SUCOFINDO
BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
1.4 Manfaat
Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya
adalah:
a. Dapat memberikan informasi mengenai kandungan kandungan kadar
abu, kadar terbang, kandungan air, kalor dan sulfur dalam batubara.
b. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak
perusahaan tentang batubara yang telah dianalisa.
2
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
3
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
5
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
6
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
7
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
8
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
9
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
10
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
11
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
12
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
14
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut
berubah menjadi lignit (batubara muda) atau brown coal (batubara coklat). Ini
adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batubara jenis lainnya, batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, batubara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batubara sub-bituminus. Perubahan kimia dan fisika terus berlangsung
hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk
bituminus atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Tingkat perubahan yang dialami batubara dalam proses pembentukannya, dari
gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan
yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batubara.
Batubara dengan mutu yang rendah, seperti batubara muda dan sub-bituminus
biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti
tanah. Batubara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan
karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batubara
dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali
berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batubara dengan mutu yang lebih tinggi
memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih
rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak.
Pembentukan batubara sendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan waktu
hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan
purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses
pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi.
Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Secara
ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan), dimulai pada saat
dimana tumbuhan yang telah mati mengalami pembusukan (terdeposisi) dan
15
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
menjadi humus. Humus ini kemudian diubah menjadi gambut oleh bakteri
anaerobic dan fungi hingga lignit (gambut) terbentuk. Agen utama yang
berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan
gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit
menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Secara lebih rinci, proses pembentukan batubara dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pembusukan, bagian - bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh
bakteri anaerob.
2. Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan
selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang
berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan - endapan sebelumnya
akhirnya akan membentuk lapisan gambut.
3. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses
biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya
sebagian unsur karbon dalam bentuk karbon dioksida, karbon monoksida,
dan metana. Secara relatif, unsur karbon akan bertambah dengan adanya
pelepasan unsur atau senyawa tersebut.
4. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya
gaya tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan.
Batubara low grade dapat berubah menjadi batubara high grade apabila
gaya tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik
aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain
itu, lingkungan pembentukan batubara yang berair juga dapat berubah
menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.
5. Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah
mengalami proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat
erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.
16
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
17
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
18
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
19
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
20
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
2. Zat mineral
Zat mineral atau mineral matter terdiri atas komponen-komponen
yang dapat dibedakan secara kima dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash
(abu) dan zat anorganik yang mudah menguap (inorganic volatile matter).
Apabila batubara dibakar akan terbentuk ash yang terdiri atas berbagai
oksida logam pembentuk batuan, sedangkan zat anorganik yang mudah
menguap akan pecah menjadi gas karbon dioksida (dari karbonat-
karbonat), sulfur (dari pirit), dan air yang menguap dari lempung.
Material anorganik, yaitu mineral bukan karbonat yang merupakan
bagian dari struktur tumbuhan, adalah zat mineral bawaan di dalam
batubara yang persentasenya relatif kecil. Zat mineral dari luar yang
kemungkinana berasal dari debu atau serpih yang tebawa air atau yang
larut dalam air selama pembentukan gambut atau tahapan selanjutnya dari
21
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
3. Senyawa batubara
Senyawa batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap
dan fixed carbon. Zat organik yang mudah menguap kebanyakan tersusun
atas (1) gas-gas yang dapat terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida,
dan metan, (2) uap yang dapat mengembun, seperti tar dengan sedikit
kandungan gas yang dapat terbakar, dan (3) uap seperti karbon dioksida
dan air, yang terbentuk dari penguraian senyawa karbon secara termis.
Kandungan volatile matter (gabungan zat organik dan anorganik yang
mudah menguap) berkaitan sekali dengan peringkat batubara dan
merupakan parameter yang penting dalam mengklasifikasikan batubara.
Fixed carbon merupakan residu yang tersisa setelah moisture dan
volatile matter dihilangkan. Senyawa ini yang terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen, dapat dibakar
(Rismayanti, 2012).
22
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
23
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
Senyawa hydrogen yang penting adalah air (H2O). Hydrogen bebas dan
banyak terdapat pada tambang batubara yang dapat menimbulkan ledakan.
Kandungan hydrogen dalam batubara jenis lignite berkisar antara 5% dan
6% sekitar 4,5% sampai 5,5% dalam batubara jenis bitumine dan sekitar
3% sampai 3,5% dalam batubara jenis antrasit. Hydrogen sering
digunakan dalam beberapa senyawa karena hydrogen merupakan
pereduksi yang sangat baik.
c. Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara berupa ikatan atau kelompok
hidroksil, karboksil, metoksil dan karbonil yang tidak reaktif. Kandungan
oksigen dalam batubara jenis lignite berkisar 20% atau lebih, dalam
batubara bitumine berkisar antara 4% sampai 10% dan 1.5% sampai 2%
dalam batubara jenis antrasit.
d. Nitrogen
Nitrogen yang banyak terdapat dalam batubara berupa senyawa organik.
Nitrogen terbentuk hampir seluruhnya dari protein tanaman asalnya.
Jumlahnya sekitar 0.5% sampai 3%. Batubara bitumine biasanya
mengandung nitrogen lebih banyak dari pada batubara jenis lignite dan
antrasit.
e. Sulfur
Sulfur dalam batubara terdapat sebagai sulfida besi yang sering disebut
sebagai senyawa pyritic sulphur. Sulfur dalam batubara biasanya dalam
jumlah kecil dan kemungkinan berasal dari protein tanaman pembentuk
dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Kehadiran sulfur dalam batubara
biasanya lebih kecil 4% tetapi dalam beberapa hal mempunyai konsentrasi
yang lebih tinggi. Kehadiran sulfur dapat membahayakan dalam proses
pembakaran karena dapat megakibatkan polusi.
24
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
25
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
26
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
analisa proximate lainnya adalah pengurangan dari kadar abu, kadar air
dan kadar zat terbang.
3.8.3 Kalori (Calorific Value atau CV, satuan kal/g atau kkal/kg)
Kandungan nilai kalor total batubara adalah kandungan panas pada
batubara yang dihasilkan dari pembakaran setiap satuan berat dalam
jumlah kondisi oksigen standar.
3.8.4 Titik leleh abu (Ash Fusion Temperature / AFT)
Ash fusion temperature (AFT) adalah analisis yang dapat
menggambarkan sifat pelelehan abu batubara yang diukur dengan
27
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
28
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
29
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan
tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn
dalam jumlah banyak bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan
tanaman tidak dapat berkembang dengan baik.
3. Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan
dari pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat
cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam)
dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat
kotor udara. Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat
berbahaya bagi kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara
tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker dan kemungkinan bayi
lahir cacat.
4. Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber
kehidupan rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan- lahan
sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan
tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat
perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di
wilayah hulu yang semestinya menjadi daerah resapan air telah dibabat
habis.
5. Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat
aktivitas bongkar muat dan tongkang angkut batubara. Selain itu,
pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota
yang ada di sekitar laut tersebut.
30
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
31
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
BAB IV
METODOLOGI PERCOBAAN
c. Prosedur kerja
1. Timbang kurang lebih 1 gram batubara yang sudah equilibrum
kedalam cawan yang sudah diketahui bobotnya.
2. Catat hasil penimbangannya.
3. Masukkan dalam oven dengan suhu 1100C selama 2 jam.
4. Setelah 2 jam keluarkan dan dinginkan dengan suhu ruangan
selama ±10 menit.
5. Setelah dingin, Timbang dan catat nilainya.
6. Bersihkan alatnya.
32
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
d. Perhitungan
Keterangan :
%MAS= Moisture in the analysis sample
M1 = Cawan kosong
M2 = Cawan dengan sampel batubara (sebelum dipanaskan)
M3 = Cawan dengan sampel batubara (setelah dipanaskan)
A = M2-M1
B = M3-M1
33
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
c. Prosedur kerja
Analisa volatile matter batubara (ISO 562)
1. Timbang kurang lebih 1 gram batu bara yang berukuran 60
mesh/bubuk kopi yang sudah di equilibrium kedalam cawan
platina yang telah diketahui bobotnya,kemudian tutup
2. Panaskan selama 7 menit pada suhu 9000C
3. Dinginkan dan timbang
4. Setiap penimbangan catat hasilnya
5. Bersihkan alat dengan cara dipanaskan selama 7 menit
Analisa volatile matter batubara(ASTM)
1. Timbang kurang lebih 1 gram batu bara yang berukuran 60
mesh/bubuk kopi yang sudah di equilibrium kedalam cawan
platina yang telah diketahui bobotnya,kemudian tutup
2. Panaskan selama 7 menit pada suhu 9000C (sampel
dipanasakan satu demi satu selama 7 menit)
3. Dinginkan dan timbang
4. Setiap penimbangan catat hasilnya
5. Bersihkan alat dengan cara dipanaskan selama 7 menit
d. Perhitungan
𝑎−𝑏
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔 = ( 𝑥 100%) − % 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏
𝑎
%LOSS = [(M2-M3)/(M2-M1)] x 100%
%VM = %LOSS-%MAS
Keterangan :
M1 = Cawan kosong
34
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
c. Prosedur Kerja
1. Timbang kurang lebih 1 gram batu bara yang berukuran 60
mesh/bubuk yang sudah equilibrum kedalam cawan ke dalam
cawan yang sudah diketahui bobotnya
2. Panaskan dalam furnace pada suhu ruang kemudian perlahan
lahan suhu dinaikkan sampai 5000C selama 1 jam
35
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
d. Perhitungan
Ash (Abu) = [(M3-M1)/(M2-M1)] x 100%
Keterangan :
M1 = Cawan kosong
M2 = Cawan + Sampel batubara (sebelum pemanasan)
M3 = Cawan + Sampel batubara (setelah pemanasan)
Keterangan :
FC = Fixed Carbon ( Karbon Tetap)
Ash = Kadar abu
VM = Volitel Matter ( Kadar zat terbang)
MAS = Moisture the Analysis Sample (Kadar air terikat)
36
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
BAB V
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Data Hasil Analisa
1. Moisture In The Analysis Sample (MAS) / Kadar Air Terikat
37
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
38
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
ANALISA PROXIMATE
SAMPLE ID
% MAS % VM % ASH %FC
LOT 1 15,06 42,10 3,19 39,65
LOT 2 15,20 41,80 3,19 39,81
LOT 3 14,52 42,54 3,11 39,83
LOT 4 14,70 42,18 3,20 39,92
KOMPOSITE 15,83 41,81 3,18 39,18
5.2 Pembahasan
39
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
inherent atau dari extraneous. Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara
yang sama, semakin rendah nilai kalorinya. Kadar abu dalam penambangan
batubara dapat dijadikan penentu apakah penambangan batubara tersebut
bersih atau tidak, yaitu dengan membandingkan kadar abu dari data geology
atau planning, dengan kadar abu dari batubara produksi. Kandungan abu
dalam setiap 1 gram batubara yang dianalisa hanya berkisar 3%.
3. Volatile Matter
Kadar volatile matter dalam batubara ditentukan oleh pringkat
batubara, semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin rendah
kadar volatile matternya. Volatile matter digunakan sebagai parameter
penentu dalam penentuan peringkat batubara. Volatile matter dalam
batubara dapat dijadikan sebagai indikasi reaktifitas batubara pada saat
dibakar. Dari setiap 1 gram batubara yang dianalisa ternyata kadar
volatilenya sangat besar yakni menghampiri 43%.
4. Fixed Carbon
Kandungan karbon tetap yang terdapat dalam batubara dapat
diketahui dengan kandungan 100% sampel dikurangi dengan akumulasi
dari hasil pengerjaan moisture, volatile matter dan ash content. Hal ini
berarti semakin tinggi kandungan karbon suatu batubara maka akan
semakin rendah kandungan air, zat terbang maupun abu.
40
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa batubara dapat disimpulkan bahwa nilai rata- rata tabel
analisa adalah Moisture the Analysis Samplenya adalah lot 1 = 15,06%
wt(adbwt), lot 2 = 15,20% wt(adbwt), lot 3 = 14,52% wt(adbwt), lot 4 = 14,7-
wt(adbwt) dan composite = 15,83 wt(adbwt). Ash content nilai rata-ratanya
adalah lot 1 = 3,19% wt (ar), lot 2 = 3,19%wt (ar), lot 3 = 3,11% wt (ar), lot 4
= 3,20% wt(ar) dan komposite = 3,18% wt (ar). Volatille matternya adalah lot
1 = 42,10% wt (adb), lot 2 = 41,80% wt (adb), lot 3 = 42,54% wt(adb), lot 4 =
42,18% wt (adb) dan komposite = 41,81% wt (adb). Serta nilai rata-rata fixed
carbon adalah lot 1 = 39,65% wt, lot 2 = 39,81% wt, lot 3 = 39,83% wt. lot 4
= 39,92% wt dan komposite = 39,18% wt.
6.2 Saran
a. Dalam proses analisa harus benar benat teliti.
b. Pengecekan pada alat alat analisa harus selalu diperhatikan agar
proses analisa analisa berjalan dengan lancar
c. Gunakan safety saat bekerja didalam laboratorium terutama saat
masker untuk meminimalisir terhirupnya batubara yang menguap
d. Jaga selalu kebersihan di area kerja
e. Tanyakan kepada pembimbing dilaboratorium jika terdapat hal
yang kurang dipahami
f. Bekerja sesuai dengan prosedur yang ada.
41
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO
DAFTAR PUSTAKA
42