Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL OBSERVASI PADA

PT. CALADI LIMA SEMBILAN

Disusun Oleh :
1. Ahmad Fairuza Iqbal
2. Adnan Rosyid
3. Abdul Ghofar
4. Erfan Hafidz Ahmad
5. Alifudin

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SELAMAT SRI (UNISS) BATANG
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,


Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan laporan observasi ini guna memenuhi tugas kuliah dengan baik.

Atas dorongan serta bimbingan yang penyusun terima sehingga laporan kegiatan
observasi ini dapat tersusun dengan baik tanpa ada kesulitan yang berarti. Untuk itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Ibu Dosen Universitas Selamat Sri Kampus 2 Batang.


2. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan observasi ini.
3. Teman-teman satu program studi dan satu angkatan.

Harapan dari penyusun dengan adanya laporan ini dapat memberikan gambaran
tentang usaha ekonomi kreatif pada PT. Caladi Lima Sembilan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan observasi ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu segala saran dan kritik dari pembaca sangat penyusun harapkan. Penyusun
berharap semoga laporan observasi ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Judul .................................................................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii

Daftar isi ........................................................................................................................... iii

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2

C. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 2

D. Landasan Teori .......................................................................................................... 2

E. Hasil Observasi .......................................................................................................... 8

F. Pembahasan ............................................................................................................... 10

G. Daftar Pustaka ............................................................................................................ 16

H. Lampiran ................................................................................................................... 17

iii
A. Latar Belakang Masalah
Dalam ilmu ekonomi, Bisnis adalah suatu organisasi usaha yang didalamnya
meliputi memproduksi barang dan menjual barang atau jasa kepada konsumen atau
bisnis lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis berasal
dari bahasa Inggris yaitu business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam
konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan
aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Kasmir dan Jakfar (2012:7) “bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan
utamanya adalah keuntungan”. Dengan demikian Bisnis memiliki tujuan utama yaitu
mendapatkan keuntungan dengan cara mengolah barang mentah dengan semua sumber
daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk diperjual belikan supaya mendapatkan
keuntungan.
Para pelaku dunia bisnis atau usaha akan mempertimbangkan bagaimana cara untuk
bisa menarik perhatian konsumennya supaya bisnis atau usahanya berjalan dengan
lancar sehingga bisa mencapai tujuan utamanya yaitu mendapatkan keuntungan. Para
pelaku usaha yang tidak memiliki daya tarik untuk mendapatkan pelanggan pasti tidak
akan bisa bertahan di dunia usaha.
Perkembangan tekstil di Indonesia semakin berkembang pesat dewasa ini. Tekstil
tidak lepas dari variasi motif. Banyak cara dan teknologi dalam pemberian motif tekstil,
salah satunya adalah teknik sablon.
Sablon tidak hanya dapat digunakan dalam tekstil, namun dalam kemasan
packaging pun menggunakan teknik sablon. Prosesnya yang tidak terlalu sulit menjadi
salah satu keunggulan dari teknik ini. Dalam laporan observasi ini akan dibahas
mengenai produksi kaos dan sablon dalam dunia usaha pada bidang tekstil. Objek pada
laporan ini adalah perusahaan sablon di Bandung yaitu PT. Caladi Lima Sembilan.
Perusahaan ini berdiri sejak 1980 dan menghasilkan berbagai macam produk kreatif
C59.
Laporan observasi ini membahas tentang produksi kaos dan sablon pada PT. Caladi
Lima Sembilan yang dimiliki oleh Pak Marius Widyarto Wiwied. Didalam laporan
observasi ini akan dibahas berbagai aspek yaitu dari sejarah awal berdirinya, tujuan
didirikanya, standar oprasional prosedur pekerjaan, kopetensi yang dimiliki karyawan,
peluang usaha serta tantangan yang dihadapi pada PT. Caladi Lima Sembilan.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang observasi yang telah dipaparkan diatas maka rumusan
masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Caladi Lima Sembilan ?
2. Apa tujuan didirikanya PT. Caladi Lima Sembilan ?
3. Bagimana standar oprasional prosedur yang ada pada PT. Caladi Lima Sembilan ?
4. Bagaimana kopetensi tenaga kerja yang dibutuhkan PT. Caladi Lima Sembilan ?
5. Apa peluang usaha yang diambil oleh PT. Caladi Lima Sembilan ?
6. Apa tantangan yang dihadapi PT. Caladi Lima Sembilan ?

C. Manfaat Penelitian
Dengan demikian observasi ini diharapkan bisa memberi manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan di dalamnya, antara lain :
1. Bagi kelompok observasi, kami berharap observasi ini bisa dijadikan motivasi dan
pertimbangan untuk berwirausaha atau menciptakan lapangan pekerjaan.
2. Bagi para pengusaha, observasi ini diharapkan menjadi motivasi untuk
mengembangkan usahanya sebagai perilaku wirausaha.
3. Bagi pembaca, observasi ini diharapkan bisa menjadi pedoman dalam memperoleh
gagasan untuk menciptakan suatu bisnis dan menjalankannya dengan strategi yang
baik.

D. Landasan Teori
1. Standar oprasional prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur atau disingkat dengan SOP adalah dokumen
yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang
paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang serendah-rendahnya.
SOP juga dapat dikatakan sebagai acuan atau pedoman untuk melakukan
pekerjaan atau tugasnya sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja para
karyawan sesuai indikator-indikator administrasi, teknik dan prosedural berdasarkan
tata kerja, sistem kerja dan prosedur kerja pada unit kerja yang berkaitan.
a. Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Secara umum tujuan dari SOP adalah untuk :
1) Agar petugas (pegawai) menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2
2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
3) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai
terkait.
4) Melindungi organisasi (unit) kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau
kesalahan administrasi lainnya.
5) Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi.
b. Fungsi Standar Operasional Prosedur (SOP)
Berikut adalah fungsi dari Standar Operasional Prosedur (SOP) :
1) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4) Mengarahkan petugas (pegawai) untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
c. Manfaat dan Kegunaan Standar Operasional Prosedur (SOP)
1) SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat
komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara
konsisten
2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa
yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan.
3) SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.
2. Kopetensi tenaga kerja
Dalam rangka mengurangi terjadinya kesenjangan (gap) kompetensi antara
lulusan pendidikan/pelatihan dengan kebutuhan pada sektor industri di Indonesia,
maka orientasi pendidikan/pelatihan yang selama ini supply driven harus diubah
menjadi demand driven. Oleh karena itu para praktisi di industri harus terlibat
langsung untuk menginformasikan kebutuhan kompetensi yang ada pada bidangnya
masing-masing dalam bentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI).
SKKNI tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk:
a. Penyusunan Program Pendidikan/Pelatihan Berbasis Kompetensi (sampai
dengan Modul-modul pembelajarannya) untuk proses pembelajaran pada
lembaga pendidikan/pelatihan.
3
b. Penyusunan Skema Sertifikasi untuk proses uji kompetensi pada Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP).
Dengan konsep tersebut, kemampuan lulusan lembaga pendidikan/pelatihan
akan sesuai dengan kebutuhan industri dan para lulusan nantinya juga dapat
memiliki sertifikat kompetensi setelah melalui uji kompetensi di LSP. Para tenaga
kerja yang sudah bekerja di industri juga perlu mendapatkan sertifikat kompetensi
sebagai wujud pengakuan terhadap kemampuan yang dikuasainya.
Perlu diketahui bahwa dalam perjanjian internasional seperti Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) misalnya, yang akan dinotifikasi untuk keluar dan masuknya tenaga
kerja antar negara adalah melalui sertifikat kompetensi, bukan ijazah.
a. Program Pelatihan Berbasis Kompetensi
Pendidikan atau Pelatihan Berbasis Kompetensi adalah pendidikan atau
pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
Prinsip dasar PBK:
1) Dilaksanakan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pelatihan (gap
competency) yang dilakukan melalui Uji Kompetensi.
2) Adanya pengakuan terhadap kompetensi yang telah dimiliki.
3) Berpusat pada peserta pelatihan dan bersifat individual.
4) Dilaksanakan dengan sistem articulated sehingga memungkinkan peserta
untuk memulai dan mengakhiri program pelatihan pada waktu dan tingkat
yang berbeda, sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta pelatihan
(Multi-entry/multi-exit).
5) Setiap peserta pelatihan dinilai berdasarkan pencapaian kompetensi sesuai
dengan standar kompetensi; dan Dilaksanakan oleh lembaga pelatihan yang
teregistrasi atau terakreditasi nasional.
b. Infrastruktur Sertifikasi Kompetensi
Sertifikasi kompetensi diselenggarakan melalui uji kompetensi yang mengacu
pada standar kompetensi untuk memastikan kualitas tenaga kerja industri.
Berikut ini adalah infrastruktur sertifikasi kompetensi di Indonesia:
1) SKKNI
Sebagai acuan penyusunan Skema Sertifikasi (skema uji) dan Materi Uji
Kompetensi (MUK) di LSP.

4
2) LSP
Lembaga yang berwenang untuk memberi pengakuan terhadap kompetensi
seseorang pada suatu bidang pekerjaan (sertifikasi).
3) Asesor Kompetensi
Asesor Kompetensi: orang yang bertugas untuk melakukan penilaian
dalam uji kompetensi.
4) TUK
Tempat untuk melaksanakan uji kompetensi.
Regulasi Teknis.
3. Peluang Usaha
Peluang bisnis baru bermunculan dari industri kreatif. Besarnya kreatifitas
ekonomi dan kreatifitas pasar industri di Indonesia yang belum menjadi daya tarik
khusus bagi masyarakat untuk terjun memulai usaha kreatif. Kreatifitas seorang
wirausahawan dalam mengolah suatu produk atau jasa menjadi barang atau jasa
yang memiliki nilai lebih kepada modal utama seorang wirausaha ekonomi kreatif
dalam memulai usaha pada industri ini.
Konsep dan Ide bisnis yang kuat, inovasi dan kerja keras adalah tiga kunci bagi
ekonomi kreatif pada usaha kecil dan menengah untuk sebuah usaha kecil yang
menguntungkan. Bisnis m vodal kecil ini dibumbui dengan sedikit kreativitas yang
bisa menjelma menjadi usaha yang menjanjikan. Namun karena susahnya untuk
mendapatkan akses modal usaha ke perbankan atau keuangan lainnya untuk Industri
ini, buat peluang yang begitu cemerlang menjadi kembali. Terobosan dan Inovasi
harus segera dilakukan untuk mendukung usaha agar dapat terus berkembang.
Diharapkan dengan berdirinya Badan Ekonomi Kreatif dapat menjadi simbol
kepedulian pemerintah terhadap ide kreatif usaha para pendukung yang selama ini
kurang mendapatkan perhatian. Akselerasi proses tumbuhnya ekonomi kreatif wajib
didukung oleh seluruh pemangku kepentingan dari ekonomi kreatif baik pemerintah,
dukungan usaha, akademisi. Bertambahnya ekonomi kreatif menjadi salah satu
industri di dunia usaha di Indonesia, akan semakin memperkokoh fundamental
ekonomi Indonesia dan akan menciptakan banyak pekerjaan bagi rakyat Indonesia.
4. Tantangan dalam melakukan usaha
Pada umumnya, ada beberapa tantangan ataupun masalah yang dihadapi dalam
menjalankan suatu usaha, diantaranya :

5
a. Ketidakmampuan Manajemen
Dalam kebanyakan UKMK, kurangnya pengalaman manajemen atau lemahnya
kemampuan pengambilan keputusan merupakan masalah utama dari kegagalan
usaha. Pemiliknya kurang mempunyai jiwa kepemimpinan dan pengetahuan
yang diperlukan untuk membuat bisnisnya berjalan.
b. Kurang Pengalaman
Idealnya, calon wirausahawan harus memiliki keterampilan teknis yang
memadai (pengalaman kerja mengenai pengoperasian fisik bisnis dan
kemampuan konsep yang mencukupi); kemampuan memvisualisasi,
mengkoordinasi, dan mengintegrasikan berbagai kegiatan bisnis menjadi
keseluruhan yang sinergis.
c. Lemahnya Kendali Keuangan
Dalam hal ini ada dua kelemahan mendasar yang perlu digarisbawahi, yaitu:
kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakkan kredit terhadap pelanggan.
Banyak wirausahawan membuat kesalahan pada awal bisnis dengan hanya
“modal dengkul,” yang merupakan kesalahan fatal. Wirausahawan cenderung
sangat optimis dan sering salah menilai uang yang dibutuhkan untuk masuk ke
dalam bisnis. Sebagai akibatnya, mereka memulai usaha dengan modal yang
terlalu sedikit dan tampaknya permodalan yang memadai tidak akan pernah
tercapai mengingat perusahaan mereka memerlukan semakin banyak uang untuk
mendanai pertumbuhannya. Selain itu, tekanan terhadap UKMK untuk menjual
secara kredit sangat kuat. Dimana, beberapa manajer melihat peluang untuk
mendapatkan keunggulan persaingan terhadap pesaingnya dengan cara
menawarkan penjualan kredit. Apapun kasusnya, pemilik bisnis kecil harus
mengendalikan penjualan kredit secara hati-hati karena kegagalan
mengendalikannya dapat menghancurkan kesehatan keuangan bisnis kecil.
d. Gagal Mengembangkan Perencanaan Strategis.
Terlalu banyak wirausahawan yang mengabaikan proses perencanaan strategis,
karena mereka mengira hal tersebut hanya bermanfaat untuk perusahaan besar
saja. Namun, kegagalan perencanaan biasanya mengakibatkan kegagalan dalam
bertahan hidup dan ini berlaku untuk keduanya usaha besar maupun usaha kecil.
Sebab, tanpa suatu strategi yang didefinisikan dengan jelas, sebuah bisnis tidak
memiliki dasar yang berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara
keunggulan bersaing di pasar.

6
e. Pertumbuhan Tak Terkendali
Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah, sehat, dan didambakan oleh
semua perusahaan, tetapi pertumbuhan haruslah terencana dan terkendali. Pakar
manajemen Peter Drucker menyatakan bahwa perusahaan yang baru berdiri
dapat diperkirakan mengalami pertumbuhan terlalu pesat dibandingkan dengan
basis modal mereka apabila penjualan meningkat 40 sampai 50 persen. Idealnya,
perkembangan harus didanai dari laba ditahan atau dari tambahan modal
pemiliknya, tetapi sebagian besar bisnis mengambil pinjaman paling tidak untuk
sebagian investasi modalnya.
f. Lokasi yang buruk
Untuk bisnis apapun, pemilihan lokasi yang tepat untuk sebagian merupakan
suatu seni – dan untuk sebagian lagi ilmu. Sangat sering, lokasi bisnis dipilih
tanpa penelitian, pengamatan, dan perencanaan yang layak. Beberapa
wirausahawan memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong. Akibat
ketidaktepanan lokasi ini, penjualan tidak berkembang dan bisnis tersebut
terancam gagal.
g. Pengendalian Persediaan yang Tidak Baik
Umumnya, investasi terbesar yang harus dilakukan manajer bisnis kecil adalah
dalam persediaan, namun pengendalian persediaan adalah salah satu tanggung
jawab manajerial yang paling sering diabaikan. Tingkat persediaan yang tidak
mencukupi akan mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok, yang akhirnya
mengakibatkan pelanggan kecewa dan pergi.
h. Ketidakmampuan Membuat Transisi Kewirausahaan.
Berhasil melewati “tahap awal kewirausahan” bukanlah jaminan keberhasilan
bisnis. Setelah berdiri, pertumbuhan biasanya memerlukan perubahan gaya
manajemen yang secar drastis berbeda. Kemampuan-kemampuan yang tadinya
membuat seorang wirausahawan berhasil seringkali mengakibatkan
ketidakefektifan manajerial. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan untuk
mendelegasikan wewenang dan melepaskan kegiatan pengendalian sehari-hari –
sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh banyak wirausahwan.

7
E. Hasil Observasi
1. Sejarah Perusahaan
Bermodalkan nekad dan keberanian pasangan suami istri Marius Widyarto Wiwied
(Owner C59) dan Maria Goretti (Istri dari Pak Wiwied) yang hanya memiliki satu
mesin jahit dan dua mesin obras, yang mereka peroleh dari membeli dengan uang
hasil dari menjual kado pernikahan mereka pada 12 Oktober 1980 silam. Lantas
didirikanlah perusahaan C59 dan pada setiap tanggal pernikahan tersebut diperingati
sebagai hari jadi atau Ulang Tahun C59.
Nama perusahaan C59 sendiri berasal dari alamat rumah Pak Wiwied dan Ibu Maria
pertama kali tinggal, yaitu di Jalan Caladi No. 59 Bandung. Pada awal bisnisnya
C59 pertama kali hanya melayani pesanan T-Shirt bergambar, pada saat itu teknik
pengerjaannya masih kasar alias manual dan belum menggunakan desain komputer.
Barulah pada tahun 1985, C59 mulai menunjukan keunggulan dari segi bahan T-
shirt, jenis sablon, dan teknik pisah warna hingga produknya dapat dikenal di
Bandung dan Jakarta.
Tahun 1990, C59 berkembang dengan membangun pabrik dan fasilitas modern,
bersamaan dengan dibangunnya took retail (showroom) pertama di Jalan Tikukur
no. 10. Periode 1993-1994 C59 berdiri secara sah sebagai perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan Bpk.Marius Widyarto Wiwied sebagai
Direktur Utama (hingga saat ini) yang dilanjutkan dengan melakukan ekspansi
kebeberapa kota di Indonesia dengan mendirikan took retail (showroom) sendiri dan
menjalin kerjasama dengan Matahari Department Store dan Ramayana Department
Store sebagai jalur distribusi, yaitu: Yogyakarta, Ujung Pandang, Lampung, Jakarta,
Balikpapan, dan Malang.
2. Visi & Misi
a. Visi dari C59 adalah sebagai clothing yang menyediakan produk-produk untuk
semua umur dan memiliki kualitas yang baik. Bisnis C59 adalah memasarkan
produk C59 yang didesain,dikonsep,dicetak, dan dipasarkan oleh C59. Dengan
kata lain, produk asli C59. Untuk menjawab kebutuhan pasar, maka C59
mengembangkan bisnis Retailnya dengan mendirikan showroom dan
bekerjasama dengan Outlet-outlet di Indonesia yang berskala nasional(Matahari
Dept.Store & Ramayana Dept.Store). Sedangkan showroom-showroom C59
tersebar dibeberapa kota di Indonesia seperti tercantum di "Our Business
Location & Distribution".

8
b. Misi C59 adalah produk C59 dapat diterima oleh masyarakat dan C59 dapat
dikenal oleh masyarakat dibandingkan dengan pesaing lainnya. Suatu bentuk
bisnis dimana andalah pencipta ide, konsep, dan desain. C59 hanyalah perantara
untuk menjadikan konsep Anda atau melukiskan konsep Anda kedalam T-Shirt,
Jacket, Sweater, dan Accessoris. Anda melakukan proses order kepada C59.
3. Bidang Usaha
PT. Caladi Lima Sembilan (C59) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri garmen khususnya pada kaos dan sablon. Perusahaan ini
menjalankan usahanya pertama kali pada pemesanan t-shirt bergambar (sablon) dari
sekolah maupun instansi pemerintahan di sekitar kota bandung. Perusahaan ini
bergerak pada dua lini bisnis yaitu ritel dan custom made.
Bisnis ritel C59 adalah memasarkan produk C59 yang di desain, di konsep, di cetak,
dan dipasarkan oleh C59. Dalam usaha pengembangan bisnis ritelnya, C59
mendirikan showroom dan bekerjasama dengan outlet-outlet di Indonesia yang
berskala nasional, seperti Matahari Department Store dan Ramayana Department
Store. Sedangkan untuk bisnis custom made atau order, C59 hanyalah sebagai
perantara untuk menjadikan konsep atau melukiskan konsep kedalam T-Shirt,
Jacket, Sweater, dan Accessories, sedangkan konsumen adalah sebagai pencipta
konsep, ide, dan desain.
4. Produk
PT. Caladi lima sembilan memiliki berbagai macam jenis produk selain T-Shirt
bersablon. Produk lain itu adalah antara lain sebagai berikut:
a. Basic M g. Oblong Basic
b. Basic Unitee h. Oblong Ladies
c. Body Fit i. Jaket
d. Junior Kids j. Poloshirt
e. Junior k. Sweater
f. Kemeja l. Topi
5. Pasar
Segmen pasar yang di garap oleh C59 adalah mengarah kepada kalangan anak muda
dan dewasa karena dari produk-produk yang dihasilkan berupa kaos dan kaos
identik dengan remaja yang pada umumnya bergaya casual sebagai konsumennya.
Namun tidak terbatas pada kalangan anak muda saja, tetapi untuk instansi-instansi
yang memerlukan seragam juga menjadi salah satu target pasar dari C59 karena ciri

9
khas dari suatu perusahaan dapat tercerminkan dari seragam yang mereka gunakan
dalam bekerja.
C59 juga menjadi supplier untuk beberapa distro atau toko yang ingin menjual
barangnya kembali. Jadi, mereka menggunakan jasa (bekerjasama) dengan C59
hanya sebatas proses produksinya saja.
6. Struktur Organisasi

F. Pembahasan
1. Proses Produksi
Berikut adalah proses produksi dari pembuatan kaos C59:
a. Potong
Proses potong merupakan proses pertama yg dilakukan. Dalam proses ini,
keterangan pada lembar kerja direalisasikan ke dalam bentuk potongan kaos
sesuai dengan model yang diminta. Jumlah potongan yang dapat dihasilkan
dalam sehari kurang lebih 2.500 potong untuk oblong biasa (sport/reglan). Tata
cara yang biasa dilakukan oleh operator potong sebelum kain tersebut di potong
adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa lembar perintah kerja potong, yang bertujuan untuk
mempersiapkan jenis bahan/kain yang di potong sesuai dengan permintaan.
2) Bahan yang sudah disiapkan tersebut, dihampar pada meja potong sampai
dengan jumlah potongan yang diminta.
3) Di pola, yaitu bahan tersebut digambar modelnya di atas kain yang paling
atas dengan memakai alat tulis sejenis kapur.

10
4) Cutting, yaitu bahan yang sudah di pola tersebut di potong mengikuti pola
yang sudah ada.
5) Bahan yang sudah di potong dipisah-pisah sesuai keterangan warna bahan
per order karena pada saat memotong bisa terdiri dari beberapa order. Bahan
tersebut selanjutnya diberi kode dengan menempelkan nomor order pada
selembar kertas di ujung ikatan kain supaya tidak tercampur.
b. Sortir
Tujuan dari proses sortir ini adalah untuk menghindari adanya cacat kain,
sebelum bahan tersebut di sablon baik berupa goresan maupun lubang-lubang
dan juga untuk lebih memudahkan bagian sablon dalam proses printing karena
di bagian sortir badan kain yang akan di sablon sudah dipisah sesuai keterangan
pada Lembar Kerja Order.
c. Gambar
Dari sekian proses produksi, nampaknya bagian ini yang paling vital karena
didalamnya terdapat beberapa unsur yang sangat berhubungan dengan bagian
yang lainnya, mulai dari afdruk, stel, sablon serta keindahan dari gambar yang
dihasilkan. Waktu yang diperlukan untuk bagian ini dalam kondisi normal
adalah 2-3 hari.
d. Afdruk
Untuk gambar yang sudah menjadi klise berarti sudah siap untuk di afdruk, klise
tersebut harus di sortir terlebih dahulu dengan tujuan untuk menentukan ukuran
screen yang akan di pakai. Penentuan ukuran screen ini disesuaikan dengan
besarnya gambar yang akan di cetak.
Dalam proses afdruk ada beberapa tahap yang harus ditempuh sebelum screen
siap di stel, diantaranya:
1) Penyortiran gambar.
2) Pemolesan screen dengan SUPER-X yang bertujuan agar gambar dari klise
yang akan di afdruk bisa terlihat, tetapi harus terlebih dahulu dikeringkan
lagi setelah proses pemolesan tersebut.
3) Penyinaran, bertujuan untuk menyinari screen yang sudah ditempeli dengan
klise agar gambarnya bisa terlihat atau ada dalam screen.
4) Penyemprotan, dalam tahap ini screen yang sudah selesai disinari dan
disemprot dengan air agar partikel-partikel screen (monil) dapat lepas
hingga dapat membentuk gambar seperti pada klise. Dalam proses ini
operator harus berhati-hati supaya screen tidak sampai jebol/rusak.
11
5) Pengeringan sekaligus penambalan. Screen yang masih dalam keadaan
basah setelah di semprot dan di jemur/di oven agar cepat kering. Kemudian
selanjutnya screen tersebut di tambal dengan sejenis obat yang berguna
menutup screen yang bocor dan bilamana proses tersebut sudah selesai
berarti sudah siap untuk di stel.
e. Stel
Tujuan dari proses ini agar gambar yang di sablon letak gambarnya bisa pas
diantara setiap warna karena dalam satu gambar bisa terdiri dari beberapa warna.
Cara yang biasa dilakukan adalah dengan mencoba menyablonnya pada
selembar kain putih agar hasil sablonnya bisa terlihat lebih jelas. Kemudian
setiap screen yang akan di stel, posisi gambarnya dibuat pas dengan gambar
pada kain tersebut. Kapasitas stel normal sehari mulai dari pukul 08.00 sampai
dengan pukul 16.00 WIB adalah 24 order. Proses ini membutuhkan waktu kira-
kira 1 hari dalam kondisi normal.
f. Sablon
Proses ini dapat terlaksana bila didukung oleh 3 faktor, yaitu bahan yang akan di
sablon, obat, dan screen yang sudah di stel. Untuk setiap operator sablon
didampingi oleh 2 orang pembantu/knek. Apabila salah satu dari knek tersebut
tidak hadir maka proses tersebut tidak bisa jalan, sehingga kerjasama dan
kekompakan sangat perlu pada bagian ini mengingat sistem kerja tim sangat
diperlukan. Kapasitas normal untuk bagian sablon per hari dapat mencapai 8.000
potong dan itu sudah termasuk TS (tanpa sambungan) untuk interval waktu 24
jam.
g. Press/Setrika
Pada tahap ini bahan yang sudah di sablon hams, di press terlebih dahulu agar
hasil sablonnya lebih bisa tahan lama dan tidak bau obat/cat sablon. Dalam
proses ini nampaknya tidak terlalu banyak kendala yang berarti dan waktu yang
diperlukan adalah 1 hari dengan kapasitas per hari mencapai 3.000-4.000
potong.
h. Jahit/Obras
Bahan/kain yang sudah di sablon, kemudian di sambung agar menjadi kaos yang
sudah jadi (siap pakai). Perlu diketahui sebelum di obras, kain yang sudah siap
tersebut dicocokkan terlebih dahulu dengan kode bahannya karena untuk setiap
pemotongan bahan, warna kainnya tidak bisa sama dan baru setelah itu
dibagikan ke operator obras/jahit. Kemampuan rata-rata dari setiap operator
12
obras dalam sehari, mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB adalah 125 potong.
Untuk kemampuan rata-rata dari setiap operator zoom dalam sehari, mulai pukul
08.00 hingga 16.00 WIB adalah 450 potong. Dan untuk kemampuan rata-rata
dari setiap operator tindes dalam sehari, mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB
adalah 450 potong. Jadi, yang dimaksud dengan kapasitas normal untuk bagian
obras/jahit ini adalah 1.800 potong per hari untuk oblong sport/raglan. Waktu
yang diperlukan pada proses ini adalah 2 hari dalam kondisi normal, sedangkan
untuk oblong krag, oblong model V dan sport tennis dapat memakan waktu yang
lebih lama pengerjaannya dari pada oblong biasa.
i. Finishing
Tujuan dari proses ini adalah untuk membersihkan kaos /oblong dari benang
ataupun kotoran-kotoran yang masih bisa dibersikan dan untuk merapihkan
kaos/oblong tersebut dilipat untuk selanjutnya dimasukan kedalam plastic seal
sampai dengan siap paket/kirim.
j. Paket
Paket ini merupakan proses paling akhir dari rangkaian proses produksi yang
ada dan barang yang sudah packing dari bagian finishing siap dikirim ke setiap
cabang dengan cara dikirim langsung oleh bagian ekspedisi/paket atau bisa
dengan melalui jasa pengiriman.
2. Pemasaran
Cara pemasaran produk ini melalui 2 proses, yaitu pemasaran order dan pemasaran
retail/eceran. Berikut penjelasannya:
a. Pemasaran order: perusahaan menerima pemesanan pembuatan produk T-Shirt,
polo, jacket, sweater, celana, kemeja, dan yang paling penting C59 dapat
memberikan konsultan desain.
b. Pemasaran retail/eceran: perusahaan memproduksi T-Shirt printing, jaket,
kemeja, dan menjualnya secara eceran melalui outlet yang dibuat oleh
perusaahaan.

13
3. Sumber Daya Manusia
Perusahaan ini sadar akan pentingnya dari suatu tenaga kerja karena peran ini sangat
penting dalam mendukung kegiatan usaha serta kemajuan perusahaan. Oleh karena
itu, perusahaan secara terus-menerus tidak luput untuk memperhatikan sumber daya
ini dan menjunjung tinggi nilai kesejahteraan bersama Sampai saat ini jumlah
karyawan yang bekerja pada lantai produksi C59 sekitar 4.000 orang karyawan.
Dimana para pekerja memiliki 1 shift kerja dalam 1 hari.
Tabel Jam Kerja Karyawan
Jam Senin – Jumat
Jam Kerja I 08.00 – 12.00
Istirahat 12.00 – 13.00
Jam Kerja II 13.00 – 17.00

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dimana karyawan bekerja pada perusahaan ini
selama 8 jam setiap hari dan memiliki waktu istirahat selama satu jam. Jika terdapat
pesanan yang lebih, maka perusahaan akan menambahkan waktu kerja (lembur) atau
dengan menambah tenaga kerja tambahan.
Sistem penggajian yang diberikan oleh C59 kepada karyawannya telah disesuaikan
dengan kebijakan UMR (Upah Minimum Regional) yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah setempat. Peningkatan diberikan setiap tahunnya kepada masing-
masing karyawan sesuai dengan kebijakan perusahaan atas prestasi karyawan yang
telah didapatnya. Selain itu, perusahaan juga memberikan tunjangan pada hari besar
seperti Tunjangan Hari Raya (THR) dan Tunjangan Akhir Tahun (TAT) yang telah
ditentukan besarnya oleh perusahaan.

14
Daftar Pustaka

Diakses pada 28 September 2019, dari


https://sumasberbagi.blogspot.com/2012/10/kompetensi-kerja.html?m=1

Diakses pada 27 September 2019, dari


https://www.kompasiana.com/amp/crowdfunding-indonesia/usaha-kreatif-badan-
ekonomi-kreatif

Diakses pada 28 September 2019, dari


https://www.sumberpengertian.id/pengertian-standar-operasional-prosedur-sop

Diakses pada 29 September 2019, dari


http://industri18fajrirahmawati.blogspot.com/2013/01/tantangan-dan-masalah-dalam-
berwirausaha.html?m=1

Diakses pada 28 September 2019, dari


http://rafkirasyid.wordpress.com/2008/03/21/tantangan-kewirausahaan/

Diakses pada 29 September 2019, dari


http://adesyams.blogspot.com/2009/09/keuntungan-dan-tantangan-berwirausaha.html

Diakses pada 27 September 2019, dari


http://kornelisbenu.blogspot.com/2012/01/masalah-dan-tantangan-dalam_09.html

15
Lampiran (Dokumentasi)

1. Pemotongan Bahan

2. Proses Penjahitan

16
3. Pelipatan Kaos/Baju yang sudah jadi

4. Penyablonan & Pemisahan

17
5. Penyablonan Secara Manual

6. Pembuatan Klise

18

Anda mungkin juga menyukai