Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

“MENGENAL ALLAH SWT DAN HAKIKAT MANUSIA “

DOSEN PENBIMBING

Andi Hamidah S.Pd , M.A

OLEH :

Sulfikar

Samsul mardi

A.arini

Adeliani

Marhana

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG PDD BONE

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL

TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Pernyataan teori evolusi, suatu metode unik penyangkal keberadaan Allah,


tidak berbeda daripada ini. Menurut teori ini, molekul-molekul anorganik membentuk
asam-asam amino secara kebetulan, asam-asam amino membentuk protein-protein
secara kebetulan, dan akhirnya protein-protein membentuk makhluk hidup secara lagi-
lagi kebetulan. Akan tetapi, kemungkinan pembentukan makhluk hidup secara
kebetulan ini lebih kecil daripada kemungkinan pembentukan Menara Eiffel dengan
cara yang serupa, karena sel manusia bahkan lebih rumit daripada segala struktur
buatan manusia di dunia ini.

Bagaimana mungkin mengira bahwa keseimbangan di dunia ini timbul secara


kebetulan bila keserasian alam yang luar biasa ini pun bisa teramati dengan mata
telanjang? Pernyataan bahwa alam semesta, yang semua unsurnya menyiratkan
keberadaan Penciptanya, muncul dengan kehendaknya sendiri itu tidak masuk
akal.Karena itu, pada keseimbangan yang bisa dilihat di mana-mana dari tubuh kita
sampai ujung-ujung terjauh alam semesta yang luasnya tak terbayangkan ini pasti ada
pemiliknya. Jadi, siapakah Pencipta ini yang mentakdirkan segala sesuatu secara
cermat dan menciptakan semuanya? Ia tidak mungkin zat material yang hadir di alam
semesta ini, karena Ia pasti sudah ada sebelum adanya alam semesta dan menciptakan
alam semesta dari sana. Pencipta Yang Mahakuasa ialah yang mengadakan segala
sesuatu, sekalipun keberadaan-Nya tanpa awal atau pun akhir. Agama mengajari kita
identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan melalui akal kita. Melalui
agama yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu Allah, Maha Pengasih
dan Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi dari kehampaan.

Meskipun kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk memahami


kenyataan ini, mereka menjalani kehidupan tanpa menyadari hal itu. Bila mereka
memandang lukisan pajangan, mereka takjub siapa pelukisnya. Lalu, mereka memuji-
muji senimannya panjang-lebar perihal keindahan karya seninya. Walau ada
kenyataan bahwa mereka menghadapi begitu banyak keaslian yang menggambarkan
hal itu di sekeliling mereka, mereka masih tidak mengakui keberadaan Allah, satu-
satunya pemilik keindahan-keindahan ini. Sesungguhnya, penelitian yang mendalam
pun tidak dibutuhkan untuk memahami keberadaan Allah. Bahkan seandainya
seseorang harus tinggal di suatu ruang sejak kelahirannya, pernak-pernik bukti di
ruang itu saja sudah cukup bagi dia untuk menyadari keberadaan Allah.Tubuh
manusia menyediakan begitu banyak bukti yang mungkin tidak terdapat di berjilid-
jilid ensiklopedi. Bahkan dengan berpikir beberapa menit saja mengenai itu semua
sudah memadai untuk memahami keberadaan Allah. Tatanan yang ada ini dilindungi
dan dipelihara oleh Dia.

Tubuh manusia bukan satu-satunya bahan pemikiran. Kehidupan itu ada di


setiap milimeter bidang di bumi ini, entah bisa diamati oleh manusia entah tidak.
Dunia ini mengandung begitu banyak makhluk hidup, dari organisme uniseluler
hingga tanaman, dari serangga hingga binatang laut, dan dari burung hingga
manusia. Jika anda menjumput segenggam tanah dan memandangnya, di sini pun
anda bisa menemukan banyak makhluk hidup dengan karakteristik yang berlainan. Di
kulit anda pun, terdapat banyak makhluk hidup yang namanya tidak anda kenal. Di isi
perut semua makhluk hidup terdapat jutaan bakteri atau organisme uniseluler yang
membantu pencernaan. Populasi hewan di dunia ini jauh lebih banyak daripada
populasi manusia. Jika kita juga mempertimbangkan dunia flora, kita lihat bahwa
tidak ada noktah tunggal di bumi ini yang tidak mengandung kehidupan. Semua
makhluk ini yang tertebar di suatu bidang seluas lebih daripada jutaan kilometer
persegi itu mempunyai sistem tubuh yang berlainan, kehidupan yang berbeda, dan
pengaruh yang berbeda terhadap keseimbangan lingkungan. Pernyataan bahwa
semua ini muncul secara kebetulan tanpa maksud atau pun tujuan itu gila-gilaan.
Tidak ada makhluk hidup yang muncul melalui kehendak atau upaya mereka sendiri.
Tidak ada peristiwa kebetulan yang bisa menghasilkan sistem-sistem yang serumit
itu.

Semua bukti ini mengarahkan kita ke suatu kesimpulan bahwa alam semesta
berjalan dengan "kesadaran" (consciousness) tertentu. Lantas, apa sumber
kesadaran ini? Tentu saja bukan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya. Tidak
ada satu pun yang menjaga keserasian tatanan ini. Keberadaan dan keagungan Allah
mengungkap sendiri melalui bukti-bukti yang tak terhitung di alam semesta.
Sebenarnya, tidak ada satu orang pun di bumi ini yang tidak akan menerima
kenyataan bukti ini dalam hati sanubarinya. Sekalipun demikian, mereka masih
mengingkarinya "secara lalim dan angkuh, kendati hati sanubari mereka
meyakininya" sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur'an. (Surat an-Naml, 14)

2. RUMUSAN MASALAH

 Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang mengenal Allah.


 Mahasiswa dapat mengetahui Makna mengenal Allah.
 Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari mengenal Allah.
 Mahasiswa dapat mengetahui bukti-bukti dari adanya Allah.
3. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:

 Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah AL_ISLAM.


 Untuk menambah pengetahuan tentang cara mengenal allah.
 Untuk mengetahui bukti-bukti bahwa Allah itu ada?
 Untuk mengetahui apakah manusia sudah tau cara mengenal Allah dengan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Allah SWT

Mungkin terlintas dalam benak kita, apakah masih perlu berbicara tentang
Allah? Bukankah kita sudah sering mendengar dan menyebut asma-Nya. Bukankah
kita sudah tahu bahwa Allah adalah Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup?
Ketahuilah, perasaan merasa cukup inilah yang menghalangi kita untuk menambah
dan memperkaya wawasan kita tentang pemahaman dan pengenalan terhadap pencipta
kita, Allah SWT.

Sesungguhnya semakin dalam dan sering kita memahami untuk mengenal Allah
maka kita akan semakin merasa dekat dengan-Nya. Semakin dekat perasaan kita
kepada Allah, semakin tenang jiwa kita. Sebagaimana yang termaktub dalam Al
Qur’anul Karim dalam Surat Ar Ra’du (13) : 38.

Ketika kita berbicara tentang Allah, kita tidak hanya membahas Allah sebagai
Rabb (Pencipta) namun kita juga membahas bahwa Allah sebagai Malik dan Ilah.
Secara definitif dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Malik memiliki makna pemilik,
pemelihara dan penguasa. Ilah memiliki makna sebagai Yang paling dicintai, Yang
paling ditakuti dan Yang menjadi sumber pengharapan.

Allah SWT sebagai pencipta lebih mudah dipahami dibandingkan memahami


Allah sebagai Malik dan Ilah. Hal ini disebabkan karena memahami Allah sebagai
Malik memiliki berbagai konsekuensi diantaranya konsekuensi pengabdian
melaksanakan perintah-Nya, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang
paling dicintai, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-satunya penguasa diri, dan
sebagainya. Konsekuensi inilah yang biasanya menjadi kendala bagi kita untuk
memahami Allah secara menyeluruh.

Dalam memahami dan mengenal Allah, kita sebaiknya berkeyakinan bahwa


Allah sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu tersebut berfungsi sebagai pedoman
hidup. Dan sebagai sarana hidup. Dengan keyakinan itu maka kita akan lebih mudah
untuk memahami Allah dan juga memiliki kepribadian yang merdeka dan bebas,
karena kita hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya penguasa diri kita, seluruh
makhluk bagi kita memiliki posisi yang sama. Sama-sama hamba Allah jadi kita tidak
akan takut kepada selain Allah.

Dalam kitab dikatakan, awaluddin makrifatullah (awal-awal agama ialah


mengenal Allah). Apabila seseorang itu tidak mengenal Allah, segala amal baktinya
tidak akan sampai Kepada Allah SWT. Sedangkan, segala perintah suruh yang kita
buat, baik yang berbentuk fardhu maupun sunat, dan segala perintah larang yang kita
jauhi, baik yang berbentuk harammaupun makruh, merupakan persembahan yang
hendak kita berikan kepada Allah SWT.

Kalau kita tidak kenal Allah SWT, maka segala persembahan itu tidak akan sampai
kepada-Nya. Ini berarti, sia-sialah segala amalan yang kita perbuat.

Bila seseorang itu sudah kenal Allah, barulah apabila dia berpuasa, puasanya sampai
kepada Allah. Apabila dia sholat, sholatnya sampai kepada Allah. Apabila dia
berzakat, zakatnya sampai kepada Allah. Apabila dia menunaikan haji, hajinya sampai
kepada Allah SWT. Apabila dia berjuang, berjihad, bersedekah dan berkorban, serta
membuat segala amal bakti, semuanya akan sampai kepada Allah SWT.Karena
itulah,makrifatullah (Mengenal Allah) ini amat penting bagi kita. Jika kita tidak kenal
Allah, kita bimbang segala amal ibadah kita tidak akan sampai kepada-Nya, ia
menjadi sia-sia belaka. Boleh jadi kita malah hanya akan tertipu oleh syaitan saja. Kita
mengira amalan yang kita perbuat sudah kita persembahkan pada Allah, padahal itu
adalah jebakan syaitan. Ini karena kita tidak mengenal Allah, sehingga kita tidak
mampu membedakan ilah(tuhan) yang kita ikuti, apakah itu Allah, atau syaitan yang
menipu daya. Sebab itulah mengenal Allah itu hukumnya fardhu 'ain bagi tiap-tiap
mukmin.

Mengenal Allah dapat kita lakukan dengan cara memahami sifat-sifat-Nya. Kita tidak
dapat mengenal Allah melalui zat-Nya, karena membayangkan zat AllaH itu adalah
suatu perkara yang sudah di luar batas kesanggupan akal kita sebagai makhluk Allah.
Kita hanya dapat mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya.

Untuk memahami sifat-sifat Allah itu, kita memerlukan dalil aqli dandalil naqli.

Dalil aqli adalah dalil yang bersumber dari akal (aqli dalam bahasa Arab = akal).

Dalil naqli adalah dalil yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Melalui dalil aqli dan dalil naqli ini sajalah kita dapat mengenal Allah. Tanpa dalil-
dalil itu, kita tidak dapat mengetahui sifat-sifat Allah, dan kalau kita tidak mengetahui
sifat-sifat Allah, berarti kita pun tidak mengenal Allah.

B. Pentingnya Mengenal Allah SWT

Ma’rifatullah adalah bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu Ma’rifah
dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah yang diajarkan
kepada manusia adalah mengenal melalui hasil penciptaannya bukan melalui zat
Allah. Karena akal kita memiliki keterbatasan untuk memahami seluruh ilmu yang ada
di dunia ini, apalagi zat Allah.

a. Ma’rifatullah merupakan ilmu tertinggi yang harus dipahami manusia. Hakikat ilmu
adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah
ilmu tertinggi sebab jika dipahami memberikan keyakinan yang dalam. Memahami
Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada
cahaya yang terang yaitu keimanan. (QS. Luqman (31) : 18).

b. Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya.(QS. Adz Dzariyat
(51)

c. Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena berhubungn dengan manfaat


yang diperolehnya yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, dengan kedua hal
tersebut akan memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan yang hakiki.

C. Bukti Bahwa Allah SWT itu ada

Bagaimana kita membuktikan bahwa allah itu ada yaitu berdasarkan Dalil
Naqlinya yang terdapat dalam Al-qur’an ada 2 metode:

1. Metode iqtirof

merupakan kita sebagai manusia membuktikan dengan melihat ciptaan Allah


SWT.Contohnya adanya laut,adanya manusia, pohon, gunung dan lain
sebagainya.

2. Metode Inayah

Kita sebagai manusia memperhatikan keindahan ciptaan Allah SWT


tersebut,contohnya Adanya laut dan setelah kita amati dalam jangka waktu yang
lama,kenapa air laut bisa asin. Hal itu tidak munkin air laut asin sendiri, semata –
mata hanya ada kekuatan Allah Lah maka hal itu bisa terjadi.

Dengan berdasarkan dalil aglinya yang didapat dari pemikiran manusia mengenai hal-
hal mengetahui bahwa Allah itu Ada.

1. Kita bisa melihat dengan adanya wahyu Allah dalam Al_Qur’an surat Al-
iklas(bahwa Allah itu satu)
2. Bahwa Allah itu mengutus para nabi dan rasul kedunia untuk menyampaikan
kepada umat manusia agar mengerjakan perintah Allah
3. Bahwa Allah menurunkan mukzizat kepada Nabi sebagai bukti kenabiannya.
4. Khauf (rasa takut) Perasaan takut juga bisa membuktikan bahwa Allah itu Benar-
benar ada.

Rasa takut adalah kondisi jiwa yang tersiksa karena disebabkan takut kepada
Allah. Contoh: bila kita dalam suatu penerbangan pesawat,seorang pramugari
mengumumkan bahwa akan mengalami cuaca buruk,maka semua penumpang tentulah
ketakutan dan akan menyebut nama nama Allah serta meminta pertolongan.hal itu
membuktikan dengan adanya Allah. jika anda melakukan ibadah harus didasari rasa
takut kepada Allah bukan kepada atasan atau bos di kantor dimana ibadah dilakukan
karena bos di kantor rajin shalat jadi shalatnya supaya dilihat oleh bos bukan karena
takut kepada Allah, Allah berfirman,“Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS.Ali Imron: 17 5)

“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku”
(QS.Al-Maidah: 44)

“Hanya kepada-Ku lah kamu harus takut (tunduk)”. (QS. Al-Baqarah: 40)

Beberapa cara untuk menumbuhkan rasa takut:

Rasa takut bisa timbul jika anda mengetahui betapa kerasnya hukuman Allah kepada
orang-orang yang bermaksiat.

Rasa takut bisa timbul dengan mengingat masa lalu dimana, saat waktu-waktu anda
yang berharga anda gunakan untuk bermaksiat dan membandingkannya dengan masa
saat anda dekat kepada-Nya.

Rasa takut bisa timbul jika kita mengenali sifat-sifat Allah

Menumbuhkan ketakutan dengan kondisi taubatnya apakah diterima atau tidak? dan
takut kalau-kalau akan diakhirkan dengan kondisi su’ul khatimah.

D. Cara Mengenal Allah SWT

Bagaimana ciri-ciri orang yang mengenal Allah? Kalau orang yang mengenal
Allah setiap dia mengalami suatu masalah pasti masalah itu akan dikembalikan kepada
Allah, berdoa dan mengadu kepada Allah karena hanya kepada Allahlah kita akan
kembali.Anda dapat mengenal Allah melalui Al-Qur’an, bahkan ada satu surat dimana
Allah menjelaskan siapa diri-Nya, coba anda lihat Al-Qur’an surat Maryam – 65 yang
berbunyi :

“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi, dan apa-apa yang ada diantara keduanya,
maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah
kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah?)”

Betapa indah dan tegasnya ayat tersebut, bahkan selain menjelaskan tentang siapa
Allah ayat tersebut juga menjelaskan apa kewajiban kita sebagai seorang hamba
kepada Sang Pencipta yaitu beribadah kepada-Nya, dan sampai kapan kita harus terus
beribadah? sampai kita MATI.

Ibadah memiliki syarat agar ibadah itu di kategorikan sebagai ibadah yang benar yaitu
:

Ikhlas, ikhlas melaksanakan ibadah karena Allah


Sesuai dengan syariat yaitu sesuai Al-Qur’an dan hadist jadi kalau tidak ada di dalam
Al-Qur’an dan Hadist jangan dikerjakan karena bid’ah hukumnya haram dan
amalannya akan tertolak

Ada beberapa cara kita mengenal Allah dan meyakini bahwa Allah Lah yang Maha
Esa Hanya Allah Lah Yang Kita Sembah tiada Yang Lain.maka hal-hal yang perlu
kita ketahui yaitu:

1. Kita diberi Akal dan Fitrah Oleh Allah serta penglihatan dan penglihataan
bahwa Hanya Allah Lah yang bisa memberikan itu.
2. Meyakini bahwa seluruh Zagat raya beserta alam semesta beserta isinya
hanya Allah Yang menciptakan.
3. Meyakini dan mempercayai Nabi dan rasul adalah utusan Allah yang diberi
mu’jizat oleh Allah untuk menunjukkan kenabian.
4. Meyakini dan mengenal Nama-nama ALLAH Melalui Asmaul Husna (QS. Al
Mu’minun (40) : 62, QS. Al Baqarah (2) : 284)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa Sesungguhnya semakin dalam dan sering kita memahami untuk mengenal
Allah maka kita akan semakin merasa dekat dengan-Nya. Semakin dekat perasaan kita
kepada Allah, semakin tenang jiwa kita. Sebagaimana yang termaktub dalam Al
Qur’anul Karim dalam Surat Ar Ra’du (13) : 38.

Ketika kita berbicara tentang Allah, kita tidak hanya membahas Allah sebagai
Rabb (Pencipta) namun kita juga membahas bahwa Allah sebagai Malik dan Ilah.
Secara definitif dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Malik memiliki makna pemilik,
pemelihara dan penguasa. Ilah memiliki makna sebagai Yang paling dicintai, Yang
paling ditakuti dan Yang menjadi sumber pengharapan.

Ciri-ciri orang yang mengenal Allah? Kalau orang yang mengenal Allah setiap
dia mengalami suatu masalah pasti masalah itu akan dikembalikan kepada Allah,
berdoa dan mengadu kepada Allah karena hanya kepada Allahlah kita akan kembali.
Anda dapat mengenal Allah melalui Al-Qur’an, bahkan ada satu surat dimana Allah
menjelaskan siapa diri-Nya, coba anda lihat Al-Qur’an surat Maryam 65.

B. Saran

Maka dari itu janganlah sekali-kali kamu tidak mengenal Allah,kerena apabila
engkau tidak menegenal Allah maka hidup mu akan sengsara baik didunia mau pun
diakhirat Kelak.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan
berbagai hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Hampir
semua lemabaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya
terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli
telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini
belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini
terbukti dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia
berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical
Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.

Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan
manusia kedalam kelompok binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu
mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang
diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak mempergunakan semua karunia itu dengan
benar, maka derajad manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari seekor
binatang. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179.

B.Rumusan Masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan islam, maka
diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apa pengertian hakikat?


b. Apa pengertian manusia?
c. Apa hakikat manusia?
d. Bagaimana penciptaan manusia dalam islam?
e. Apa fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam?
C.Tujuan dan Manfaat

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas MPK agama Islam
dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis
dan pembaca tentang manusia dalam pandangan islam dan untuk membuat kita lebih
memahami islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat

Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya


atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala
sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat
adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari
sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh,
nyawa, dan rahasia.

B. Pengertian Manusia

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal dari tanah. Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu
pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis
yang mendasari.

Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens


(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki
perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social
(superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan
moral (nilai). Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo
mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak
nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini
segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap
lingkungannya, tidak disebabkan aspek.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut
teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata
karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan,
menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan
dan al-nas.

Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama
anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu).
Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah
liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-
mu’minuum : 33).

Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar :
72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah
kesempurnaan.

Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk
pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.

Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,


psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang
tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :

1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.


2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan
jasmani saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang
diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat
di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina
yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah
makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk
social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena
manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain
manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila
hidup berkumpul bersama manusia.
C. Hakikat Manusia

Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan rohani.
Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur unsur saripati tanah.
Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang bersifat
immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di otak, serta daya rasa
(kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang selalu berkembang dengan pengaruh
lingkungan sekitarnya karena makhluk utuh ini memiliki potensi pokok yang terdiri
atas jasmani, akal, dan rohani. Hal lain yang menjadi hakikat manusia adalah mereka
berkecenderungan beragam. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi
pokok paling banyak, manusia menjadi menarik untuk diteliti. Manusia yang sebagai
subjek kajian mengkaji manusia sebagai objek kajiannya dalam hal karya, dampak
karya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Namun, sampai
sekarang manusia terutama ilmuwan belum mencapai kata sepakat tentang manusia.

Manusia diberi Allah potensi yang sangat tinggi nilainya seperti pemikiran,
nafsu, kalbu, jiwa, raga, panca indera. Namun potensi dasar yang membedakan
manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya terutama hewan adalah nafsu dan
akal/pemikiran. Manusia memiliki nafsu dan akal, sedangkan binatang hanya memiliki
nafsu. Manusia yang cenderung menggunakan nafsu saja atau tidak mempergunakan
akal dan berbagai potensi pemberian Allah lainnya secara baik dan benar, maka
manusia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi binatang, walaupun Al-Quran
tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang seperti yang dinyatakan
Allah dalam Al-Quran (Q.S. Al A’raf : 179) :

Mereka (jin dan manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami
(ayat ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda tanda
keksuasaan Allah), punya telinga tetap tidak mendengar (ayat ayat Allah). Mereka
(manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan, bahkan lebih rendah
(lagi) dari binatang.

Hakikat manusia adalah sebagai berikut :

1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya


untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
3. Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati.
6. Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang
sosial.

D. Asal Mula Manusia Berdasarkan Al-Qur’an

Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat
“cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut
manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu
diabadikan. "...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).

Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis
tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa
yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena
kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan
masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah
berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga,
namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi
yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi
dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah,
namun Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.

Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan,
bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah
keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk
menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal
manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam
melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi;
menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka


didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah
Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
E. Tanggungjawab Manusia

1. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT

Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan,
dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang
dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan
keadilan, Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun
waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus


dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi,
serta pengolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti
yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan
untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia
bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan
apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya. Oleh karena itu hidup
manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang
tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.
BAB III

KESIMPULAN

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.

Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah Swt terhadap
hamba-hamba-Nya, bahwa dialah yang mencipytakan, menghidupkan dan menjaga
kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakan manusia dalam konteks
hubungan manusia dengan Allah Swt adalah dengan mengimami Allah Swt dan
memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah
Swt. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia, serta manusia
dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan
kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam.

Manusia dipercaya Allah untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini.Allah.Dia


pernah memberi amanat kepada bumi tapi bumi tak sanggup untuk memikulnya,begitu
juga dengan gunung.Dan akhirnya manusialah yang dipercaya unutuk mengemban
amanat itu.

Sebagai wakil Allah di bumi ini,manusia salah satu tugas manusia adalah untuk
mennjaga keseimbangan kehidupan di bumi ini.Serta menjalin hubungan dengan
Allah,dengan sesama manusia,dan dengan lingkungan kehidupannya.

Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika
nanti harus kita pertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai