Anda di halaman 1dari 17

PERPINDAHAN PANAS DAN HEAT CONDUCTION DALAM

INDUSTRI

Perpindahan ka1or dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran ka1or,
untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses
berlangsung.
Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan,
terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini
harus dicapai dengan ja1an pemasukan atau pengeluaran ka1or.
Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk
operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping
perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara a1ami.
Dengan demikian pada pengembunan dan penghabluran (krista1isasi) ka1or harus
dikeluarkan. Pada penguapan dan pada umumnya juga pada pelarutan, ka1or harus
dimasukkan. Ada1ah hukum a1am bahwa ka1or itu suatu bentuk energy. Sama
seperti bentuk lain dari energi, jumlah ka1or juga dinyatakan da1am suatu gaya kali
suatu jarak yaitu Newton ka1i meter atau Nm. 1 Nm dinamakan 1 Joule.
Untuk memberikan sedikit gambaran mengenai besarnya energi 1 Joule
tersebut, bisa diperhatikan dari ha1 berikut: Untuk penguapan 1 kg air, diperlukan
cukup banyak energi yaitu perubahan zat cair ke dalam uap ini kira-kira
membutuhkan energi 2.225.000 Joule = 2,25 MJ. Pada pembakaran 1 kg minyak akan
terbebas kira-kira 45 MJ.
Ka1or mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah.
Akan tetapi, gaya dorong untuk a1iran ini ada1ah perbedaan suhu. Bila sesuatu benda
ingin dipanaskan, maka harus dimi1iki sesuatu benda lain yang lebih panas, demikian
pula ha1nya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain yang lebih
dingin.
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak musnah yaitu
seperti hukum asas yang lain, contohnya hukum kekekalan masa dan momentum, ini
artinya kalor tidak hilang. Energi hanya berubah bentuk dari bentuk yang pertama ke
bentuk yang ke dua. Bila diperhatikan misalnya jumlah energi kalor api unggun kayu
yang ditumpukkan, semua ini .menyimpan sejum1ah energi dalam yang ditandai
dengan kuantitas yang lazim disebut muatan kalor bahan.
Apabila api dinyalakan, energi termal yang tersimpan di dalam bahan tadi
akan bertukar menjadi energi kalor yang dapat kita rasakan. Energi kalor ini mengalir
jika terdapat suatu perbedaan suhu.
Bila diperhatikan sebatang logam yang dicelupkan ke dalam suatu tangki yang
berisi air kalor. Karena suhu awal logam ialah T1 dan suhu air ialah T2, dengan T2
>> T1, maka logam dikatakan lebih dingin daripada air. Ha1 yang penting dalam
sistem yang terdiri dari air dan logam ialah adanya suatu perbedaan suhu yang nyata
yaitu (T2- T1).
Kalor dapat diangkut dengan tiga macam cara yaitu:
1. Pancaran, sering juga dinamakan radiasi.
2. Hantaran, sering juga disebut konduksi.
3. Aliran, sering juga disebut radiasi.
Perpindahan Panas dalam Industri
Heater merupakan suatu alat penukar kalor yang memanfaatkan panas gas
asap untuk memanaskan udara pembakaran agar didapatkan proses pembakaran
bahan bakar yang sempurna di ruang bakar. Heater pun terdiri dari beberapa jenis,
tergantung dari fungsinya masing-masing dalam suatu instalasi. Yang akan dibahas
dalam penulisan ini adalah penelitian dalam mendesain salah satu dari jenis heater,
yaitu Heat exchanger.
Transfer panas ke dan dari cairan proses merupakan bagian penting dari
sebagian besar kimia proses. Yang paling sering digunakan jenis peralatan
perpindahan panas adalah di mana-mana shell dan tube penukar panas; desain yang
merupakan subyek utama dari bab ini.
Jenis utama penukar panas yang digunakan dalam proses kimia dan bersekutu
industri yang akan dibahas, tercantum di bawah ini:
1. Double-pipe exchanger: jenis yang paling sederhana, yang digunakan untuk
pendinginan dan pemanasan.
2. Shell dan tube exchanger: digunakan untuk semua aplikasi.
3. Piring dan frame exchanger (penukar panas pelat): digunakan untuk
pemanasan dan pendinginan.
4. Plate-fin exchanger.
5. Penukar panas spiral.
6. Udara didinginkan: pendingin dan kondensor.
7. Kontak langsung: pendinginan dan pendinginan.
Kata "exchanger" benar-benar berlaku bagi semua jenis peralatan yang
dipertukarkan panas tetapi sering digunakan untuk menyatakan peralatan khusus di
mana panas yang dipertukarkan antara proses dua sungai. Exchanger di mana proses
fluida dipanaskan atau didinginkan oleh tanaman layanan streaming yang disebut
sebagai pemanas dan pendingin.
Jika proses stream menguap yang exchanger disebut vaporiser jika sungai pada
dasarnya adalah benar-benar menguap; suatu reboiler jika dikaitkan dengan kolom
distilasi; dan evaporator jika digunakan untuk berkonsentrasi sebuah solusi. Istilah
dipecat exchanger exchanger digunakan untuk dipanaskan oleh pembakaran gas,
seperti boiler; exchanger lainnya disebut sebagai "dipecat exchanger".
Shell dan tabung penukar panas di antara potongan-potongan lebih
membingungkan peralatan untuk pengendalian proses. Prinsip operasi ini cukup
sederhana: Dua cairan temperatur yang berbeda dibawa ke kontak dekat tetapi
dicegah dari bergaul dengan penghalang fisik. Suhu kedua cairan akan cenderung
untuk menyamakan.
Dengan mengatur aliran arus balik adalah mungkin bagi suhu di outlet
masing-masing fluida mendekati suhu pada inlet yang lain. Panas isinya hanya
bertukar dari satu fluida ke yang lain dan sebaliknya. Tidak ada energi yang
ditambahkan atau dihapus.
Karena tuntutan panas proses tidak konstan, dan isi panas kedua fluida tidak
konstan baik, penukar panas harus didesain untuk kasus terburuk dan harus dikontrol
untuk membuatnya beroperasi pada tingkat tertentu yang dibutuhkan oleh proses
setiap saat dalam waktu. Penukar panas itu sendiri tidak konstan. Khas berubah
dengan waktu.
Perubahan yang paling umum adalah pengurangan tingkat perpindahan panas
akibat menjatuhkan dari permukaan. Exchanger yang awalnya besar untuk
memungkinkan menjatuhkan yang secara bertahap membangun selama penggunaan
hingga exchanger tidak lagi mampu melaksanakan tugas. Setelah itu telah
dibersihkan itu lagi berukuran besar.
Proses perpindahan panas di industri kimia dijalankan dengan alat penukar
panas. Kebanyakan alat yang digunakan adalah jenis shell and tube. Keunggulan
jenis ini adalah mempunyai luas perpindahan panas yang besar per satuan volume,
tetapi sulit perawatannya. Jenis penukar panas yang sederhana adalah jenis annulus,
tetapi hanya terbatas untuk beban panas yang kecil.
Proses perpindahan panas selalu dijumpai industri-industri kimia yang
dijalankan dalam alat penukar panas. Salah satu jenis alat penukar panas adalah jenis
annulus. Jenis ini merupakan jenis yang paling sederhana dan murah perawatannya,
tetapi pemakaiannya terbatas untuk beban panas yang kecil.
Untuk memindahkan beban panas yang cukup besar, luas transfer panas yang
dibutuhkan juga semakin besar. Pada keadaan ini alat penukar panas yang banyak
dipakai jenis shell and tube. Jenis penukar panas ini lebih rumit pengoperasiannya
dan lebih mahal perawatannya, tetapi mampu untuk memindahkan beban panas yang
besar.
Dengan memodifikasi alat penukar panas jenis anulus dengan cara memasang
sirip pada permukaan pipa. Pemasangan sirip ini, luas transfer panasnya akan
bertambah sehingga mampu memindahkan beban panas yang lebih besar. Dengan
naiknya kemampuan untuk memindahkan beban panas, diharapkan pemakaian alat
penukar panas jenis anulus ini bisa untuk beban panas yang lebih lebih luas.
Bertambahnya kemampuan alat penukar panas jenis anulus yang dipasangi
sirip untuk memindahkan panas bisa mengurangi pemakaian alat penukar panas jenis
shell and tube sehingga bisa menekan biaya operasi dan perawatan.
Peristiwa perpindahan panas banyak dijumpai dalam industri-industri kimia,
misalnya, pada proses pendinginan atau pemanasan umpan yang akan masuk ke
reaktor, vulkanisasi karet, pembuangan panas dari suatu pembangkit tenaga, dan lain-
lain.
Perpindahan panas terjadi karena adanya perbedaan suhu. Panas akan
mengalir dari tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang bersuhu lebih rendah.
Mekanisme perpindahan panas dapat terjadi secara radiasi, konduksi, dan konveksi.
Perpindahan panas secara radiasi atau pancaran bisa berlangsung pada ruang hampa
secara elektromagnetik dengan panjang gelombang pada interval tertentu. Sementara
itu, , sedang perpindahan panas secara konduksi dan konveksi hanya bisa berlangsung
kalau ada media. Jika media untuk perpindahan panas tidak ikut mengalir, maka
peristiwa perpindahannya berlangsung secara konduksi.
Mekanisme perpindahan panas secara konduksi bisa berlangsung pada fase
padat, cair, atau gas. Mekanisme perpindahan secara konveksi bias berlangsung
dengan media cair ataupun gas. Pada mekanisme ini cairan atau gas yang suhunya
lebih tinggi mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah dan memberikan panasnya
pada permukaan yang suhunya lebih rendah.
Pada umumnya tiga mekanisme perpindahan panas ini berlangsung secara
bersama-sama. Perpindahan panas yang terjadi pada sirip merupakan gabungan dari
perpindahan panas secara konduksi dan perpindahan panas secara konveksi (Holman,
1988). Kecepatan perpindahan panas secara konduksi sangat tergantung sifat bahan
yang dilewati panas, luas perpindahan panas, dan perbedaan suhu yang dinyatakan
dalam bentuk (Perry, 1984).
Harga koefisien perpindahan konveksi dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain kondisi fluida (diikuti dengan perubahan fase apa tidak) tempat fluida
mengaluir, kecepatan aliran fluida, dan lain-lain.
Evaporator merupakan salah satu dari satuan operasi teknik kimia yang
diaplikasikan di industri gula, yang berfungsi untuk memisahkan air dari nira encer
melalui peristiwa perpindahan panas. Dalam industri gula larutan tersebut berupa nira
encer yang diperoleh dari nira mentah yang telah mengalami proses klarifikasi dari
salah satu badan yang dikenal dengan badan pemurnian.
Peristiwa perpindahan panas dapat terjadi karena mekanisme konduksi,
konveksi, dan radiasi. Perhitungan panas dalam ilmu perpindahan panas (U) dapat
dihitung dari jumlah tahanan panas secara keseluruhan. Selama operasional, koefisien
perpindahan panas pada evaporator biasanya mengalami perubahan.
Perubahan tersebut mengakibatkan terbentuknya kerak pada evaporator.
Kerak yang terbentuk walaupun tipis akan merupakan tambahan tahanan terhadap
perpindahan panas. Lapisan kerak ini timbul terutama pada permukaan yang selalu
berhubungan dengan larutan atau cairan.
Oleh karena kerak dapat mengakibatkan suatu kerugian terhadap laju
perpindahan panas, para pelaku industri gula khususnya bidang proses produksi selalu
berupaya untuk menekan atau mengurangi terbentuknya kerak dalam evaporator baik
sisi nira maupin sisi uap.
Pada industri pembuatan semen terdapat suatu alat yang berfungsi sebagai
pemanasan awal material sebelum mengalami pembakaran di dalam Rotary kiln yaitu
Suspension Preheater, dimana proses yang terjadi di dalam saluran alat ini sangat
menentukan hasil dari tepung masakan (powder) yang juga akan mempengaruhi
produksi semen yang dihasilkan.
Didalan saluran suspension preheater terdapat gas panas yang merupakan
hasil dari pembakaran batu bara di dalam rotary kiln. Karena material umpan yang
masih mengandung kadar air masuk ke saluran yang terdapat gas panas maka adanya
perbedaan temperatur yakni gas panas yang bertemperatur rendah maka terjadilah
proses perpindahan panas secara konveksi.
Heat Conduction dalam Industri
Heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk mentransfer panas dari
suatu media ke media yang lain yang mempunyai perbedaan temperatur. Alat ini
selain sering dijumpai pada industri yang menggunakan Ketel Uap (Boiler),
kondenser, cooling tower, juga digunakan dalam peralatan rumah tangga seperti Air
Conditioner (AC), Lemari Es, serta pada radiator kendaraan.
Jika Heat exchanger dapat bekerja dengan baik, maka tentunya sangat
mempengaruhi siklus kerja instalasi secara keseluruhan. Contohnya, proses kerja
yang terjadi pada pada mesin Ketel Uap (Boiler), sangat diperngaruhi oleh Heater
(Heat exchanger) agar proses mengubah air menjadi uap dapat terjadi. Dan hal yang
cukup mempengaruhi efektifitas serta performa kerja dari Heat exchanger tersebut
adalah rancangan atau desain awal dari Heat exchanger itu sendiri.
Untuk mendapatkan suatu rancangan / desain dari Heat exchanger,
sebelumnya perlu diketahui unsur-unsur terkait yang bekerja dalam Heat exchanger
tersebut nantinya. Karena hal tersebut tentunya akan mempengaruhi perkiraan-
perkiraan yang patut dipertimbangkan dalam mendesain Heat exchanger. Seperti
diantaranya adalah penjelasan mengenai jenis fluida yang bekerja, besarnya
temperatur masuk dan keluar, besarnya tekanan, kapasitas, dan lain sebagainya.
Setelah mengetahui hal tersebut, proses mendesain kemudian dapat dilakukan
dengan memperkirakan berapakah besarnya luas bidang pemanasan efektif pada Heat
exchanger dan penjelasan lain mengenai jenis-jenis komponen-komponen pendukung
di dalamnya.
Peralatan utama pada sistem pencairan dan pendinginan pada suhu rendah
umumnya terdiri dari heat exchanger Kompresor, dan Expander.  Ketiga alat tersebut
memiliki prinsip kerja dan fungsi yang berbeda pada sistem kriogenik. Kinerja sistem
kriogenik akan tergantung pada kinerja dan susunan dari alat-alat utama tersebut. 
Stabilitas fasa fluida pada HE suhu rendah sangat penting mengingat aliran
panas/dingin harus dapat mengalir dengan baik (viscositas optimal). Pengaruh suhu,
tekanan, dan jenis kriogenik akan sangat menentukan efektivitas pertukaran panas
yang terjadi. Beberapa kriteria utama HE yang dibutuhkan untuk penggunaan pada
suhu rendah:
1. Perbedaan suhu aliran panas dan dingin yg kecil guna meningkatkan efisiensi
2. Rasio luas permukaan terhadap volume yg besar untuk meminimalkan kebocoran
3. Perpindahan panas yang tinggi untuk mengurangi luas permukaan
4. Massa yg rendah untuk meminimalkan waktu start up
5. Kemampuan multi channel untuk mengurangi jumlah HE
6. Kemampuan menerima tekanan yg tinggi
7. Pressure Drop yg rendah
Apabila kita berhubungan dengan dua macam zat cair atau gas di da1am
proses yang akan saling bertukar ka1ornya, maka kita perlu membincangkan tentang
atat penukar ka1or yang bersesuaian dengan material yang akan kita pindahkan.
Pada industri-industri kimia, a1at penukar ka1or biasanya digunakan untuk
pemanasan dan pendinginan proses serta a1iran produk.
Ana1isa dan desain yang dilakukan digunakan untuk mengaplikasikan secara
praktis prinsip-prinsip dasar yang sudah dibahas sebelumnya. Lazimnya a1at penukar
ka1or adalah sistim yang digunakan penukaran ka1or diantara dua fluida yang
dibatasi oleh dinding pemisah.
Pada kebanyakan sistem kedua fluida ini tidak mengalami kontak langsung.
Kontak langsung a1at penukar ka1or terjadi sebagai contoh pada gas kalor yang
terfluidisasi da1am cairan dingin untuk meningkatkan temperatur cairan atau
mendinginkan gas.
Sa1ah satu a1at penukar ka1or yang sederhana terdiri dari pipa panjang di
da1am suatu pipa kedua. Kalor akan bertukar diantara fluida di da1am dan di luar
pipa yaitu yang berada pada daerah anulus. Kemudian di estimasi koefisien
perpindahan kalor diantara kedua a1iran.
Alat penukar kalor berdasarkan fungsinya dapat digolongkan pada beberapa nama:
1. Exchanger: Memanfaatkan perpindahan kalor diantara dua fluida proses (steam
dan air pendingin tidak termasuk sebagai fluida proses, tetapi merupakan
utilitas).
2. Heater: Berfungsi memanaskan fluida proses, dan sebagai bahan pemanas a1at
ini menggunakan steam.
3. Cooler: Berfungsi mendinginkan fluida proses, dan sebagai bahan pendingin
digunakan air.
4. Condenser : Berfungsi untuk mengembunkan uap atau menyerap ka1or laten
penguapan.
5. Boiler : Berfungsi untuk membangkitkan uap.
6. Reboiler : Berfungsi sebagai pensup1ai kalor yang diperlukan bottom produk pada
distilasi. Steam biasanya digunakan sebagai media pemanas.
7. Evaporator: Berfungsi memekatkan suatu larutan dengan cara menguapkan airnya.
8. Vaporizer: Berfungsi memekatkan cairan selain dari air.
9. Chiller : Alat ini digunakan untuk mendinginkan fluida sampai pada temperatur
sangat rendah. Temperatur pendingin di dalam chiller jauh lebih rendah bila di
bandingkan dengan pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air.media
pendinginnya adalah amoniak atau Freon.
10.Condensor : Alat ini digunakan untuk mendinginkan atau mengembunkan uap
atau campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
di pakai air,uap atau campuran uap itu akan melepaskan panas latent kepada
pendingin.
11.Cooler : Alat ini digunakan untuk mendinginkan ( menurunkan suhu ) cairan atau
gas dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Pada alat ini tidak
terjadi perubahan fase tidak seperti kondensor.
11. Shell and Tube Exchanger : Alat ini bertujuan untuk memanfaatkan panas suatu
aliran fluida untuk pamanasan aliran fluida yang lain..
12. Steam generator atau pembangkit uap: Alat ini dikenal dengan ketel uap dimana
terjadi pembentukan uap dalam unit pembangkit .
13. Superheater :Alat ini digunakan untuik mengubah saturated steam menjadi
superheated steam.
14. Ekonomizer : Pemanas air pengisi ketel untuk menaikan suhu air pengisi ketel,
sebelum air masuk kedalam drum uap guna meringankan beban ketel. Perpindahan
panas yang terjadi secara konveksi dan konduksi.
Pada dasarnya sebuah Shell and Tube Heat Exchanger tersusun dari 7 (tujuh)
komponen utama, yaitu:
1. Tube
2. Tube Sheet
3. Shell dan Shell Side Nozzle
4. Tube Side Channel dan Nozzle
5. Channel Cover
6. Pass Divider
7. Baffle
Tujuan penggunaan Heat Exchanger dalam industri proses diantaranya adalah:
a. Memanaskan atau mendinginkan fluida sehingga mencapai temperatur tertentu
yang digunakan dalam proses selanjutnya, seperti : pemanasan reaktan, pendinginan
produk dan lain-lain.
b. Mengubah sifat fluida, yaitu : distilasi, evaporasi, kondensasi dan lain-lain.
Berdasarkan arah relatif aliran kedua fluida tersebut, Shell and Tube Heat Exchanger
Standarisasi Shell and Tube Heat Exchanger Menurut TEMA
Tubular Exchanger Manufacturer Association (TEMA) telah menetapkan
standar Shell and Tube Heat Exchanger mengenai penamaan, tolerasi dimensi,
petunjuk instalasi dan operasi desain.
Berdasarkan kondisi kerjanya, Shell and Tube Heat Exchanger diklasifikasikan dalam
3 (tiga) kelas besar, yaitu:
1. Kelas R
Kelas yang dioperasikan pada kondisi relatif berat, biasanya digunakan dalam
industri petroleum.
2. Kelas B
Kelas yang dioperasikan pada kondisi ringan.
3. Kelas C
Kelas yang dioperasikan pada kondisi sedang dan biasanya digunakan dalam
industri proses kimia.
Di dalam pemilihan Heat Exchanger Shell and Tube, harus diperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya, yaitu:
1. Fouling
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di
permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk
permukaan heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi,
polimerisasi dan proses biologi.
Fouling mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan
biaya, baik investasi, operasi maupun perawatan. Akibat terjadinya fouling, ukuran
Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu shutdown
lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.
Antisipasi terhadap terjadinya fouling dalam perancangan dengan memilih
variabel operasi dan konfigurasi yang tepat. Variabel operasi yang berpengaruh
terhadap fouling adalah sebagai berikut:
a. Kecepatan Linier Fluida (Velocity)
Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin rendah kemungkinan
terjadinya fouling. Semakin tinggi kecepatan linier fluida semakin tinggi pressure
drop fluida dan semakin tinggi biaya pemompaan yang dibutuhkan
b. Temperatur Permukaan dan Temperatur Fluida
Fouling terbentuk dari hasil reaksi, baik di permukaan maupun di dalam fluida.
Kecepatan terbentuknya fouling akan meningkat dengan meningkatnya temperatur.
Fouling dapat dicegah dengan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1) Menekan potensi fouling, misalnya dengan penyaringan.
2) Menggunakan bahan kontruksi yang tahan terhadap korosi.
3) Menempatkan nozzle dipermukaan tertinggi atau terendah pada Heat
Exchanger.
Fouling tidak dapat sama sekali dihindari, maka tindakan penanggulangan harus
dipikirkan sejak perancangan Heat Exchanger, seperti:
1) Mengalirkan fluida berpotensi fouling yang relatif tinggi di dalam tube.
2) Menggunakan stationary head yang dilengkapi dengan channel cover yang mudah
dibuka.
3) Meletakkan Heat Exchanger pada posisi horizontal.
2. Kebocoran di dalam Heat Exchanger
Kebocoran kecil dari sisi tube ke shell dan sebaliknya dapat berkibat fatal,
sehingga perancang harus memahami proses yang akan melibatkan Heat Exchanger yang
dirancangnya. Kebocoran diakibatkan oleh keretakan sambungan dan penipisan
permukaan yang disebabkan oleh tegangan termal dan mekanik, korosi, vibrasi dan
erosi.
a. Tegangan Termal
Keretakan sambungan tube dan tubesheet dapat disebabkan oleh adanya
tegangan termal akibat, yaitu:
1). Perbedaan ekspansi termal tube dan shell.
2). Siklus termal akibat frekuensi shutdown yang tinggi/ pada operasi batch.
Heat Exchanger tipe floating head dan U tube bundle merupakan pilihan
utama pertama untuk operasi dengan kemungkinan ekspansi termal yang tinggi.
Kebocoran dapat dicegah dengan penggunaan double tubesheet, tetapi akan
menimbulkan persoalan perawatan, cara ini diterapkan apabila pencampuran fluida
shell dan tube benar-benar tidak dikehendaki.
b. Korosi
Korosi dapat dibatasi dengan penggunaan bahan konstruksi yang sesuai,
seperti pada tabel berikut ini:
No Sifat/ Jenis Bahan
Fluida Konstruksi
1. Hidrokarbon Carbon
Steel
2. Fluida Cu-Ni
Akuatik
(Aqueous)
3. Fluida Stainless
Korosif, Steel
Temperature
Tinggi
4. Fluida Paduan
Sangat Khusus:
Korosif, Hasteloy,
Temperature dan lain-
Sangat lain
Tinggi
Tabel Bahan Kontruksi
c. Vibrasi
Penyebab utama vibrasi tube pada Shell and Tube Heat Exchanger adalah
persilangan aliran fluida shell dan fluida tube. Vibrasi dapat menyebabkan penipisan
tube pada bagian baffle dan bagian tersangga lainnya. Penipisan lebih lanjut akan
berakibat kebocoran tube. Cara-cara yang diajurkan untuk menanggulangi vibrasi
antara lain, yaitu:
1) Pengurangan kecepatan fluida shell dengan meperhatikan faktor fouling.
2) Penambahan jumlah baffle dengan memperhatikan batas maksimum pressure
drop yang diperbolehkan.
3) Penggunaan baffle dan tube yang lebih tebal dibandingkan dengan standar
TEMA.
4) Pemasangan penyangga tambahan pada bagian belokan U jika tipe yang
digunakan adalah U tube bundle.
5) Penggunaan Heat Exchanger tipe jendela baffle tanpa tube (no tube in baffle
window).
Beberapa jenis a1at penukar ka1or yang banyak dipakai akan dibahas berikut ini.
1. Alat penukar ka1or pipa
a. Penukar ka1or pipa ganda (double pipe heat exchanger)
Adalah a1at perpindahan ka1or yang terdiri dari dua pipa konsentris (pipa
kecil sebagai sentra1, yang dibungkus oleh pipa yang lebih besar). Dimana satu fluida
menga1ir lewat pipa da1am sedangkan fluida yang lain menga1ir lewat anutus, antara
dinding pipa da1am dan dinding pipa luar. Alat ini digunakan da1am industri ska1a
kecil. dan umumnya digunakan da1am ska1a laboratorium.
Pipa ganda ini terdiri dari beberapa bagian:
 Gland (sambungan)
 Return head
 Return bend
 Tee
b. Penukar kalor pipa-tabung (shell and tube heat exchanger)
Pada gambar terlihat suatu sketsa secara bagan dari jenis penukar ka1or ini.
Seluruh alat terdiri dari seberkas pipa yang dipasang diantara plat pipa. Kadang-
kadang medium yang akan didinginkan dibawa mela1ui pipa dan medium yang akan
dipanaskan dibawa seke1i1ing pipa.
Adakalanya hal yang sebaliknya berlaku. Pilihan ini bergantung kepada
berbagai keadaan yaitu sifat ada media (cair atau gas), viskositas, terdapatnya kotoran
padatan, dan sebagainya. Dinding ba1ik vertikal di sekitar pipa, memaksa medium
yang mengalir di sekeliling pipa, untuk berubah arah beberapa ka1i.
Dengan demikian dapat dicegah sudut mati dalam aparat, akan tetapi dengan
demikian dapat pula memperbesar kecepatan aliran, yang dapat lebih memperlancar
lagi pertukaran kalor. Untuk menyangga beda muai antara pipa dan mantel, terdapat
berbagai macam sistem.
Gambar memperlihatkan beberapa penyelesaian yang mungkin di1akukan.
Kesemuanya dibedakan berdasarkan jalur pemasukan dan pengeluaran bahan yang
akan dipanaskan atau didinginkan. Untuk luas per1ukan perpindahan kalor antara
100-200 ft2 digunakan penukar kalor jenis pipa ganda.

Gambar Penukar kalor pipa tabung (shell and tube heat exchanger)
Sedangkan untuk luas lebih besar dari 200 ft2 pemakaian pipa ganda akan
memerlukan tempat yang luas, dan karena banyaknya sambungan, titik tempat
terjadinya kebocoran semakin banyak. Industri ska1a besar memerlukan alat
perpindahan kalor dengan luas perpindahan kalor yang besar. Untuk itu lebih sesuai
digunakan penukar kalor pipa tabung.
Keuntungan dari tipe ini:
1. Konfigurasi alat ini memberikan luas permukaan yang besar dalam volume yang
kecil.
2. Mempunyai bentuk yang baik untuk operasi bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah baik.
4. Dapat dikonstruksi dari sejumlah besar material
5. Mudah dibersihkan.
2. Penukar kalor pe1at
Alat penukar ka1or ini terdiri dari beberapa pelat yang tersusun di da1am
bingkai yang besar. Zat yang satu menga1ir mela1ui rusuk-rusuk diantara kedua pelat
sebagaimana ditunjukkan pada gambar biasanya a1at ini digunakan terutama pada
industri makanan dan minuman karena alat ini mudah dibersihkan dan diperiksa
kembali.

Gambar penukar kalor plat


3. Penukar ka1or pendingin udara
Pemakaian alat ini adalah apabi1a air pendingin yang digunakan terbatas,
sehingga udara digunakan sebagai pendingin.

Gambar penukar kalor pendingin udara


Masalah utama da1am perancangan alat perpindahan ka1or adalah:
1. Dot faktor (tahanan kotoran)
Tahanan kotoran adalah kotoran (kerak) yang terbentuk selama penukar kalor
dioperasikan dan akan menyebabkan koefisien perpindahan kalor menjadi
berkurang.
2. Penurunan tekanan
Terjadi dalam masing-masing aliran, dalam batas-batas yang diizinkan yaitu:
1. Untuk aliran uap dan gas, DP antara 0,5-2 psi
2. Untuk a1iran liquida (cairan), P antara 5-10 psi.

Anda mungkin juga menyukai