Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifat fisika obat yang mempengaruhi bioavaibilitas dari sediaan farmasi
biasanya bergantung pada bobot jenis dan rapat jenisnya, dimana bobot jenis
suatu zat berbeda dengan bobot jenis zat yang lainnya. Pengetahuan mengenai
bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan sangat penting karena
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam
menentukan senyawa cair, selain itu untuk uji identitas dan kemurnian dari
senyawa obat terutama dalam bentuk cairan ( Ratnaningsih, 2022 ).
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume
yangsama ditimbang di udara pada suhu yang sama. rapat jenis adalah
perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat suatu zat terhadap
berat dari standar dalam volume yang samakedua zat mempunyai temperature
yang sama atau temperature yang telah diketahui.Air digunakan untuk standar
untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi,
perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air
merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah
didapatdan mudah dimurnikan. Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis
dan rapat jenis, salah satunya yaitu menggunakan metode piknometer
piknometer ( Depson, 2018 ).
Metode Piknometer. Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan
massacairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang
piknometer dilakukandengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus
digunakan piknometer yangsudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu
tetentu (20oC). Ketelitian metodepiknometer akan bertambah sampai suatu
optimumtertentu dengan bertambahnyavolume piknometer. Optimun ini
terletak sekitar isi ruang 30 ml. ada dua tipepiknometer, yaitu tipe botol
dengan tipe pipet ( presson, 2021).

1
Dilakukannya percobaan praktikum kali ini agar kita dapat mengetahui
bobot jenis dari suatu sampel.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menetapkan bobot
jenisminyak jarak, minyak kelapa, dan etanol dengan mengunakan alat
piknometer.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum kali ini yaitu dapat menentukan bobot jenis dari
beberapa sampel dengan menggunakan metode piknometer.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Bobot jenis
Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yang bergantung pada suhu
untuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai
hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis
adalah suatu karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk
pengujian identitas dan kemurniaan dari bahan obat dan bahan pembantu,
terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti malam ((Eko, 2017).
Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali
dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu
25 terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. bila suhu
ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat
diudara pada suhu yang di tetapkan terhadap bobot air dengan volume dan
suhu yang sama. Bila suhu 25°C zat terbentuk padat, tetapkan bobot jenis
pada suhu yang telahh tertera pada masing-masing monografi dan mengacu
pada air yang tetap pada suhu 25°C (Suhendy, 2022).
2.1.2 Macam-macam bobot jenis
Menurut Mamonto (2018), pengujian bobot jenis dilakukan
untukmenentukan 3 macam bobot jenis, yaitu:
1. Bobot janis sejati (benar), yakni perbandingan antara massa dan volume
zat padat tanpa pori dan tanpa ruang rongga. Penentuan bobot jenis sejati
bahan berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam

3
bentuk sehalus mungkin, dilakukan dengan menggunakan
metodepiknometer cairan atau metode manometer.
2. Bobot jenis nyata, yaitu volume yang membesar akibat adanya pori-
poriyang menyebabkan besarnya volume.
3. Bobot jenis efektif, yaitu massa parikel dibagi volume partikel termasuk
pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks
bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat.
Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan
kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi.
2.1.3 Rapat jenis
Rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari
berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua
zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui.
Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara
untuk gas.Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut
cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan
sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Behori,
2018).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis merupakan bilangan murni
atau.tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis
lebih sering didefinisikan sebagai perbandinga yang massa dari suatu zat
terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4°C atau temperatur lain
yang telah ditentukan (Adi, 2019).
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya
adalah kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per
sentimeter kubik, atau gram per milliliter.Kerapatan berubah dengan
perubahan temperatur (dalam banyak kasus, kerapatan menurun dengan
kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi mengembang ketika
dipanaskan).Konsekuensinya temperatur harus dicatat dengan nilai
kerapatannya, tekanan gas harus spesifik. Kerapatan adalah massa per unit

4
volume suatu zat pada temperatur dan tertentu. Sifat ini merupakan salah
satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu
sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu zat. Hubungan antara massa dan volume tidak
hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga
gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik pemadatan (Packing
Characteristic). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/ml
(untuk cairan) atau gram/cm2 (Juairiah, 2014).
Menurut Annief (2001), kerapatan partikel bisa keras dan lembut dalam
satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus
menyatakan kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum
didefinisikan sebagaiberat per satuan volume, kesulitan timbul bila
seseorang mencoba untuk menentukan volume dan partikel yang
mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang kapiler.
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer,
timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris.
Metode Piknometer, pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer
dilakukan dengan menimbang air.
Pengujian kerapatan dilakukan untuk menentukan 3 macam kerapatan
jenis yaitu (irawan, 2018):
1. Kerapatan sejati yaitu massa partikel dibagi volume partikel
tidaktermasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
2. Kerapatan nyata, yaitu massa partikel dibagi volume partikel tidak
termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
3. Kerapatan efektif, yaitu massa parikel dibagi volume partikel
termauskpori yang tebuka dan tertutup.
2.1.4 Metode penentuan bobot jenis
Menurut (Jamilatun, 2020), dalam penentuan bobot jenis ada beberapa
metodeyang digunakan untuk penentuan bobot jenis pada cairan, yakni:
1. Metode Piknometer

5
Prinsip metode ini didasarkann atas ketentuan massacairan
danpenentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini
dibutuhkan.wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer.
Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai
keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
Prinsip Metode Piknometer ini didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer
dilakukan dengan menimbang air.Menurut peraturan apotek, harus
digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan
suhu tetentu (20°C). Ketelitian metode piknometer akan bertambah
sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer,
yaitu tipe botol dengan tipe pipet.
2. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hukum Achimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan hilang massa sebesar barat volume
cairan yang terdesak.
3. Metode Mohr-westphal.
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada blok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot
lawan.Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca mohr-westphal
adalah penggunaan waktu yang singkat dan mudah dilakukan.
4. Metode Arcometer
Penentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan benam.
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas
tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan i
pelelehan.

6
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis
Menurut Sinko (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi bobot
jenis suatu zat, yakni:
1. Temperatur
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya
dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian
pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa
membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
2. Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot
jenisnya juga menjadi lebih besar.
3. Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh
tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat,
bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi
bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau
cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam
menentukan senyawa cair.digunakan pula untuk uji identitas dan
kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat
pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.

7
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Supriningrum, 2021)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol
RM/BM : C2H6O/46,07
Rumus struktur : H H
H C C O H
H H
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,
baunya khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah
dan mendidih pada suhu 78°.Mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.
Khasiat : Sebagai disinfektan
Kegunaan : Untuk membersihkan alat yang akan digunakan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api
2.2.2 Aquadest (Mambang, D. E., 2018)
Nama resmi : Aqua destilata
Nama lain : Air suling, air murni
RM/BM : H2O/18.02
Rumus struktur : H O H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8
2.2.3 Minyak Kelapa (Anggraini, 2022)
Nama resmi : Oleum cocus
Nama lain : Minyak kelapa
RM/BM : 0,940 – 0,950 g/ml
Pemerian : Cairan jernih, kuning pucat, bauk has, tidak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) pada suhu 60°C,
sangat mudah larut dalam kloroform p dan dalam
eter p
Kegunaan : Sebagai larutan sampel
2.2.4 Minyak Zaitun (Rowe, 2009)
Nama resmi : Olive oil
Nama lain : Minyak zaitun, oleum oliva
Pemerian : Minyak zaitun berupa cairan jernih, tidak berwarna
atau berwarna kuning transparan.
Kelarutan : Larut dalam etanol (95%), larut dalam eter, dan
kloroform

9
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu: gelas beker,
gelas ukur, piknometer, pipet, baskom, neraca analitik, oven.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu: alkohol,
aluminium foil, aquadest, etanol 90% minyak kelapa, minyak jarak, tissue
3.2 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Dibersihkan piknometer dengan aquadest hingga tidak meninggalkan
bekas tetesan air kemudian bilas dengan alkohol 96%.
3. Dipanaskan piknometer pada suhu 100℃ selama 1 jam, kemudian
biarkan piknometer pada suhu kamar.
4. Ditimbang piknometer kosong dengan neraca analitik ( a gram )
5. Dimasukan etanol 96%, minyak jarak, dan minyak kelapa yang akan
diukur kedalam masing-masing piknometer hingga batas leher
piknometer.
6. Didinginkan piknomoter beserta isinya dalam es batu yang terisi dalam
baskom hingga suhu sampel dalam piknomoter mencapai 25℃ diukur
dengan menggunakan termometer.
7. Ditutup piknimoter dengan aluminium foil.
8. Dilap dengan tissue dan biarkan pada suhu kamar.
9. Ditimbang secara teliti dengan menggunakan neraca analitik ( b gram )
10. Dihitung massa jenis (b-a) gram/volume piknometer.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Bobot Bobot
Volume b–a MJ
N a b Suhu
Sampel Piknomete
O (gram (gram (gr/ (0C)
r (ml) (gr/ml
) ) ml)
Minyak 0,697
1 50 ml 36,71 71,6 34,89 250C
Zaitun 8
Minyak 0,926
2 50 ml 25,77 72,11 46,34 250C
Kelapa 8
Alkohol 0,724
3 50 ml 33,28 69,5 36,22 250C
96% 4
Aquades
4 25 ml 18,05 42,45 24,4 0,976 250C
t

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitubobot jenis adalah suatu bilangan murni
tanpa dimensi, namun dapat dikonversikan menjadi densitas dengan
menggunakan rumus yang sesuai. Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan
yang dinyatakan dalam desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari
standar dalam volume yang sama kedua zai mempunyai temperatur yang sama
atau temperatur yang telah diketahui (Daniels,2013).
Percobaan bobot jenis ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
cara menentukan bobot jenis dan rapat jenis menggunakan metode
piknometer. Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau
cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam
menentukan senyawa cair.digunakan pula untuk uji kemurnian dari senyawa
obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui daya larut suatu
zat.

11
Pada percobaan kali ini dilakukannya penentuan bobot jenis pada sampel
minyak zaitun, minyak kelapa, alkohol 96%, dan Aquadest.
Dalam menentukan bobot jenis dan rapat jenis suatu zat, ada beberapa
metode yang bisa digunakan.Namun, percobaan ini hanya menggunakan
metode piknometer untuk menentukan bobot jenis dan rapat jenis minyak
zaitun, minyak kelapa, dan alkohol 96%, dengan menimbang piknometer
kosong dan piknometer yang berisi cairan. Kemudian selisih kedua timbangan
dibandingkan volume larutan uji dan hasilnya adalah bobot jenis larutan
(Suharno. 2011). didapatkan hasil massa piknometer berisi minyak zaitun
0,82, minyak kelapa 0,88 dan alkohol 96% 0,88.
Menurut Nasrudin (2014) bahwa bobot jenis minyak zaitun adalah
berkisar antara 0,961g/ml dan 0,963 g/ml, menurut Asy’ari (2006) bobot jenis
minyak kelapa berkisar antara 0,845-0,905 g/ml, menurut Bambang (2006)
bobot jenis alkohol adalah 0,81g/ml dan menurut dirjen POM (1979) bobot
jenis aquadest adalah 0,997 g/ml
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa hasil bobot jenis dari
ketiga sampel yang kami dapatkan berbeda dengan bobot jenis menurut
literatur yang ada.Karena menurut Linda (2009), kemungkinan kesalahan yang
terjadi yaitu kurangnya ketelitian dari alat yang digunakan maupun dari
pengamat yang melakukan percobaan.Pada percobaan bobot jenis kesalahann
terjadi pada penggunaan alat yaitu kurangnya tingkat ketelitian pada neraca
analitik yang digunakan, kesalahan mata pengamat dalam membaca angka
pada neraca analitik saat menimbang minyak jarak sehingga data yang
dihasilkan tidak akurat.Selain itu juga pemanasan piknometer yang kurang
maksimal mengakibatkan masih adanya air yang belum menguap serta
kenaikan bobot jenis.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kita dapat mengetahui
bobot jenis dari minyak jarak, minyak kelapa, dan alkohol. Di dapatkan hasil
bobot jenis dari Minyak Zaitun0,6978 g/ml, minyak kelapa 0,9268 g/ml,
alcohol 0,7244 g/ml dan aquadest 0,976 g/ml
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Laboratorium/penanggung jawab laboratorium
Diharapkan untuk laboratorium, sebaiknya bahan-bahan dan alat-alat
lebih diperhatikan dan dirawat lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan
dengan baik, maksimal tanpa ada kekurangan lagi.
2. Praktikan
Diharapkan untuk lebih meningkatkan ketelitian, keterampilan dan
ketepatan saat berada di dalam laboratorium.Agar setiap percobaan yang
dilakukan dapat lebih memberikan pengetahuan bagi masing-masing
praktikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, 2022. Analisis Perencanaan Dan Pengawasan Persediaan Minyak


Kelapa Sawit. Accumulated Journal Management Research Edition

Daniels, 2013, Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System, 7 th ed.,
Lippincot Williams and Wilkins, USA. 244–268.

Depison, 2020. Bobot Badan Dan Karakteristik Morfostik Beberapa Beberapa


Galur Ayam Lokal. J. Indonesia Trop. Anim. Agric

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.

Mambang, D., 2018. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka


Terhadap Pertumbuhan Bakteri. Jurnal Agrotenosains

Ratnaningsih, 2022. Evaluasi Manajemen Pengelolaan Obat Pada Tahap


Penyimpanan Dan Distribusi Di Instalalasi Farmasi RSU Muhammadiyah
Siti Aminah BumiAyu

Rowe, 2009. Analisis Farmasi”, Gadjah Mada University Press,.Yogyakarta, 466.

stoker, 2019. Molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi
bobot jenisnya.

Supriningrum, 2021. Pelatihan Pembuatan Hand Sanitizer Di Kantor Dinas


Perindustrian Kota Samarinda. Jurnal Abdimis Mahakan

Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta. 29 – 31.

14

Anda mungkin juga menyukai