Anda di halaman 1dari 2

Praktikum Operasi Teknik Kimia, 18 September 2018, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

HEAT EXCHANGER
M. Arik Ardianta, Ara Delaniera W, Fitriani Sinta Ayunigtyas
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

1. TUJUAN PRAKTIKUM permukaan perpindahan panasnya. Pembagian tipe heat


Tujuan dalam praktikum Heat Exchanger exchanger secara fungsional diantaranya recuperative
adalah untuk mempelajari fenomena perpindahan panas, type, regenerative/ storage type, dan direct mixing type.
menentukan koefisien perpindahan panas keseluruhan,
Sementara itu, pembagian tipe heat exchanger
dan untuk menentukan efisiensi alat penukar panas.
2. VARIABEL PRAKTIKUM berdasarkan permukaan perpindahan panasnya dapat
Di dalam praktikum Heat Exchanger ini diatur dalam beberapa bentuk diantaranya single tube
terdapat 2 variabel yaitu variabel tetap dan variabel arrangement, shell and tube arrangement, dan cross
bebas. Pada variable tetap digunakan suhu fluida panas flow heat exchanger (Sudarajat, 2017). Besar
masuk 50°C, dengan cold water valve setting 100 %. kecepatan aliran menentukan jenis aliran, yaitu aliran
Pada variable bebashot water flowrate dengan nilai 1 laminer atau turbulen. Turbulensi yang terjadi dalam
l/min, 2 l/min, dan 3 l/min.
aliran akibat tingginya kecepatan aliran dapat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang memperbesar bilangan Reynold dan bilangan Nusselt
berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis yangkemudian meningkatkan perpindahan panas secara
fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses konveksi. Namun, semakin tinggi kecepatan aliran
perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi menuju fluida berarti waktu kontak kedua fluida semakin singkat.
bersuhu rendah. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah Berangkat dari kondisi ini, disusun hipotesa bahwa
air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa kenaikan kecepatan aliran akan meningkatkan
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas
efektivitas suatu heat exchanger hingga pada suatu
dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar
fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas harga tertentu, dan kemudian efektivitas tidak naik lagi
terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat melainkan turun. Pada penelitian ini akan dilihat
dinding yang memisahkannya maupun keduanya bagaimana pengaruh kenaikan kecepatan aliran
bercampur langsung (direct contact) (Dhandhang 2003). terhadap efektivitas heat exchanger(Handoyo, 2000).
Fungsi heat exchanger secara umum yang
dipergunakan di industri lebih diutamakan untuk
menukarkan energi dua fluida (boleh sama zatnya) yang
berbeda temperaturnya. Pertukaran energi dapat 3.1. Fenomena Perpindahan Panas Pada Berbagai Flowrate
berlangsung melalui bidang atau permukaan perpindahan Pada praktikum ini digunakan 6 variabel dimana
kalor yang memisahkan kedua fluida atau secara kontak hot water flow dan jenis alirannya berbeda. Pada jenis
langsung (fluidanya bercampur). Energi yang dipertukarkan aliran counter current dan hot water flow nya 1l/min
akan menyebabkan perubahan temperatur fluida (kalor perpindahan panas antara fluida panas dan fluida dingin
sensibel) atau kadang dipergunakan untuk berubah fasa tidak konstan. Hal tersebut dikarenakan laju yang terlalu
(kalor laten). Laju perpindahan energi dalam penukar kalor rendah menyebabkan perpindahan panasnya terlalu cepat
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kecepatan aliran namun tidak maksimal karena suhu dari shell and tube
fluida, sifat-sifat fisik (viskositas, konduktivitas termal, juga akan cepat menurun. Temperatur cold fluid
kapasitas kalor spesifik, dan lain-lain), beda temperatur mengalami rata-rata kenaikan sebesar 5,1 oC, dari 27,4oC
antara kedua fluida, dan sifat permukaan bidang menjadi 32,5 oC, sedangkan temperatur hot fluid
perpindahan kalor yang memisahkan kedua fluida. mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,9 oC, dari 50,8oC
Walaupun fungsi penukar kalor adalah untuk menukarkan menjadi 47,9 oC.
energi dua fluida atau dua zat, namun jenisnya banyak Pada jenis aliran yang counter curent dengan
sekali. Hal ini terjadi karena biasanya desain penukar kalor variabel hot water flow nya 2 l/min dikarenakan laju aliran
harus menunjang fungsi utama proses yang akan terjadi di fluida panas lebih cepat, maka perpindahan panasnya
dalamnya. Fungsi dalam dunia industri sangat penting, menjadi lebih stabil namun tetap masih ada fenomena
misal dalam industri pembangkit tenaga listrik, heat penurunan suhu pada outlet cold fluid walupun tidak
exchanger berperan dalam peningkatan efisiensi sistem. sebesar pada laju alir 1 L/menit. Temperatur cold fluid
Contohnya adalah ekonomizer, yaitu alat penukar kalor mengalami kenaikan rata-rata sebesar 6 oC, dari suhu 28,1
o
yang berfungsi memanaskan feed water sebelum masuk ke C menjadi 34,1oC. Temperatur hot fluid mengalami
boiler menggunakan panas dari exhaust gas (gas buang). penurunan rata-rata sebesar 1,7 oC, dari suhu 50,3oC
Fungsi lainnya dalam industri seperti kilang minyak, pabrik menjadi 48,6oC.
kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, Sedangkan pada variable hot water flow 3bl/ min,
pembangkit listrik ( Dhandhang 2003). pada cold fluid memiliki kenaikan temperature rata-rata
Heat exchanger dapat dibagi menjadi sebesar 6,2 oC. Temperatur hot fluid mengalami
beberapa tipe berdasarkan fungsional dan jenis
Praktikum Operasi Teknik Kimia, 18 September 2018, Jurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang

penurunan rata-rata sebesar 1,7=2 oC, dari suhu 50oC Purwawadi.M.Dhandang. 2003. Perpindahan Panas Dasar.
menjadi 48,8oC. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka

Dapat disimpulkan jika laju alir semakin cepat


membuat perpindahan panas semakin efisien. Di dalam
shell terdapat baffle yang memiliki fungsi untuk
meningkatkan waktu tinggal fluida dingin sehingga
transfer panas dapat efisien. Di dalam praktikum ini, nilai
heat power lost di laju aliran 2 L/ menit lebih besar, hal
ini mengindikasikan bahwa perpindahan panas dari fluida
panas ke fluida dingin lebih efisien dan berbanding lurus
dengan laju alirannya. Meningkatnya laju alir disini juga
meningkatkan semua nilai yang terpengaruh oleh laju
alir(Ariyanto,2000).
Pada jenis aliran cocurrent dan hot water flow
nya 1l/min, peningkatan temperatur cold fluid sebesar
5,1oC, dari suhu 27,4oC menjadi 32,5oC. Penurunan
temperatur hot fluid sebesar 2,9oC, dari suhu 50,8oC
menjadi 47,9oC. Peningkatan ini lebih besar dibandingkan
aliran counter current dengan kecepatan laju alir yang
sama.
Kenaikan temperatur rata-rata pada jenis aliran
yang sama dengan laju 2L/menit pada cold fluid sebesar
4,7oC, dari suhu 31,4oC menjadi 35,3oC. Penurunan
temperatur rata-rata pada hot fluid sebesar 1,2oC, dari suhu
50,oC menjadi 48,8oC. Pada kondisi ini, dikarenakan laju
aliran yang searah antara fluida panas dan fluida dingin
dengan laju 2 L/menit membuat temperatur tidak konstan
dan perpindahan panas menjadi tidak efisien, dan juga
dikarebakan tidak adanya penggantian air pada cold fluid
menyebabkan suhu cold fluid terlalu tinggi.
Pada jenis aliran cocurrent dan hot water flow
nya 3l/min, peningkatan temperatur cold fluid sebesar
6,1oC, dari suhu 30,6oC menjadi 36,7oC. Penurunan
temperatur hot fluid sebesar 1,9oC, dari suhu 48,7oC
menjadi 50,6oC.
3.2. Hubungan Antara Flowrate dengan Koefisien
Perpindahan Panas Overall
3.3. Hubungan Antara Flowrate dengan Efisiensi

4. SIMPULAN

REFERENSI
Ariyanto, H., Pengaruh Kecepatan Aliran Fluida Masuk
Terhadap Efektivitas Heat Exchanger Model Shell
And Tube, Tugas Akhir no. 00.54.401, Jurusan
Teknik Mesin UK Petra, 2000.
Handoyo, Ekadewi. 2000. Pengaruh Kecepatan Aliran
Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat
Exchanger. Jurusan Teknik Mesin.Vol 2(2):86-90
Kern, D.Q. and Kraus, A.D., Extended surface heat
transfer, 1972, McGraw-Hill, New York, NY.
Poernomo, Heroe. 2013. Pembuatan Alat Monitoring
Mesin Penukar Panas (Heat Exchanger) untuk
Menganalisis Unjuk Kerja dan Karakteristiknya.
Jurnal Teknik Permesinan Kapal. Vol 10(3)
Sudrajat, Jajat. 2017. Analisis Kinerja Heat Exchanger
Shell & Tube Pada Sistem Cog Booster Di
Integrated Steel Mill Krakatau. Jurnal Teknik
Mesin. Vol 6 (3):174

Anda mungkin juga menyukai