal keduanya tidak
bereaksi. Gas dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu gas ideal dan gas non ideal.
Gas ideal adalah gas yang mengikuti secara sempurna hukum gas boyle,
hukum gas gaylussac. Sedangkan gas non ideal adalah gas yang hanya
mengikuti hukum gas pada tekanan rendah (Roni dan Herawati, 2020).
bahwa gas pada suhu konstan, tekanan gas bertambah, volume gas akan
Pompa hisap dan pompa tekanan merupakan jenis pompa bila ditinjau dari
prinsip kerjanya. Volume udara dalam pompa membesar dan udara tidak
dapat masuk ke ban sebab harus masuk melalui katup (ventil) dari karet,
apabila penghisap ditarik maka volume udara dalam pompa mengecil dan
udara dapat masuk ke ban melalui ventil karena tekanan membesar (Lamsari,
2019).
2020) :
1 𝐾𝐼
V= atau V=
𝑃 𝑃
Keterangan :
V= Volume Gas
P = Tekanan Gas
satuan P dan V
a. Hukum Charles
suhu dengan volume gas. Peneliti beliau dilakukan saratus tahun setelah
bahwa pada saat tekanan konstan, maka apabila suhu mutlak gas
Pada saat konstan suhu gas berbanding lurus dengan volume gas (Lamsari,
2019).
V=T
V = Volume
T = Suhu
bahwa gas pada volume konstan, tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas
suhu mutlak gas juga akan berkurang. Tekanan gas akan sebanding dengan
suhu mutlak gas, bila diukur pada volume yang konstan (Lamsari, 2019).
P=T
Suatu jenis gas dikatakan ideal apabila gaya tarik menarik antar
molekul gas diabaikan. Gas akan berbentuk suatu gas maka semakin besar
pula volume gas tersebut. Massa suatu gas biasanya dinyatakan dalam
jumlah mol. Jumlah mol suatu gas diperoleh dari besar massa total gas
satuan P dan T, tetapi tidak tergantung jenis gas. Pada P dan T tertentu, K
Bila jumlah mode gas = n dan tetapan gas tiap mol = R, maka
K = n. R atau PV= n. R. T
tenaga. Persamaan gas ideal dan massa jenis gas dapat digunakan untuk
PV = n. R. T atau PV = (m/BM). R. T
Keterangan :
BM = Berat Molekul
P = Tekanan Gas
V = Volume Gas
T = Suhu Absolut
𝜌 = Massa Jenis
B. Uraian Bahan
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus Struktur : O
H H
RM / BM : C2H5OH / 47,07
Rumus Struktur :
berasap.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
RM / BM : (CH3)2CO / 46,07
Rumus Struktur :
RM / BM : CHCl3 / 119,38
Rumus Struktur :
METODEOLOGI KERJA
1. Alat
erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 5 ml, jarum peniti, karet gelang, lap kasar,
2. Bahan
B. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan. Ditimbang erlenmeyer 250 ml yang telah ditutupi
dengan aluminium foil dan diikat dengan karet gelang. Diisi erlenmeyer yang
tutup dengan aluminium foil dan ikat menggunakan karet gelang, lalu ditimbang.
erlenmeyer yang berisi larutan alkohol ke dalam waterbath dengan suhu 100ºC
timbang kembali. Dicatat hasil yang diperoleh. Dan selanjutnya lakukan hal yang
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Berat molekul suatu senyawa gas dapat ditentukan dari massa jenis yang
yang mengandung unsur mol zat yang diketahui dapat menentukan berat
bobot jenis ini digunakan cairan yang mudah menguap yaitu alkohol,
ini didasarkan pada sifat-sifat gas ideal dan melalui persamaan gas ideal
hal pertama yang harus dilakukan adalah suatu cairan volatil yang memiliki
titik didih di bawah 100oC dimasukan ke dalam labu erlenmeyer yang ditutup
dengan aluminium foil dan karet gelang. Senyawa volatil tersebut diuapkan
pada waterbath bersuhu 100oC sampai semuanya menjadi uap dengan
supaya uap dari cairan tersebut mengembun dan menjadi cairan kembali.
119,38 g/mol. Untuk larutan aseton hasil yang diperoleh adalah 39,24 g/mol,
Dan untuk larutan alkohol hasil yang diperoleh adalah 52,63 g/mol, sedangkan
penghitungan. Dan apabila masih terdapat cairan yang belum menguap atau
volume gas dalam farmasi ialah Agar ketika dalam menggunakan bahan
farmasi dalam suatu sediaan kita dapat mengetahui bahan yang termasuk
senyawa yang mudah menguap menjadi gas bila terjadi peningkatan suhu.
Sehingga cara pengerjaannya tepat. Selain itu molekul zat obat diperlukan
agar memastikan tingkat kemurnian senyawa tersebut sehingga senyawa yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
berdasarkan pengukuran massa jenis zat aseton, alkohol dan kloroform. Sehingga
hasil percobaan berat molekul pada larutan alkohol, aseton dan kloroform tidak
sesaui dengan teori yang ada. Berat molekul kloroform yang diperoleh yaitu 78,82
g/mol sedangkan pada teori 119,38 g/mol. Berat molekul aseton yang diperoleh
yaitu 39,24 g/mol sedangkan pada teori 58,08 g/mol. Dan berat molekul alkohol
yang diperoleh yaitu 52,63 g/mol sedangkan pada teori 46,07 g/mol.
B. Saran
1. Laboratorium
Adapun saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya alat dan bahan yang
ada di laboratorium lebih dilengkapi dan alat dan bahan yang ada di
2. Asisten
Eka Cindi. 2018. Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Pengukuran Massa Jenis
Gas. Universitas Jember : Jawa Barat.
Roni dan Herawati. 2020. Kimia Fisika II. CV. Amanah : Palembang.
A. Skema Kerja
Ditimbang erlenmeyer 250 ml yang telah ditutupi dengan aluminium foil dan
diikat dengan karet gelang
Dimasukkan ke dalam gelas kimia sampel yang telah ditimbang, dan dilarutkan
dengan sedikit aquadest homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
Dilakukan hal yang sama pada larutan aseton dan juga kloroform.
B. Lampiran Perhitungan
Rumus :
𝜌. 𝑅. 𝑇
𝐵𝑀 =
𝑃
Keterangan : BM = Berat Molekul (g/mol)
1. Aseton
P = 1 atm
R = 0,082 L/atm/mol
T = 100˚C/373˚K
Penyelesaian :
= 449,17 g – 139,14 g
= 310,03 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
Volume Air =
𝐵𝐽 𝑎𝑖𝑟
310,03 𝑔
=
1 𝑔/𝐿
= 310,03 ml/0,310 L
139,54 𝑔 − 139,14 𝑔
𝜌=
0,310 𝐿
0,4 𝑔
𝜌=
0,310 𝐿
𝜌 = 1,290 𝑔/𝐿
𝜌. 𝑅. 𝑇
𝐵𝑀 =
𝑃
𝐵𝑀 = 39,24 g/mol
2. Alkohol
P = 1 atm
R = 0,082 L/atm/mol
T = 100˚C/373˚K
Penyelesaian :
= 452,22 g – 140,57 g
= 312,19 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
Volume Air =
𝐵𝐽 𝑎𝑖𝑟
312,19 𝑔
=
1 𝑔/𝐿
= 312,19 ml/0,3121 L
140,57 𝑔 − 140,03 𝑔
𝜌=
0,3121 𝐿
0,54 𝑔
𝜌=
0,3121 𝐿
𝜌 = 1,7302 𝑔/𝐿
𝜌. 𝑅. 𝑇
𝐵𝑀 =
𝑃
𝐵𝑀 = 52,63 g/mol
3. Kloroform
P = 1 atm
R = 0,082 L/atm/mol
T = 100˚C/373˚K
Penyelesaian :
= 450,30 g – 137,64 g
= 312,66 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
Volume Air =
𝐵𝐽 𝑎𝑖𝑟
312,66 𝑔
=
1 𝑔/𝐿
= 312,66 ml/0,312 L
138,45 𝑔 − 137,64 𝑔
𝜌=
0,312 𝐿
0,81 𝑔
𝜌=
0,312 𝐿
𝜌 = 2,5911 𝑔/𝐿
𝜌. 𝑅. 𝑇
𝐵𝑀 =
𝑃
𝐵𝑀 = 78,82 g/mol
C. Lampiran Pengamatan