BAB I
PENDAHULUAN
lingkup aplikasi ilmu kimia dalam kegiatan industri, maka diperlukan suatu
kampus. Salah satu kegiatan ini adalah praktek kerja lapangan (PKL).
Kegiatan PKL ini dapat dilakukan di sektor pekerjaan apapun yang tentu saja
ilmunya di tempat pelaksanaan PKL dan pihak pengelola tempat PKL juga
tidak merasa rugi untuk menerima mahasiswa dalam hal PKL ini.
pelayanan berupa check kualitas terhadap barang atau bahan tertentu yang
dapat mengambil peran pada proses tersebut melalui kegiatan PKL ini. Materi
jika tidak dipraktekan dialam keaadaan yang nyata. Sehingga dengan adanya
terasah dan nantinya dapat membina hubungan kerja sama yang baik,
1
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
Praktek kerja lapangan ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dari praktek kerja lapangan ini adalah :
Banjarmasin.
Determination.
laporan.
2
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
2. Membangun program link and match antara pihak perguruan tinggi dengan
instansi ini.
praktek kerja lapangan ini sebagai gambaran nyata terhadap jurusan yang
dipilih mahasiswa.
3
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
BAB II
Indonesia Ltd, dan disahkan dihadapan notaris Tobing St. Arifin dengan
Saham (RUPS) yang disahkan dalam akte No. 2 tanggal 4 September 1996
Kehakiman RI. No. C2-9745-HT. 01.04 tahun 1996. Dengan demikian misi
4
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
dan tugas utama perusahaan tidak lagi bersifat pengawasan dan pemeriksaan
usaha di bidang :
kuantitas serta kondisi yang berkaitan dengan nilai atau harga komoditi
kegiatan pokok.
efisien dan efektif, terutama usaha di bidang jasa manajemen mutu dan
kantor jaringan kerja, laboratorium penguji yang lengkap dan pelayanan jasa
5
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
A. Visi
Sucofindo.
B. Misi
sumber daya manusia yang merupakan modal yang paling bernilai, dan
nasional”.
6
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
Vice President
SM Regional II
Site Manager Site Manager Operation Manager Bussines Support Operation Manager
IBT Pulau Laut Kelanis Banjarmasin Manager Batulicin
7
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
A. Gedung Preparasi
a. Big Oven : peralatan untuk drying sampel batubara ukuran 4,75 mm.
membagi sampel.
sampel.
e. Rotap HGI : untuk uji fisika dan uji kekerasan batu bara.
meningkatkan homogenitas.
8
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
0,066 ms.
9
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
o. Musholla.
membahayakan baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitar serta
keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
darat, tanah, permukaan air, di dalam air maupun di udara, tersebar pada
10
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
umum.
berikut:
1. Sasaran Umum
2. Sasaran Khusus
hasil analisis.
11
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Batubara
organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang telah melalui proses
menjadi batubara lignit. Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
perubahan kimiawi dan fisika. Batubara menjadi lebih keras dan warnanya
12
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
yaitu :
2. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
MgO, Na2O, K2O, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang
a. Dry Bottom Ash : merupakan sisa dari pembakaran batubara dalam boiler
dan merupakan abu yang jatuh melalui lorong bawah boiler. Umumnya,
silika, oksida besi, dan alumina. Persentase abu dasar akan tergantung
13
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
b. Wet Bottom Boiler Slag : merupakan terak yang dihasilkan ketika residu
cair dalam boiler dibuang. Komponen umumnya sama dengan dry bottom
c. Fly Ash : berupa butiran halus ringan, bundar, tidak porous, mempunyai
kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik yaitu
Gambar 3.2. Perbedaan antara Abu Batubara Dengan Mineral Lain. Dari
Kiri ke Kanan, Fly Ash (Kelas C), Metakaolin (Tanah Liat Terkalsinasi),
Silica Fume, Fly Ash (Kelas F), Slag, dan Calcined Shale
Fly ash dan dry bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan
tiga tipe pembakaran batubara pada industri listrik yaitu dry bottom boilers,
wet bottom boilers dan cyclon furnace . Apabila batubara dibakar dengan
tipe dry bottom boiler, maka kurang lebih 80% dari abu meninggalkan
pembakaran sebagai fly ash dan masuk dalam corong gas. Apabila batubara
14
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
dibakar dengan wet bottom boiler sebanyak 50% dari abu tertinggal di
pembakaran dan 50% lainnya masuk dalam corong gas. Pada cyclon
80% dari abu tertahan sebagai boiler slag dan hanya 20-30% meninggalkan
pembakaran sebagai dry ash pada corong gas. Tipe yang paling umum
dihasilkan residu berupa high temperature ash (abu yang ada pada sistem
suhu tinggi). Pipa ketel kemudian menyerap panas dari boiler untuk
mencair. Mineral cair ini kemudian mengeras dan terbentuklah terak (slag).
Partikel abu kasar yang tidak ikut mencair disebut sebagai bottom ash.
Bottom ash bersama dengan terak akan jatuh ke bawah ruang bakar,
sementara partikel yang lebih ringan abu halus (fly ash) akan tersuspensi
dalam gas buang. Sebelum melepaskan gas buang, fly ash diserap oleh
15
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
(Rafalowsky, 2003).
Fly ash disebut juga dengan abu layang batubara yang merupakan
residu halus dan terpisah dari pembakaran batubara yang umunya dihasilkan
oleh PLTU. Fly ash bersifat pozzolan yaitu bahan yang mengandung silika
untuk bentuk senyawa yang memiliki sifat semen. Sifat pozzolan dari fly ash
ketika dicampur dengan air. Tetapi, ketika ditumbuk halus dan dengan
adanya air, bahan tersebut akan bereaksi pada suhu yang normal. Sedangkan
karbon yang tidak terbakar, hal ini dapat dilihat pada gambar 3.4 (Speight,
2005).
16
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
Sifat dan komposisi kimia dari fly ash dipengaruhi oleh jenis
menghasilkan fly ash dengan kalsium dan magnesium oksida lebih banyak
dari pada jenis bituminus. Namun, memiliki kandungan silika, alumina, dan
Fly ash adalah pozzolan yang dihasilkan ketika batubara dibakar dan
merupakan partikel yang sangat kecil sehingga bisa melayang di udara. Fly
17
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
ash memiliki berbagai warna (dari cokelat terang sampai abu-abu hingga
Partikel fly ash memiliki kekuatan mekanik tinggi dan memiliki titik leleh
yang titik di atas 1000 oC serta konduktivitas termal yang rendah. Mengacu
dengan sebagian silika berbentuk amorf. Selain itu juga terdapat kandungan
lain seperti MgO, CaO, Fe2O3 dan mineral lainnya. Residu berasal dari
18
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
batubara dalam konsentrasi lebih dari 0,5% atau 50 ppm. Mayor element
Adapun komposisi kimia fly ash pada tiap jenis batubara secara
Tabel 3.2. Komposisi Fly Ash pada Tiap Jenis Batubara Berdasarkan ASTM
C618-96
Komponen Lignit Sub-bituminus Bituminus
SiO2 15-45 40-60 20-60
Al2O3 20-25 20-30 5-35
MgO 3-10 3-10 0-5
CaO 15-40 15-40 1-12
Fe2O3 4-15 4-15 10-40
Na2O 0-6 0-6 0-4
K2O 0-4 0-4 0-3
SO3 0-10 0-2 0-4
LOI 0-5 0-3 0-15
(Rafalowsky, 2003).
19
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
yaitu :
a. Fly ash kelas F : merupakan fly ash yang diproduksi dari pembakaran
ash kelas F ini kadar kapurnya rendah (CaO < 10%) sedangkan kadar
b. Fly ash kelas C : diproduksi dari pembakaran batubara lignit atau sub-
(CaO) > 20% dan kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%.
vulkanik serta bahan- bahan lainnya yang mungkin masih dalam proses
sebagai berikut:
2. Oksida logam basa, antara lain: Fe2O3 , CaO, MgO, K2O dan Na2O.
3. Unsur-unsur lain, seperti P2O5 , SO3, sisa karbon dan beberapa unsur lain
(Rahmi, 2006).
Komposisi kimia dari tiap jenis fly ash dapat dilihat pada tabel
berikut :
20
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
(Rafalowsky, 2003).
Limbah abu ini bila ditimbun akan menghasilkan gas metana (CH4)
yang dapat terbakar atau meledak dengan sendirinya (self burning dan
self exploding). Selain itu, abu ini berbahaya untuk kesehatan khususnya
pada sistem pernafasan dan kulit. Oleh sebab itu menurut peraturan
PP85/1999, limbah abu layang dan abu dasar ini dikategorikan sebagai
digolongkan sebagai fly ash karena proses ashing tidak menghasilkan dry
bottom ash maupun slag. Fly ash disini dimaksudkan kepada abu batubara
secara umum sehingga salah satu metode untuk analsis abu adalah dengan
21
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
metode ASTM D-3682 yaitu analisis kandungan elemen mayor dan elemen
dipanaskan pada suhu 750 ◦C. Abu ini menyatu dalam litium tetraborat
(Li2B4O7) yang kemudian dilarutkan asam klorida (HCl) atau asam nitrat
pada suhu yang tinggi sehingga SO3 terlepas dari abu. Sampel abu
dipanaskan dalam tungku tabung pada suhu operasi minimum dari 1350 oC
dalam atmosfer oksigen. SO3 merupakan salah satu elemen mayor dalam
perilaku abu dan terak di ruang pembakaran. Selain itu, analisis abu juga
sehingga dapat diketahui apa saja dampak yang akan ditimbulkan dari
22
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
emisi yang memiliki panjang gelombang spesifik oleh atom-atom bebas dari
Dalam proses ini seberkas sinar yang berasal dari lampu katoda yang
(Alfian, 2005).
23
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
1) Sumber Sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (Hollow
Cathode Lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang
tertentu.
2) Bagian Atomisasi
menggunakan nyala api. Suhu yang dicapai oleh nyala api tergantung
3) Sistem Optik
4) Monokromator
24
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
5) Detektor
deteksi. Pada cara pertama, output yang dihasilkan dari radiasi resonan
resonan dan radiasi kontinu yang dipisahkan. Dalam hal ini, sistem
25
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
BAB IV
beralamat jalan Ahmad Yani Km. 7,8 No. 21A Banjarmasin, Kalimantan
Selatan.
Kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek kali ini berupa kegiatan
Dalam kegiatan magang ini, mahasiswa ikut melakukan pekerjaan yang biasa
Pada kegiatan praktek kerja lapangan kali ini, telah dilakukan analisis
komposisi abu batubara (Ash Analysis). Ash Analysis merupakan salah satu
26
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
logam (SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O, Mn3O4, SrO, BaO, TiO2),
seperti P2O5 dan SO3. Penentuan komposisi abu dilakukan dengan metode
ada 3 sampel lain yang telah dikerjakan yaitu sampel MA 0240, MA 0222 dan
GA 012. Namun hanya sampel MA 0234 yang dibahas dalam laporan kerja
praktek ini karena data sampel MA 0234 adalah yang paling baik diantara data
oleh seluruh group laboratoium LQSI diseluruh dunia. Data hasil analisis yang
laboratorium LQSI sehingga dapat diketahui apakah data hasil yang diperoleh
masuk dalam nilai rata-rata atau tidak. Berikut adalah proses analisis komposisi
berikut :
a) Alat
gelas arloji, hot plate, labu ukur 200, 100, dan 50 mL, corong, pipet
27
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
b) Bahan
Batubara.
x 100%
28
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
HCL 5:95 kemudiaan dipanaskan dengan hot plate pada suhu 2 0C dan
a. Larutan Original
dan Mg).
29
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
Fe2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O, Mn3O4, SrO, BaO, TiO2. Analisis ini
a) Alat :
b) Bahan
(original; 2,5x; dan 10x), Akuades grade 3, Larutan standar Si, Al,
Mg, Fe, Na, K, Sr, Ba, Ti, Mn, Gas asetilen C2H2 dan Nitros Oxides
N2O
c) Prosedur
Standar Si ( 20; 30; 40; 50; 60) ppm, Standar Al (10; 20; 30; 40;
30
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
lampiran
sebagai berikut :
a) Alat :
b) Bahan :
c) Prosedur
31
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
berikut :
d) Alat :
e) Bahan :
Prosedur
32
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
Sampel Batubara MA
0234
Proses Ashing
Pelarutan
Proses Fusion
Sampel
Analisis P2O5
Analisis data
Hasil
Gambar 4.1. Bagan Analisis Komposisi Abu Batubara Sampel MA 024 dengan
Metode ASTM D 3682-96.
33
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
BAB V
digunakan untuk analisis kualitas batubara di tempat kerja praktek kali ini
Kerja praktek ini telah berjalan dengan baik. Fakultas MIPA dan
hingga selesai telah terjalin kerja sama yang baik antara mahasiswa yang
mewakili Fakultas MIPA dan pihak PT. Sucofindo. Diharapkan hubungan ini
dapat terus berlanjut dan memberi manfaat bagi kedua belah pihak.
1996. Preparasi, analisis sampai report data dilakukan dari tanggal 1 sampai
34
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
Data hasil analisis sampel batubara MA 0234 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
35
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
36
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
jauh suatu nilai observasi menyimpang dari mean ). Nilai standar atau Z-
dimana :
Z = nilai standar
xi = nilai observasi
= nilai rata-rata
SD = standar deviasi
37
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
Nilai adalah nilai dari data LQSI sedangkan nilai xi adalah nilai dari
data sampel MA 0234. Hasil perhitungan nilai Z-Score terhadap data sampel
oksida logam asam (SiO2, Al2O3, TiO2) dengan oksida logam basa ( Fe2O3,
CaO, MgO, K2O, Na2O . Nilai Cq dari sampel MA 0234 adalah sebagai
berikut :
38
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
5.2.4. Pembahasan
terlebih dahulu sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Pada tahap
furnace dengan suhu 5000C selama 1 jam dilanjutkan dengan suhu 7500C
x 100%
Dari hasil analisis diperoleh % LOI sampel MA 0234 sebesar 4,29. Nilai
39
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
untuk melarutkan abu ketika proses fusion. Selain itu, untuk menghindari
bagian yaitu larutan original (dalam labu 200 mL), larutan 2,5x
lantanum agar logam besi yang terdapat dalam larutan dapat terbaca oleh
AAS. Larutan original digunakan untuk pembacaan Mn, Ti, Ba dan Sr;
larutan 10x pengenceran untuk pembacaan Si, Al, Na dan K; dan larutan
2,5x pengenceran untuk pembacaan Fe, Mg, Ca. Untuk bagian analisis
dilakukan dengan alat AAS tipe AA 240 FS. Elemen yang diuji yaitu Si,
Al, Fe, Ca, Mg, Na, K, Mn, Sr, Ba, dan Ti dimana tiap elemen memiliki
40
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
kadar yang berbeda. Dari data yang tercantum dalam Tabel 5.2 dapat
diketahui bahwa kandungan terbesar atau elemen mayor dari abu batubara
K2O (2,37%), MgO (1,79%), SO3 (1,24%) dan TiO2 (1,19%). Untuk
logam-logam lainnya yaitu Na, Mn, Sr, Ca, Ba dan P2O5 kadarnya sangat
karena dapat membentuk senyawa asam pada saat meleleh. Oksida asam
K2O dan Na2O merupakan oksida logam basa dimana ketika mineral
tersebut meleleh akan mengasilkan suatu senyawa yang bersifat basa. Titik
leleh oksida logam basa lebih rendah dibandingkan oksida logam asam
(<1500oC). Oksida logam basa dapat membentuk kerak saat meleleh dan
(Coefisien quality) dimana dari nilai Cq dapat diketahui kadar dari oksida
rasio oksida logam asam : oksida logam basa. Nilai Cq yang rendah (< 4)
41
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
Vis pada panjang gelombang 460 nm. Reaksi yang terjadi adalah sebagi
berikut :
2 HPO43- PO43+ + H+
(NH4)2PO4.VO3.MoO4
terhadap phospor pada sampel MA 0234 dilakukan duplo agar data yang
42
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
fosfor sampel MA 0234 adalah 0,1 %. Data kandungan fosfor pada sampel
minor penyusun abu batubara karena kadarnya yang kurang dari 1%.
dimana kadar SO3 merupakan salah satu elemen mayor dalam abu
SO3 dilakukan dengan alat LECO S-144 DR pada suhu 1500 0C. Selama
lanjutan sehingga SO2 teroksidasi menjadi SO3. Reaksi yang terjadi selama
S + O2 SO2
2 SO2 + O2 2 SO3
bermanfaat.
43
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
(lignit, sub-bituminus, dan bituminus). Dari data dalam tabel 5.3 dapat
dilihat bahwa seluruh data sampel MA 0234 masuk dalam klasifikasi abu
Begitupula dengan data dalam tabel 5.4 dimana seluruh data sampel MA
secara internasional.
diperoleh berada diluar nilai toleransi maka data tidak masuk di dalam
nilai rata-rata data laboratoium secara internasional. Dari tabel 5.6 dapat
44
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
dilihat bahwa Z-Score Al2O3 dan SO3 diluar dari nilai toleransi dimana
nilai Z-Score Al2O3 (2,37) dan SO3 (2,31). Hal ini menandakan bahwa
nilai Al2O3 dan SO3 tidak masuk dalam rata-rata LQSI, sehingga perlu
masuk dalam Mean Group LQSI. Dari hasil yang diperoleh maka dapat
dikerjakan masuk dalam data rata-rata LQSI meskipun ada dua elemen
45
Created by : Zulfikurrahman & Risfiani Syaikhan (FMIPA UNLAM BANJARBARU)
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
adalah SiO2 (57,45%) disusul dengan Al2O3 (22,53%), Fe2O3 (11,36%), TiO2
(1,19%), K2O (2,37%), SO3 (1,24%) dan MgO (1,79%). Untuk logam-logam
lainnya (elemen minor) yaitu Na, Mn, Sr, Ca, Ba dan P2O5 kadarnya sangat
basanya.
3. Sampel batubara MA 0234 termasuk jenis batubara bituminus dengan tipe abu
kelas F.
4. Nilai Al2O3 dan SO3 tidak masuk dalam rata-rata LQSI, sehingga perlu
diadakan investigasi terhadap kedua element tersebut agar dapat diketahui letak
kesalahannya.
6.2. Saran
agar data yang diperoleh tidak melenceng dari teorinya. Selain itu juga harus
laboratorium.
46