Anda di halaman 1dari 15

AKTIVITAS PELEBURAN NIKEL

DI PT. GROWTH JAVA INDUSTRY , CIWANDAN, CILEGON - BANTEN

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Disusun untuk memenuhi kurikulum semester VI pada jurusan


Teknik Pertambangan

Disusun Oleh :
Winardy Jauwin 15.286.0002

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD. PARDEDE
MEDAN
2019
I. JUDUL
AKTIVITAS PELEBURAN NIKEL DI PT. GROWTH JAVA INDUSTRY ,
CIWANDAN, CILEGON - BANTEN

1.1. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumber
daya alam yang melimpah, baik itu sumber daya alam hayati maupun sumber
daya alam non-hayati. Sumber daya mineral termasuk salah satu jenis sumber
daya non-hayati yang sangat beragam baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya
contohnya seperti alumunium, emas, batu bara, perak, timah, nikel, dan lain-lain.
Sumber daya mineral tersebut dapat diambil dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia sebagai modal dasar dalam pembangunan
nasional dengan memperhatikan kelestarian hidup sekitar.
Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang
disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak
dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari
mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel
berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari Pentlandit (Ni,Fe)
dan Pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30%
kebutuhan dunia akan nikel. Deposit nikel lainnya ditemukan di Kaledonia Baru,
Australia, Cuba, dan Indonesia.
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan nikel dapat dilakukan dalam tiga
tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering.
Kegiatan pengolahan ini bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral
berharga dari mineral yang tidak berharga atau mineral pengotor sehingga setelah
dilakukan proses pengolahan dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing
yang tidak berharga. Metode yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat
kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri.
Nikel merupakan logam berwarna putih keperak – perakan, ringan, kuat
antin karat, bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan
konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup
logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga. Spesifik
gravitynya 8,902 dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten
terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut
dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam hidrokhlorik dan asam belerang.
Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk kristal tunggal.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dilakukannya Kerja Praktek ini untuk membandingkan
ilmu yang telah didapat di bangku kuliah dengan di lapangan, sehingga
mahasiswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam teori dan praktek secara
sinergis.
Adapun tujuan dilakukannya Kerja Praktek ini adalah:
1. Mengetahui kegiatan–kegiatan dan mengenal kondisi lapangan tempat
dilakukannya kegiatan kerja praktek.
2. Mendapatkan konsep – konsep utama dalam kegiatan peleburan
aluminium serta teknologi yang digunakan perusahaan

1.3. PERMASALAHAN
Bagaimana proses aktivitas peleburan nikel untuk memenuhi kebutuhan
pasar.

1.4. BATASAN MASALAH


Dalam pengamatan ini rumusan masalah dimulai dengan metode
pengamatan langsung di lapangan yang dianggap dapat mempengaruhi
peningkatan produksi. Batasan masalah ini hanya menitik beratkan pada aktivitas
peleburan untuk meningkatkan produksi nikel, dengan tinjauan langsung dan tidak
langsung.

1.5. METODE KERJA PRAKTEK


Dalam pelaksanaan pengamatan ini, penulisan menggabungkan antara
teori dengan data di lapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah
dan metodologi pengamatan yang dilakukan adalah :
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan–bahan pustaka
yang menunjang dan diperoleh dari :
a. Perpustakaan
b. Laporan Penelitian Perusahaan

2. Pengamatan Lapangan
Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk
melakukan pengamatan langsung terhadap semua kegiatan yang akan
diambil datanya.

3. Pengambilan Data
Dengan melakukan pengukurna, meneliti produksi dan wawancara.
Data yang diambil harus akurat dan relevan dengan permasalahan yang
ada.

4. Akuisi Data
Akuisi data pada kerja praktek ini bertujuan untuk :
a. Mengumpulkan dan mengelompokkan data agar lebih mudah di analisa.
b. Mengetahui keakuratan data.
c. Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili setiap objek
pengamatan

5. Pengolahan Data
Yaitu dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran.
Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan rangkaian
perhitungan dalam suatu proses tertentu.

6. Analisis Hasil Pengolahan Data


Untuk memperoleh kesimpulan sementara dan diolah lebih lanjut
pada bagian pembahasan.
7. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data
yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.

1.6. WAKTUK DAN TEMPAT PENELITIAN


Keberangkatan penelitian disesuaikan dengan jadwal penawaran
perusahaan mulai dari bulan September hingga Oktober 2019.

II. DASAR TEORI


Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu
mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan
ada oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara
pengolahannya juga tidak sama.
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya
ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan
menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium),
bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya. Bijih Saprolit dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO
(High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO
mempunyai kadar Ni ≥ 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni < 2%.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel
melalui beberapa tahapan utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan,
Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.

TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PROSES PENGOLAHAN BIJIH NIKEL

1. KOMINUSI
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian
menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan
galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan
galian meliputi kegiatan berikut:

a. Crusher;
Crusher yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang
diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini
bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian atau bijih yang langsung
dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar
100 cm) menjadi ukuran 20 - 25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.
Alat yang digunakan pada Primary Crusher dan Secondery Crusher antara
lain:
1. Jaw crusher
2. Gyratory crusher
3. Cone crusher
4. Roll crusher
5. Impact crusher
6. Rotary breaker
7. Hammer mill

b. Grinding;
Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang
diinginkan. Tujuan Grinding adalah mengadakan liberalisasi mineral berharga,
Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri serta untuk
mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses.
2. SIZING
Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi
sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah
satu pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing
dibagi menjadi dua antara lain:

a. Pengayakan/ Penyaringan (Screening/ Sieving)


Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam
skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
- Produk dari proses pengayakan/ penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara
lain:
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
- Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu antara lain:
1. Hand sieve
2. Vibrating sieve series/ Tyler vibrating sive
3. Sieve shaker/ rotap
4. Wet and dry sieving.
- Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri yaitu antara lain:
1. Stationary grizzly
2. Roll grizzly
3. Sieve bend
4. Revolving screen
5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, dan lain-lain)
6. Shaking screen
7. Rotary shifter.

b. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan
pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebut classifier.

Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), antara lain:


1. Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut
overflow.
2. produk yang berukuran lebih besar atau kasar (sand) mengendap di bagian
bawah (dasar) disebut underflow.
Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu:
a. Partition concept
b. Tapping concept
c. Rein concept.

3. DRYING
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/ evaporation). Peralatan atau
cara yang dipakai ada bermacam-macam, antara lain:
a. Hearth type drying/ air dried/ air baked;
yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai oleh sinar matahari dan harus
sering diaduk (dibolak-balik).
b. Shaft drier;
Ada dua macam, yaitu:
(1). Tower drier; material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran
silindris vertikal yang dialiri udara panas (800 – 1000).
(2). Rotary drier; material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang
diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang dihasilkan dari
pembakaran Pulverized Coal dan Marine Fuel dalam Hot Air Generator
(HAG) secara berlawanan arah.
4. CALCINING (PEMANGGANGAN)
Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying,
bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering
secara sempurna, karena itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air bebas (Moisture Content) dan air kristal (Crystalized Water) yang
biasa dijumpai adalah Serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan Goethite
(Fe2O3.H2O) serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel logam. Proses ini
berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang dimasukkan dalam tanur
reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu untuk
menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional
tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan
pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel
dan besi reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara
maka ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang
bertemperatur sekitar 7000C.
Reaksi dekomposisi air Kristal yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Serpentine
Reaksi dekomposisi dari Serpentine adalah sebagai berikut:
3MgO.2SiO2.2H2O = 3MgO + 2SiO2 + 2H2O

Reaksi ini terjadi pada temperatur 460-650 C dan tergolong reaksi endotermik.
Pemanasan lebih lanjut MgO dan SiO2 akan membentuk forsterite dan enstatite
yang merupakan reaksi eksotermik.
2 MgO + SiO2 = 2MgO.SiO2
MgO +SiO2 = MgO.SiO2

b. Geothite
Reaksi dekomposisi dari Goethite adalah sebagai berikut:

Fe2O3.H2O = Fe2O3 + H2O


Reaksi ini terjadi pada temperatur antara 260C – 330C dan merupakan reaksi
endotermik. Di samping menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya
didesain sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2O3. Dalam teknologi Krupp
Rent, semua reduksi dilakukan dalam Rotary Kiln dan dihasilkan luppen.
Sedangkan dalam Technology Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO tereduksi
secara tidak langsung dalam Rotary Kiln menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO
sedangkan sisanya dilakukan dalam Electric Furnace. Produk dari Rotary Kiln ini
disebut dengan Calcined ore dengan kandungan Moisture sekitar 2% dan siap
dilebur dalam Electric Furnace.

5. PELEBURAN DI TANUR LISTRIK


Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/ reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan
matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur
pelebur dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car
ke tempat penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga
terbentuk fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan
api yang didinginkan dengan media air melalui balok tembaga. Matte dan slag
akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut kelokasi
pembuangan dengan kendaraan khusus.

Bagan Alir Tipikal Pembuatan Feronikel


6. PENGKAYAAN DI TANUR PEMURNI
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen
menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag
diangkut ke tanur pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan
pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan
penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida dan membentuk ikatan
yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi mudah untuk
dipisahkan.

Bagan Alir Tipikal Pemurnian Feronikel

CATATAN REAKSI KIMIA DALAM TANUR LISTRIK DAN TANUR


PEMURNI;
Proses peleburan dalam Electric Furnace adalah proses utama dalam rangkaian
proses ini. Reaksi reduksi langsung yang terjadi adalah sebagai berikut:

NiO(l) + C(s) = Ni(l) + CO(g)


FeO(l) + C(s) = Fe(l) + CO(g)
Beberapa material yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen juga
tereduksi dan menjadi pengotor dalam logam.
SiO2(l) + 2C(s) = Si(l) + 2CO(g)
Cr2O3(l) + 3C(s) = 2Cr(l) + 3CO(g)
P2O5(l) + 5C(s) = 2P(l) + 5CO(g)
3Fe(l) + C(s) = Fe3C(l)

Karbon disupplay dari Antracite (tergantung desain), dan reaksi terjadi pada zona
leleh elektroda. CO(g) yang dihasilkan dari reaksi ini ditambah dengan CO(g) dari
reaksi Boudoard mereduksi NiO dan FeO serta Fe2O3 melalui mekanisme solid-
gas reaction (reaksi tidak langsung):
NiO(s) + CO(g) = Ni(s) + CO2(g)
CoO(s) + CO(g) = Co(s) + CO2(g)
FeO(s) + CO(g) = Fe(s) + CO2(g)
Fe2O3(s) + CO(g) = 2FeO(s) + CO2(g)

Oksida stabil seperti SiO2, Cr2O3 dan P2O5 tidak tereduksi melalui reaksi tidak
langsung.

7. GRANULASI DAN PENGEMASAN


Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari
secara terus menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini
menghasilkan nikel matte yang dingin yang berbentuk butiran-butiran halus.
Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan siap dikemas.

8. PENGGUNAAN
Nikel digunakan dalam: campuran logam-logam bukan besi (non ferrous alloys),
baja tahan karat (stainless stell), baja jenis lain, melapisi logam-logam
(electroplating), campuran yang tahan akan listrik dan suhu tinggi, besi tuang,
katalisator, keramik, magnet, dan lain-lain.
III. PENUTUP
Demikian proposal Kerja Praktek ini saya perbuat sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak perusahaan dengan harapan dapat memudahkan
pelaksanaan untuk Kerja Praktek nantinya. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan proposal ini banyak terdapat kekurangan atau kekeliruan, untuk itu
dimohon adanya saran konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan
pelaksanaan Kerja Praktek ini. Kesempatan yang diberikan oleh pihak perusahaan
tenrunya akan dimanfaatkan semaksimal mungkin.
IV. DAFTAR PUSTAKA

1. Sarangi, A., Sarangi, B., 2011, “ Sponge Iron Production in Rotary kiln”, Eastern
Economy Edition, PHI Learning Private Limited, New Delhi
2. Tupkary, R. H., Tupkary, V. R., 2007, “ An Introduction to Modern Iron Making”,
Third Edition, Khanna Publishers, Nath Market, nai Sarak, Delhi
3. Arifin, Syamsul, 1976, Ilmu Logam, Jilid I, Ghalia Indonesia, Jakarta.
4. George T, Austin, 1975, Shereve’s Chemical Process Industries, Fifth edition,
McGrawHill Book Company, New York
5. Kelly, E. G., 1982, “ Indroduction to Mineral Processing”, John Wiley & Son, New
York.

Anda mungkin juga menyukai