Semester V 2019/2020
LAPORAN PRAKTIKUM
DISTILASI FRAKSIONASI
V. DASAR TEORI
1. Sejarah
Destilasi pertama kali dikemukakan oleh kimiawan Yunani sekitar
abad pertama masehi yang akhirnya perkembangan dipicu terutama oleh
tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya
telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari
Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang
proses destilasi pada sekitar abad ke-4. Bentuk modern distilasi pertama
kali dikemukakan oleh ahli-ahli kimia islam pada masa kekhalifahan
Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi
senyawa yang relatif murni melalui alat alembic, bahkan desain ini
menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala
mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Abu Jabir Ibnu
Hayyan (721-815) yang lebih dikenak dengan Ibnu Jabir menyebutkan
tentang uap anggur yang dapat terbakar.
2. Pengertian
Destilasi fraksionasi merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan
yang mempuntai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar
30°C atau lebih.Dalam distilasi fraksionasi pemisahan parsial diulang
berkali-kali dimana setiap kali terjadi pemisahan lebih lanjut.Karakteristik
bahan pada distilasi fraksionasi adalah cairan yaitu mempunyai titik didih
yang tidak terlalu jauh.Aplikasi dari distilasi jenis ini adalah pada industry
minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak
mentah. Distilasi fraksionasi ini berbeda dengan distilasi biasa, karena
terdapat suatu kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks.
Proses refluks pada proses ini dilakukan agar pemisahan campuran dapat
terjadi dengan baik. Kolom fraksionasi berfungsi agar kontak antara cairan
dengan uap terjadi lebih lama. Sehingga komponen yang lebih ringan
dengan titik didih yang lebih rendah akan terus menguap dan masuk ke
kondensor. Sedangkan komponen yang lebih besar akan kembali ke labu
distilat. Di kolom fraksionasi terjadi pemanasan secara bertahap dengan
suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya.Kolom fraksionasi juga
digunakan untuk memberikan luas permukaan yang besar agar uap yang
berjalan naik dan cairan yang turun dapat bersentuhan. Keefektifan kolom
ini sangat dipengaruhi ileh beberapa faktor seperti cara pengaturan materi
di dalam kolom, pengaturan temperature, panjang kolom dan kecepatan
penghilangan hasil destilasi (Ema Loveta, 2013).
3. Refluks
Reflux adalah teknik distilasi yang melibatkan kondensasi uap dan
pengembalian sebagai kondensat ke system. Hal ini digunakan di
industri dan laboratorium. Istilah refluks secara luas digunakan di
industry untuk mendukung destilasi kolom dan fraksionasi skala besar
pada industri, chemical plants, dan alat proses natural gas (Eric Krell,
1982).
4. Prinsip Operasi
Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala
bahwa bila campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan
uapnya, komposisi uap dan cairan berbeda. Uap akan mengandung
lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan cairan
akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila
uap dipisahkan dari cairan dan uap tersebut dikondensasikan,
akandidapatkan cairan yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan
lebih banyak komponen yang mudah menguap dibandingkan dengan
cairan yang tidak teruapkan. Bila kemudian cairan dari kondensasi uap
tersebut diuapkan lagi sebagian, akan didapatkan uap dengan kadar
komponen yang lebih mudah menguap lebih tinggi.
Untuk menunjukkan lebih jelas uraian di atas, berikut digambarkan
secara skematis:
a. Keadaan awal
Campuran A dan B (fasa cair).A adalah komponen yang lebih
mudah menguap.
xA,0 = fraksi berat A di fasa cair
xB,0 = fraksi berat B di fasa cair
xA +xB =1
Dalam hal
ini akan
ditinjau
campuran
biner yang terdiri dari kompoenen A (yang lebih mudah menguap) dan
komponen B (yang kurang mudah mengaup)
Karena pada umumnya proses distilasi dilaksanakan dalam keadaan
bubletemperature dan dew temperature, dengan komposisi uap ditunjukkan
pada Gambar 2
Dalam banyak campuran biner, titik didih campuran terletak di antara titik
didih komponen yang lebih mudah menguap (Ta) dan titik didih komponen
yang kurang mudah menguap (Tb).Untuk setiap suhu, harga y A selalu lebih
besar daripada harga xA.
Ada beberapa campuran biner yang titik didihnya di atas atau di bawah
titik didih kedua komponennya.
Campuran kedua disebut azeotrop minimum seperti pada Gambar 3
gambar Kurva azeotrop minimum dalam kesetimbangan
Dalam kedua hal, yA tidak selalu lebih besar daripada harga xA, ada
kesetimbangan uap cairan dengan yA selalu lebih kecil daripada xA. Pada titik
azeotrop, yAsama dengan xA dan campuran cairan dengan komposisi sama
dengan titik azeotrop tidak dapat dipisahkan dengan cara distilasi.
F . X D−B . X B
X rata =
D
Dimana : F = Jumlah mol umpan mula-mula
D = Jumlah mol destilat total setelah destilasi dihentikan
XF = Fraksi mol umpan mula-mula
XD = Fraksi mol residu pada saat destilasi dihentikan
Pi PA
Y i− atau YA−
P PA + PB+ PC +.. . .. .. .................... (2-2)
PA = HA . XA ...................(2.3)
PA = P . HA . XA .................... (2-4)
P*A = tekanan uap zat A murni. Hukum ini berlaku untuk XA yang
tinggi (berarti XB rendah)
Dengan hukum-hukum tersebut diatas, komposisi, kesetimbangan
cair-uap (X-Y, dapat dihitung dari data tekanan uap zat-zat murni. Untuk
suatu campuran biner (2 kompenen A dan B), dimana fraksi mol zat A
(yang lebih mudah menguap) sama dengan X, maka :
7. Volativitas Relatif
Hubungan komposisi kesetimbangan dalam fasa uap (Y) dengan
komposisi fasa cairnya dapat dinyatakan dengan cara lain, yaitu dengan
istilah volatilitas (volatility). Volatilitas didefinisikan sebagai
perbandingan tekanan parsial dengan fraksi mol dalam cairan.Volatilitas
zat A – PA/XA dan volatilitas zat B – PB/XB.
Perbandingan kedua volatilitas ini disebut volatilitas relatif, diberi
lambang α (alpha). Dengan mengganti Y dengan YP, maka :
YA/ XA YAXB
α= =
YB/ XB YBXA ......................... (2-8)
Etanol (ml) 30 24 18 12 24 0
Aquadest (ml) 0 6 12 18 6 30
5) Mengukur densitas masing-masing sampel dengan menggunakan
piknometer yang telah dikalibrasi.
B. Distilasi Fraksionasi
1) Menyiapkan campuran etanol-air untuk dijadikan feed sebanyak 3000
ml.
2) Mengambil 50 ml feed untuk diukur densitasnya.
3) Memasukkan larutan ke dalam labu destilat sebanyak 2950 ml).
4) Menyalakan alat distilasi fraksionasi, mengatur nilai refluks, dan nilai
suhu setiap plat-nya.
5) Setelah destilat terbentuk (tetesan pertama), waktu (stopwatch)
dinyalakan.
6) Menunggu terbentuknya destilat hingga 1,5 jam.
7) Menghentikan proses operasi setaleh 1,5 jam, dan mengukur volume
destilat dan bottom product yang terbentuk.
8) Mengukur densitas destilat dan bottom product yang telah diambil
menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi.
VIII. PERHITUNGAN
Terlampir….
IX. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini kami melakukan praktikum destilasi fraksionasi
atau destilasi bertingkat. Guna untuk memisahkan dua campuran atau lebih
yang memiliki titik didih yang berbeda. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu campuran antara etanol dengan air. Dimana titik didih
masing-masing yaitu 78oC dan 100oC pada tekanan 1 atm.
Pada awal percobaan campuran etanol-air dipanaskan dalam labu
destilasi pada rangkaina alat destilasi fraksionasi. Suhu pemanasan dijaga
agar tidak melewati 80oC. hal ini bertujun agar hanyan etanolyang menguap
secara maksimal. Uap etanol nantinya akan masuk kedalam kondensor dan
dikondensasi menjadi cairan yang akan ditampung pada penampung destilat.
Destilat dapat keluar karena adanya dorongan dari pompa yaitu pompa
refluks dari akumulator ke tray teratas.
Hasil percobaan ini berupa dsetilat dan bottom, akumulasi keduanya
sama dengan volume umpan (F = D + B), selanjutnya destilat yang diperoleh
diukur berat jenisnya, begitu pula dengan bottom.berat jenis diperoleh
diplotkan pada kurva kalibrasi yang selanjutnya dikonversikan kedalam
bentuk volume, baik itu volume umpan, destilat Maupn bottom. Dari
perhitungan neraca massa komponen diperoleh volume umpan etanol 885 ml
sedangkan volume etanol bottom dan destilat yang terakumulasi sebanyak
880,64 ml. dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa volume etanol
umpan yang didapatkan tidak sama dengan volume etanol bottom ditambah
volume etanol destilat. adanya perbedaan neraca massa ini menunjukkan
adanya kesalahan pada percobaan yang dilakukan. Kesalahan yang terjadi
kemungkinan disebabkan karena pada saat menuangkan sampel ke labu
destilat, terdapat sampel yang secara tidak sengaja tumpah seanyak beberapa
ml.
Pada percobaan ini juga ditentukan jumlah stage yang diperoleh
dengan menggunakan metode pembuatan grafik kesetimbangan etanol-air
atau dengan metode Mc-Csbe and Tile. Berdasarkan grafik diperoleh 7 stage.
Ini berarti hasil yang diperoleh masih belum akurat.
X. KESIMPULAN
1. Distilasi fraksionasi merupakan proses pemisahan campuran komponen
berdasarkan titik didih komponen yang relative rendah. Distilasi
fraksionasi memiliki kolomf raksionasi yang terjadi pemanasan secara
bertahap. Sedangkan distilasi sederhana merupakan proses pemisahan
campuran komponen berdasarkan titik didih yang relative tinggi. Pada
distilasi sederhana tidak memiliki kolom fraksionasi.
2. Kadar etanol umpan yang diperoleh adalah 11%, kadar etanol destilat
yang diperoleh 91% dan kadar etanol bottom yang diperolah adalah 5%.
3. Jumlah stage yang diperoleh berdasarkan grafik kesetimbangan adalah 7
stage.
DAFTAR PUSTAKA
- Jobsheet praktikum satuan operasi, Modul “Destilasi” Jurusan Teknik Kimia
POLBAN
http://dokumen.tips/documents/bab-iii-distilasi-fraksionasi.html