Semester V 2019/2020
LAPORAN PRAKTIKUM
HE PLATE
I. Tujuan Percobaan
Pada percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami prinsip kerja dari alat penukar panas.
2. Menentukan nilai koefisien perpindahan panas overall (U).
3. Membandingankan massa fluida yang diperoleh secara praktek dan
teoritis.
b. Compact HE
Pada alat penukar kalor jenis ini didesain secara spesifik agar
surface area per unit volume-nya besar. HE jenis ini mampu menerima
perpindahan kalor dari suatu fluida dalam jumlah kecil yang biasanya
digunakan pada situasi di mana berat dan volume HE dibatasi. Area
permukaan pada compact HE yang luas disebabkan dipasangnya plat
tipis seperti sirip pada dinding yang memisahkan dua fluida.
Compact HE biasanya digunakan untuk gas-to-gas dan gas-to-
liquid HE. Fluida-fluida dalam HE ini umumnya bergerak saling tegak
lurus sehingga dinamakan aliran menyilang. Aliran menyilang
diklasifikasikan menjadi:
1) unimixed, karena fluida didorong plat sirip agar mengalir melalui
ruang tertentu dan mencegahnya bergerak dalam arah menyilang
Gambar 1.5. Bentuk Fisik & Skema Aliran Fluida pada Plate-And-Frame Heat
Exchanger
(Sumber : Anonim, 2012. http://www.brighthubengineering.com)
Adapun jika dilihat berdasarkan aliran dan distribusi temperatur
idealnya, dibagi menjadi:
1) Parallel flow
Kedua fluida mengalir dalam heat exchanger dengan aliran
yang searah. Kedua fluida memasuki HE dengan perbedaan suhu
yang besar. Perbedaan temperatur yang besar akan berkurang seiring
dengan semakin besarnya x, jarak pada HE. Temperatur keluaran
dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.
2) Counter flow
Aliran jenis ini berlawanan dengan parallel flow, kedua
aliran fluida yang mengalir dalam HE masuk dari arah yang
berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya
mendekati suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang
didapat lebih efekrif dari parallel flow. Mekanisme perpindahan
kalor jenis ini hampir sama dengan parallel flow, di mana aplikasi
dari bentuk diferensial dari persamaan steady-state:
3) Cross flow HE
Aliran jenis ini terjadi jika di mana satu fluida mengalir tegak
lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai untuk aplikasi yang
melibatkan dua fasa. Sebagai contoh yaitu pada sistem kondensor
uap (tube and shell heat exchanger), di mana uap memasuki shell,
air pendingin mengalir di dalam tube dan menyerap panas dari uap
sehingga uap menjadi cair.
Dari ketiga tipe aliran pada heat exchanger diatas maka
dapat disimpulkan bahwa tipe counterflow yang paling efisien ketika
kita membandingkan laju perpindahan kalor per unit area. Dengan
beda temperatur fluida yang paling maksimal di antara kedua tipe
heat exchanger lainnya, maka beda temperatur rata-rata (log mean
temperature difference) akan maksimal.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja HE
Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja dari suatu heat exchanger yaitu sebagai berikut: a. Fouling factor
Setelah dipakai beberapa lama, permukaan perpindahan kalor alat
penukar kalor mungkin dilapisi oleh berbagai endapan yang biasa terdapat
dalam sistem aliran; atau permukaan itu mungkin mengalami korosi
sebagai akibat interaksi antara fluida dengan bahan yang digunakan dalam
konstruksi penukar kalor. Dalam kedua hal di atas, lapisan itu memberikan
tahanan tambahan terhadap aliran kalor, dan hal ini menyebabkan
menurunnya kemampuan kerja alat itu. Pengaruh menyeluruh daripada hal
tersebut di atas biasa dinyatakan dengan faktor pengotoran (fouling factor),
atau tahanan pengotoran, Rf, yang harus diperhitungkan bersama tahanan
termal lainnya, dalam menghitung koefisien perpindahan kalor
menyeluruh.
Faktor pengotoran harus didapatkan dari percobaan, yaitu dengan
menentukan U (koefisien perpindahan kalor keseluruhan/ overall
coefficient of heat transfer) untuk kondisi bersih (UC) dan kondisi kotor
(UD) pada penukar kalor itu. Oleh karena itu, faktor pengotoran
didefinisikan sebagai:
dimana:
d. Jumlah lintasan
Di dalam alat penukar kalor, jumlah lintasan sangat
menentukan kecepatan perpindahan kalor. Apabila jumlah lintasan
yang ada banyak, maka akan berpengaruh pada luas permukaan
yang melepas kalor. Seperti yang diketahui, apabila luas
permukaan yang terkena fluida panas semakin banyak atau luas,
maka perpindahan kalor akan terjadi lebih cepat.
e. Kecepatan
Kecepatan dari fluida mempengaruhi bilangan reynoldnya.
Sementara itu, angka reynold sangat berpengaruh dalam
perhitungan matematis.
f. Distribusi temperatur
Apabila distribusi temperatur di dalam fluida tidak merata,
maka perpindahan kalor yang terjadi tidak merata di beberapa
permukaan. Ada permukaan yang lebih banyak aliran konveksinya
apabila distribusi suhu di tempat tersebut cukup besar, begitu pula
sebaliknya.
g. Luas permukaan perpindahan panas
Semakin tinggi luas permukaan panas, semakin besar panas
yang dipindahkan. Luas perpindahan panas ini tergantung pada
jenis tube dan ukuran tube yang digunakan suatu heat exchanger.
5. Perpindahan Kalor HE
Jumlah kalor yang dipindahkan dalam alat penukar kalor dapat
dihitung dengan LMTD metode NTU efektivitas.
a. Beda Suhu Rata-rata Logaritmik (LMTD)
Dalam penukar kalor pipa ganda, fluidanya dapat mengalir
dalam aliran sejajar maupun aliran lawan arah. Profil suhu untuk
kedua kasus ini telah ditunjukkan sebelumnya pada gambar 1 yang
(a) dan juga (b).
Kita dapat menghitung perpindahan kalor dalam susunan pipa
ganda ini dengan
Beda suhu rata-rata yang dimaksud di atas adalah beda suhu
rata-rata log (LMTD = log mean temperature difference), yaitu :
b. Metode NTU-Efektivitas
Pendekatan LMTD dalam analisis penukar kalor berguna bila
suhu masuk dan suhu keluar diketahui atau dapat ditentukan
dengan mudah, sehingga LMTD dapat dengan mudah dihitung,
dan aliran kalor, luas permukaan, dan koefisien perpindahan kalor
menyeluruh dapat ditentukan. Bila kita harus menentukan suhu
masuk atau suhu keluar, analisis kita akan melibatkan prosedur
iterasi karena LMTD itu suatu fungsi logaritma. Dalam hal
demikian, analisis akan lebih mudah dilaksanakan dengan
menggunakan metode yang berdasarkan atas efektivitas penukar-
kalor dalam memindahkan sejumlah kalor tertentu. Metode
efektivitas ini juga mempunyai beberapa keuntungan untuk
menganalisis soal-soal di mana kita harus membandingkan
berbagai jenis penukar kalor guna memilh jenis yang terbaik untuk
melaksanakan sesuatu tugas pemindahan kalor tertentu.
Efektivitas penukar-kalor (heat exchanger effectiveness)
didefinisikan sebagai berikut:
untuk penukar kalor aliran searah, persamaan ini dapat diturunkan
menjadi:
dimana Δtm adalah suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature
Difference (LMTD). Untuk shellandtubeheat exchanger, nilai LMTD
harus dikoreksi dengan faktor yang dicari dari grafik yang sesuai (Fig
18 s/d Fig 23 Kern). Caranya adalah dengan menggunakan parameter
R dan S.
Nilai LMTD yang diperoleh ini harus dikoreksi dengan faktor FT yang
dicari dari grafik yang sesuai. Caranya yaitu dengan menggunakan
parameter R dan S.
V. Data Pengamatan
1. Dalam satuan SI
Laju Berat
t1 t2 T1 T2 Waktu
Skala Alir o o Kondensat
( C) ( C) (oC) (oC) (detik)
(ml/s) (kg)
F. Perhitungan
( Terlampir )
G. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk memahami prinsip kerja dari alat
penukar panas, menentukan nilai koefisien perpindahan panas overall, dan
membandingkan massa fluida (M) yang diperoleh secara praktek dan
teoritis. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah heat exchanger
plate (PHE). Di dalam unit PHE ini terjadi 3 konsep perpindahan panas
yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Pada Plate Heat Exchanger (PHE)
perpindahan panas secara konduksi terjadi pada pelat logam dimana
panasnya mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang
bertemperatur rendah. Sedangkan perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena adanya gerakan atau aliran dari bagian panas ke bagian yang
dingin, konveksi terjadi pada fluida yang bergerak dalam Plate Heat
Exchanger (PHE) sehingga panas dalam fluida dapat berpindah dimana
fluida panas di alirkan( dikontakan ) dengan fluida dingin melewati plate
dan frame pada susunan peralatan PHE. Sementara sedangkan
perpindahan panas radiasi terjadi saat dinding plate men-transfer panas ke
udara.
HE Plate terdiri dari beberapa rangkaian alat seperti, thermometer,
valve, plate, pipe, isolator, dan steam trap. Kegunaan steam trap adalah
untuk menangkap dan menkondensasikan sisa uap yang tidak
terkondensasi setelah proses transfer panas. Steam trap ini diharapkan
dapat mengkondensasikan semua sisa uap sehingga keluaranya semua
dalam bentuk cair.
Di dalam perpindahan panas ada kalor (Q) atau energy panas yang
di serap dan di lepaskan oleh fluida, dalam hal ini fluida panas
memberikan kalor (Qpanas) dan fluida dingin menangkap energy atau
mengambil kalor fluida panas (Qdingin). Dalam proses perhitungan
diperlukan tambahan data seperti nilai λ dan Cp. Nilai λ didapatkan dari
tabel saturated steam dan nilai Cp didapatkan dari grafik Specific heat.
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa, semakin besar laju alir pendingin
(md) maka semakin besar pula kecepatan perpindahan panasnya (Q
sensible) atau semakin besar bukaan valve akan menyebabkan laju alir
massa semakin besar sehingga akan semakin banyak kalor yang
berpindah, sehingga semakin besar pula laju massa fluida yang dihasilkan
(M). Selain itu, semakin besar laju alir pendingin maka semakin besar pula
nilai koefisien perpindahan panas overall (U) yang dihasilkan. Hal ini
dipengaruhi oleh nilai LMTD dan kecepatan perpindahan panas (Q
sensible) yang diperoleh. Selain itu, dengan memperbesar laju alir fluida
pendingin menyebabkan beda temperature aliran fluida panas yang masuk
dengan aliran fluida panas yang keluar semakin tinggi.
Berdasarkan data praktikum dilakukan perhitungan nilai massa
kondensat per satuan waktu (M) aktual maupun teoritis kemudian kedua
nilai tersebut dibandingkan. Berdasarkan data hasil perhitungan diperoleh
nilai M actual sebesar 221,1678 lb/hr sedangkan nilai M teoritis sebesar
422,4648 lb/hr . Dari perhitungan tersebut diketahuai bahwa nilai M
teoritis lebih besar dibandingkan nilai M aktual, hal ini terjadi karena pada
saat praktikum, kondensat yang keluar berada dalam fasa cair jenuh
dimana saat masih berada dalam pipa setelah melalui steam trap,
kondensat berada pada kondisi bertekanan tinggi dan saat keluar dari pipa,
kondensat berpindah ke kondisi tekanan rendah (tekanan standar)
sehingga ada beberapa kondensat yang berubah fasa kembali menjadi uap.
Uap yang berasal dari kondensat ini disebut flash steam. Berdasarkan hal
tersebut, kondensat yang ditampung dan ditimbang bukanlah massa
kondensat keseluruhan, melainkan hanya massa kondensat yang tidak
menjadi flash steam. Kondensat yang menjadi flash steam tidak terhitung
karena telah terakumulasi dengan udara bebas. itulah mengapa pada saat
praktikum berlangsung banyak uap (flash steam) yang keluar dari
kondensat yang ditampung. Hal ini menyebabkan jumlah kondensat aktual
jauh lebih kecil dibandingkan nilai kondensat teoritis yang diperoleh dari
perhitungan sehingga diperoleh nilai persentase error 47,64823 %.
Pada praktikum ini juga dilakukan perhitungan nilai koefisien
perpindahan panas overall (U). Adapun nilai koefisien perpindahan panas
yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan skala berturut- turut dari
100, 200, 300, 400, dan 500 adalah 53,61014 Btu/hr ft2 F; 169,74328
Btu/hr ft2 F; 327,87394 Btu/hr ft2 F; 434,25480 Btu/hr ft2 F; dan
728,84199 Btu/hr ft2 F.
Berdasarkan data diatas, dapat diamati bahwa nilai U terus meningkat
pada tiap percobaan. Hal ini terjadi dikarenakan nilai koefisien
perpindahan panas overall (U) berbanding lurus dengan nilai panas yang
diberikan (Q). Dimana semakin tinggi laju alirnya, semakin besar
koefisien perpindahan panas keseluruhannya.
H. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat kami
simpulkan bahwa :
1. Prinsip kerja HE Plate adalah melakukan transfer panas antar fluida
melalui plate yang terdapat dalam alat HE Plate. selain itu transfer
panas juga terjadi antara plate dan plate ke udara.
2. Nilai koefisien perpindahan panas overall (U) yang diperoleh
semakin besar dengan meningkatnya laju alir (berbanding lurus)
3. Perbandingan antara massa fluida secara teoritis dan secara actual
(praktek) yaitu nilai M teoritis sebesar 422,4648 lb/hr sedangkan
nilai M actual sebesar 221,1678 lb/hr.
Daftar Pustaka
Anonim. Buku Panduan Praktikum Proses Operasi Teknik I. 1989. Teknik Gas
dan Petrokimia UI.