ABSTRAK
Zeolit alam adalah suatu mineral yang tersusun dari senyawa silika-alumina yang berbentuk kristal.
Zeolit memiliki beberapa karakteristik seperti ukuran pori yang seragam serta selektivitas terhadap gas,
sehingga baik untuk dimanfaatkan sebagai adsorben. Pada penelitian ini zeolit digunakan sebagai
adsorben gas H2S yang berbau seperti telur busuk dan beracun pada konsentrasi tertentu. Adsorpsi gas
dilakukan dengan penambahan zeolit alam tanpa dan dengan aktivasi pada variasi ketebalan adsorben
yaitu 1, 2 dan 3 cm. Hal ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan adsorpsi zeolit terhadap gas
H2S. Zeolit dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction, X-Ray Fluorosence dan Gas Sorption
Analyzer. Hasil XRD menunjukkan zeolit alam yang digunakan adalah jenis modernit dengan munculnya
puncak khas pada daerah 2θ = 22,43°, 25,73° dan 26,80°. Hasil XRF menunjukkan nilai rasio Si/Al
tanpa dan dengan aktivasi meningkat dari 5 menjadi 7. Kemudian hasil analisis GSA menunjukkan luas
permukaan, volume total pori dan rerata jari pori meningkat dengan proses aktivasi. Kadar gas H2S
diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan metode metilen biru. Berdasarkan penelitian ini
diperoleh efisiensi penyerapan adsorben zeolit alam terhadap gas H2S terbaik adalah zeolit dengan
aktivasi, pada variasi ketebalan adsorben 3 cm. Efisiensi penyerapan zeolit pada ketebalan 3 cm
sebesar 91,22%. Hal ini dikarenakan zeolit teraktivasi memiliki nilai kapasitas adsorpsi dua kali lebih
besar dari zeolit tanpa aktivasi.
Kata Kunci : Efisiensi, gas H2S, kapasitas adsorpsi, metode metilen biru, zeolit alam
PENDAHULUAN
Zeolit merupakan suatu kelompok mineral selektivitas yang tinggi terhadap gas (Wahono
alumunium silikat terhidrasi dari logam alkali dan dkk., 2010).
alkali tanah. Secara struktural ketersediaan zeolit Wahono dkk. (2010) menyatakan bahwa zeolit
di Indonesia sangat melimpah dikarenakan termodifikasi kaolin dengan perbandingan 6:1
banyaknya gunung berapi. Zeolit terbentuk akibat mampu mengadsorpsi gas CO2 dan H2S pada
dari letusan gunung berapi yang mengeluarkan biogas. Gas H2S adalah gas berbau telur busuk
abu vulkanik dan magma panas kemudian yang dihasilkan dari fermentasi anaerobik bahan-
mengalami pelapukan. Berdasarkan proses bahan organik (Alwathan dkk., 2013). Adanya gas
pembentukannya zeolit dikategorikan menjadi dua H2S memiliki dampak negatif yaitu pada
jenis yaitu zeolit alam dan zeolit sintetik. Zeolit konsentrasi tertentu dapat bersifat racun dan
alam saat ini banyak dimanfaatkan sebagai menyebabkan korosif pada logam (Padang dkk.,
adsorben untuk menurunkan kadar garam dalam 2012). Maka dari pada itu perlu dilakukannya
air (Gustian dan Suharto, 2005), reduksi volume penyerapan terhadap gas tersebut, salah satunya
limbah radioaktif (Kismolo dkk., 2012) dan sebagai dengan metode adsorpsi menggunakan zeolit
adsorpsi gas pada biogas (Hamidi dkk., 2012). alam.
Zeolit memiliki kemampuan sebagai adsorben Belakangan ini telah dilakukan penelitian
dikarenakan mempunyai rongga dengan struktur mengenai adsorpsi gas H2S dengan
kerangka tiga dimensi (Kismolo dkk., 2012), tahan menggunakan Fe2O3 (Padang dkk., 2012) dan
terhadap suhu tinggi dan stabilitas tinggi (Corma, karbon aktif (Alwathan dkk., 2013). Pada
1997 dan Barrer, 1988 dalam Taglibue et al., penelitian ini gas H2S dibuat secara sintetik
2009). Selain itu zeolit juga memiliki ukuran pori dengan menggunakan HCl dan FeS sehingga
yang seragam dengan kisaran ukuran 3-10 Å menghasilkan gas H2S, sedangkan bahan baku
sehingga dikategorikan sebagai material adsorbennya menggunakan zeolit alam. Tahapan
mikropori, volume pori 0,35 cm3/g (Corma, 1997 pembuatan adsorben meliputi dua hal yaitu tahap
dan Barrer, 1988 dalam Taglibue et al., 2009) dan preparasi zeolit alam dan aktivasi zeolit alam.
56
JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman 56-63 ISSN 2303-1077
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan diperoleh dikeringkan di dalam oven selama 4 jam
kemampuan adsorben dari zeolit alam dengan pada suhu 110°C dan ditimbang.
beberapa variasi ketebalan adsorben untuk dapat Tahap kedua yaitu dealuminasi, sampel zeolit
menyerap gas H2S. Adapun untuk mengetahui hasil demineralisasi ditimbang dan direfluks
karakteristik dari zeolit alam dilakukan selama 24 jam pada suhu 80-90°C. Setelah itu,
karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) untuk sampel dicuci dengan menggunakan akuades
mengetahui jenis zeolit, X-Ray Fluoroscence hingga pH netral (pH=7). Sampel disaring dan
(XRF) untuk megetahui komposisi kimia dari zeolit diambil endapannya. Kemudian endapan tersebut
alam, Gas Sorption Analyzer (GSA) untuk dikeringkan di dalam oven selama 4 jam pada
menentukan luas permukaan, rerata jejari pori suhu 110°C dan ditimbang. Terakhir tahap ketiga
serta volum total pori dari zeolit alam dan yaitu zeolit dikalsinasi selama 3 jam pada suhu
adsorben serta Spektrofotometer Ultraviolet- 500°C.
Visible untuk mengetahui konsentrasi gas H2S.
Pembuatan Adsorben
Proses pembuatan adsorben yaitu zeolit
METODOLOGI PENELITIAN teraktivasi (serbuk) ditimbang kemudian
dicampurkan dengan akuades. Campuran zeolit
Bahan dan Alat diaduk hingga merata dan di bentuk pelet. Zeolit
Bahan yang telah berbentuk pelet dikeringkan di dalam
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian oven dan disimpan dalam desikator selama 30
ini amilum, HNO3, H2SO4, HCl, (NH4)2SO4, FeCl3. menit. Pelet yang telah kering dimasukkan ke
6H2O, I2, KIO3, KI, Na2EDTA, NaOH, Na2S2O3. 5 dalam tabung adsorben dengan masing-masing
H2O, Na2CO3, Na2S. 9H2O, para-amino variasi ketebalan yaitu 1, 2 dan 3 cm.
dimetilanilin dihidroklorida, ZnSO4.7H2O. Sampel
yang digunakan adalah zeolit alam. Pembuatan Gas H2S
Prosedur pembuatan gas H2S mengacu pada
Alat penelitian Prasetyo (2002). FeS dan HCl 1 M
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini direaksikan dengan komposisi masa 0,06 g dan
meliputi ayakan 100 mesh, Gas Sorption Analyzer 1,5 mL. Gas yang terbentuk dialirkan ke dalam
(GSA), hot plate, neraca analitik, oven, peralatan erlenmeyer yang telah berisi 50 mL larutan
gelas standar, pH meter, seperangkat alat refluks, penjerap (ZnSO4) untuk kemudian diuji kadar
spektrofotometer UV-Vis, tanur, X-Ray H2Snya.
Diffraction (XRD) dan X-Ray Fluoroscence (XRF).
Prosedur Penelitian
57
JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman 56-63 ISSN 2303-1077
58
JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman 56-63 ISSN 2303-1077
akuades hingga pH netral. Hal ini bertujuan untuk Karakterisasi XRD Zeolit Alam
menghilangkan kelebihan asam dari ion H+ saat Karakterisasi kristalinitas zeolit alam dilakukan
proses dealuminasi. Adanya gugus H+ menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) yang
dimaksudkan untuk meningkatkan daya aktif zeolit bertujuan untuk mengetahui jenis mineral
sebagai adsorben yang berhubungan dengan penyusun zeolit. Hasil analisa pada penelitian ini
pusat aktif dan saluran antara struktur zeolit. ditunjukkan pada difraktogam zeolit alam
Gambar 4.
+ 4 n HNO3 M =Modernit
K = Kuarsa
+ NO3- + n Al(NO3)3
59
JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman 56-63 ISSN 2303-1077
zeolit tanpa dan dengan aktivasi seperti yang Tabel 3. Hasil Analisis Luas Permukaan, Rerata
ditunjukkan pada Tabel 2. Jari Pori dan Volume Total Pori Zeolit Alam Tanpa
dan dengan Aktivasi
Tabel 2. Data Karakterisasi XRF Zeolit Alam Zeolit Alam
Tanpa dan dengan Aktivasi Tanpa Aktivasi Zeolit Alam
Karakter Pori
(Kesuma dkk., dengan Aktivasi
Zeolit Alam Zeolit Alam 2013)
Logam Tanpa Aktivasi dengan Luas Permukaan
(%) Aktivasi (%) 2 48,45 203,109
(m /g)
Si 31,66 35,02 Rerata Jari Pori
0,547 3,006
Al 5,71 4,95 (nm)
Fe 1,23 0,28 Volume Total Pori
0,068 0,080
Ca 1,83 0,55 (cc/g)
Mg 0,47 0,06
Na 2,42 0,71 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa luas
K 2,92 1,76 permukaan zeolit alam dengan aktivasi mengalami
peningkatan lima kali lipat dari zeolit alam tanpa
Berdasarkan hasil X-Ray Fluorosence (XRF) aktivasi. Rerata jari pori zeolit alam setelah
pada Tabel 2 terlihat bahwa kandungan logam Si aktivasi meningkat enam kali dan volume total pori
pada zeolit tanpa dan dengan aktivasi meningkat. zeolit dengan aktivasi meningkat dibandingkan
Kandungan logam Al zeolit tanpa dan dengan dengan zeolit tanpa aktivasi. Disimpulkan bahwa
aktivasi menurun. Rasio Si/Al zeolit alam tanpa zeolit alam dengan aktivasi dapat menyerap gas
dan dengan aktivasi meningkat dari 5 menjadi 7. H2S lebih besar dibandingkan dengan zeolit alam
Selain itu hasil XRF menunjukkan bahwa kadar tanpa aktivasi. Hal ini dikarenakan luas
logam alkali dan alkali tanah (seperti Na, K, Mg permukaan, rerata jari pori dan volume total
dan Ca) dengan aktivasi mengalami penurunan, porinya lebih besar untuk berinteraksi dengan gas
hal ini juga diikuti dengan penurunan logam Fe. H2S. Interaksi yang terjadi antara zeolit dan gas
Penambahan EDTA pada proses demineralisasi merupakan interaksi gadient luas permukaan-
mampu menghilangkan mineral dan mengikat kuadrupol molekul. Sisi aktif dari zeolit akan lebih
logam-logam pengotor pada zeolit. Hal ini juga mudah berinteraksi dengan gas yang memiliki
dipaparkan pada penelitian Kesuma (2013) bahwa momen kuadrupol yang lebih besar atau
pada tahap dealuminasi logam Si meningkat sebanding (Tagliabue et al., 2009).
sebesar 19,23% dan logam Al mengalami
penurunan sebesar 38,59%. Dengan nilai rasio Pembuatan Adsorben dan Uji Daya Adsorpsi
Si/Al zeolit alam tanpa dan dengan aktivasi Gas H2S
meningkat dari 6 menjadi 11. Hal ini dikarenakan Adsorben gas H2S pada penelitian ini dibuat
pada proses refluks zeolit dengan HNO3 8 M dari zeolit alam tanpa dan dengan aktivasi. Hal ini
selama 24 jam mampu melarutkan material bertujuan untuk mengetahui kemampuan
pengotor di dalam zeolit, selain itu juga terjadi penyerapan dari masing-masing variasi adsorben.
proses pelepasan Al dalam kerangka menjadi Al di Adsorben dari zeolit alam ini dicampurkan dengan
luar kerangka sehingga rasio Si/Al zeolit akuades dan dibentuk pelet. Adsorben dibuat
meningkat (Yuliusman dkk., 2010). Semakin besar dalam bentuk pelet agar gas H2S dapat mengalir
rasio Si/Al zeolit alam maka zeolit tersebut bersifat melewati celah-celah adsorben. Jika adsorben
hidrofobik (Sutarti dan Rachmawati, 1994). berbentuk serbuk maka gas akan sulit melewati
adsorben, meskipun luas permukaannya lebih
Karakterisasi Pori Zeolit Alam Tanpa dan besar dibandingkan dengan adsorben dalam
dengan Aktivasi Menggunakan GSA bentuk pelet. Hasil penelitian Wahono dkk. (2010)
Salah satu penggunaan zeolit alam adalah diketahui bahwa zeolit memiliki kemampuan
dengan memanfaatkan porositasnya yaitu sebagai penyerapan yang baik terhadap gas yaitu gas H2S.
adsorben. Untuk mengetahui pori zeolit alam Adsorben zeolit alam yang telah di bentuk pelet
maka perlu dilakukan identifikasi porositas zeolit kemudian diujikan pada gas H2S yang dibuat
alam. Luas permukaan spesifik, volume total pori secara sintetik. Gas H2S dibuat dengan
dan rerata jari pori dapat dianalisis dengan uji mereaksikan FeS dan HCl 1M, sehingga diperoleh
adsorpsi-desorpsi gas N2 dengan menggunakan persamaan reaksi:
persamaan Brunaurer, Emmet dan Teller (BET).
FeS (s) + 2HCl (aq) FeCl2 (s) + H2S (g) (1)
60
JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman 56-63 ISSN 2303-1077
61
JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman 56-63 ISSN 2303-1077
Selain mengetahui efisiensi gas H2S yang Jetyssa, A.H. dan Maygasari, D.A., 2010, Optimasi
teradsorpsi juga dapat diketahui kapasitas Proses Aktivasi Katalis Zeolit Alam dengan Uji
adsorpsi zeolit alam sebagai adsorben tanpa dan Proses Dehidrasi Etanol, Jurusan Teknik Kimia,
dengan aktivasi. Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Kesuma, R.F; Sitorus, B dan Adhitiyawarman,
Kapasitas Adsorpsi (ppm/gram)
62
JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman 56-63 ISSN 2303-1077
Sriatun dan Darmawan, A., 2005, Dealuminasi Weitkamp, J dan L. Puppe., 1999, Catalyst and
Zeolit Alam Cipatujah melalui Penambahan Zeolites Fundamentals and Aplications,
Asam dan Oksidator, JSKA, 8(2). Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Jerman.
Tagliabue, M; Farruseng, D; Valencia, S; Aguado, Yamliha,A; Argo, B.A; Nugroho, W.A, Pengaruh
S; Ravon, U; Rizzo, C; Corma, A and Ukuran Zeolit terhadap Penyerapan
Mirodatos, C., 2009, Natural Gas Treating by Karbondioksida (CO2) pada Aliran Biogas,
Selective Adsorption: Material Science and J. Bioproses Komoditas Tropis, 1(2):67-72.
Chemical Engineering Interplay, Chemical Yuliusman; Widodo, W.P; Yulianto, S.N dan Yuda,
Engineering Journal, (155):553-566. P., 2010, Preparasi Zeolit Alam Lampung
Tatsumi and Takash, 2004, Zeolites: Catalysis, dengan larutan HF, HCl dan Kalsinasi untuk
Encyclopedia of Supramolecular Chemistry, Adsorpsi Gas CO, Universitas Diponegoro,
Yokohama National University, Yokohama, Fakultas Teknik, Semarang.
Japan.
Wahono, S.K; Maryana, R; Kismurtono, S; Nisa, K
dan Poeloengasih, C.D., 2010, Modifikasi Zeolit
Lokal Gunung Kidul Sebagai Upaya
Peningkatan Performa Biogas Untuk
Pembangkit Listrik, Universitas Diponegoro,
Fakultas Teknik, Semarang.
63