(RPP)
Video Pembelajaran:
pada
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
B. Kompetensi Dasar
3.13 Menerapkan analisis kadar abu
4.13 Melaksanakan analisis penentuan abu
3.14 Mengevaluasi data hasil analisis kadar abu
4.14 Melaksanakan analisis penentuan abu
2
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melalui tahapan pembelajaran Siswa mampu:
1. Menjejelaskan jenis alat ukur gelas, peralatan gelas untuk analisis abu dan mineral
2. Menyebutkan jenis bahan kimia untuk analisis abu dan mineral
3. Menjelaskan prinsip dasar analisis abu dan mineral
4. Menjelaskan metoda penentuan kadar abu dan mineral
5. Membuat perhitungan pada analisis abu dan mineral
6. Membuat pelaporan dan pencatatan hasil pengujian kadar abu dan mineral
E. MateriPembelajaran
Kadar abu suatu bahan ditetapkan pula secara gravimetri, yaitu cara untuk pendugaan
kandungan mineral dalam bahan pangan secara kasar. Bobot abu yang diperoleh sebagai
perbedaan bobot cawan berisi abu dan cawan kosong. Apabila suatu sampel di dalam cawan
abu porselen dipanaskan pada suhu tinggi sekitar 650oC akan menjadi abu berwarna putih.
3
2) Mengetahui jenis bahan yang digunakan
3) Menentukan parameter nilai gizi bahan makanan
Penentuan abu total dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu pengabuan langsung/pengabuan
kering dan pengabuan tidak langsung/pengabuan basah.
1) Pengabuan langsung / kering
Prinsip penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu
yang tinggi, yaitu sekitar 500-600oC, kemudian zat hasil pembakaran yang tertinggal
ditimbang. Pengabuan cara kering digunakan untuk penentuan total abu, abu larut, abu tidak
larut air dan tidak larut asam. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengabuan lama, suhu
yang diperlukan tinggi, serta untuk analisis sampel dalam jumlah yang banyak.
Bahan yang mengandung kadar abu lebih tinggi, sebelum pengabuan dilakukan pengeringan
pada bahan. Bahan yang mengandung kandungan zat yang mudah menguap dan berlemak,
pengabuannya dilakukan dengan suhu rendah pada awal proses sampai hilangnya asam,
kemudian suhu dinaikan sesuai yang dikehendaki. Sedangkan bahan yang dapat membentuk
buih selama dipanaskan, sebelumnya dilakukan pengeringan dan ditambahkan zat anti buah
seperti olive atau paraffin.
Bahan yang akan diabukan ditempatkan pada wadah khusus yaitu krus yang terbuat dari
porselen, silica, quartz, nikel atau platina dengan berbagai kapasitas (25-100 ml). Pemilihan
krus ini disesuaikan dengan bahan yang akan diabukan.
Suhu pengabuan untuk setiap bahan berbeda-beda tergantung pada komponen yang
terkandung dalam bahan tersebut, mengingat terdapat beberapa komponen abu yang mudah
mengalami dekomposisi juga menguap pada suhu yang tinggi.
4
Pengabuan dilakukan dengan muffle (tanur) yang dapat diatur suhunya, apabila tidak tersedia
dapat menggunakan pemanas bunsen. Lama pengabuan tiap-tiap bahan berbeda, berkisar
antara 2-8 jam. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan berwarna putih
abu-abu dan memiliki berat konstan. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam suhu
dingin, krus yang berisi abu dipanaskan dalam oven bersuhu 105oC untuk menurunkan suhu
krus, kemudian dimasukan ke desikator.
Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral, kecuali mercuri dan
arsen. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan Ca, P, dan Fe akan
tetapi kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Penggunaan
suhu yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengabuan cara kering, yaitu
mengusahakan suhu pengabuan yang digunakan dapat ditentukan sedemikian rupa, sehingga
tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis karena penggunaan suhu yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan terjadinya penguapan beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca, Cl, dan P.
Selain itu suhu pengabuan juga dapat menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu misalnya
K2CO3, CaCO3, MgCO3. Menurut Whichman (1940, 1941), K2CO3 terdekomposisi pada
suhu 700oC, CaCO3 terdekomposisi pada 600 – 650oC sedangkan CO3 terdekomposisi pada
suhu 300 – 400 oC. Tetapi bila ketiga garam tersebut berada bersama-sama akan membentuk
senyawa karbonat kompleks yang lebih stabil.
Menurut Nurdiani (2017), pengabuan dengan cara langsung memiliki kelebihan, antara lain:
a) Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian,
serta digunakan untuk mendeteksi sampel yang relatif banyak.
b) Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air, serta abu yang
tidak larut dalam asam,
c) Tanpa menggunakan reagensia sehingga biaya lebih murah dan tidak menimbulkan resiko
akibat penggunaan reagen yang berbahaya.
Sebagaimana cara kering, setelah pengabuan bahan di muffle, krus dipanaskan dalam oven
suhu 105oC, dan selanjutnya dipindahkan ke desikator.
Untuk menganalisis masing-masing jenis mineral dapat dilakukan dengan alat Atomic
Absoption Spectrophotometer (ASS). Menggunakan ASS kandungan beberapa jenis mineral
didalam bahan pangan dapat ditentukan.
Cara perhitungan kadar abu dengan cara pengabuan kering (AOAC, 1995):
6
Diketahui :
(Sumber : Winarno. Kimia Pangan dan Gizi. 2004. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama)
Menurut Nurdiani (2017), pengabuan cara tidak langsung memiliki kelebihan dan
kekurangan. Beberapa kelebihan pengabuan cara tidak langsung, meliputi :
a) Waktu yang diperlukan relatif singkat,
b) Suhu yang digunakan relatif rendah,
c) Resiko kehilangan air akibat suhu yang digunakan relatif rendah,
d) Dengan penambahan gliserol alkohol dapat mempercepat pengabuan,
e) Penetuan kadar abu lebih baik.
G. LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan ke- 1
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO
7
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO
keribut dan mengicipi rasa masing-masing buah tersebut.
3. Guru menggali pertanyaan pada siswa untuk untuk mencari
tahu bagaimana cara menentukan kadar abu pada suatu bahan
makanan.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru meminta siswa berdiskusi kelompok untuk menentukan cara-
cara penentuan kadar air pada berbagai bahan makanan.
• Siswa mengumpulkan informasi dengan berdiskusi dan
membaca berbagai litelatur mengenai cara penentuan kadar abu
dan faktor-faktornya
• Siswa berdiskusi mengecek pandangan dan bertukar pikiran
denga teman kelompoknya mengenai permasalahan yang sedang
dibahas berdasarkan literatur dan pengetahuan yang dimilikinya.
• Salah satu kelompok tampil untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, dalam menyelesaikan permasalahan melalui solusi
yang disimpulkan oleh kelompoknya.
• Siswadi kelompok lain memperhatikan proses presentasi.
• Siswadipersilahkan untuk memberikan komentar terhadap hasil
presentasi temannya dan dipersilahkan mengoreksi bila ada
kesalahan
Pertemuan ke- 2
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO
8
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO
1. Guru menugaskan siswa untuk menggunakan APD
sesuai keperluan
2. Siswa membaca petunjuk praktikum analisa penentuan
kadar abu metode oven dan metode destilasi.
3. Siswa berdiskusi untuk memperoleh pemahaman yang
benar tentang pelaksanaan praktikum
4. Siswa secara berkelompok melakukan praktikum analisa
kadar abu metode oven dan metode destilasi
5. Siswa mencatat data praktikum dalam laporan sementara
Pertemuan ke- 3
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO
9
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO
2. Refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilakukan .
3. Guru meyampaikan materi pertemuan berikutnya yaitu
analisa kadar abu mineral dan memberitahuan minggu
berikutnya akan diadakan penilaian harian.
4. Mengakhiri pembelajaran dengan salam dan berdo’a.
b) Instrumen
1) Soal tes tertulis (terlampir)
2) Lembar tugas dan lembar penilaian (terlampir)
3) Lembar soal paraktik dan lembar unjuk kerja siswa (terlampir)
I. Alat, Media danSumber
• Alat : LCD, Laptop
• Media : Video scribe pembelajaran, slide analisa kadar abu
• Sumber : Buku Paket dan Internet
10