ILHAMSYAH NOOR
Skripsi
Oleh :
ILHAMSYAH NOOR
105096003166
Skripsi
Oleh :
ILHAMSYAH NOOR
105096003166
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul Isolasi dan Karakterisasi Pleuran dari Tubuh Buah Jamur Tiram
Putih (Pleorotus ostreatus) Dengan Metode Spektroskopi UV-Visibel dan FTIR
yang ditulis oleh ILHAMSYAH NOOR, NIM 105096003166 telah diuji dan
dinyatakan.Lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juni
2010 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kimia.
Menyetujui,
Penguji I
Penguji II
Pembimbing I
Pembimbing II
Sandra hermanto,M.Si
NIP. 19750810 200501 1 005
Mengetahui,
PERNYATAAN
ILHAMSYAH NOOR
105096003166
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya, sehingga saya dapat hidup sampai sekarang dan dapat menyelesaikan
skripsi ini. Tidak lupa puji syukur kepada junjungan besar Nabi Muhammad Saw
yang telah memberikan bimbingan kepada kita ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Skripsi yang berjudul Isolasi dan Karakterisasi Pleuran dari Tubuh Buah
Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Dengan Metode Spektroskopi UVVisibel dan FTIR diajukan untuk menyelesaikan tugas akhir yang merupakan
salah satu mata kuliah wajib dalam Program Studi Kimia.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis sebagai Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sri Yadial Chalid, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sandra Hermanto, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dr. Ira Djajanegara selaku dosen pembimbing penelitian yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
5. Kedua orang tua yang telah mencurahkan kasih sayangnya sehingga penulis
dapat melanjutkan kuliah serta senantiasa memberikan doa dan semangat demi
masa depan yang lebih baik.
6. Dr. Mirzan T Razak, M.Eng, APU selaku pimpinan laboratorium terpadu UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah menginspirasikan arti hidup
sesungguhnya karena dukungan kalian saya dapat terus malanjutkan kuliah
ini.
8. Nubzah saniyyah yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman kimia angkatan 2005 yang tak dapat disebutkan satu persatu.
10. Para sahabat yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata dari saya semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat
Amiiin
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................
vi
DAFTAR ISI................................................................................................
viii
xi
xii
xiii
ABSTRAK ..................................................................................................
xiv
ABSTRACT .................................................................................................
xv
10
13
14
15
viii
21
22
23
25
27
32
33
37
39
39
39
39
39
41
3.3.1. Ekstraksi -glukan dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih ...........
41
42
42
43
44
45
46
4.1. Hasil Identifikasi -glukan dengan FTIR (Metode Cakram KBr) ........
47
51
ix
51
53
56
56
56
57
LAMPIRAN.................................................................................................
60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pleurotus ostreatus .....................................................................
10
10
12
13
17
18
Gambar 8. Distilator......................................................................................
19
23
24
25
26
30
33
34
35
48
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Urutan negara penghasil beberapa jenis jamur
berdasarkan tingkat produksinya ...................................................
21
24
34
48
51
52
xii
DAFTAR LAMPIRAN
60
61
62
63
66
67
xiii
ABSTRAK
Ilhamsyah Noor. Isolasi dan Karakterisasi glukan Dari Tubuh Buah Jamur
Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Dengan metode Spektroskopi UV-Visibel dan
FTIR. Dibimbing oleh Dr.Ira Djajanegara dan Sandra Hermanto M.Si.
Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang bermanfaat bagi
manusia, karena mengandung senyawa -glukan yang memiliki potensi sebagai
obat antikanker. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi senyawa -glukan
yang terkandung di dalam jamur tiram putih kemudian menentukan
kemurniannya. Proses isolasi dilakukan dengan metode Yap & Ng yang
didasarkan pada prinsip pemanasan dengan aquades yang dilanjutkan dengan
presipitasi oleh etanol 4oC dan diakhiri dengan pengeringan freeze drying. Sampel
padatan glukan dikarakterisasi lebih lanjut dengan menggunakan FTIR dan
ditentukan kemurniannya dengan spektrofotometer UV-Visibel menggunakan
metode kolorimetri (megazyme dan congored). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstraksi jamur tiram putih dengan metode Yap & Ng mampu
menghasilkan padatan glukan sebanyak 2,4004 g. Karakterisasi ekstrak dengan
FTIR menunjukkan spektrum utama pada bilangan gelombang 890 cm-1 yang
mengindikasikan keberadaan senyawa 1,3--glukan. Hasil uji kemurnian lebih
lanjut menunjukkan kemurnian -glukan yang terkandung dalam ekstrak sebesar
46,1428% dengan metode megazyme serta 167,94% dengan metode congored.
Kata kunci : -glukan, jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus), ekstraksi Yap &
Ng, spektroskopi FTIR, spektroskopi UV-Visibel.
xiv
ABSTRACT
Ilhamsyah Noor. Isolation and Characterization of -glucan from White Oyster
Mushroom (Pleorotus ostreatus) With FTIR and UV-Visible Spectroscopy
Method. Advised by Dr.Ira Djajanegara and Sandra Hermanto M.Si
White oyster mushroom was one of type fungus that beneficial to humans,
because of -glucan content which potential as anticancer drug. A research has
been done on the white oyster mushroom through determination to isolate the
compounds of -glucan contained in the white oyster mushrooms and then
determine its purity. Isolation process was conducted by Yap & Ng method based
on the principle of heating with distilled water followed by ethanol pesipitasi by
4oC and then drying by freeze drying. Characterization of the extracts through by
FTIR and determination of purity by UV-visible spectrophotometer with
colorimetric method (megazyme and congored). The result showed that the
extraction of white oyster mushrooms with Yap & Ng method produced total
yields as much 2.4004 g. Characterization of the extract with FTIR spectrum
shows the main wave number 890 cm-1 which is indicated of 1,3--glucan. Purity
test results showed the -glucan purity in the extract amounted to 46.1428% with
megazyme method and 167,94% with congored method.
Keywords : -glucan, white oyster mushroom (Pleorotus ostreatus), Yap & Ng
Extraction, FTIR Spectroscopy, UV-Visible Spectroscopy
xv
BAB I
PENDAHULUAN
telah diteliti oleh para peneliti terdahulu (Chihara et al, 1970). -glukan tidak
hanya terdapat dalam jamur tiram putih, tetapi juga banyak terdapat pada jamur
jenis lain seperti jamur shittake (Lentinus edodes) (Hozova, 2004).
-glukan adalah suatu jenis polisakarida dengan monomer berupa Dglukosa, yang diikat melalui ikatan -(1,3) glukosida dan -(1,6) glukosida. glukan banyak terdapat pada dinding sel bakteri, tumbuhan dan khamir. Menurut
FDA tahun 1997 -glukan merupakan Biological Defense Modifier (BDM) dan
Generally Recognized As Safe (GRAS), tidak menimbulkan toksisitas dan efek
samping. -glukan memiliki aktivitas biologis seperti antioksidan, antitumor dan
lain-lain. (Thontowi, 2007).
Banyaknya penggunaan jamur tiram sebagai bahan makanan dan bahan
tambahan makanan serta potensi dari -glukan sebagai zat anti kanker yang
terkandung dalam jamur tiram putih, membuat kita terpacu untuk melakukan
penelitian mengenai zat -glukan tersebut. Metode ekstraksi yang digunakan pada
penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yap & Ng (2001).
Metode ini digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
metode ekstraksi yang pernah dilakukan oleh Chihara (1970) untuk ekstraksi glukan. Kelebihan dari metode ekstraksi Yap & Ng (2001) yaitu waktu ekstraksi
dapat dilakukan selama 5 hari, lebih cepat dibandingkan dengan metode ekstraksi
Chihara yang dilakukan selama 14 hari, Penggunaan bahan kimia yang lebih
sedikit dalam proses ekstraksi, dan ekstrak yang dihasilkan lebih banyak yaitu
sebanyak 325 mg jika dibandingkan dengan metode Chihara yang hanya
menghasilkan ekstrak sebanyak 4 mg.
2
mengetahui
hasil
karakterisasi
-glukan
hasil
ekstraksi
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filum
: Basidiomycota
Kelas
: Homobasidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Tricholomataceae
Genus
: Pleurotus
Spesies
: P. ostreatus
melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina
membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora
seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada
kantung basidium (Phillips, 2006).
Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium
monokariotik, yaitu miselium dengan inti haploid. Miselium terus bertumbuh
hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel
sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikariotik. Setelah itu apabila
kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 C, kelembaban 85-90%,
cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk.
Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada
basidium. Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad
basidiospora pada basidium. Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada
tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas
ini akan berkembang menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan
filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang
dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus). Kemudian hifa monokarion akan
mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang
disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan
hifa dikarion). Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami,
kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur. Nantinya, jamur dewasa
ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk
(OECD, 2006).
6
Negara Penghasil
Shittake/black mushroom/hioko
mushroom)
Indonesia, Malaysia
Jamur winter
Jamur kuping/hiratake
Jamur tiram/shimeji
Nameko
Jepang
Cina, Taiwan
Tuber
Jepang
(Suriawira, 2009)
2.1.2. Komposisi Kimia dan Khasiat Jamur Tiram Putih
Seiring dengan populasi jamur sebagai bahan makanan yang enak dan
bergizi, permintaan atas jamur tiram putih di masyarakat terus meningkat. Jamur
tiram putih banyak diminati oleh masyarakat karena rasanya yang enak. Jamur
tiram putih biasa dimasak di dalam sup bahkan ada pula yang membuat jamur
tiram putih menjadi makanan ringan seperti keripik jamur tiram. Selain enak
jamur tiram putih juga bergizi, dimana kandungan gizi dari jamur tiram putih ini
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi dan kandungan gizi jamur tiram putih per 100 gram
Zat Gizi
Kalori(energi)
Protein
Karbohidrat
Kandungan
367 kal
10,5-30,4 %
56,6 %
Lemak
1,7-2,2 %
Tiamin
0,2 mg
Riboflavin
4,7-4,9 mg
Niasin
77,2 mg
Co (kalsium)
314 mg
K (kalium)
3,793 mg
P (Posfor)
717 mg
Na (Natrium)
837 mg
Fe (zat besi)
3,4-18,2 mg
Serat
7,5-8,7 %
(Sumarmi, 2006)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jamur tiram putih memiliki
kandungan gizi yang cukup baik untuk dikonsumsi bahkan jika dilihat dari
kandungan proteinnya jamur tiram ini memiliki kandungan protein yang lebih
tinggi dari beras yang hanya sebesar 7,3% dan gandum yang sebesar 13,2%.
Jamur tiram putih juga mengandung sembilan macam asam amino yaitu lisin,
metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin dan fenilalanin.
72% lemak dalam jamur tiram terdiri dari asam lemak tidak jenuh, sehingga
aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol)
8
maupun gangguan metabolisme lipid, sisanya 28% asam lemak jenuh serta adanya
semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram sehingga menimbulkan rasa
enak (Sumarmi, 2006).
Dilihat dari kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram putih maka
bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi. Adanya serat yaitu lignoselulosa baik
untuk pencernaan. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian
menu jamur tiram putih selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol
dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan
yang mengandung jamur tiram putih, sehingga mereka berpendapat bahwa jamur
tiram putih dapat menurunkan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterol
(Sumarmi, 2006).
Kandungan serat yang terkandung dalam jamur tiram putih juga
berpengaruh positif terhadap pencegahan penyakit kencing manis. Dengan
peningkatan konsumsi serat dapat membantu perbaikan sensitifitas jaringan ujung
saraf insulin, sehingga dapat mengurangi kebutuhan tubuh akan insulin.
Berdasarkan eksperimen The Mushroom Asosiation of England dengan memberi
tiga pon jamur tiram putih pada penderita kanker setiap minggu selama enam
bulan berturut-turut menunjukan efek yang signifikan terhadap kondisi kesehatan
penderita yang berangsur membaik dan pada akhirnya sembuh (Jaelani, 2008).
Selain zat-zat di atas jamur tiram putih juga mengandung senyawa pleuran
yang merupakan polimer dari glukosa. Pleuran terdiri dari ikatan -1,3 dan -1,6
glukosida, dengan rumus molekul (C6H10O5)x. Zat inilah yang diduga memiliki
2.2. -D-Glukan
11
adalah
protein.
Proteoglikan
bisa
juga
disebut
sebagai
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen yang diinginkan dari
penyusun-penyusun lain dalam suatu bahan atau campuran dengan menggunakan
pelarut. Ekstraksi merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan senyawa dari
sistem campuran (Pudjaatmaka dan Qodratillah, 2002).
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat
campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua
fasa pada kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan pernyataan yang
jelas mengenai hukum distribusi ketika pada tahun 1981 ia menunjukan bahwa
suatu zat akan terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat
campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan
adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu (Underwood, 2002).
14
= tetapan
[A]2
[A]1 menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1.
Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu,
pada kenyataannya hubungan ini adalah tidak eksak. Yang benar, dalam
pengertian termodinamik, angka banding aktivitas bukannya rasio konsentrasi
yang seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase
memelihara suatu rasio yang konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair
yang lain ;
aA1
KDA
aA2
Di mana :
aA1
KDA
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di
luar sel (Sudjadi, 1986). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses
ekstraksi padat-cair, yaitu :
1. Pelarut yang digunakan harus melarutkan bahan yang diekstraksi secara
sempurna
2. Analit dalam sampel harus tahan panas (tidak terurai oleh panas)
3. Volume pelarut pengekstraksi harus cukup agar tidak kering
4. Pelarut tidak atau sedikit saja melarutkan bahan lain selain analit yang
diinginkan (diisolasi)
Ada beberapa contoh dari ekstraksi padat cair yaitu :
1.
Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik
2.
Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel
Gambar 6. Perkolator
3. Soxhletasi
Prinsip kerjanya adalah serbuk yang akan diekstraksi diletakkan pada
selongsong (thimble) dan ditempatkan pada bagian dalam alat soxhlet. Kemudian
dipasang labu alas bulat yang sesuai dengan ukurannya. Diisi pelarut melalui
bagian atas soxhlet, sehingga terjadi dua kali sirkulasi. Pada bagian atas dipasang
17
pendingin balik. Jika pelarut dididihkan uap akan keluar ke atas melalui pipa
menuju
pendingin
balik
dan
akan
dikondensasikan.
Uap
yang
telah
Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruhi oleh panas (Darwis,
2002).
4. Distilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Darwis, 2002).
Gambar 8. Distilator
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad
pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya
permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan
rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil
menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada
masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol
19
menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini
menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro,
The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815)
yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat
terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang
bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan
diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi.
Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan
tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi
azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut organik dan dua distilasi
tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap
air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek
tidak ada distilasi yang mencapai 100% (Yee, 2008).
5. Ekstraksi Yap & Ng (2001)
Metode ekstraksi Yap & Ng pada dasarnya hampir sama dengan proses
ekstraksi lainnya, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi ini yaitu air (aquades).
-glukan diisolasi dengan air panas yang kemudian dilakukan presipitasi
(pengendapan) dengan etanol dan diteruskan dengan proses freeze drying dengan
menggunakan nitrogen cair. Uji kemurnian dilakukan dengan analisis kolom
karbohidrat yang memberikan kemurnian sebesar 87,5 %.
Jika dilihat dari aspek komersialnya metode ekstraksi yang dilakukan oleh
Yap & Ng (2001) lebih efisien, lebih murah dan tidak membutuhkan waktu yang
lama jika dibandingkan dengan metode ekstraksi -glukan yang dilakukan oleh
20
Metode Chihara
14 hari
Banyak
4 mg
99,23 %
akan memisahkan senyawa yang lebih banyak dibandingkan dengan satu kali
ekstraksi, walaupun total volume palarut organik yang digunakan sama (Puspita,
2004).
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan
cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop
atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi
padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan
kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen
bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses
ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh
vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan
garam-garam logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah
dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair (Rahayu, 2009).
23
Ungu
380 435
Biru
435 500
500 520
Hijau
520 565
Kuning
565 590
Oranye
590 625
Merah
625 740
Pr
Pa
Pt
Po
24
dimana
I0
IT
Monokromator
Sampel
Detektor
Penguat
Pembaca
25
komputer
Cermin
Cermin
Pengubah
analogke
digital
referens
Pemroses
sinyal
sumber
monokr
omator
Detektor
sampel
Cermin berotasi
Setengah cermin
Alatnya
dapat
berupa
prisma
atau
grating.
Untuk
26
3. Sel absorpsi, pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca
corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus
menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang
lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi,
tetapi bentuk silinder juga dapat digunakan. Kita harus menggunakan kuvet
yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa dan gelas
hasil leburan serta seragam keseluruhannya.
4. Detektor, peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang. (Underwood,2002)
Syarat-syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan UV-VIS yaitu :
1)
2)
3)
4)
terhidrolisis secara sempurna menjadi monomer-monomernya yang berupa Dglukosa. Setelah terhidrolisis secara sempurna kemudian larutan diinkubasi
dengan GOPOD (4-aminoantipirin, asam p-hidroksi benzoat, enzim peroksidase)
sehingga warna larutan akan berubah menjadi warna merah yang dapat diukur
dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 510 nm. Dapat
dilihat reaksi dari proses di atas adalah sebagai berikut (Barry, 2009).
Reaksi 1
O2
Reaksi 2
29
penambahan
enzim
larutan
ditambahkan
enzim
GOPOD
(4-
D-glukosa
amyloglukosidase
30
Congo red adalah suatu garam natrium dari benzidinediazo-bis-1naftilamin-4-asam sulfonat dengan rumus molekul C32H22N6Na2O6S2 dan dengan
berat molekul 696,66 g/mol. Congo red larut dalam air, dan kelarutan congo red
paling baik dalam pelarut organik. Penggunaan congo red dalam bidang biokimia
digunakan dalam penentuan kemurnian -glukan yang diisolasi dari gandum.
Berawal dari penelitian tersebut, reagen congo red sampai sekarang masih dapat
digunakan sebagai penentuan kemurnian -glukan (Stensmaa, 2001).
Congo red pertama kali disintesis pada tahun 1883 oleh Paul Bottiger
yang bekerja untuk perusahaan Friedrich Bayer di Elberfield, Jerman. Ia sedang
mencari pewarna tekstil yang tidak memerlukan langkah yang rumit. Perusahaan
tersebut tidak tertarik dengan warna merah yang cerah. Jadi ia mengajukan paten
di bawah namanya kemudian dijual kepada perusahaan AGFA di Berlin. Pewarna
tersebut membawa sukses besar untuk perusahaan AGFA, sehingga pada tahuntahun berikutnya dengan alasan yang sama perusahaan tersebut memasarkan
pewarna lainnya dengan nama congo. (Stensmaa, 2001)
Metode congo red merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan adanya senyawa -glukan dari suatu bahan. Metode ini menggunakan
reagen congo red sebagai pereaksi sehingga akan membentuk kompleks congo red
dan polisakarida yang berwarna merah. Senyawa congo red sendiri berwarna
merah, tetapi apabila reagen ini tidak bereaksi terhadap suatu senyawa, maka
larutan akan berubah menjadi bening. Untuk uji pendahuluan dengan congo red
tidak dikhususkan pada polisakarida tertentu tetapi polisakarida secara umum, jadi
untuk uji congo red hanya digunakan untuk mengetahui konsentrasi polisakarida
31
dari ekstrak sampel. Untuk mengetahui jenis senyawa yang terkandung dalam
ekstrak sampel dapat dilakukan dengan cara kromatografi.
32
Gambar 14. Gambaran dua atom yang memiliki vektor listrik dan vektor magnetik
Jika pegas direntangkan atau ditekan pada jarak keseimbangan tersebut
maka energi potensial dari sistem tersebut akan naik. Setiap senyawa pada
keadaan tertentu telah mempunyai tiga macam gerak, yaitu gerak translasi, vibrasi
dan rotasi. Bila ikatan bergetar, maka energi vibrasi secara terus menerus dan
secara periodik berubah dari energi kinetik ke energi potensial dan sebaiknya.
Jumlah energi total adalah sebanding dengan frekwensi vibrasi dan tetapan gaya
(k) dari pegas dan massa (m1 dan m2) dari dua atom yang terikat. Energi yang
dimiliki oleh sinar infra merah hanya cukup kuat untuk mengadakan perubahan
vibrasi (Giwangkara, 2007).
Frekuensi vibrasi suatu ikatan dapat dihitung dengan cukup seksama
dengan cara yang sama seperti menghitung frekuensi vibrasi sistem pegas dan
sebuah bola. Sesuai dengan persamaan hukum Hooke dibawah ini.
=
1
2
k
m1m2(m1+m2)
33
di mana
= Frekuensi
besaran m1m2 / (m1 +m2) dapat dinyatakan sebagai , masa tereduksi dari sistem
itu (Sudjadi, 1985).
Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya
terjadi peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan
yang menghubungkannya. Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul
tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print (400-2000 cm-1). Vibrasi
molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu :
1. Vibrasi Regangan (Stretching)
Dalam vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan yang
menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya,
walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan terdiri dari dua macam,
yaitu regangan simetri dan regangan asimetri.
daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik jari. Berikut ini adalah
beberapa senyawa dengan daerah serapannya.
Tabel 5. Serapan khas beberapa gugus
Gugus
Jenis senyawa
Daerah serapan
C-H
Alkana
2850-2960, 1350-1470
C-H
Alkena
3020-3080, 675-1000
C-H
Aromatic
3000-3100, 675-870
C-H
Alkuna
3300
C=C
Alkena
1640-1680
C C
Alkuna
2100-2260
C=C
Aromatic (cincin)
1500-1600
C-H
Alkana
2850-2960, 1350-1470
C-O
1080-1300
C=O
Aldehid,
keton,
asam 1690-1760
karboksilat,ester
O-H
Alkohol, fenol(monomer)
3610-3640
O-H
Alkohol, fenol(ikatan H)
200-3600 (lebar)
O-H
Asam karboksilat
500-3000 (lebar)
N-H
Amina
3300-3500
C-N
Amina
1180-1360
C N
Nitril
2210-2260
NO2
Nitro
1515-1560, 1345-1385
(Takeuchi, 2009)
Spektra IR informasinya tak sekaya spektra NMR. Namun, spektroskopi
IR merupakan satu dari teknik yang paling sering digunakan untuk mendapatkan
informasi struktur berbagai tipe senyawa. Keuntungan spektroskopi IR dibanding
36
NMR adalah pengukurannya mudah dan sederhana, dan spektra IR tidak terlalu
dipengaruhi oleh kondisi pengukuran.
2.5.2. Instrumentasi Spektrofotometer IR
Spektrofotometer infra merah biasanya merupakan spektrofotometer ganda
dan terdiri dari 5 bagian utama yaitu sumber radiasi, daerah cuplikan, kisi difraksi
(monokromator), dan detektor.
1. Sumber radiasi, radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst
dan Globar. Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi
hingga sekitar 1.200oC, sehingga memancarkan radiasi kontinyu pada daerah
1-40m. Globar merupakan sumber radiasi yang sangat stabil. Pijar Nernst
merupakan batang cekung dari sirkonium dan yitrium oksida yang dipanasi
hingga sekitar 1.500oC dengan arus listrik. Sumber ini memancarkan radiasi
antara 0,4-20m dan kurang stabil jika dibandingkan dengan globar, tetapi
Globar memerlukan pendinginan air.
2. Monokromator, monokromator terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar,
alat pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin
untuk memantulkan dan memfokuskan berkas sinar. Bahan yang lazim
digunakan prisma adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan
litium fluorida. Prisma natrium klorida paling banyak digunakan untuk
monokromator infra merah, karena dispersinya tinggi untuk daerah antara 5,016m, tetapi dispersinya kurang baik untuk daerah antara 1,0-5,0m. Kalium
bromida dan sesium bromida merupakan bahan prisma yang baik untuk infra
merah jauh. Litium fluorida merupakan bahan yang baik untuk infra merah
37
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
39
Botol 1
Botol 2
dalam gliserol, stabil selama 2 tahun pada suhu 2oC atau 4 tahun pada suhu 20oC. => 20 mL
3.
Botol 3
Botol 4
20oC
5.
Botol 5
Botol 6
ruang. => ~2 g
Reagent :
1.
2.
3.
4.
40
41
Residu jamur diekstraksi hingga empat kali dengan cara yang sama
tetapi dengan volume yang berbeda untuk memastikan tidak ada senyawa pleuran
(-glukan yang terdapat dalam jamur tiram putih/Pleorotus ostreatus) yang tersisa
atau hanya tinggal sedikit sekali yang tertinggal pada residu jamur. Hasil yang
didapatkan dari hasil ekstraksi adalah berupa padatan glukan larut air.
3.3.2. Analisa Kualitatif Ekstrak Padatan Glukan Dengan FTIR
Sampel padatan glukan larut air sebanyak 20 mg dicampurkan dengan
serbuk KBr, digerus pada lumping agate hingga tercampur rata dan diambil
sedikit kemudian masukan ke dalam cakram dan dipress dengan alat press holder.
Setelah terbentuk film tipis, cakram KBr dimasukan pada KBr disc holder dan
spektrum sampel direkam pada range 400-4000 cm-1 pada resolusi 8 dengan FTIR
spektrofotometer. Hasilnya dibandingkan dengan spektrum standar barley >95%.
3.3.3. Pengukuran Total Glucan dan D-Glukosa (Megazyme)
Sampel padatan glukan larut air dan yeast (sebagai standar pengujian)
dimasukan ke dalam tabung glass uji (tabung reaksi) bertutup ukuran 20 x 125
mm sebanyak 100 mg, tabung digoyang-goyangkan hingga sampel jatuh
seluruhnya ke bagian bawah tabung. Selanjutnya 1,5 mL asam klorida
terkonsentrasi (37% v/v) ditambahkan ke dalam tiap tabung (2 tabung), tutup
tabung dan dikocok dengan vortex. Tabung ditempatkan dalam waterbath pada
suhu 30oC selama 45 menit dan vortex setiap 15 menit, kemudian ditambahkan 10
mL aquades pada tiap tabung, tutup tabung dan kocok dengan vortex. Selanjutnya
tutup tabung dilepaskan dan masukan tabung pada air mendidih (~100oC), setelah
5 menit tutup kembali dan inkubasi dilanjutkan selama 2 jam. Setelah 2 jam
42
dinginkan tabung pada suhu ruang, tutup tabung dilepaskan dengan hati-hati
kemudian 10 mL KOH 2N ditambahkan pada tiap tabung. Bilas isi tabung
menggunakan buffer sodium asetat (pH 5.0) ke dalam tabung bersih, tepatkan
volumenya. Suspensi disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman GF/A
atau sentrifus pada 1500 g selama 10 menit. Cairan yang jernih dipisahkan dari
endapan yang telah disaring kemudian dimasukan ke dalam tabung glass uji
ukuran 16x100 mm. Reagen Exo-1,3-Glucanase (100 U/mL) plus -Glucosidase
(20U/mL) ditambahkan ke dalam sodium asetat buffer (200 mM, pH 5.0) pada
tiap tabung, kocok tabung dengan menggunakan vortex dan inkubasi pada suhu
40oC selama 60 menit. Selanjutnya 3 mL reagen GOPOD ditambahkan pada tiap
tabung dan inkubasi pada suhu 40oC selama 20 menit. Warna larutan berubah
menjadi merah dan absorbansi semua larutan (sampel, blanko, yeast dan standar
glukosa) diukur pada panjang gelombang 510 nm.
Setelah didapatkan absorbansi dari sampel, blanko, yeast dan standar
glukosa, dapat dihitung konsentrasi total glukan dengan cara manual (lampiran 4)
atau dengan menggunakan software Mega Calc (lampiran 3) dengan memasukan
absorbansi tiap larutan.
3.3.4. Pengukuran -Glukan (Megazyme)
Sampel padatan glukan larut air dan yeast (sebagai standar pengujian yang
terdapat dalam paket megazyme) dimasukan ke dalam tabung glass uji bertutup
ukuran 20x125 mm, kemudian tutup tabung dan goyangkan hingga sampel jatuh
seluruhnya ke dasar tabung. Magnetik stirer (5x15 mm) dan 2 mL KOH 2N
dimasukkan ke dalam tiap tabung. Selanjutnya 8 mL buffer Sodium asetat (1,2
43
pipet dan dimasukan ke dalam ependof 1,5 mL. Kemudian sentrifus larutan dan
pisahkan filtrat. Filtrat ditambahkan dengan 0,5 mL NaOH kemudian
ditambahkan congo red. Rekam spektrum larutan glukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 510 nm. Kandungan glukan dihitung berdasarkan kurva kalibrasi yang diperoleh dari larutan standar glukan dari barley dengan memasukan absorbansi yang didapatkan dari hasil
pengukuran ke dalam persamaan regresi linear (lampiran 5). Hasil yang
didapatkan yaitu konsentrasi dalam satuan ppm yang kemudian di konversi ke
satuan % w/w (lampiran 6)
3.3.6. Desain Penelitian
JamurTiramPutih(1kg)
EkstraksiYap&Ng
Ekstrakglukan
IdentifikasiKemurnian
UjiKualitatif(FTIR)
UjiKuantitatif(UVVis)
(megazymedancongored)
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
46
46
100 g jamur sedangkan jamur shiitake mengandung total serat diet sebesar 46,1 %
(Widyastuti, 2008). Jika dilihat dari kandungan karbohidrat dan total serat diet
yang terkandung dalam jamur tiram dan shiitake, maka ekstrak glukan yang
terkandung dalam jamur tiram kemungkinan memang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan ekstrak glukan pada shiitake. Karena glukan merupakan
salah satu senyawa polisakarida yang terkandung dalam jamur.
dari sampel padatan glukan larut air dengan standar barley yang telah tersedia.
Metode yang digunakan adalah metode cakram KBr, dipilih metode ini
karena sampel berupa serbuk padat dan mudah dilakukan. Sampel dicampurkan
dengan serbuk KBr dan dipress hingga membentuk lapisan tipis pada disc holder.
Kemudian sampel akan direkam spektrumnya dari senyawa yang terdapat dalam
ekstrak sampel tersebut.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel dan standar -glukan
didapatkan pola spektrum yang mirip. Pola spektrum sampel dan standar yang
terekam pada alat FTIR adalah sebagai berikut.
47
Gambar 17. Pola spektrum FTIR sampel dan standar beta glukan
Berdasarkan pola spektrum FTIR di atas terdapat beberapa gugus fungsi
utama yang mencirikan senyawa glukan, seperti yang terlihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 6. Bilangan gelombang spektrum FTIR sampel dan standar beta glukan
Bilangan Gelombang Sampel
(cm-1)
1077,27-1157,63
890
3200-3600
2921,77
1655,03
Bilangan
Gelombang
Standar
(cm-1)
1070,34-1157,63
895,57
3200-3600
2892,74
1650,75
Ikatan
C-O
1,3- -glukan
-OH
CH alifatik
C=O
Dari tabel 6 dapat dilihat gugus fungsi yang terekam pada alat FTIR.
Gugus fungsi di atas menggambarkan struktur senyawa glukan, dimana senyawa
1,3--D-glukan spesifik terletak pada bilangan gelombang 890 cm-1. Panjang
48
gelombang tersebut yang menjadi fokus dari penelitian ini karena merupakan
senyawa yang ingin diisolasi. Selain itu terdapat beberapa gugus fungsi lain yaitu
C-O pada bilangan gelombang 1157,63 cm-1 yang terdapat pada cincin glukosa,
kemudian OH yang terikat pada rantai samping pada panjang gelombang 1077,27
cm-1, dan pada panjang gelombang 3200-3600 cm-1merupakan OH yang terikat
pada tiap cincin glukosa. Hasil pengujian di atas hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh El-Batal pada tahun 2008 mengenai verifikasi struktur 1,3- D-glukan menggunakan FTIR, yang menyebutkan bahwa ikatan 1,3 -glukan
dapat terdeteksi pada bilangan gelombang 890 cm-1, sedangkan ikatan C-O-C
cincin heksan pada bilangan gelombang 1160 cm-1, dan C-OH yang terletak pada
rantai samping pada bilangan gelombang 1078 cm-1. Untuk ikatan 1,6--glikosida
belum didapatkan referensi yang pasti pada bilangan gelombang berapa ikatan
tersebut berada, tetapi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
El-Batal yang mendapatkan hasil bahwa ikatan 1,3--D-glukan pada bilangan
gelombang 890 cm-1 dan ikatan 1,4--D-glukan pada 930 cm-1 serta ikatan C-O-C
yang terlatak pada 1160 cm-1 dapat diasumsikan bahwa ikatan 1,6--D-glukan
berada pada kisaran panjang gelombang 800-1200 cm-1. Tetapi seperti yang telah
disebutkan di atas bahwa dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada ikatan
1,3-beta glukan, karena memiliki bioaktifitas yang tinggi sedangkan untuk ikatan
1,6-beta glukan, semakin banyak ikatan 1,6-beta glukan dalam suatu senyawa
maka akan semakin memperkecil bioaktifitas dari senyawa tersebut (Liu et al,
2000).
49
Jika dilihat secara lebih mendetail, terdapat satu puncak dari hasil
pembacaan FTIR pada sampel yang berbeda terhadap standar yaitu pada bilangan
gelombang 1550 1650 cm-1. Bilangan gelombang tersebut menurut literatur
kemungkinan adalah gugus amida. Tetapi jika diperhatikan pada struktur
glukan tidak terdapat amida. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Werning
(2008) mengenai karakteristik -glukan pada panjang gelombang 1560 dan 1650
cm-1 menunjukan CO-NH dari protein atau proteoglukan, sehingga terdapat
kemungkinan bahwa senyawa -glukan yang diperoleh masih mengandung
protein yang terikat pada sakarida. Hal ini dapat dijelaskan bahwa peak yang
timbul pada bilangan gelombang 1560-1650 cm-1 merupakan pengotor karena
masih terdapat ikatan CO-NH yang mengindikasikan adanya protein. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Fang Liu dan Ooi (2000) ada beberapa senyawa
hasil ekstraksi dari jamur sebagai zat antikanker dilakukan melalui uji antikanker
dengan menggunakan ekstrak glukan dan glukan protein, dimana dari hasil
penelitiannya terdapat ekstrak dari beberapa jamur. Hasil ekstrak berupa
kompleks glukan-protein memiliki bioaktifitas terhadap sel kanker salah satunya
yaitu Agaricus blazei. Ooi dan Fang Liu pada penelitian yang sama pada tahun
2000 juga mengatakan bahwa terdapat senyawa polisakarida lain yang berfungsi
sebagai antikanker yaitu hetero--glukan, heteroglikan, -glukanprotein, manno--glucan, -glucan, -glucan-protein, dan heteroglikan-protein. Jadi
kemungkinan besar senyawa proteoglukan yang terdapat dalam jamur tiram dapat
juga memiliki bioaktifitas sebagai antikanker.
50
Bila dilihat dari spektrum sampel dan standar beta glukan hasil uji FTIR
serta beberapa acuan dari hasil penelitian sebelumnya, hampir dapat dipastikan
bahwa senyawa hasil ekstraksi jamur tiram adalah senyawa -glukan yang belum
murni karena masih terdapat senyawa pengotor berupa proteoglukan. Apabila
dilihat konsentrasi beta glukan dari sampel tersebut jauh lebih kecil dibandingkan
dengan konsentrasi standar (>95%) hal ini dapat dilihat dari ketajaman dan luas
peak area dari spektrum hasil uji FTIR tersebut.
4.2.
pengukuran
-glukan
dengan
metode
enzimatis
dengan
Absorban 1
0,021
0,605
0,045
0,708
0,081
1,063
Absorban 2
0,021
0,610
0,045
0,665
0,083
1,090
51
53
A1
Blanko
P1
P2
Prata-rata
0
0,182
0,180
A2
A3
Arata-
0
0,192
0,181
0
0,184
0,176
0
0,186
0,179
rata
Konsentrasi
(ppm)
(%)
24800
172,82
23400
163,06
24100
167,94
artian hanya untuk memastikan ada atau tidaknya -glukan dalam suatu bahan
alam. Metode ini bisa dipakai karena mudah dilakukan, hanya memerlukan waktu
yang tidak banyak, dan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan metode
enzimatis dan juga karena reagen congo red bereaksi dengan -glukan secara
signifikan walaupun tidak hanya -glukan yang terukur.
Penggunaan metode megazyme pada penelitian ini didasarkan pada akurasi
dari pengukuran, karena metode megazyme dapat mengukur kadar -glukan secara
tepat. Dimana pada metode ini kadar total glukan dan -glukan juga ikut diukur
dan persentasi kadar -glukan diukur dengan selisih antara total glukan dengan
glukan. Sedangkan untuk penggunaan metode congo red lebih didasarkan pada
faktor efisien dan ekonomis, karena pengujian dilakukan dengan mudah dengan
waktu yang sedikit dan biaya yang lebih murah. Dan penggunaan kedua metode
dilakukan untuk melihat perbandingan konsentrasi yang didapat, apakah kadar
(konsentrasi) dengan penggunaan metode congo red mendekati kadar dengan
menggunakan metode megazyme.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan :
1. Ekstraksi -glukan dari jamur tiram putih dengan menggunakan Metode Yap
& Ng (2001) menghasilkan serbuk kering sebesar 2,4004 g lebih sedikit jika
dibandingkan dengan ekstra -glukan yang di ekstraksi dari jamur shiitake
dengan metode Yap & Ng (2001)
2. Hasil pengujian menggunakan spektrum FTIR menunjukkan posisi ikatan 1,3-D-glukosida yang merupakan ciri utama dari senyawa -glukan terletak
pada bilangan gelombang 895,57 cm-1. Ekstrak sampel padatan glukan yang
didapat tidak murni karena masih mengandung proteoglikan.
3. Hasil pengujian dengan menggunakan metode enzimatis didapatkan
kemurnian -glukan sebesar 46,1428%. Sedangkan dengan menggunakan
metode congo red didapatkan hasil sebesar 24100 ppm atau 167,94.
4. Berdasarkan hasil pengukuran kadar -glugan, pengukuran dengan metode
enzimatis lebih akurat dibandingkan dengan metode congo red.
5.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengujian bioaktifitas dari
senyawa -glukan yang terkandung dalam jamur tiram putih, agar dapat diketahui
seberapa besar bioaktifitas dari senyawa -glukan tersebut.
56
56
DAFTAR PUSTAKA
57
Liu, et al. 2000. Immunomudulation and Anti-cancer Activity of Polysaccharideprotein Complexes. Current Medical Chemistry, (7) 715-729
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorgnisms.
New Jersey: Pearson Prentice Hall. Hal: 75-77.
OECD. 2006. Safety Assessment of Transgenic Organisms. OECD Publishing:
Australia. Hal.57-69
Phillips, Roger. 2006. Mushrooms. Pub. McMilan. Hal. 266.
Prahastuti, Sarwintyas dkk. 2001. Jamur : Kandungan Kimia dan Khasiat. Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. Jakarta
Pudjaatmaka, A. H dan M. T Qodratillah, 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Puspita, Rini Maya. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi ke 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Rahayu, Suparni Setyowati. 2009. Ekstraksi Cair. Situs Resmi Kimia Indonesia :
Chem-is-try.org
Spicer EJ. Goldenthal EI, Ikada T. A 2005. Toxicolodial Assesment of Curdlan.
http://www.betaxanthin.com/toxicologi-research.html.
Steensma, DP. 2001. "Congo" red: out of Africa? Archives of Pathology and
Laboratory Medicine 125(2):250252.
Sudjadi, Drs. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Sudjadi, Drs. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.
Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Invasi
Pertanian.
Suriawira, Unus. 2009. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Jakarta : PT.Penebar
Swadaya.
Synytsya, Andriy. 2008. Mushrooms of Genus Pleurotus as a Source of Dietary
Fibres and Glucans for Food Supplements. Czech Journal Food Sci.
Takeuchi, Yoshito. 2009. Metode Spektroskopik. Situs Kimia Indonesia. Chem-istry.org
58
Yap & Ng. 2001. New Method For Extracting Lentinan from Lentinus Edodes
Yee DFC. 2008. In Depth Look at Extractive Distillation
59
LAMPIRAN
60
disimpan dalam tabung Polipropilen pada suhu -20oC, larutan stabil selama ~2
tahun.
Reagen yang terdapat pada botol 3 dicampurkan dengan 1 L air
deionisasi, larutan ini stabil selama > 2 tahun pada suhu 4oC. Kemudian
dicampurkan ke dalam botol 4 (Reagen GOPOD), larutan ini stabil selama 2-3
tahun pada suhu 4oC dalam botol gelap atau > 12 bulan pada suhu -20oC.
61
62
Keterangan :
E
100/0.1
100/W
162/180
63
100
(1,063+1,090) / 2
100
= 92,8936
1,0765
Jamur Tiram
Total glukan = E x F x 100/0,1 x 1/1000 x 100/W x 162/180
= (0,6075-0,021) x 92,8936 x 100/101,9 x 0,9
= 0,5865 x 92,8936 x 100/101,9 x 0,9
= 48,1196
-glukan
= E x F/W x 90
= (0,045-0,021) x 92,8936 / 101,5 x 90
= 0,024 x 0,915 x 90
= 1,9786
-glukan
Yeast
Total glukan = E x F x 100/0,1 x 1/1000 x 100/W x 162/180
= (0,6865-0,021) x 92,8936 x 100/101,5 x 0,9
= 0,6655 x 92,8936 x 100/101,5 x 0,9
= 54,8164
-glukan
= E x F/W x 90
= (0,082-0,021) x 92,8936/101,9 x 9,27
= 0,061 x 92,8936/101,9 x 9,27
= 0,5155
64
-glukan
65
Absorbansi
0,070
0,158
0,228
0,302
Sampel
A1
A2
A3
Arata-rata
Blanko
P1
0,182
0,192
0,184
0,186
P2
0,180
0,181
0,176
0,179
66
= 5.10-6x + 0,062
P1
0,186 = 5.10-6x + 0,062
X
= 0,0287g / 2mL
= 28,7 mg/ 2.10-3L
= 14350 ppm
= (0,179-0,062) / 5.10-6
= 0,117 / 5.10-6
= 23400 ppm
67