Anda di halaman 1dari 10

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Video Pembelajaran:

Problem Based Learning

pada

Praktikum Analisa Kadar Abu

1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Sekolah : SMK N 3 Madiun


Mata Pelajaran : Analisis Bahan Orgaik
Kelas / Semester : XII KA3,4
Kompetensi Dasar : 3.13 Menerapkan analisis kadar abu
: 4.13 Melaksanakan analisis penentuan abu
: 3.14 Mengevaluasi data hasil analisis kadar abu
4.14 Melaksanakan analisis penentuan abu
Alokasi Waktu : 21 JP (3 x 7 x 45 menit)
Pertemuan Ke :

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan
faktual, konseptual, operasional lanjut, dan metakognitif secara multidisiplin
sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Dasar- dasar Teknik Kimia pada tingkat
teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional,
regional, dan internasional.
KI 4 : Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur
kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang
kerja Dasar-dasar Teknik Kimia. Menampilkan kinerja mandiri dengan mutu dan
kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak
mahir, menjadikan gerak alami, sampai dengan tindakan orisinal dalam ranah
konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta
mampu melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.

B. Kompetensi Dasar
3.13 Menerapkan analisis kadar abu
4.13 Melaksanakan analisis penentuan abu
3.14 Mengevaluasi data hasil analisis kadar abu
4.14 Melaksanakan analisis penentuan abu

C. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


1. Menjejelaskan jenis alat ukur gelas, peralatan gelas untuk analisis abu dan mineral
2. Menyebutkan jenis bahan kimia untuk analisis abu dan mineral
3. Menjelaskan prinsip dasar analisis abu dan mineral
4. Menjelaskan metoda penentuan kadar abu dan mineral
5. Membuat perhitungan pada analisis abu dan mineral
6. Membuat pelaporan dan pencatatan hasil pengujian kadar abu dan mineral

2
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melalui tahapan pembelajaran Siswa mampu:
1. Menjejelaskan jenis alat ukur gelas, peralatan gelas untuk analisis abu dan mineral
2. Menyebutkan jenis bahan kimia untuk analisis abu dan mineral
3. Menjelaskan prinsip dasar analisis abu dan mineral
4. Menjelaskan metoda penentuan kadar abu dan mineral
5. Membuat perhitungan pada analisis abu dan mineral
6. Membuat pelaporan dan pencatatan hasil pengujian kadar abu dan mineral

E. MateriPembelajaran

Pengertian Abu dan Mineral


Abu adalah nama yang diberikan pada semua residu non-cair yang tersisa setelah sampel
dibakar, dan sebagian besar terdiri dari oksida logam atau zat anorganik sisa hasil
pembakaran (pengabuan) suatu bahan organik. Sedangkan Kadar abu total adalah bagian dari
analisis proksimat yang bertujuan untuk mengevaluasi nilai gizi suatu produk/bahan pangan
terutama total mineral. Kadar abu dari suatu bahan menunjukkan total mineral yang
terkandung dalam bahan tersebut.

a. Prinsip Analisis Kadar Abu


Prinsip penentuan kadar abu yaitu mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi
(500-6000C) dan kemudan melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran (Sudarmadji 2003). Penentuan kadar abu dapat dilakukan secara langsung
dengan membakar bahan pada suhu tinggi (500-600°C) selama 2-8 jam dan kemudian
menimbang sisa pembakaran yang tertinggal sebagai abu (AOAC, 2005).

Kadar abu suatu bahan ditetapkan pula secara gravimetri, yaitu cara untuk pendugaan
kandungan mineral dalam bahan pangan secara kasar. Bobot abu yang diperoleh sebagai
perbedaan bobot cawan berisi abu dan cawan kosong. Apabila suatu sampel di dalam cawan
abu porselen dipanaskan pada suhu tinggi sekitar 650oC akan menjadi abu berwarna putih.

b. Metode Analisis Kadar Abu


Penentuan konstituen mineral dalam bahan hasil pertanian dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu penentuan abu total dan penentuan individu komponen. Tujuan penentuan abu total
biasanya digunakan untuk beberapa hal, yaitu :
1) Menentukan baik tidaknya proses pengolahan

3
2) Mengetahui jenis bahan yang digunakan
3) Menentukan parameter nilai gizi bahan makanan

Penentuan abu total dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu pengabuan langsung/pengabuan
kering dan pengabuan tidak langsung/pengabuan basah.
1) Pengabuan langsung / kering
Prinsip penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu
yang tinggi, yaitu sekitar 500-600oC, kemudian zat hasil pembakaran yang tertinggal
ditimbang. Pengabuan cara kering digunakan untuk penentuan total abu, abu larut, abu tidak
larut air dan tidak larut asam. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengabuan lama, suhu
yang diperlukan tinggi, serta untuk analisis sampel dalam jumlah yang banyak.

Pengabuan dilakukan melalui 2 tahap yaitu :


a) Pemanasan pada suhu 300oC untuk dapat melindungi kandungan bahan yang bersifat
volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai
asap habis.
b) Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun
porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada
perubahan suhu yang tiba-tiba.

Bahan yang mengandung kadar abu lebih tinggi, sebelum pengabuan dilakukan pengeringan
pada bahan. Bahan yang mengandung kandungan zat yang mudah menguap dan berlemak,
pengabuannya dilakukan dengan suhu rendah pada awal proses sampai hilangnya asam,
kemudian suhu dinaikan sesuai yang dikehendaki. Sedangkan bahan yang dapat membentuk
buih selama dipanaskan, sebelumnya dilakukan pengeringan dan ditambahkan zat anti buah
seperti olive atau paraffin.

Bahan yang akan diabukan ditempatkan pada wadah khusus yaitu krus yang terbuat dari
porselen, silica, quartz, nikel atau platina dengan berbagai kapasitas (25-100 ml). Pemilihan
krus ini disesuaikan dengan bahan yang akan diabukan.
Suhu pengabuan untuk setiap bahan berbeda-beda tergantung pada komponen yang
terkandung dalam bahan tersebut, mengingat terdapat beberapa komponen abu yang mudah
mengalami dekomposisi juga menguap pada suhu yang tinggi.

4
Pengabuan dilakukan dengan muffle (tanur) yang dapat diatur suhunya, apabila tidak tersedia
dapat menggunakan pemanas bunsen. Lama pengabuan tiap-tiap bahan berbeda, berkisar
antara 2-8 jam. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan berwarna putih
abu-abu dan memiliki berat konstan. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam suhu
dingin, krus yang berisi abu dipanaskan dalam oven bersuhu 105oC untuk menurunkan suhu
krus, kemudian dimasukan ke desikator.

Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral, kecuali mercuri dan
arsen. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan Ca, P, dan Fe akan
tetapi kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Penggunaan
suhu yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengabuan cara kering, yaitu
mengusahakan suhu pengabuan yang digunakan dapat ditentukan sedemikian rupa, sehingga
tidak terjadi kehilangan elemen secara mekanis karena penggunaan suhu yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan terjadinya penguapan beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca, Cl, dan P.
Selain itu suhu pengabuan juga dapat menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu misalnya
K2CO3, CaCO3, MgCO3. Menurut Whichman (1940, 1941), K2CO3 terdekomposisi pada
suhu 700oC, CaCO3 terdekomposisi pada 600 – 650oC sedangkan CO3 terdekomposisi pada
suhu 300 – 400 oC. Tetapi bila ketiga garam tersebut berada bersama-sama akan membentuk
senyawa karbonat kompleks yang lebih stabil.

Menurut Nurdiani (2017), pengabuan dengan cara langsung memiliki kelebihan, antara lain:
a) Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian,
serta digunakan untuk mendeteksi sampel yang relatif banyak.
b) Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air, serta abu yang
tidak larut dalam asam,
c) Tanpa menggunakan reagensia sehingga biaya lebih murah dan tidak menimbulkan resiko
akibat penggunaan reagen yang berbahaya.

Kelemahan dari cara langsung, antara lain :


a) Membutuhkan waktu yang lebih lama,
b) Memerlukan suhu yang relatif tinggi,
c) Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu tinggi.
5
2) Pengabuan tidak langsung (pengabuan basah)
Pengabuan basah digunakan untuk digesti sampel dalam usaha penentuan trace element dan
logam-logam beracun. Prinsip pengabuan cara basah adalah dengan menambahkan reagen
kimia tertentu ke dalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Beberapa bahan kimia yang
sering digunakan untuk pengabuan basah adalah
a) Asam sulfat ditambahkan ke dalam sampel untuk membantu mempercepat terjadinya
oksidasi
b) Campuran asam sulfat dan potasium sulfat digunakan untuk mempercepat dekomposisi
sampel
c) Campuran asam sulfat dan asam nitrat digunakan unruk mempercepat proses pengabuan
d) Asam perkholat dan asam nitrat digunakan untuk bahan yang sangat sulit mengalami
oksidasi.

Sebagaimana cara kering, setelah pengabuan bahan di muffle, krus dipanaskan dalam oven
suhu 105oC, dan selanjutnya dipindahkan ke desikator.

Perbedaan pengabuan cara kering dan cara basah yaitu :


a) Cara kering digunakan untuk penentuan abu total dalam suatu bahan pangan, sedangkan
cara basah digunakan untuk penentuan trace element
b) Penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air serta abu yang tidak larut dalam asam
membutuhkan waktu rekalif lama apabila pengabuan dilakukan dengan cara pengabuan
kering, sedangkan pengabuan basah relatif lebih cepat.
c) Cara kering membutuhkan suhu relative tinggi, sedangkan pengabuan basah
membutuhkan suhu relatif rendah
d) Cara kering dapar digunakan untuk sampel yang relatif banyak, sedangkan cara basah
sebaiknya sampel yang diuji sedikit dan membutuhkan regensia yang merupakan bahan kimia
cukup berbahaya.

Untuk menganalisis masing-masing jenis mineral dapat dilakukan dengan alat Atomic
Absoption Spectrophotometer (ASS). Menggunakan ASS kandungan beberapa jenis mineral
didalam bahan pangan dapat ditentukan.

Cara perhitungan kadar abu dengan cara pengabuan kering (AOAC, 1995):
6
Diketahui :

(Sumber : Winarno. Kimia Pangan dan Gizi. 2004. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama)

Menurut Nurdiani (2017), pengabuan cara tidak langsung memiliki kelebihan dan
kekurangan. Beberapa kelebihan pengabuan cara tidak langsung, meliputi :
a) Waktu yang diperlukan relatif singkat,
b) Suhu yang digunakan relatif rendah,
c) Resiko kehilangan air akibat suhu yang digunakan relatif rendah,
d) Dengan penambahan gliserol alkohol dapat mempercepat pengabuan,
e) Penetuan kadar abu lebih baik.

Sedangkan kelemahan cara tidak langsung, meliputi :


a) Hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam beracun,
b) Memerlukan regensia yang kadangkala berbahaya, dan
c) Memerlukan koreksi terhadap regensia yang digunakan.

G. LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan ke- 1
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO

a. Kegiatan Pendahuluan 10.’


1. Membuka dan memulai pembelajaran dengan salam dan
berdo’a.
2. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai
para peserta didik.
3. Membagi kelompok kerja ( Pokja )
b. Kegiatan Inti
Orientasi siswa 150’
Mengamati
1. Guru menampilkan tentang permasalahan yaitu tampilan buah
yang masih segar dan sudah keriput.
2. Siswa mengamati buah yang masih segar dan yang sudah

7
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO
keribut dan mengicipi rasa masing-masing buah tersebut.
3. Guru menggali pertanyaan pada siswa untuk untuk mencari
tahu bagaimana cara menentukan kadar abu pada suatu bahan
makanan.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru meminta siswa berdiskusi kelompok untuk menentukan cara-
cara penentuan kadar air pada berbagai bahan makanan.
• Siswa mengumpulkan informasi dengan berdiskusi dan
membaca berbagai litelatur mengenai cara penentuan kadar abu
dan faktor-faktornya
• Siswa berdiskusi mengecek pandangan dan bertukar pikiran
denga teman kelompoknya mengenai permasalahan yang sedang
dibahas berdasarkan literatur dan pengetahuan yang dimilikinya.
• Salah satu kelompok tampil untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, dalam menyelesaikan permasalahan melalui solusi
yang disimpulkan oleh kelompoknya.
• Siswadi kelompok lain memperhatikan proses presentasi.
• Siswadipersilahkan untuk memberikan komentar terhadap hasil
presentasi temannya dan dipersilahkan mengoreksi bila ada
kesalahan

c. Kegiatan Penutup 20’


• Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk membuat
rangkuman materi belajar.
• Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran, dan motivasi untuk
tetap semangat serta mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi baru yang lebih menantang.
• Guru melakukan evaluasi
Guru memberikan informasi materi pembelajaran untuk pertemuan
selanjutnya..

Pertemuan ke- 2
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO

a. Kegiatan Pendahuluan 10.’


1. Membuka dan memulai pembelajaran dengan salam dan
berdo’a.
2. Guru mengingatkan materi sebelumnya dengan cara
memberikan pertanyaan tentang berbagai cara penentuan
kadar abu
3. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus
dikuasai para peserta didik.
Kegiatan Inti
b. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok 150’

8
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO
1. Guru menugaskan siswa untuk menggunakan APD
sesuai keperluan
2. Siswa membaca petunjuk praktikum analisa penentuan
kadar abu metode oven dan metode destilasi.
3. Siswa berdiskusi untuk memperoleh pemahaman yang
benar tentang pelaksanaan praktikum
4. Siswa secara berkelompok melakukan praktikum analisa
kadar abu metode oven dan metode destilasi
5. Siswa mencatat data praktikum dalam laporan sementara

c. Kegiatan Penutup 20’


1. Setelah selesai siswa membersihkan peralatan dan
ruangan laboratorium
2. Refleksi tentang kegiatan praktikum yang sudah
dilakukan
3. Guru meyampaikan materi pertemuan berikutnya yaitu
pembuatan laporan analisa kadar abu metode oven dan
destilasi
4. Mengakhiri pembelajaran dengan salam dan berdo’a.

Pertemuan ke- 3
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO

a. Kegiatan Pendahuluan 10.’


1. Membuka dan memulai pembelajaran dengan salam dan
berdo’a.
2. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus
dikuasai para peserta didik.
Kegiatan Inti
b. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 150’
1. Guru menugaskan siswa untuk membuat laporan
praktikum penentuan kadar abu metode oven dan metode
destilasi
2. Guru membantu siswa dalam
3. Siswa secara berkelompok membahas hasil praktikum
kemudian dituangkan ke dalam laporan resmi.
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
4. Guru bersama siswa mengevaluasi hasil belajar tentang
materi penentuan kadar abu dengan cara mengoreksi
laporan yang dibuat siswa dan menyampaikan hasilnya
kepada siswa
c. Kegiatan Penutup 20’
1. Siswa membuat kesimpualan tentang pembelajaran yang
sudah dilakukan.

9
KEGIATAN BELAJAR WAKTU KET
NO
2. Refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilakukan .
3. Guru meyampaikan materi pertemuan berikutnya yaitu
analisa kadar abu mineral dan memberitahuan minggu
berikutnya akan diadakan penilaian harian.
4. Mengakhiri pembelajaran dengan salam dan berdo’a.

A. Penilaian Pembelajaran, Remedial dan Pengayaan


1. Instrumen dan Teknik Penilaian
a) Teknik penilaian
1) Tes tertulis (terlampir)
2) Penugasan (terlampir)
3) Tes praktik / unjuk kerja (terlampir)

b) Instrumen
1) Soal tes tertulis (terlampir)
2) Lembar tugas dan lembar penilaian (terlampir)
3) Lembar soal paraktik dan lembar unjuk kerja siswa (terlampir)
I. Alat, Media danSumber
• Alat : LCD, Laptop
• Media : Video scribe pembelajaran, slide analisa kadar abu
• Sumber : Buku Paket dan Internet

Mengetahui Madiun, 15 Juli 2021


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

SUNARDI, S.Pd. M.Pd. Naryani, S.Pd., M.Pd.


NIP. 196611161992031008 NIP. 197104032005012015

10

Anda mungkin juga menyukai