Konduksi panas, juga disebut difusi, adalah pertukaran mikroskopis langsung energi
kinetik dari partikel melalui batas antara dua sistem. Ketika sebuah benda berada
pada berbeda Temperatur dari yang lain tubuh atau sekitarnya, panas mengalir
sehingga tubuh dan lingkungan mencapai suhu yang sama, pada saat mana mereka
berada dalam kesetimbangan termal . Perpindahan panas tersebut selalu terjadi
spontan dari daerah suhu tinggi untuk wilayah lain suhu yang lebih rendah, seperti
yang dijelaskan oleh hukum kedua termodinamika .
Namun, kenyataannya tidak demikian. Energi tidak dapat diubah sekehendak Anda.
Misalnya, Anda menjatuhkan sebuah bola besi dari suatu ketinggian tertentu. Pada
saat bola besi jatuh, energi potensialnya berubah menjadi energi kinetik. Saat bola
besi menumbuk tanah, sebagian besar energi kinetiknya berubah menjadi energi
panas dan sebagian kecil berubah menjadi energi bunyi.
Sekarang, jika prosesnya Anda balik, yaitu bola besi Anda panaskan sehingga
memiliki energi panas sebesar energi panas ketika bola besi menumbuk tanah,
mungkinkah energi ini akan berubah menjadi energi kinetik, dan kemudian berubah
menjadi energi potensial sehingga bola besi dapat naik?
Peristiwa ini tidak mungkin terjadi walau bola besi Anda panaskan sampai meleleh
sekalipun. Hal ini menunjukkan proses perubahan bentuk energi di atas hanya
dapat berlangsung dalam satu arah dan tidak dapat dibalik.
Proses yang tidak dapat dibalik arahnya dinamakan proses irreversibel. Proses yang
dapat dibalik arahnya dinamakan proses reversibel. Peristiwa di atas mengilhami
terbentuknya hukum II termodinamika. Hukum II termodinamika
membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi dan yang tidak dapat
terjadi.
Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, antara lain, hukum II
termodinamika dalam pernyataan aliran kalor: Kalor mengalir secara spontan dari
benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan
dalam arah kebalikannya; hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang
mesin kalor:
Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya
menjadi usaha luar; hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi: Total
entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah
ketika proses reversibel terjadi.
Nah dari hukum dasar termodinamika di atas , pada kesempatan ini saya ingin
share, bagaimana transfer / perpindahan panas berlangsung dengan
menggunakan pelumas sebagai media penghantar panasnya (Heat transfer oil).
sedangkan media penghantar panas lain (air) akan saya bahas pada kesempatan
yang lain.
Pelumas penghantar panas ini biasanya di aplikasikan pada industri yang pada
proses produksinya dibutuhkan panas untuk katalis dalam membuat ikatan (bond)
antar unsur kimianya dalam proses sehingga dapat terikat lebih baik dan erat atau
sempurna.
Apa kriteria dasar yang harus di miliki oleh Pelumas penghantar panas ( Heat
Transfer Oil ) ?
Tidak mudah terbakar dan menguap. Artinya di sini pelumas tersebut harus
memiliki flash point yang tinggi. Tidak mudah rusak rantai karbonnya/ unsur ikatan
pelumasnnya. Rusak nya rantai karbon dapat di lihat dari perubahan warnanya
dari warna asalnya menjadi gelap (teroksidasi). Artinya bahan dasar pelumas
tersebut , haruslah berasal dari pengolahan minyak bumi yang mengandung rantai
karbon panjang (long chain carbon) Mudah menyerap panas dan memberikan panas
dan mempunyai sifat yang stabil (range temperatur tidak besar). Karena
pemanasan yang lebih cepat merata, maka resiko kebakaran dapat dikurangi, yang
mungkin terjadi akibat panas yang langsung mengena terhadap bahan - bahan
yang sedang di proses. Mudah untuk digerakkan /dipindahkan artinya pelumas
dapat membawa panas dari sumber panas ke media yang akan di panaskan
dengan melalui transfer pompa Tidak bersifat korosif dan dapat membawa kotoran
yang ada di dalam sistem pemanasan.