Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : DENSITAS ZAT PADAT DAN ZAT CAIR


NAMA PRAKTIKAN : SALWANA BILLA
NIM/GRUP : 2012210706/03
TANGGAL PRAKTIKUM : 09-12-2022
ASISTEN : MUHAMMAD PUJI SAMPURNO

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Semua zat di alam semesta memiliki massa jenis / densitas. Densitas setiap
zat tersebut tentu berbeda-beda antara zat padat, zat cair, dan zat gas.
Densitas massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut. Massa
jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran benda diubah maka
massa jenisnya tetap. Hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda dan
kenaikan volume benda diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda
atau massa benda. Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan
menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca
ohaus atau yang lainnya (Halliday, 1991).

Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa
setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total
massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa
jenis lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah dari pada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (Mariana, Z.T,
2012). Densitas massa jenis dapat ditentukan menggunakan prinsip kerja
mekanika Newton yaitu dengan menggunakan prinsip kerja hukum
Archimedes yang berbunyi “Apabila seluruh atau sebagian permukaan
benda dimasukan atau dicelupkan kedalam suatu zat cair maka benda
tersebut mengalami suatu gaya ke atas yang sama besar dengan berat zat
cair yang dipindahkan.” (Halliday, 1997). Sebuah benda yang memiliki
massa jenis lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah dari pada
benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (Mariana,
Z.T, 2012).
2. Tujuan Praktikum
Mempelajari cara pengukuran neraca dan alat volumetrik.

3. Manfaat Praktikum
Mengetahui cara meghitung densitas suatu zat menggunakan neraca dan alat
volumetrik.

METODOLOGI

4. Alat dan Bahan


Berikut beberapa alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan
percobaan :
 Gelas ukur 10 mL 1 buah
 Gelas ukur 25 mL 1 buah
 Labu Erlenmeyer 1 buah
 Pipet ukur 1 buah
 Termometer 1 buah
 Penggaris 1 buah
 Neraca analitik 1 buah
 Sampel zat padat secukupnya
 Aquades secukupnya
 Air secukupnya
 Cairan unknown secukupnya

5. Langkah Kerja
5.1. Kalibrasi Pipet Ukur dan Gelas Ukur
1. Menimbang gelas ukur 10 mL dan 25 mL dalam keadaan bersih,
kemudian mencatat berapa massa tiap-tiap gelas ukur.
2. Memipet air destilat dengan menggunakan pipet ukur 10 mL dan
masukkan kedalam gelas ukur yang telas ditimbang.
3. Membaca dan mencatat volume cairan dalam gelas ukur.
4. Menimbang gelas ukur dan air destilat didalamnya seteliti mungkin.
5. Mengukur suhu air dan mencatat suhunya.
6. Mengulangi langkah di atas dengan menggunakan alat yang sama
untuk menguji presisi data yang diperoleh.

5.2. Densitas cairan “ Unknown “


1. Cairan Unknown diperoleh dari asiten laboratorium.
2. Menimbang erlenmeyer kecil 25 mL dan bersih seteliti mungkin.
3. Memipet 10 mL larutan unknown dan masukkan kedalam
erlenmeyer.
4. Menimbang erlenmeyer beserta isinya lalu mencatat beratnya.
5. Menghitung massa cairan unknown dan densitas dari data massa dan
volume.

5.3. Densitas Zat Padat dengan Bentuk Tertentu Berbentuk


1. Sampel zat padat dengan bentuk teratur diperoleh dari asisten, catat
dan lakukan dengan identifikasi.
2. Menimbang sampel secara akurat dan catat beratnya.
3. Mengukur dimensi zat padat tersebut dengan penggaris dan
hitunglah volume dari objek dama cm³. Catat hanya ukuran dimensi
objek.
4. Menghitung densitas objek.
5. Memasukan 10 mL air kedalam gelas ukur 25 mL dan membaca
volume dengan teliti, catat berapa volumenya.
6. Memiringkan gelas ukur dan masukkan zat perlahan-lahan kedalam
air (zat padat harus terendam dalam air).
7. Membaca total volume zat cair dan zat padat dan catat volumenya.
5.4. Densitas Zat Padat dengan Bentuk Tidak Berbentuk
1. Sampel zat padat tidak berbentuk (kerikil kecil) tidak didapatkan
dari asisten.
2. Meimbang sampel secara akurat dan catat beratnya.
3. Memasukkan 10 mL air kedalam gelas ukur 25 mL dan membaca
volume dengan teliti, catat berapa volumenya.
4. Memiringkan gelas ukur dan masukkan zat perlahan-lahan kedalam
air(zat padat harus terendam dalam air).
5. Membaca total volume zat cair dan zat padat dan catat volumenya.
TINJAUAN PUSTAKA

6. Pengertian Densitas

Massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan


antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis suatu benda
bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk benda diubah massa jenis benda
tidak berubah. misalnya ukurannya diperbesar sehingga baik massa benda
maupun volume benda makin besar. Walaupun kedua besaran yang
menunjukan ukuran benda tersebut makin besar tetapi massa jenisnya tetap, hal
ini disebabkan oleh kenaikan massa benda atau sebaliknya kenaikan volume
benda diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa benda
(Kanginan,2002). Secara matematis untuk menentukan massa jenis atau
desintas dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝒎
𝝆=
𝒗

Keterangan :

𝜌 = massa jenis (kg/m3)

𝑚 = massa (kg)

v = volume (m³)

Satuan massa jenis dalam CGS (centi, gram, sekon) adalah gram per centimeter
kubik (g/cm³) atau 1 g/cm³= 1000 kg/m³. Massa jenis air murni adalah 1 g/cm³
atau sama dengan 1000 kg/m³.

7. Gravitasi Spesifik
Pengertian berat jenis (specific gravity) adalah perbandingan berat bahan
terhadap berat air yang volumenya sama dengan bahan. Specific gravity (berat
jenis) menunjukkan kerapatan massa yang dipengaruhi oleh gravitasi. Berat jenis
dihitung dengan mempertimbangkan rumus berikut:
referensi ρ substansi
GE (ρr) =
ρ0
Keterangan :
GE : gravitasi spesifik
zat ρ : kerapatan zat
ρ0 : kerapatan bahan referensi.

Untuk menghitung atau mengukur kerapatan relatif antara dua bahan, apakah
benda padat atau cair, sebuah alat yang dikenal sebagai pyknometer digunakan,
yang didasarkan pada prinsip Archimedes.

8. Pengertian Wujud Zat


Perubahan wujud zat merupakan sebuah perubahan zat yang terjadi secara
termodinamika dari satu bentuk zat ke bentuk zat lainnya. Perubahan wujud zat
terjadi akibat adanya peristiwa pelepasan ataupun penyerapan kalor.
Secara matematis persamaan perpindahan kalor dapat dituliskan sebagai berikut
:
Q = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇

Keterangan :

Q = jumlah kalor yang diberikan (kalori atau joule)

m = massa benda (g atau kg)

c = kalor jenis (kal/goC atau J/kgoC)

∆T = perubahan suhu (oC)

Berikut disertakan tabel perubahan wujud zat :

Perubahan
No. Nama
Dari wujud
1. Mencair Padat
2. Menguap Cair
3. Menyublim Padat
4. Membeku Cair
5. Mengembun Gas
6. Menyublim Gas
Tabel 1, Perubahan Wujud Zat

9. Pengukuran Massa Dan Berat

Penimbangan merupakan langkah terpenting dalam proses proses pratikum


kimia dan berkontribusi terhadap kualitas produk akhir. Penimbangan harus
sesuai prosedur rutin dalam analisis kuantitatif. Pada eksperimen analisis
gravimetri, kuantisasi sinyal (respon analitik) yang harus dicatat adalah massa.
Pada analisis kuantitatif volumetric preparasi larutan-larutan yang dibutuhkan
sering harus diawali dengan penimbangan, karena zat yang akan dilarutkan
berada pada keadaan padat (kristal). Pada hamper seluruhn analisis yang
melibatkan sampel padatan, analit yang terkandung juga dilaporkan dalam
sebuah satuan berbasis berat seperti persen berat,sehingga sampel harus
ditimbang sebelum analisis. Penimbangan dapat dilakukan dengan timbangan
neraca analitik atau timbangan biasa tergantung tingkat ketelitian penimbangan
dan jumlah zat yang kita perlukan. Penimbangan yang akurat akan mencegah
kesalahan dalam proses praktikum kimia. (Widodo, 2010).

10. Pengukuran Volume

Volume adalah Panjang (m) pangkat tiga, sehingga satuan turunan SI-nya
adalah meter (m³). Secara umum, kimiawan bekerja dengan volume yang jauh
lebih kecil. Seperti sentimeter kubik (cm³) dan desimeter kubik (dm³). Satuan
volume bukan SI ynag umum adalah liter (L). Satu liter adalah volume yang
ditempati oleh satu desimeter kubik. Pengukuran merupakan kegiatan
membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunkan
sebagai satuan. Contoh seorang praktikum menggunakan pengukuran untuk
membandingkan sifat dari berbagai zat dan perralatan sehari-hari yang kita
gunakan untuk melakukan pengukuran sederhana terhadap sifat-sifat zat
misalnya pengaris untuk mengukur alat seperti buret, pipet, tabung, dan labu
ukur. Timbangan untuk mengukur massa, thermometer umtuk mengukur suhu
(Widodo, 2010).

11. Prinsip Kerja Pipet Ukur

Dalam mengambil atau memindahkan sebuah cairan dibutuhkan alat untuk


mengambil cairan tersebut yaitu pipet. Pipet ini ada macam-macam jenisnya.
Pipet ukur digunakan untuk mengambil cairan dengan jumlah besar, tersedia
dengan ukuran 5, 10, dan 25 cm. Kemudian ada pipet tetes yang digunakan
untuk mengambil cairan dengan jumlah sedikit (bertetes-tets). Fungsi pipet
ukur adalah memindahkan cairan kimia dari suatu wadah ke wadah lainnya.
Akan tetapi, cara menggunakan pipet ukur berbeda dari pipet lainnya, yaitu
tergantung dengan ukuran gradasi dari volume pipet. Ada dua jenis pipet ukur
yaitu pipet serologi dan pipet mohr. Untuk pipet serologi, pipet harus
dikosongkan sepenuhnya. Sedangkan pipet mohr, pipet hanya diskongkan ke
tanda kalibrasi terendah karena cairan yang tersisa byukan bagian dari volume
yang diinginkan. Cara kerjanya yaitu dengan menyedot cairan kimia yang
diinginkan untuk dipindahkan ke wadah lain (Widodo, 2010).
12. Daftar Pustaka
Hidayat, 1979, Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat, Jakarta:
Erlangga.
Widodo, 2010, Kimia Analisis Kuantitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.
R. A. Day, Underwood, Wibi H, Simarmata, 2002, Analisis Kimia
Kuantitatif, Jakarta:
Erlangga
Halliday, 1991. Fisika Jilid I (terjemahan). Erlangga. Jakarta.
Kanginan, M. 2002 . Fisika . Grafindo. Jakarta
Mariana, Z.T. 2012. Penuntun Praktikum Fisika Pertanian. Fakultas
Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai