Anda di halaman 1dari 42

Laporan Prektek Kerja lapangan PT.

SUCOFINDO

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka peningkatan pengetahuan siswa tentang batubara dan juga
untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan di
Politeknik Negeri Ujung Pandang, penulis melaksanakan praktik kerja lapangan
pada Laboratorium PT.SUCOFINDO Cabang Makassar. Laboratorium
PT.SUCOFINDO Cabang Makassar merupakan laboratorium yang telah
mendapat akreditasi dari KAN Indonesia. PT.SUCOFINDO Cabang Makassar
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa analisa dan pengujian
terhadap beberapa parameter kualitas batubara dan komoditas lainnya, yang
disesuaikan pada peruntukan tertentu. Alasan kami memilih PT.SUCOFINDO
Cabang Makassar sebagai tempat untuk melaksanakan praktek kerja lapangan
(pkl), karena PT.SUCOFINDO menggunakan sistem manajemen laboratorium
pengujian dan kalibrasi yang sertifikatnya merupakan dokumen resmi bagi setiap
perusahaan yang akan melaksanakan ekspor atau impor dalam komoditas
batubara. Sebelum menyelesaikan Prakerin siswa/siswi di wajibkan untuk
membuat suatu karya tulis dalam bentuk laporan. Laporan yang di angkat dalam
hal ini adalah “Analisa Proximate Batubara”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas khusus ini adalah :
 Menganalisa kandungan yang terdapat dalam batubara seperti kadar
abu, kadar zat terbang, kandungan air, kalor dan sulfur.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan tugas khusus ini dengan judul “Analisa proximate
Batubara di PT. Sucofindo Cabang Makassar” adalah untuk mengetahui
kandungan kadar abu, kadar zat terbang, kandungan air dan kandungan karbon
tetap yang terdapat dalam batubara.

1
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

1.4 Manfaat
Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya
adalah:
a. Dapat memberikan informasi mengenai kandungan kandungan kadar
abu, kadar terbang, kandungan air, kalor dan sulfur dalam batubara.
b. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak
perusahaan tentang batubara yang telah dianalisa.

1.5 Sistematika Penyusunan Laporan


Laporan ini disusun berdasarkan aturan penulisan karya ilmiah yang baku,
dibagi atas beberapa bab dan setiap bab diuraikan lagi ke dalam tiap Sub Bab,
yaitu :
a. Bagian Awal
1. Halaman Judul
2. Halaman Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Ucapan Terima Kasih
5. Daftar Isi
b. Bagian Isi
1. Bab I. Pendahuluan
2. Bab II. Tinjauan Umum
3. Bab III. Tinjuan Pustaka
4. Bab IV. Metodologi Percobaan
5. Bab V. Hasil Analisa dan Pembahasan
6. Bab VI. Kesimpulan dan Saran
c. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran

2
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

1.6 Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan


Ruang lingkup praktik kerja lapangan PT. Sucofindo Cabang Makassar
dibagian Laboratorium Minerba (Mineral dan Batubara).

1.7 Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


Praktek kerja lapangan (PKL) PT. Sucofindo Cabang Makassar dilaksanakan
pada tanggal 02 s/d 30 agustus 2019 di jl. Urip Sumoharjo No 90A,Sinrijala, Kec.
Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

3
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah PT.SUCOFINDO


PT.SUCOFINDO adalah perusahaan inspeksi pertama di Indonesia.
Sebagian besar sahamnya, yaitu 95% dikuasai negara dan 5% milik Societe
General de Surveilance Holding SA (SGS).
PT.SUCOFINDO sendiri berdiri pada 22 Oktober 1956. Bisnis
PT.SUCOFINDO bermula dari kegiatan perdagangan terutama komoditas
pertanian, dan kelancaran arus barang dan pengamanan devisa negara dalam
perdagangan ekspor-impor. Seiring dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha,
PT.SUCOFINDO melakukan langkah kreatif dan menawarkan inovasi jasa-jasa
baru berbasis kompetensinya.
Bisnis Jasa pertama yang dimiliki PT.SUCOFINDO adalah cargo
superintendence & inspection, kemudian melalui analysis study dan inovasi
PT.SUCOFINDO melakukan versifikasi jasa, sehingga selanjutnya lahirlah jasa-
jasa warehousing & forwarding, analytical laboratories, industrial & marine
engineering, fumigation & industrial hygiene. Dalam rangka melaksanakan
tugasnya untuk memberi pelayanan jasa khususnya dalam bidang laboratorium,
PT.SUCOFINDO (PERSERO) dalam rencana jangka panjangnya, dimana jasa
laboratorium ditetapkan dalam SKD No.006/KEPDRUS/OPS/1994 Tanggal 20
April 1996 beserta perubahannya, dinyatakan sebagai berikut :
Terwujudnya laboratorium komersial dan laboratorium referensi yang
Terakreditasi dan Tersertifikasi Internasional pada akhir tahun 1997, yang
meliputi :
1. Laboratorium Mineral
2. Laboratorium Lingkungan
3. Laboratorium Makanan dan Minuman
4. Laboratorium Mikrobiologi
5. Laboratorium Migas

4
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

6. Laboratorium Kalibrasi dan Referensi

2.2 Arti Logo SUCOFINDO

1. Logo Tiga Bola Dunia


Melambangkan kegiatan yang punya ruang lingkup internasional, yang
mempersatukan tiga wawasan usaha, yaitu diudara, dilaut, dan didarat.
2. Warna Biru
Mempunyai sifat stabil, langgeng, aman dan dapat dipercaya
melambangkan suatu usaha yang dapat dipercaya dan diandalkan. Warna
biru, juga mempunyai kesan bersih dan luas, yang mencerminkan
ketertiban dan keluasan jangkauan usaha.
3. Gradasi Usaha
Menggambarkan nuansa yang melambangkan diversifikasi atau
keragaman jenis usaha, disamping menggambarkan suatu gerak yang
melambangkan suatu sifat yang berorientasi pada perkembangan dan
kemajuan masyarakat.
4. Logo Tipe SUCOFINDO
Menggunakan huruf microgama (Aerostyle) yang mempunyai kesan tegas,
luas dan stabil. Sifat ini menimbulkan citra yang sesuai dengan suatu
usaha yang senantiasa bersungguh-sungguh dalam setiap komitmen
dengan semua pihak yang berhubungan.

2.3 Tugas dan Fungsi PT.SUCOFINDO


Tugas dan Fungsi PT.SUCOFINDO pada dasarnya adalah :

5
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

1. Melakukan pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian, pemeriksaan dan


pengkajian mengenai kualitas, kuantitas dan kondisi yang berkaitan
dengan nilai atau harga komoditi dan objek-objek usaha lainnya.
2. Melaksanakan usaha-usaha yang diperlukan untuk menunjang kegiatan
tersebut diatas dalam arti yang seluas-luasnya.

2.3.1 Visi dan Misi Perusahaan PT. Sucofindo


 Visi PT. SUCOFINDO
Menjadi perusahaan jasa yang dipercaya dan menguntungkan
dalam memberikan pemastian di Indonesia dan ASEAN.
 Misi PT. SUCOFINDO
1. Menyediakan layanan yang inovatif, handal dan berkualitas tinggi
dalam bidang inspeksi, pengujian, sertifikasi dan jasa terkait
kepada pelanggan.
2. Mewujudkan impian kerja yang menantang, apresiasif dan
berlandaskan pengetahuan bagi karyawan.
3. Menciptakan nilai bagi pemegang saham dan berkontribusi kepada
perekonomian dan masyarakat ditempat kami beroperasi.
Memberikan pelayanan jasa terbaik untuk mencapai kepuasan
pelanggan melalui profesionalisme, jaringan yang luas, sistem
manajemen terpadu, teknologi tepat guna dan penggunaan standar
yang diakui secara internasional. Menghargai sumber daya
manusia dan bertekad untuk mengembangkan sepenuhnya serta
berupaya memenuhi kepentingan berbagai pihak terkait secara
seimbang.
2.3.2 Nilai-Nilai Perusahaan :
1. Costumer Focus (Fokus Pelanggan)
Mengerti kebutuhan pelanggan, memberi solusi serta pelayanan
terbaik kepada pelanggan.
2. Competence (Kompetensi)

6
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

Mengembangkan sikap individu yang dapat diandalkan dan


memilki kompetensi sesuai standar.
3. Integrity (Integritas)
Mengutamakan kejujuran, transparansi dan konsistensi anara
pikiran, perkataan dan perbuatan.
4. Teamwork (Kerjasama)
Bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan melalui sinergi
berdasarkan prinsip saling percaya dan berbagi pengetahuan.
5. Innovation (Inovasi)
Selalu melakukan inovasi sesuai kebutuhan atau kecenderungan
pasar dengan memanfaatkan kompetensii dan teknologi serta
melakukan terobosan dalam proses kerja agar menjadi lebih efektif
dan efesien.
6. Entrepreneurship (Kewirausahaan)
Selalu menciptakan peluang usaha, Jaringan Bisnis dan berani
mengambil risiko dengan tetap menpertimbangkan profitabilitas dan
risiko.
7. Independence (Independensi)
Bebas dari pengaruh dan kepentingan pihak luar perusahaan.

2.3.3 Tanggung Jawab Sosial


SUCOFINDO senantiasa menjalin hubungan saling menghargai dan saling
menguntungkan dengan stakeholders, terutama masyarakat di wilayah
usahanya, sebagai wujud tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility). Semangat ini mendasari diterapkannya program CSR, melalui
SUCOFINDO Peduli Masyarakat, yang terbagi menjadi tiga bagian besar:
1. Program Kemitraan
2. Bina Lingkungan
3. Kegiatan Sosial Lainnya

7
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

Program kemitraan yang dibina mengacu pada Peraturan Menteri


BadanUsaha Milik Negara (BUMN), NO.Per-05/MBU/2007, 27 April
2007.
Selain itu, SUCOFINDO melaksanakan program kegiatan donor darah
rutin setiap triwulan, dan khinatan massal yang dilaksanakan setahun sekali.
Semua upaya ini diharapkan akan meningkatkan martabat SUCOFINDO
sebagai perusahaan yang diterima dan dihormati, serta bermartabat sebagai
masyarakat yang sejahtera.

2.3.1 Tata Kelola


SUCOFINDO memahami pentingnya penerapan prinsip-prinsip Tata
Kelola Perusahaan yang Baik dalam pengelolaan perusahaan dalam
menciptakan usaha bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Tata
kelola perusahaan mempengaruhi bagaimana tujuan perusahaan dicapai,
bagaimana risiko dikaji, dan bagaimana kinerja dioptimalkan. Sebagai BUMN
yang bergerak di bidang mitigasi risiko, pelatihan dan konsultasi, tata kelola
perusahaan menjadi semakin penting mengingat faktor risiko merupakan topik
rutin yang dihadapi oleh seluruh insan SUCOFINDO dalam menjalankan
tugasnya, baik tugas sehari-hari di dalam perusahaan maupun ketika sedang
berhubungan dengan klien untuk memecahkan masalah mereka.
Melalui tata kelola perusahaan yang baik, SUCOFINDO ingin
menanamkan budaya sadar risiko, etika berbisnis, dan tata perilaku yang baik
di seluruh insan SUCOFINDO untuk menciptakan kinerja perusahaan yang
unggul. Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance/GCG) yang dimaksud adalah:
1. Transparansi, yaitu prinsip keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materil yang relevan mengenai perusahaan.
2. Akuntabilitas, yaitu prinsip kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organisasi yang memungkinkan pengelolaan
perusahaan dapat terlaksana secara efektif.

8
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

3. Pertanggungjawaban, yaitu prinsip kesesuaian di dalam pengelolaan


perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
4. Kemandirian, yaitu prinsip pengelolaan perusahaan secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh maupun tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran, yaitu prinsip perlakuan yang adil dan sama dalam memenuhi
hak-hak stakeholders berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2.3.5 Akreditasi Badan Inspeksi dan Laboratorium Pengujian


SUCOFINDO sebagai Badan Inspeksi maupun Laboratorium Pengujian
Pihak Ketiga senantiasa dituntut independensi dan kemampuannya dalam
melaksanakan kegiatan inspeksi dan pengujian sesuai dengan persyaratan-
persyaratan standar dan ketentuan yang berlaku. Untuk menjamin kesesuaian
tersebut SUCOFINDO telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN).
Akreditasi terdiri dari Akreditasi ISO 17020 dan ISO 17025. Untuk ISO
17020 meliputi tiga SBU yaitu SBU Komoditas dan Solusi Perdagangan, SBU
Industri, dan SBU Minerba. Sedangkan Akreditasi 17025 telah diterapkan
pada 21 (dua puluh satu) laboratorium pengujian dan 1 (satu) laboratorium
kalibrasi.

2.4 Pelayanan dan Jasa


1. Audit Internal
Audit Internal di PT.SUCOFINDO (PERSERO) dilaksanakan oleh Satuan
Pengawasan Internal. Secara umum ruang lingkup kegiatan audit internal
PT.SUCOFINDO (PERSERO) meliputi:
 Penilaian kecukupan struktur pengendalian internal, untuk menentukan
sejauh mana system yang telah ditetapkan efektif dan dapat diandalkan,

9
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

serta untuk memberikan kepastian bahwa tujuan dan sasaran perusahaan


dapat dicapai secara efisien dan ekonomis.
 Penilaian aktifitas struktur pengendalian internal untuk menentukan
sampai sejauh mana struktur sudah berfungsi sebagaimana yang
diinginkan.
 Memperkuat Good Corporate Governance melalui pengefektifan
pelaksanaan audit.
Selama tahun 2008, ruang lingkup pelaksanaan kegiatan audit terfokus
kepada hal-hal sebagai berikut:
 Penilaian efisiensi dan efektivitas pengendalian internal di Kantor Pusat
dan Cabang melalui pelaksanaan audit rutin.
 Penilaian efektifitas implementasi Good Corporate Governance dikantor
pusat.
 Pemeriksaan kasus yang terjadi guna menurunkan/meminimalisir
terulangnya kejadian yang sama.
 Satuan Pengawas Internal sepanjang tahun 2008 senantiasa menjaga
penerapan prinsip - prinsip Good Corporate Governance dengan telah
memperbaharui Pedoman GCG dan menghasilkan Standar Etika Usaha
dan Tatanan Perilaku (Code of Conduct) insan SUCOFINDO.
 Kegiatan inspeksi dan audit krusial diperlukan untuk melindungi seluruh
pihak yang berhubungan dalam suatu transaksi, misalnya untuk
memastikan kualitas dan standar teknis suatu produk/jasa telah terpenuhi,
atau memastikan kemampuan dan kapasitas calon pemasok.
SUCOFINDO menyediakan layanan inspeksi kualitas dan kuantitas
produk, mulai dari komoditas pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan,
pangan olahan, industri, pertambangan, minyak dan gas, hingga produk
konsumen. Sucofindo menyediakan layanan inspeksi kuantitas dan kualitas
produk/komoditas:
 Inspeksi Produk Batubara
 Inspeksi Produk Konsumen
 Verifikasi Integritas Fasilitas Industri

10
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

 Audit Sistem Manajemen Pengamanan berdasarkan PERKAP 24/07.


Kegiatan-kegiatan ini umumnya bertujuan melindungi kepentingan pihak -
pihak yang bertransaksi dan atau memastikan dipenuhinya standar teknis
yang berlaku bagi produk/komoditas yang diperdagangkan.

2.4.1 Layanan Di Bidang Pengujian dan Analisis


Adapun layanan tersebut sebagai berikut :
 Pengujian Keamanan Produk Listrik dan Elektronika
 Monitoring Kualitas Kesehatan Lingkungan Kerja
 Monitoring Kualitas Air Bersih dan Air Minum
 Pengujian Produk Batubara

2.4.2 Layanan Di Bidang Sertifikasi


Layanan sertifikasi mencakup sistem manajemen dan sertifikasi produk.
Beberapa skema sertifikasi sistem manajemen diantaranya adalah
SUCOFINDO memiliki semua fasilitas pelatihan yang diperlukan untuk
menjamin manfaat yang sebesar - besarnya dari berbagai program pelatihan
yang di selenggarakan, seperti :
 Pelatihan Pengenalan ISO 9001:2008.
 Pelatihan Minyak Sawit Lestari (Sustainable Palm Oil, SPO).
 Pelatihan Penanganan Pengapalan Produk Mineral & Batubara.
 Pelatihan-pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2.4.3 Layanan Di Bidang Konsultasi


Diantaranya adalah sebagai berikut :
 Konsultansi Pengembangan Infrastruktur, Wilayah, dan Tata Ruang
 Kajian Sistem Manajemen Pengamanan
 Konsultasi Pengembangan Skema Insentif Investasi
 Konsultasi Pengukuran Cadangan Tambang Mineral dan Batubara

11
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

2.5 Administrasi Laboratorium PT.SUCOFINDO Cabang


Makassar

PT.SUCOFINDO Cabang Makassar mempunyai administrasi sample


sebagai berikut :

 Sample yang diambil oleh sampler dari pemuatan Pengapalan


Batubara atau tambang, diberi nomor registrasi.
 Sample diserahkan kebagian preparasi batubara untuk dicatat berat
dan kondisi sample kemudian dipreparasi. Untuk beberapa parameter
analisa seperti Air Dry Loss (ADL) untuk sample GA dan RM, Sizing,
dan Hardgrove Grindibility Index (HGI) langsung dianalisa oleh
personil preparasi.
 Parameter analisa Proximate, TS dan CV yang diminta dikerjakan
oleh personil laboratorium / analis.
 Setelah semua parameter analisa selesai, hasilnya direkap dalam
analysis summary report dan diserahkan ke bagian administrasi untuk
diinput dan dicetak lalu dikoreksi oleh Koordinator Laboratorium.
 Hasilnya kemudian dibuat report of analysis / certificate of analysis.
 Report of analysis / certificate of analysis ini kemudian diparaf oleh
Koordinator Laboratorium dan ditandatangani oleh Manager
Operasional, (Kabid Komersial 3).
 Report of Analysis / certificate of analysis diserahkan kembali pada
bagian costumer service untuk distempel dan didistribusikan,
kemudian report of analysis / certificate of analysis tersebut dikirim
kepada pelanggan sesuai alamatnya.
 Pengambilan Report of Analysis / certificate of analysis oleh
pelanggan sekaligus diserahkan pula invoice atau tagihan atas biaya
analisa.

12
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Batubara


Batubara adalah bahan bakar hydro karbon padat yang terbentuk dari
tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas daserta
tekanan yang berlangsung lama sekali. Batubara juga adalah batuan atau mineral
yang secara kimia dan fisika bersifat heterogen yang mengandung Carbon,
Oksigen dan Hidrogen sebagai unsur utama, serta Sulfur dan Nitrogen sebagai
unsur tambahan.
Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan
kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Batubara
merupakan sisa tumbuhan dari zaman prasejarah yang berubah bentuk yang
awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan danau dan sedimen
lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran
tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang
sangat dalam.
Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan
tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan
tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimia dan mengubah
tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara.
Kondisi yang baik pada proses pembentukan batubara adalah lingkungan
yang berawa dangkal. Kondisi tersebut terdapat pada cekungan sedimen yang
terbentuk sepanjang pantai, daerah delta dan danau. Batubara terbentuk oleh
adanya perubahan secara fisik dan kimia yang dipengaruhi oleh bakteri pengurai,
tekanan, temperatur, serta waktu.

3.2 Teori Pembentukan Batubara


Pada dasarnya semua teori setuju bahwa batubara berasal dari fosil
tumbuhan. Namun demikian ada beberapa teori yang menerangkan bagaimana
proses terjadinya batubara tersebut. Diantaranya ada dua teori yang penting untuk

13
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

diketahui yaitu teori INSITU dan teori DRIFT.


 Teori Insitu
Proses pembentukan batubara terjadi ditempat asal tumbuhan tersebut
berada. Tumbuhan yang telah mati akan langsung tertimbun lapisan
sedimen dan kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa
mengalami proses perpindahan tempat. Batubara yang dihasilkan dari
proses ini memiliki kualitas yang baik. Penyebaran batubara jenis ini
sifatnya merata dan luas, bisa dijumpai diwilayah Muara Enim, Sumatera
Selatan.
 Teori Drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan di tempat asal
tumbuhan itu berada. Tumbuhan yang telah mati akan terangkut air
hingga terkumpul di suatu tempat dan mengalami proses sedimentasi dan
pembatubaraan. Kualitas batubara yang dihasilkan dari proses ini
tergolong kurang baik karena tercampur material pengotor pada saat
proses pengangkutan. Penyebaran batubara ini tidak begitu luas, namun
dapat dijumpai di beberapa tempat seperti di lapangan batubara delta
Mahakam Purba, Kalimantan Timur.

3.3 Proses Pembentukan Batubara


Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi
pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman karbon, kira-kira 340 juta
tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif dimana
hampir seluruh deposit batubara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi
bagian utara terbentuk. Pada zaman permian, kira-kira 270 juta tahun lalu, juga
terbentuk endapan-endapan batubara yang ekonomis di belahan bumi bagian
selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke zaman tersier (70 - 13
juta tahun lalu) di berbagai belahan bumi lain.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode
Pembentukan Karbon atau Batubara) dikenal sebagai zaman batubara pertama
yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari

14
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut
berubah menjadi lignit (batubara muda) atau brown coal (batubara coklat). Ini
adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batubara jenis lainnya, batubara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, batubara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batubara sub-bituminus. Perubahan kimia dan fisika terus berlangsung
hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk
bituminus atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Tingkat perubahan yang dialami batubara dalam proses pembentukannya, dari
gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan
yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batubara.
Batubara dengan mutu yang rendah, seperti batubara muda dan sub-bituminus
biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti
tanah. Batubara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan
karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batubara
dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali
berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batubara dengan mutu yang lebih tinggi
memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih
rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak.
Pembentukan batubara sendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan waktu
hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan
purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses
pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi.
Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Secara
ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan yang terjadi, yakni:
 Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan), dimulai pada saat
dimana tumbuhan yang telah mati mengalami pembusukan (terdeposisi) dan

15
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

menjadi humus. Humus ini kemudian diubah menjadi gambut oleh bakteri
anaerobic dan fungi hingga lignit (gambut) terbentuk. Agen utama yang
berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan
gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
 Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit
menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Secara lebih rinci, proses pembentukan batubara dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pembusukan, bagian - bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh
bakteri anaerob.
2. Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan
selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang
berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan - endapan sebelumnya
akhirnya akan membentuk lapisan gambut.
3. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses
biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya
sebagian unsur karbon dalam bentuk karbon dioksida, karbon monoksida,
dan metana. Secara relatif, unsur karbon akan bertambah dengan adanya
pelepasan unsur atau senyawa tersebut.
4. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya
gaya tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan.
Batubara low grade dapat berubah menjadi batubara high grade apabila
gaya tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik
aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain
itu, lingkungan pembentukan batubara yang berair juga dapat berubah
menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.
5. Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah
mengalami proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat
erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.

16
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

3.4 Klasifikasi Batubara


3.4.1 Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batubara
Faktor-Faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap
bentuk maupun kualitas dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang
berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
a. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta
tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan
zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri
amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
b. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material
dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa
tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisika
maupun kimia.
c. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan
berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami transformasi.
Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang,
maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan
menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
d. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu
lapisan batubara dari :
1. Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan
batubara yang terbentuk.
2. Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil,
lipatan atau patahan.
3. Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan merubah grade dari
lapisan batubara yang dihasilkan.
e. Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi
dari material dasar menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan
ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:

17
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

1. Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar


diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh
pada kondisi dan posisi geotektonik.
2. Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat
cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi
cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan
morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
3. Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau
tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi
oleh kondisi topografi setempat.
3.4.2 Kelas dan Jenis Batubara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh
tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas:
antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
1. Antrasit (C94OH3O3) adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna
hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur
karbon dengan kadar air kurang dari 8%. Nilai kalori lebih dari 7300
kal/gram.
2. Bituminous (C80OH5O15) mengandung 68 - 86% unsur karbon dan
berkadar air 8-10% dari beratnya. Nilai kalori antara 6300-7300
kal/gram.
3. Sub-bituminous (C75OH5O20) mengandung sedikit karbon dan banyak
air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibandingkan dengan bituminus. Nilai kalori 3000-6300 kal/gram.
4. Lignit (C70OH5O25 ) atau batubara coklat (brown coal) adalah batubara
yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
5. Gambut, (C60H6O34) berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta
nilai kalori yang paling rendah.

18
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

3.4.3 Materi Pembentuk Batubara


Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel
tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
b. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan
dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama
pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan
tumbuh di iklim hangat.
d. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi.
e. Angiospermae, dari zaman kapur atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.

3.5 Komponen-Komponen Dalam Batubara


Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam
dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis
material yang membentuk batubara, yaitu :
1. Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari:
 Karbon padat (fixed carbon)
 Senyawa hidrokarbon
 Senyawa sulfur
 Senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat

19
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari


senyawa anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O,
K2O dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan
membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non combustible material
ini umumnya diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya. Pada proses
pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor fisika dan
kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami
perubahan menjadi lignit, subbituminus, bituminus atau antrasit. Proses
transformasi ini dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai
berikut:
5(C6Hl0O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Selulosa lignit gas metan
6(C6H10O5) C22H20O3 + 5CH4 + 10H2O + 8CO2 + CO
Selulosa bituminous gas metan
Disamping unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, belerang, dan nitrogen di
dalam batubara ditemukan pula unsur-unsur logam yang berasal dari pengotor
batubara, yaitu lapisan batubara yang tersisip dan terperangkap diantara lapisan
batubara.
Secara kimia, batubara tersusun atas tiga komponen utama, yaitu :
1. Moisture
Moisture didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila
batubara dipanaskan sampai 105 0C. Semua batubara mempunyai pori-pori
berupa pipa kapiler. Dalam keadaan alami, pori-pori ini dipenuhi oleh air.
Didalam standar ASTM, air ini disebut moisture bawaan (inherent
moisture). Ketika batubara ditambang dan diproses, air dapat teradsorpsi
pada permukaan kepingan batubara dan standar ASTM menyebutnya
sebagai moisture permukaan (surface moisture) ( Rismayanti, 2012).
Moisture yang datang dari luar saat batubara itu ditambang dan
diangkut atau terkena hujan selama penyimpanan disebut free moisture
(istilah ini dikemukakan dalam standar ISO) atau air dry loss (istilah yang
digunakan oleh ASTM). Moisture ini dapat dihilangkan dari batubara

20
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

dengan cara dianginkan atau dikering-udarakan. Moisture in air dried


sample (ISO) atau residual moisture (ASTM) ialah moisture yang hanya
dapat dihilangkan bila sampel batubara kering-udara yang berukuran lebih
kecil dari 3 mm (istilahnya batubara ukuran minus 3 mm atau -3 mm)
dipanaskan hingga 105 0C. Penjumlahan antara free moisture dan residual
moisture disebut total moisture. Dalam analisis batubara, yang ditentukan
hanya moisture yang terikat secara fisika, sedangkan yang terikat secara
kimia (air hidratasi) tidak ditentukan ( Rismayanti, 2012).
Jenis-jenis moisture yang biasanya ditentukan dalam analisis
batubara adalah :
1) Total Moisture (TM)
2) Free Moisture (FM) atau Air Dry Loss (ADL)
3) Residual Moisture (RM) atau Moisture in air dried sample (MAD)
4) Equilibrium moisture (EQM) atau Moisture holding capacity (MHC)
5) Moisture in the analysis sample (dalam analisis proksimat, disingkat
Mad).

2. Zat mineral
Zat mineral atau mineral matter terdiri atas komponen-komponen
yang dapat dibedakan secara kima dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash
(abu) dan zat anorganik yang mudah menguap (inorganic volatile matter).
Apabila batubara dibakar akan terbentuk ash yang terdiri atas berbagai
oksida logam pembentuk batuan, sedangkan zat anorganik yang mudah
menguap akan pecah menjadi gas karbon dioksida (dari karbonat-
karbonat), sulfur (dari pirit), dan air yang menguap dari lempung.
Material anorganik, yaitu mineral bukan karbonat yang merupakan
bagian dari struktur tumbuhan, adalah zat mineral bawaan di dalam
batubara yang persentasenya relatif kecil. Zat mineral dari luar yang
kemungkinana berasal dari debu atau serpih yang tebawa air atau yang
larut dalam air selama pembentukan gambut atau tahapan selanjutnya dari

21
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

pembentukan batubara persentasenya lebih besar dan bervariasi, baik


jumlah maupun susunannya.
Mineral terbanyak di dalam batubara, yaitu kaolin, lempung, pirit,
dan kalsit. Semua mineral itu akan mempertinggi kadar silikon lainnya.
Oksida alumunium, besi dan kalsium, di dalam ash. Kemudian menyusul
berbagai senyawa magnesium, natrium, kalium, mangan, fosfor, dan sulfur
yang didapatkan dalam ash dengan persentase yang berbeda-beda
(Rismayanti 2012).

3. Senyawa batubara
Senyawa batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap
dan fixed carbon. Zat organik yang mudah menguap kebanyakan tersusun
atas (1) gas-gas yang dapat terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida,
dan metan, (2) uap yang dapat mengembun, seperti tar dengan sedikit
kandungan gas yang dapat terbakar, dan (3) uap seperti karbon dioksida
dan air, yang terbentuk dari penguraian senyawa karbon secara termis.
Kandungan volatile matter (gabungan zat organik dan anorganik yang
mudah menguap) berkaitan sekali dengan peringkat batubara dan
merupakan parameter yang penting dalam mengklasifikasikan batubara.
Fixed carbon merupakan residu yang tersisa setelah moisture dan
volatile matter dihilangkan. Senyawa ini yang terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen, dapat dibakar
(Rismayanti, 2012).

3.6 Sifat-Sifat Batubara


Sifat - sifat batubara digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu sifat
fisika dan sifat kimia.Sifat fisika dari batubara tergantung pada susunan kimia
yang membentuknya. Sifat - sifat dari batubara saling berkaitan. Sifat - sifat fisika
tersebut meliputi:
a. Berat jenis

22
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

Berat jenis batubara berkisar 1.25 g/cm3, pertambahanya sesuai dengan


peningkatan derajat batubara. Tetapi berat jenis batubara dari batubara
jenis lignite (1,5 gcm3) sampai batubara jenis bitumine (1,25 g/cm3)
kemudian naik pada butubara jenis antrasit (1,59 g/cm3).
b. Kekerasan
Kekerasan batubara tergantung pada struktur batubara, keras atau
lemahnya batubara juga tergantung pada komposisi dan jenis batubara.
c. Warna
Warna batubara bervariasi dari coklat dari pada lignite menjadi hitam
logam pada antrasit. Hampir seluruh batubara jenis bitumine merupakan
perselingan antara batubara terang dan kusam.
d. Goresan
Goresan batubara berkisar antara terang sampai coklat tua. Lignite
mempunyai goresan hitam keabu-abuan dan batubara jenis bitumine
mempunyai warna goresan hitam.
e. Serpihan
Serpihan batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dari
sifat memecahnya. Hal ini memperlihatkan sifat dan mutu dari suatu
batubara.

Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dangan peningkatan


derajat batubara tersebut baik senyawa organik maupun anorganik. Sifat kimia
dari batubara meliputi:
a. Karbon
Karbon terdapat dalam suatu batubara, bertambah sesuai dengan
peningkatan derajat batubaranya. Karbon bertambah sesuai dengan
naiknya derajat batubara dan kira-kira 60% sampai 100%. Karbon
digunakan sebagai standar bobot atom. Karbon juga digunakan untuk
memurnikan logam dan dalam pembuatan baterai.
b. Hydrogen

23
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

Senyawa hydrogen yang penting adalah air (H2O). Hydrogen bebas dan
banyak terdapat pada tambang batubara yang dapat menimbulkan ledakan.
Kandungan hydrogen dalam batubara jenis lignite berkisar antara 5% dan
6% sekitar 4,5% sampai 5,5% dalam batubara jenis bitumine dan sekitar
3% sampai 3,5% dalam batubara jenis antrasit. Hydrogen sering
digunakan dalam beberapa senyawa karena hydrogen merupakan
pereduksi yang sangat baik.
c. Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara berupa ikatan atau kelompok
hidroksil, karboksil, metoksil dan karbonil yang tidak reaktif. Kandungan
oksigen dalam batubara jenis lignite berkisar 20% atau lebih, dalam
batubara bitumine berkisar antara 4% sampai 10% dan 1.5% sampai 2%
dalam batubara jenis antrasit.
d. Nitrogen
Nitrogen yang banyak terdapat dalam batubara berupa senyawa organik.
Nitrogen terbentuk hampir seluruhnya dari protein tanaman asalnya.
Jumlahnya sekitar 0.5% sampai 3%. Batubara bitumine biasanya
mengandung nitrogen lebih banyak dari pada batubara jenis lignite dan
antrasit.
e. Sulfur
Sulfur dalam batubara terdapat sebagai sulfida besi yang sering disebut
sebagai senyawa pyritic sulphur. Sulfur dalam batubara biasanya dalam
jumlah kecil dan kemungkinan berasal dari protein tanaman pembentuk
dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Kehadiran sulfur dalam batubara
biasanya lebih kecil 4% tetapi dalam beberapa hal mempunyai konsentrasi
yang lebih tinggi. Kehadiran sulfur dapat membahayakan dalam proses
pembakaran karena dapat megakibatkan polusi.

3.7 Tinjauan Khusus


1. Sampling

24
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

Sampling adalah suatu proses pengambilan contoh batubara yang


mewakili dan representatif dari 1 lot batubara sesuai dengan standar yang
dipakai/diminta. Sampling bertujuan untuk mempersiapkan contoh untuk
dianalisa/tes dilaboratorium untuk diketahui kualitas batubara tersebut
berdasarkan sifat fisika dan kimia yang dimiliki.
2. Preparasi
Preparasi adalah salah satu kegiatan lanjutan untuk contoh yang telah
disampling dimana kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan contoh batubara
yang akan dianalisa dengan melakukan pengaduka (homogenisasi),
penggilingan, pembagian, dan penghalusan, sehingga akan di dapat contoh
yang siap dianalisa yang mewakili contoh yang disampling.

3.8 Parameter Analisa Batubara


3.8.3 Analisa Proximate
Proximate adalah rangkaian analisa awal dalam pengujian suatu contoh
batubara. Analisa proximate adalah pengujian batubara yang terdiri dari
kandungan air (Moisture in Analysis), zat terbang (Volatile Matter),
kandungan mineral (Ash Content) dan Fixed Carbon.
1. Kandungan Air (Moisture in Analysis)
Kandungan air batubara sangat tergantung dengan kondisi batubara
yang dianalisa. Kandungan air berhubungan erat dengan derajat sampel
batubara asal. Untuk menentukan kadar air dalam batubara dapat
dilaksanakan dengan dua metoda yaitu dengan standar ASTM yang
menggunakan udara kering dan juga standar ISO yang menggunakan gas
nitrogen. Dalam hal ini yang dihitung adalah kadar air lembab yang
didefinisikan sebagai persentase berat yang hilang jika sampel batubara
dipanaskan pada kondisi temperatur standar yakni 105oC.
Air yang terkandung dalam batubara menyebabkan penurunan
mutu batubara karena:
 Menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah kalor untuk
penguapan.

25
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

 Menurunkan titik nyala.


 Memperlambat proses pembakaran, dan menambah volume gas
buang.
Keadaan tersebut menyebabkan :
 Pengurangan efisiensi ketel uap ataupun efisiensi motor bakar.
 Penambahan biaya perawatan ketel.
 Menambah biaya transportasi, merusak saluran bahan bakar cair (fuel
line) dan ruang bakar.
2. Zat Terbang (Volatile Matter)
Volatile Matter (VM) adalah banyaknya zat yang hilang bila
sampel batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan
(setelah dikoreksi dengan kadar moisture). Suhunya adalah 9000C, dan
waktunya 7 menit tepat. Moisture berpengaruh pada hasil penentuan VM
sehingga sampel yang dikeringkan dengan oven akan memberikan hasil
yang berbeda dengan sampel yang dikeringkan di udara. Faktor - faktor
yang mempengaruhi hasil penentuan VM ialah suhu, waktu, kecepatan,
pemanasan, penyebaran butir (size distibition) dan ukuran partikelnya.
3. Kandungan Mineralnya (Ash Content)
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui
ruang bakar dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang
jumlahnya mencapai 80% dan abu dasar sebanyak 20%. Semakin tinggi
kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling),
keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu, tetapi mengandung
zat organik yang berupa mineral. Abu merupakan residu anorganik hasil
pembakaran batubara, terdiri dari oksida-oksida logam seperti Fe2O3,
MgO, Na2O, K2O dan sebagainya. Dan juga mengandung oksida-oksida
non logam seperti SiO2, P2O5 dan lain-lain.
4. Fixed Carbon
Fixed carbon tidak dapat dihitung melalui pengujian secara
laboratorium, melainkan hasilnya didapatkan dari hasil perhitungan jenis

26
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

analisa proximate lainnya adalah pengurangan dari kadar abu, kadar air
dan kadar zat terbang.

3.8.2 Total Sulphur


Dalam batubara, sulfur terdapat dari mineral carbonaceous atau berupa
bagian dari mineral-mineral seperti sulfat dan sulfida. Gas sulfur dioksida
(SO2) yang terbentuk selama pembakaran merupakan polutan yang dapat
mengganggu ekosistem di bumi. Kandungan sulfur dalam coking coal
tidak diinginkan karena akan berakumulasi di dalam cairan panas sehingga
memerlukan proses desulphurisasi.
Dalam batubara sulfur terdapat dalam 3 bagian. Bagian-bagian tersebut
adalah :
a. Sulphate Sulphur
b. Pyritic Sulphur
c. Organic Sulphur.
Kandungan sulfur dalam batubara terbagi dalam pyritic sulfur, sulfate
sulfur dan organic sulfur. Namun secara umum, penilaian kandungan
sulfur dalam batubara dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan
sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada
elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari pada
titik embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap efektivitas
penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipitator.

3.8.3 Kalori (Calorific Value atau CV, satuan kal/g atau kkal/kg)
Kandungan nilai kalor total batubara adalah kandungan panas pada
batubara yang dihasilkan dari pembakaran setiap satuan berat dalam
jumlah kondisi oksigen standar.
3.8.4 Titik leleh abu (Ash Fusion Temperature / AFT)
Ash fusion temperature (AFT) adalah analisis yang dapat
menggambarkan sifat pelelehan abu batubara yang diukur dengan

27
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

mengamati perubahan bentuk contoh abu yang telah dicetak berupa


kerucut, selama pemanasan bertahap. Analisis biasanya dilakukan dengan
dua kondisi pemanasan, yaitu kondisi oksidasi dan kondisi agak reduksi.
Pada kondisi reduksi, pemanasan dilakukan dalam tabung pembakaran
yang dialiri oleh campuran 50% gas hidrogen dan 50% gas
karbondioksida, sedangkan pada kondisi oksidasi pemanasan dilakukan
dalam tabung pembakaran yang dialiri oleh 100% gas karbondioksida.
Pengamatan sifat pelelehan ini umumnya dilakukan pada suhu 900oC
sampai dengan 1600oC. Pengamatan dicatat dan dilaporkan pada saat
contoh abu meleleh dan berubah menyerupai profil standar yang telah
tersedia.
AFT merupakan data yang sangat berguna untuk mengafaluasi hal – hal
yang berhubungan dengan Slagging dan penumpukan abu. Apabila
temperatur gas yang mengandung abu lebih rendah dari ash softening
temperature maka abu akan mengendap sebagai debu dan muda untuk
dibuang dan apabila temperatur gas lebih tinggi dari ash softening
temperature maka akan terjadi pembentukan kerak.
3.8.5 Analisa Ultimate
Ultimate analysis adalah analisis yang memeriksa unsur-unsur zat
organik dalam batubara, seperti karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan
oksigen. Unsur-unsur selain oksigen dapat dianalisis di laboratorium,
sedangkan untuk oksigen sendiri bisa didapat dari perhitungan.

3.9 Pemanfaatan Batubara Indonesia


a. Batubara untuk bahan bakar
 Untuk mengubah air menjadi uap di suatu boiler PLTU.
 Untuk membakar bahan pembuat klingker di pabrik semen.
 Bahan bakar di industri ( pabrik kertas ).
b. Batubara Untuk Kokas
Batubara di panaskan tanpa udara sampai sebagian Volatile metter-
nya menguap. Kokas digunakan dalam pembuatan besi dan baja karna

28
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

memberikan panas dan energi sekaligus bertindak sebagai pereduksi


terhadap biji besi yang di kerjakan dalam suatu tanur pada suhu tinggi.
c. Batubara Konversi
Batubara yang di manfaatkan tidak sebagai bahan bakar padat tetapi
energi yang dikandung batubara disimpan dalam bentuk gas (gasifikasi)
dan cairan (likuifikasi).
Dalam proses gasifikasi semua zat organik dalam batubar diubah kedalam
bentuk gas, terutama CO, CO2, dan Hidrogen. Gas - gas ini dapat pula diubah
menjadi bahan-bahan kimia seperti pupuk dan metanol. Dalam proses likuifikasi
bertujuan mengubah batubara menjadi minyak (gasoline, diesel, jet fuel).

3.10 Dampak Penambangan Batubara Terhadap Lingkungan


Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga telah menimbulkan
dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, udara
dan hutan.
1. Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air,
yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan
batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai
sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah
pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah
tersebut mengandung belerang (B), merkuri (Hg), asam slarida (HCn),
mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4) dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan
logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti
kanker kulit.
2. Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran
akibat pertambangan batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar
yang tidak mungkin ditutup kembali yang menyebabkan terjadinya

29
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan
tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn
dalam jumlah banyak bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan
tanaman tidak dapat berkembang dengan baik.
3. Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan
dari pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat
cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam)
dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat
kotor udara. Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat
berbahaya bagi kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara
tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker dan kemungkinan bayi
lahir cacat.
4. Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber
kehidupan rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan- lahan
sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan
tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat
perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di
wilayah hulu yang semestinya menjadi daerah resapan air telah dibabat
habis.
5. Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat
aktivitas bongkar muat dan tongkang angkut batubara. Selain itu,
pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota
yang ada di sekitar laut tersebut.

30
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

3.11 Usaha Mengurangi Dampak Pertambangan


Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pertambangan
adalah:
1. Penghentian penggunaan jalan umum untuk aktifitas angkutan batubara,
mesti ada ketegasan pemerintah daerah untuk menghentikan dan menindak
tegas setiap pengusaha aktivitas pertambangan ilegal yang selama ini
semakin menjamur dan penurunan kerusakan lingkungan dan sosial yang
ditimbulkan.
2. Penghentian penambanan batubara ilegal secara total, pemerintah harus
menghentikan penambangan batubara ilegal tanpa pandang bulu dan
transparan.
3. Meninggikan standar kualitas pengololaan hidup dan komitmen
melestarikan lingkungan.
4. Menyusun kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang.
5. Setiap perusahaan diwajibkan mereklamasi bekas-bekas penambangan dan
menjamin serta memastikan hasil reklamasi tersebut sesuai AMDAL.
6. Menggunakan alat-alat penambangan dengan berteknologi tinggi sehingga
meminimalisasi dampak lingkungan serta memperkecil angka kecelakaan
dalam pertambangan batubara tersebut.

31
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

BAB IV
METODOLOGI PERCOBAAN

4.1 MAS (Moisturein the Analysis sample) / Kadar Air Terikat


(ASTM D 3173-11)
MAS merupakan proses penghilangan kadar air batubara yang terikat secara
kimia dengan cara memanaskan didalam oven dengan suhu 110oC selama 2 jam.
a. Alat yang digunakan
 Oven dengan suhu 1100C
 Cawan petrik
 Neraca analitik
 Sarung tangan
 Spatula
 Talang

b. Bahan yang digunakan


 Sample batubara
( yang sudah dihamparkan terlebih dahulu)
 IRR (Sampel Standar batubara)
 Acirs (sampel standar batubara)

c. Prosedur kerja
1. Timbang kurang lebih 1 gram batubara yang sudah equilibrum
kedalam cawan yang sudah diketahui bobotnya.
2. Catat hasil penimbangannya.
3. Masukkan dalam oven dengan suhu 1100C selama 2 jam.
4. Setelah 2 jam keluarkan dan dinginkan dengan suhu ruangan
selama ±10 menit.
5. Setelah dingin, Timbang dan catat nilainya.
6. Bersihkan alatnya.

32
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

d. Perhitungan

% MAS = [(A-B)/A] x 100%

Keterangan :
%MAS= Moisture in the analysis sample
M1 = Cawan kosong
M2 = Cawan dengan sampel batubara (sebelum dipanaskan)
M3 = Cawan dengan sampel batubara (setelah dipanaskan)
A = M2-M1
B = M3-M1

4.2 VM(Volatile Matter) / Kadar Zat Terbang ( ISO 562 : 2010 )

VM merupakan analisa kadar zat terbang dalam batubara yang dipanaskan


dalam suhu konstan 9000C selama 7 menit. Presentase volatile matter dihitung
dari hilangnya berat sampel setelah dikoreksi oleh kandungan moisture in the
analysis sample.

a. Alat yang dugunakan


 Cawan
 Neraca analitik
 Sarung tangan
 Spatula
 Talang
 Rak cawan
 Furnace
 Gegep
 Stopwatch

33
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

b. Bahan yang digunakan


 Sampel batu bara
 Acirs ( Sampel standar batubara )

c. Prosedur kerja
 Analisa volatile matter batubara (ISO 562)
1. Timbang kurang lebih 1 gram batu bara yang berukuran 60
mesh/bubuk kopi yang sudah di equilibrium kedalam cawan
platina yang telah diketahui bobotnya,kemudian tutup
2. Panaskan selama 7 menit pada suhu 9000C
3. Dinginkan dan timbang
4. Setiap penimbangan catat hasilnya
5. Bersihkan alat dengan cara dipanaskan selama 7 menit
 Analisa volatile matter batubara(ASTM)
1. Timbang kurang lebih 1 gram batu bara yang berukuran 60
mesh/bubuk kopi yang sudah di equilibrium kedalam cawan
platina yang telah diketahui bobotnya,kemudian tutup
2. Panaskan selama 7 menit pada suhu 9000C (sampel
dipanasakan satu demi satu selama 7 menit)
3. Dinginkan dan timbang
4. Setiap penimbangan catat hasilnya
5. Bersihkan alat dengan cara dipanaskan selama 7 menit

d. Perhitungan
𝑎−𝑏
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔 = ( 𝑥 100%) − % 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏
𝑎
%LOSS = [(M2-M3)/(M2-M1)] x 100%
%VM = %LOSS-%MAS

Keterangan :

M1 = Cawan kosong

34
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

M2 = Cawan dengan sampel batubara (sebelum dipanaskan)


M3 = Cawan dengan sampel batubara (setelah dipanaskan)
%LOSS = %Kehilangan (zat terbang dan air)
%VM = %Kehilangan zat terbang

4.3 AC (Ash Content) / Kadar Abu (ASTM D 3274-12)


Pengukuran kadar abu dengan cara sampel dipanaskan dengan suhu 5000C
dan dilanjutkan ke suhu 750oC masing masing selama 1 jam hingga beratnya
konstan

a. Alat yang digunakan


 Cawan
 Neraca analitik
 Sarung tangan
 Spatula
 Talang
 Furnace
 Gegep

b. Bahan yang digunakan


 Sampel batubara
 Acir (Sampel standar batubara)

c. Prosedur Kerja
1. Timbang kurang lebih 1 gram batu bara yang berukuran 60
mesh/bubuk yang sudah equilibrum kedalam cawan ke dalam
cawan yang sudah diketahui bobotnya
2. Panaskan dalam furnace pada suhu ruang kemudian perlahan
lahan suhu dinaikkan sampai 5000C selama 1 jam

35
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

3. Lanjutkan pemanasan hingga suhu naik dari 5000C menjadi


7500C selama 1 jam
4. Lanjutkan pemanasan pada suhu 7500C selama 2 jam
5. Setelah 2 jam pemanasan dinginkan dan timbang
6. Bersihkan alat
7. Setiap penimbangan catat nilainya.

d. Perhitungan
Ash (Abu) = [(M3-M1)/(M2-M1)] x 100%

Keterangan :
M1 = Cawan kosong
M2 = Cawan + Sampel batubara (sebelum pemanasan)
M3 = Cawan + Sampel batubara (setelah pemanasan)

4.4 FC. (Fixed Carbon) / Karbon Tetap


Perhitungan :
FC = 100% - (%Ash + %VM + %MAS)

Keterangan :
FC = Fixed Carbon ( Karbon Tetap)
Ash = Kadar abu
VM = Volitel Matter ( Kadar zat terbang)
MAS = Moisture the Analysis Sample (Kadar air terikat)

36
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

BAB V
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Data Hasil Analisa
1. Moisture In The Analysis Sample (MAS) / Kadar Air Terikat

SAMPLE ID LOT 1 LOT 2 LOT 3


DISH NO SN SM Cicil Bc Aku Agnes
M1 Gram 26,2448 26,4313 27,2009 27,8948 27,3934 26,9820
M2 Gram 27,2448 27,4313 28,2009 28,8949 28,3934 27,9820
M3 Gram 27,0940 27,281 28,0482 28,7435 28,246 27,8391
A Gram 1,0000 1,0000 1,0000 1,0001 1,0000 1,0000
B Gram 0,8492 0,8497 0,8473 0,8487 0,8526 0,8571
MA % 15,08 15,03 15,27 15,14 14,74 14,29
AVERAGE(%) 15,06 15,20 14,52

SAMPLE ID LOT 4 KOMPOSITE


DISH NO R2 M.106 Gor Layuk
M1 Gram 25,8209 27,4007 27,0535 27,7224
M2 Gram 26,8211 28,4007 28,0535 28,7224
M3 Gram 26,6735 28,2542 27,8951 28,5643
A Gram 1,0002 1,0000 1,0000 1,0000
B Gram 0,8526 0,8535 0,8416 0,8419
MA % 14,76 14,65 15,84 15,81
AVERAGE(%) 14,70 15,83

2. Volatile Matter (VM) / Kadar Zat Terbang

SAMPLE ID LOT 1 LOT 2 LOT 3


M1 Gram 12,2991 14,0744 12,6971 13,8301 14,0735 14,2749
M2 Gram 13,2993 15,0744 13,6973 14,8302 15,0735 15,2749
M2-M1 Gram 1,0002 1,0000 1,0002 1,0001 1,0000 1,0000
M3 Gram 12,727 14,5033 13,1269 14,2604 14,5030 14,7040
M2-M3 Gram 0,5723 0,5711 0,5704 0,5698 0,5705 0,5709
LOSS % 57,22 57,11 57,03 56,97 57,05 57,09
MA % 15,06 15,20 14,53
VM % 42,16 42,05 41,83 41,77 42,52 42,56

37
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

AVERAGE%VM 42,10 41,80 42,54

SAMPLE ID LOT 3 KOMPOSITE


M1 Gram 14,5202 14,2965 13,4386 12,6413
M2 Gram 15,5202 15,2965 14,4386 13,6413
M2-M1 Gram 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
M3 Gram 14,9514 14,7277 13,8619 13,0652
M2-M3 Gram 0,5688 0,5688 0,5767 0,5761
LOSS % 56,88 56,88 57,67 57,61
MA % 14,70 15,83
VM % 42,18 42,18 41,84 41,78
AVERAGE%VM 42,18 41,81

3. Ash Content (AC) / Kadar Abu

SAMPLE ID LOT 1 LOT 2 LOT 3


M1 Gram 19,0848 20,4264 15,8615 18,1144 15,4520 18,5477
M2 Gram 20,0848 21,4264 16,8615 19,1144 16,4520 19,5477
M2-M1 Gram 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
M3 Gram 19,1166 20,4585 15,8933 18,1463 15,4827 18,5792
M3-M1 Gram 0,0318 0,0321 0,0318 0,0319 0,0307 0,0315
ASH % 3,18 3,21 3,18 3,19 3,07 3,15
AVERAGE (%) 3,19 3,19 3,11

SAMPLE ID LOT 4 KOMPOSITE


M1 Gram 15,9786 15,8466 18,5659 18,0880
M2 Gram 16,9786 16,8466 19,5659 19,0880
M2-M1 Gram 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000
M3 Gram 16,0105 15,8786 18,5975 18,1199
M3-M1 Gram 0,0319 0,032 0,0316 0,0319
ASH % 3,19 3,2 3,16 3,19
AVERAGE (%) 3,20 3,18

4. Fixed Carbon (FC) / Karbon Tetap

38
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

ANALISA PROXIMATE
SAMPLE ID
% MAS % VM % ASH %FC
LOT 1 15,06 42,10 3,19 39,65
LOT 2 15,20 41,80 3,19 39,81
LOT 3 14,52 42,54 3,11 39,83
LOT 4 14,70 42,18 3,20 39,92
KOMPOSITE 15,83 41,81 3,18 39,18

5.2 Pembahasan

Pada umumnya penentuan kualitas batubara dilakukan dengan analisa


proximate (moisture, volatile matter, ash content dan fixed carbon), calorific
value, total sulphur dan ash fussion temperature. Namun dalam hal ini analisis
yang dilakukan adalah proximate. Dalam pengerjaan analisa sampel batubara
harus disertakan dengan pengerjaan Daily check (In House Standard) yaitu untuk
lebih menyakinkan ketepatan hasil analisa yang dilakukan oleh analis.

Dari hasil analisa yang diperoleh maka pembahasan menurut parameter


yaitu :
1. Moisture In The analysis Sample
Semakin tinggi peringkat suatu bara semakin kecil porositas
batubara tersebut atau semakin padat batubara tersebut, dengan demikian
akan semakin kecil juga moisture yang dapat diserap atau ditampung
dalam pori batubara tersebut, hal ini menyebabkan semakin kecil
kandungan moisturenya khususnya inherent moisture. Semakin kecil
ukuran partikel batubara maka semakin luas permukaannya. Hal ini
menyebabkan akan semakin tinggi surface moisture. Terdapat 4 lot dan 1
komposite (campuran) yang diuji kadar airnya yang memiliki kadar air
kurang dari 20% dari setiap 1 gram batubara.
2. Ash Content( Kandungan abu)
Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis
mineral matter yang dikandung oleh batubara baik yang berasal dari

39
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

inherent atau dari extraneous. Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara
yang sama, semakin rendah nilai kalorinya. Kadar abu dalam penambangan
batubara dapat dijadikan penentu apakah penambangan batubara tersebut
bersih atau tidak, yaitu dengan membandingkan kadar abu dari data geology
atau planning, dengan kadar abu dari batubara produksi. Kandungan abu
dalam setiap 1 gram batubara yang dianalisa hanya berkisar 3%.
3. Volatile Matter
Kadar volatile matter dalam batubara ditentukan oleh pringkat
batubara, semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin rendah
kadar volatile matternya. Volatile matter digunakan sebagai parameter
penentu dalam penentuan peringkat batubara. Volatile matter dalam
batubara dapat dijadikan sebagai indikasi reaktifitas batubara pada saat
dibakar. Dari setiap 1 gram batubara yang dianalisa ternyata kadar
volatilenya sangat besar yakni menghampiri 43%.

4. Fixed Carbon
Kandungan karbon tetap yang terdapat dalam batubara dapat
diketahui dengan kandungan 100% sampel dikurangi dengan akumulasi
dari hasil pengerjaan moisture, volatile matter dan ash content. Hal ini
berarti semakin tinggi kandungan karbon suatu batubara maka akan
semakin rendah kandungan air, zat terbang maupun abu.

40
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa batubara dapat disimpulkan bahwa nilai rata- rata tabel
analisa adalah Moisture the Analysis Samplenya adalah lot 1 = 15,06%
wt(adbwt), lot 2 = 15,20% wt(adbwt), lot 3 = 14,52% wt(adbwt), lot 4 = 14,7-
wt(adbwt) dan composite = 15,83 wt(adbwt). Ash content nilai rata-ratanya
adalah lot 1 = 3,19% wt (ar), lot 2 = 3,19%wt (ar), lot 3 = 3,11% wt (ar), lot 4
= 3,20% wt(ar) dan komposite = 3,18% wt (ar). Volatille matternya adalah lot
1 = 42,10% wt (adb), lot 2 = 41,80% wt (adb), lot 3 = 42,54% wt(adb), lot 4 =
42,18% wt (adb) dan komposite = 41,81% wt (adb). Serta nilai rata-rata fixed
carbon adalah lot 1 = 39,65% wt, lot 2 = 39,81% wt, lot 3 = 39,83% wt. lot 4
= 39,92% wt dan komposite = 39,18% wt.

6.2 Saran
a. Dalam proses analisa harus benar benat teliti.
b. Pengecekan pada alat alat analisa harus selalu diperhatikan agar
proses analisa analisa berjalan dengan lancar
c. Gunakan safety saat bekerja didalam laboratorium terutama saat
masker untuk meminimalisir terhirupnya batubara yang menguap
d. Jaga selalu kebersihan di area kerja
e. Tanyakan kepada pembimbing dilaboratorium jika terdapat hal
yang kurang dipahami
f. Bekerja sesuai dengan prosedur yang ada.

41
Laporan Prektek Kerja lapangan PT. SUCOFINDO

DAFTAR PUSTAKA

Ramadani,2014, “Tinjauan Pustaka Batubara” ,https://www. Google. com/search?


q:tinjauan + pustaka + batu + barah&oq tinjauan + pustaka + batu + bara
&aqs=chrome.6957j012
Rismayanti, 2012, “Analisa Batubara”, http://rismayanti analisa
batubara.blogspot.coml2012/02/laporananalisa-batubaradi-
jembayan.html?m=
Anonim,2019, “Laporan Prakerin Analisa Batubara
http://laporananalisabatubara.blogspot.com/2014/laporan-prakerin-analisa-
batubara.html?m=1

42

Anda mungkin juga menyukai