Anda di halaman 1dari 19

APORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

“ANALISIS PROKSIMAT (INHERENT MOISTURE, ASH


CONTENT DAN VOLATILE MATTER) PADA BATUBARA
DENGAN METODE ISO DI LABORATORIUM
PT. GEOSERVICES SAMARINDA”

Nur Laily Fadia Febriyanti


1807035038

Pembimbing PKL
I : Ritson Purba S.Si, M.Si
II (mitra) : Nico Sudrajat
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. 2. 3.
Untuk mengetahui nilai Untuk mengetahui nilai Untuk mengetahui nilai
Volatile Matter pada Ash Content pada Fixed Carbon pada
sampel batubara dengan sampel batubara dengan sampel batubara dengan
menggunakan metode menggunakan metode menggunakan metode
International Standart International Standart International Standart
Organization (ISO) Organization (ISO) Organization (ISO)

4

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan
▪ Menambah ilmu pengetahuan mengenai analisis batubara
▪ Meningkatkan sikap disiplin, tanggung jawab terhadap apa yang
dikerjakan serta memahami lebih jauh mengenai dunia kerja
▪ Menerapkan secara langsung ilmu yang telah didapatkan di perkuliahan
sehingga mampu memahami teori maupun cara kerja alat dalam
menganalisis

5
1.4.1 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan atau PKL ini dilaksakan pada tanggal 01 September
2021 hingga 10 Oktober 2021 di Laboratorium PT. Geoservices Samarinda yang berlokasi di
Jl. Kadrie Oening Samarinda, Kalimantan Timur.
1.4
1.4.2 Alasan Pemilihan Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Waktu,
Pemilihan Lokasi untuk dilakukannya kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium PT.
Geoservices Samarinda memiliki beberapa alasan, diantaranya yaitu :
 Memiliki ritme yang sesuai dengan disiplin ilmu yang selama ini telah dipelajari
Tempat
 Laboratorium PT. Geoservices telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
dibidang analisa batubara serta Laboratorium PT. Geoservices memiliki sarana dan dan Topik
prasarana yang memadai sehingga mampu menunjang penerapan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di perkuliahan Praktik
Kerja
 Mengaplikasikan berbagai macam metode analisa kimia khususnya pada analisa batubara

Lapangan
1.4.3 Topik Praktek Kerja Lapangan

Adapun topik yang diambil oleh penulis dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan
yaitu “Analisis Proksimat (Inherent Moisture, Ash Content Dan Volatile Matter)
Pada Batubara Dengan Metode ISO di Laboratorium PT. Geoservices Samarinda”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Batubara
Batubara merupakan salahsatu sumber energi di dunia. Batubara adalah campuran yang sangat kompleks
dari zat kimia organik yang mengandung karbon, oksigen dan hidrogen didalam sebuah rantai karbon.
Berdasarkan undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang mineral dan batubara, batubara adalah endapan senyawa
organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan dan bisa terbakar. Batubara
merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan yang berwarna coklat hingga
kehitaman yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia sehingga menyebabkan batubara kaya
akan unsur karbon (Sukandarrumidi, 1995).

2.2 Proses Pembentukan Batubara


Dalam proses terbentuknya batubara melalui dua tahapan, yaitu tahan biokimia dan tahapan
pembatubaraan, adapun prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Tahap biokimia adalah tahap ketika sisa-sisa tumbuhan yang mengalami akumulasi dan tersimpan dengan
kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem pengairan yang buruk dan selalu
tergenang air beberapa inci dari permukaan rawa. Kemudian oleh suatu bakteri anaerobik dan fungi,
material tumbuhan tersebut diubah menjadi gambut (Stach, 1982).
2. Tahap pembatubaraan (Coalification) adalah suatu proses diagenesis terhadap suatu komponen organik
dari gambut yang telah meningkatkan temperatur dan tekanan sebagai suatu gabungan proses biokimia,
kimia dan fisika yang telah terjadi karena suatu pengaruh pembebanan sedimen yang telah menutupinya
dalam kurun waktu geologi.

2.3 Klasifikasi Batubara


Berdasarkan kualitasnya, batubara memiliki kelas (grade) yang secara umum dikllasifikasikan menjadi
4 kelas utama. Dalam hal ini kelas batubara disertai dengan kriteria berdasarkan analisis proksimate dan nilai
kalornya serta berdasarkan analisis ultimate dan kandungan sulfur total serta densitasnya.
3. Gambut
4. Lignit
5. Bitumen Menengah
6. Bitumen
7. Antrasit
(Puspitasari, 2019).

2.4 Komposisi Batubara


Dalam batubara unsur kimia dibagi menjadi 2, yaitu unsur organik yang terdiri dari karbon (C),
Hidrogen (H), Oksigen (O), Sulfur (S), Nitrogen (N) dan Phosfor (P). Batubara memiliki komposisi yang
heterogen, yang mengandung zat organik berupa lignin-selulosa-humus dan zat anorganik berupa besi, silika,
aluminium, magnesium dll) yang kemudian akan bercampur dengan batuan sedimen lain disekitarnya selama
prose pembatubaraan berlangsung.
2.5 Manfaat Batubara
Saat ini hampir 70% produksi batubara indonesia untuk dalam negeri digunakan sebagai
bahan bakar pembangkit listrik oleh Perusahaan Listrik Negara. 10% sebagai bahan
pembuatan semen, dan sisanya digunakan sebagai bahan bakar industri atau proses metalurgi.
(Arif, 2014).

2.6 Analisa Batubara


2.6.1 Preparasi Batubara
Dalam tahapan analisis Batubara, preparasi yang merupakan awal pengerjaan atau pengolahan
sampel batubara, yang mana batubara asli yang sebelum dianalisa batubara tersebut dalam ukuran besar.
Maka diperlukan beberapa perlakuan sesuai dengan metode standar analisa batubara yaitu standar ISO
(International Organization of Standarization). Dengan standart metode kerja ISO maka proses preparasi
sampel ada 2 untuk GA (General Analysis) dan TM (Total Moisture) .

2.6.2 Parameter Analisis Batubara


2.6.2.1 Analisa Proximate
Proksimat merupakan suatu rangkaian analisi awal saat pengujian suatu sampel batubara. Analisa
proksimat merupakan suatu pengujian batubara yang terdiri dari analisis kandungan air (Moisture in
Analysis), zat terbang (Volatile Matter), kandungan mineral (ash content), dan fixed carbon.
2.6.2.2 Analisa Ultimate
Analisis ultimate merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk memeriksa unsur-unsur zat orgnaik yang
terdapat di dalam sampel batubara, seperti karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen.

2.6.2.3 Analisa Total Sulphur (TS)


Sulfur di dalam batubara terdapat dari mineral Carbonaceous atau merupakan bagian dari mineral-mineral
seperti sulfat maupun sulfit. Gas sulfur dioksida (SO2) yang terbentuk selama pembakaran merupakan polutan
yang dapat mengganggu ekosistem di bumi. Di dalam Cooking Coal kandungan sulfur tidak diinginkan karena
akan berakumulasi di dalam cairan panas sehingga akan memerlukan suatu proses desulfurisasi (PT. Geoservices,
Ltd, 2014)

2.6.2.4 Analisa Calorific Value (CV)


Kandungan nilai kalor total batubara merupakan kandungan panas yang terdapat pada batubara yang
dihasilkan dari proses pembakaran setiap satuan berat dalam jumlah kondisi oksigen standar. Dalam batubara nilai
kalor dapat ditentukan melalui cara membakar, contohnya menggunakan alat bomb calorimeter

2.6.2.5 Analisa Titik Leleh Abu (Ash Fusion Temperature)


Ash Fusion Temperature adalah sebuah analisis yang dapat menggambarkan suatu sifat pelelehan abu dari
batubara yang diukur melalui pengamatan perubahan bentuk contoh abu yang telah dicetak secara kerucut, selama
pemanasan bertahap. Analisis biasanyan dilakukan dengan dua kondisi pemanasan., yaitu kondisi oksidasi dan
kondisi reduksi.
BAB III
PELAKSANAAN PKL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Lingkup Kerja
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan oleh penulis sejak tanggal 01 september hingga
10 Oktober 2021 di Laboratorium PT. Geoservices Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Di Laboratorium
ini penulis melakukan analisis proksimat, Calorific Value (CV) dan Total Sulfur menggunakan metode ISO dan
ASTM. Namun penulis memfokuskan melakukan analisis proksimat (inherent moisture, ash content dan
volatile matter) pada batubara dengan metode ISO.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu spatula, crucible, dish, oven, furnace, neraca analitik, dan seperangkat
komputer.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu sampel batubara yang telah dihaluskan dan gas nitrogen.
11
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Analisis Proksimat
3.3.1.1 Analisis Inherent Moisture (ISO 11722:2013)
Dipanaskan dish dan tutupnya selama
15 menit didalam furnace pada
suhu 105-110 oC

Untuk mendapatkan nilai % Inherent Moisture diperoleh melalui


rumus:
Didinginkan selama 5 menit
kedalam desikator (m2 - m3)
% M ad = x 100
(m2 - m1)
Keterangan :
Di timbang 1 gram sampel batubara yang M ad = Moisture in the analysis (air dried) (%)
telah dihaluskan kedalam dish
m1 = Berat awal dish + tutupnya (g)
m2 = Berat dish + tutupnya + batubara (g)
m3 = Berat dish + tutupnya + batubara setelah dipanaskan (g)
dipanaskan didalam oven selama 1 jam
pada suhu 105-110 oC dengan dialiri
gas nitrogen 335-500 cc/menit.

didinginkan menggunakan desikator


selama 10 menit.
3.3.1.2 Analisis Ash Content (ISO 1171:2010)
Dipanaskan dish dan tutupnya selama
15 menit didalam furnace pada
suhu 815 oC

Didinginkan selama 10 menit pada suhu


Untuk mendapatkan nilai % Ash Content diperoleh ruang dan 10 menit didalam desikator
melalui rumus:
(m3 - m1)
% Ash = x 100
(m2 - m1) Di timbang 1 gram sampel batubara yang
Keterangan : telah dihaluskan kedalam dish
Ash = Kadar Abu (%)
m1 = Berat awal cawan + tutupnya (g)
m2 = Berat cawan + tutupnya + batubara
dipanaskan didalam furnace dengan suhu yang
(g) bertahap, dimulai pada suhu 500 oC selama 1 jam lalu
m3 = Berat cawan + tutupnya + abu (g) pada suhu 815 oC selama 1,5 hingga 2 jam.
Kemudian didiamkan pada suhu 815 oC selama 1,5 jam

Didinginkan selama 10 menit pada suhu


ruang dan 10 menit didalam desikator
13
3.3.1.3 Analisis Volatile Matter (ISO 562:2010)
Dipanaskan crucible dan tutupnya selama
15 menit didalam furnace pada
suhu 900 oC

Untuk mendapatkan nilai % Volatile Matter diperoleh melalui


Didinginkan selama 10 menit pada suhu
ruang dan 10 menit didalam desikator rumus:

(m2 - m3)
Berat yang hilang (%) = x 100
(m2 - m1)
Di timbang 1 gram sampel batubara yang
telah dihaluskan kedalam crusible Volatile Matter (%) = Berat yang hilang (%) - Moisture (%)
Keterangan :
m1 = Berat cawan + tutup kosong sebelum dipanaskan (g)
m2 = Berat cawan + tutup kosong + batubara sebelum dipanaskan
dipanaskan didalam furnace selama
(g)
7 menit pada suhu 900 oC d
m3 = Berat cawan + tutup kosong + residu setelah dipanaskan (g)

Didinginkan selama 10 menit pada suhu


ruang dan 10 menit didalam desikator

14
Hasil dan Pembahasan

Moisture in Volatile
Ash Content
No. Sampel The Analysis Matter Fixed Carbon
(%)
(%) (%)

1. Sampel A 17,3 8,1 35,2 39,4


2. Sampel B 17,4 6,7 34,8 41,1
3. Sampel C 12,8 4,2 41,1 41,9
4. Sampel D 14,8 11,2 36,0 38,0
5. Sampel E 22,2 5,6 36,1 36,1
6. Sampel F 18,4 4,5 41,5 35,6
7. Sampel G 19,7 2,4 42,3 35,6
8. Sampel H 14,1 2,9 43,8 39,2
9. Sampel I 12,1 5,0 53,6 25,3
10. Sampel J 10,1 3,5 41,3 45,1

15
 Prinsip analisis proksimat yaitu secara gravimetri yaitu suatu pengukuran atau penentuan kadar
yang berdasarkan perbedaan berat setelah dilakukan suatu pemanasan.

 Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar air maka akan
menghasilkan nilai kalori yang rendah, sehingga akan semakin rendah pula kualitas batubra
tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan semakin tinggi kandungan air di dalam batubara maka
akan memerlukan energi yang banyak untuk melakukan proses pembakaran sehingga akan
menyebabkan kualitas batubara tersebut menjadi rendah.

 Berdasarkan hasil analisis kadar abu tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar abu
maka akan menghasilkan nilai kalori yang rendah. Menurunnya kadar abu batubara
mengindikasikan berkurangnya kadar mineral yang terkandung dalam batubara, sehingga karbon
dapat terbakar dengan sempurna dan menyebabkan kalor pembakaran batubara lebih meningkat
 Berdasarkan hasil analisis kadar zat terbang dapat disimoulkan bahwa semakin
tinggi kadar zat terbang maka akan semakin rendah kualitas batubara, hal ini
dikarenakan zat terbang akan mempengaruhi kesempuranaan pembakaran dan
intensitas api yang akan dihasilkan oleh batubara.

 Berdasarkan ketiga analisis tersebut maka nilai dari fixed carbon dapat
ditentukan, dimana Nilai dari fixed carbon akan sangat mempengaruhi kualitas
dari suatu batubara, karena semakin tinggi nilai fixed carbon maka kualitas
batubara akan semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena fixed carbon
merupakan komponen utama yang mampu menghasilkan panas pada saat
proses pembakaran sebab karbon merupakan salah satu unsur yang yang
paling banyak terbakar dalam batubara.

17
BAB IV
Penutup
Kesimpulan

− Berdasarkan hasil analisa proksimat pada analisis Volatile Matter didapatkan hasil berturut-
turut adalah 35,2 % ; 34,8 % ; 41,1 % ; 36,0 % ; 36,1 % ; 41,5 % ; 42,3 % ; 43,8 % ; 53,6 % ;
41,3 %
− Berdasarkan hasil analisa proksimat pada analisis Ash Content didapatkan hasil berturut-turut
adalah 8,1 % ; 6,7 % ; 4,2 % ; 11,2 % ; 5,6 % ; 4,5 % ; 2,4 % ; 2,9 % ; 5,0 % ; 3,5 %
− Berdasarkan hasil analisa proksimat pada analisis Fixed Carbon didapatkan hasil berturut-turut
adalah 39,4 % ; 41,1 % ; 41,9 % ; 38,0 % ; 36,1 % ; 35,6 % ; 35,6 % ; 39,2 % ; 25,3 % ; 45,1 %

Saran
− Sebaiknya dilakukan analisis proksimat menggunakan metode ASTM sehingga didapatkan
hasil yang lebih bervariasi
− Diharapkan hubungan kerjasama antara pihak PT. Geoservices Samarinda dengan pihak
Fakultas MIPA UNMUL tetap berlangsung dengan baik dalam rangka pengembangan kualitas
Sumber Daya Manusia di Kalimantan Timur.
Terima Kasih

19

Anda mungkin juga menyukai