PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan aturan penulisan karya ilmiah yang baku,
dibagi atas beberapa bab dan setiap bab diuraikan lagi ke dalam tiap Sub Bab,
yaitu :
a. Bagian Awal
1. Halaman Judul
2. Halaman Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Ucapan Terima Kasih
5. Daftar Isi
b. Bagian Isi
1. Bab I. Pendahuluan
2. Bab II. Tinjauan Umum
3. Bab III. Uraian Teori
4. Bab IV. Uraian Analisa
5. Bab V. Hasil Analisa dan Pembahasan
6. Bab VI. Kesimpulan dan Saran
c. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
BAB II
TINJAUAN UMUM
Kepala Cabang
Kabid. Lingkungan
Keuangan & Akuntansi.
Kabid. Komersial 3
Minerba, Laboratorium, Eco-Framework, Energyterbarukan, Sertifikasi,
Konsultan.
Andarias Sudidi
Sujianto
POLICY
Action Plan
Check Do
2. KEWAJIBAN PENERAPAN K3
UU No.13 tahun 2003 tantang ketenaga kerjaan Pasal 87:
1) Setiap perusahaan wajib menerapkan system manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan system manajemen perusahaan.
3. BUDAYA KERJA 5S DAN PERBAIKAN PROSES KERJA
Sebagai pendukung penerapan system manajemen mutu / keselamatan dan
kesehatan kerja, SUCOFINDO memiliki program housekeeping dengan
menerapkan budaya 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Sitsuke) yakni budaya
ringkas, rapih, resik, rawat, rajin diseluruh unit kerja baik dikantor pusat maupun
kantor cabang.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2. Zat mineral
Zat mineral atau mineral matter terdiri atas komponen-komponen
yang dapat dibedakan secara kima dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash
(abu) dan zat anorganik yang mudah menguap (inorganic volatile matter).
Apabila batubara dibakar akan terbentuk ash yang terdiri atas berbagai
oksida logam pembentuk batuan, sedangkan zat anorganik yang mudah
menguap akan pecah menjadi gas karbon dioksida (dari karbonat-
karbonat), sulfur (dari pirit), dan air yang menguap dari lempung.
Material anorganik, yaitu mineral bukan karbonat yang merupakan
bagian dari struktur tumbuhan, adalah zat mineral bawaan di dalam
batubara yang persentasenya relatif kecil. Zat mineral dari luar yang
kemungkinana berasal dari debu atau serpih yang tebawa air atau yang
larut dalam air selama pembentukan gambut atau tahapan selanjutnya dari
pembentukan batubara persentasenya lebih besar dan bervariasi, baik
jumlah maupun susunannya.
Mineral terbanyak di dalam batubara, yaitu kaolin, lempung, pirit,
dan kalsit. Semua mineral itu akan mempertinggi kadar silikon lainnya.
Oksida alumunium, besi dan kalsium, di dalam ash. Kemudian menyusul
berbagai senyawa magnesium, natrium, kalium, mangan, fosfor, dan sulfur
yang didapatkan dalam ash dengan persentase yang berbeda-beda
(Rismayanti 2012).
3. Senyawa batubara
Senyawa batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap
dan fixed carbon. Zat organik yang mudah menguap kebanyakan tersusun
atas (1) gas-gas yang dapat terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida,
dan metan, (2) uap yang dapat mengembun, seperti tar dengan sedikit
kandungan gas yang dapat terbakar, dan (3) uap seperti karbon dioksida
dan air, yang terbentuk dari penguraian senyawa karbon secara termis.
Kandungan volatile matter (gabungan zat organik dan anorganik yang
mudah menguap) berkaitan sekali dengan peringkat batubara dan
merupakan parameter yang penting dalam mengklasifikasikan batubara.
Fixed carbon merupakan residu yang tersisa setelah moisture dan
volatile matter dihilangkan. Senyawa ini yang terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen, dapat dibakar
(Rismayanti, 2012).
3.8.3 Kalori (Calorific Value atau CV, satuan kal/g atau kkal/kg)
Kandungan nilai kalor total batubara adalah kandungan panas pada
batubara yang dihasilkan dari pembakaran setiap satuan berat dalam
jumlah kondisi oksigen standar.
3.8.4 Titik leleh abu (Ash Fusion Temperature / AFT)
Ash fusion temperature (AFT) adalah analisis yang dapat
menggambarkan sifat pelelehan abu batubara yang diukur dengan
mengamati perubahan bentuk contoh abu yang telah dicetak berupa
kerucut, selama pemanasan bertahap. Analisis biasanya dilakukan dengan
dua kondisi pemanasan, yaitu kondisi oksidasi dan kondisi agak reduksi.
Pada kondisi reduksi, pemanasan dilakukan dalam tabung pembakaran
yang dialiri oleh campuran 50% gas hidrogen dan 50% gas
karbondioksida, sedangkan pada kondisi oksidasi pemanasan dilakukan
dalam tabung pembakaran yang dialiri oleh 100% gas karbondioksida.
Pengamatan sifat pelelehan ini umumnya dilakukan pada suhu 900oC
sampai dengan 1600oC. Pengamatan dicatat dan dilaporkan pada saat
contoh abu meleleh dan berubah menyerupai profil standar yang telah
tersedia.
AFT merupakan data yang sangat berguna untuk mengafaluasi hal – hal
yang berhubungan dengan Slagging dan penumpukan abu. Apabila
temperatur gas yang mengandung abu lebih rendah dari ash softening
temperature maka abu akan mengendap sebagai debu dan muda untuk
dibuang dan apabila temperatur gas lebih tinggi dari ash softening
temperature maka akan terjadi pembentukan kerak.
3.8.5 Analisa Ultimate
Ultimate analysis adalah analisis yang memeriksa unsur-unsur zat
organik dalam batubara, seperti karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan
oksigen. Unsur-unsur selain oksigen dapat dianalisis di laboratorium,
sedangkan untuk oksigen sendiri bisa didapat dari perhitungan.