Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS MANAJEMEN PADA ROM STOCKPILE DI PT.

MITRA AGRO SEMESTA KABUPATEN BANJAR


KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh
RAHMAT ADITYA
112180035

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TENOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Judul Penelitian ......................................................................... 1
1.2. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 1
1.4. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
1.5. Batasan Masalah ....................................................................... 2
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
2.1. Parameter Kualitas Batubara .................................................... 3
2.2. Efek Potensial Penimbunan Batubara ....................................... 6

III RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN ........................... 8


3.1. Metodologi Penelitian ............................................................... 8
3.2. Diagram Alir Metode Penelitian .............................................. 8
3.3. Rencana Waktu Penelitian ....................................................... 9
3.3. Rencana Daftar Bacaan ............................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Judul Penelitian


ANALISIS MANAJEMEN PADA ROM STOCKPILE DI PT. MITRA AGRO
SEMESTA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

1.2. Latar Belakang


PT. Mitra Agro Semesta merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan batubara. Hasil produksi nantinya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan industri dalam negeri maupun untuk diekspor ke luar negeri. Batubara
yang didistribusikan ke konsumen disesuaikan dengan permintaan dari konsumen.
Dalam menjaga kualitas batubara yang telah ditambang, maka teknis penimbunan
batubara harus diperhatikan. Masalah yang timbul dari penimbunan batubara yang
kurang tepat antara lain; adanya gejala swabakar pada timbunan batubara yang
sudah terlalu lama ditimbun dan menimbulkan genangan air asam pada musim
hujan serta terhambatnya perlaksanaan pencampuran batubara karena
keterlambatan penyediaan batubara pada ROM Stockpile.

1.3. Tujuan Penelitian


Melakukan analisis terhadap timbunan stockpile yang mempengaruhi perubahan
kualitas dari batubara. Dengan melakukan kajian tersebut diharapkan bisa menjadi
dasar perbaikan cara penimbunan stockpile dan memberi saran bagi perusahaan
dalam memutuskan kebijakan mengenai kegiatan penimbunan serta penanganan
batubara.

1.4. Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penanganan batubara hasil produksi pada ROM Stockpile di
PT.MAS ?

1
2. Bagaimana mengatasi potensi swabakar dan air asam yang ditimbulkan dari
penimbunan batubara di ROM Stockpile?.
3. Bagaimana rekomendasi ROM Stockpile yang baik pata PT. MAS?

1.5. Batasan Masalah


Batasan masalah digunakan untuk membatasi permasalahan di dalam pembahasan
sehingga sesuai dengan tujuan penelitian, adapun batasan-batasan masalah sebagai
berikut:
1. Lokasi penelitian berada di ROM Stockpile PT. Mitra Agro Semesta,
Kalimantan Selatan.
2. Faktor yang mempengaruhi perubahan kualitas batubara pada saat
penambangan dan penimbunan.
3. Produktivitas alat mekanis yang digunakan untuk melakukan penimbunan pada
stockpile.
4. Sistem blending dan penimbunan yang diterapkan.

1.6. Manfaat Penelitian


Hasil yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah untuk
mengetahui penanganan batubara hasil produksi pada ROM Stockpile di PT.MAS,
mengetahui potensi dan solusi dari swabakar dan air asam yang ditimbulkan dari
penimbunan batubara serta mengetahui rekomendasi ROM Stockpile yang baik
pada PT.MAS

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Parameter Kualitas Batubara


Batubara merupakan komoditas tambang yang terbentuk dari hasil endapan sisa-
sisa tumbuhan yang terdiri dari komponen kandungan air total, kandungan abu, zat
terbang dan karbon padat, dimana kandungan-kandungan tersebut menentukan
besarnya nilai panas yang dihasilkan. Berikut parameter yang menentukan kualitas
batubara, yaitu:
1. Kandungan air total (Total Moisture)
Merupakan banyaknya kandungan air yang terkandung pada batubara sesuai
dengan kondisi di lapangan, terdiri atas:
a. Kandungan air bebas (free moisture), kandungan air yang ada di
permukaan batubara akibat pengaruh dari luar.
b. Kandungan air bawaan (inherent moisture), kandungan air yang ada di
permukaan batubara pada saat pembentukan batubara tersebut.
2. Analisa proximate
Analisa ini meliputi:
a. Air bawaan (inherent moisture), kandungan air yang ada di permukaan
batubara pada saat pembentukan batubara tersebut.
b. Zat terbang (volatile matter), merupakan at aktif yang terkandung pada
batubara, terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti; metana (CH4),
hidrogen (H2), karbon monoksida (CO), dan zat-zat tidak mudah terbakar
seperti; uap air (H2O), karbon dioksida (CO2).
c. Karbon tertambat (fixed carbon), karbon yang tertinggal setelah dilakukan
pembakaran pada batubara setelah penguapan volitale matter.
d. Kandungan abu (ash content), sisa-sisa zat organik yang terkandung dalam
batubara.

3
3. Analisa ultimate
Untuk mengetahui kadar unsur-unsur seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen
(O), nitrogen (N), sulfur(S).
4. Analisa abu
Analisa yang bertujuan untuk mengetahui kandungan abu yang ada pada
batubara pada saat dilakukan pembakaran. Abu batubara terdiri dari senyawa
seperti: SiO2, Al2O3, TiO2, Fe2O3, Mn3O4, MgO, CaO, Na2O, K2O, P2O5.
5. Total Sulfur
Analisa yang bertujuan untuk mengetahui kandungan belerang total yang
terkandung pada batubara dengan membakar conto batubara pada suhu tinggi
(+1350°C).
6. Indeks Ketergerusan (Hardgrove Grindability Index + HGI)
Merupakan suatu nilai yang menunjukkan kemudahan batubara untuk digerus.
Makin tinggi harga HGI makin mudah batubara tersebut digerus. Adapun harga
HGI batubara dapat dicari dengan rumus : HGI = 13,6 + 6,93 W
Dimana harga W adalah berat dalam gram batubara lembut ukuran 200 mesh.
7. Nilai kalor
Adalah besarnya panas yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara.
Harga nilai kalori yang dilaporkan dalam bentuk:
a. Gross Calorific Value (CGV) adalah nilai kalori kotor sebagai nilai kalor
hasil dari pembakaran batubara dengan semua air dihitung dalam keadaan
wujud gas.
b. Net Calorific Value (NCV), nilai kalori bersih hasil pembakaran batubara
dimana kalori yang dihasilkan merupakan nilai kalor. Harga nilai kalori
bersih ini dapat dicari setelah nilai kalori kotor batubara diketahui dengan
menggunakan rumus :
100 − ,-
!"# = %"&# × . − (49,24 + 5,57)
100 − -!
Dimana:
TM = total moisture
M1 = inherent moisture
H = kadar oksigen
W = jumlah total moisture + total moisture pengganti abu (tiap 10%
abu ~ 1% air)

4
Pada analisa kualitas batubara di laboratorium menurut ASTM (American Standart
for Testing Material), dilaporkan dengan menyebutkan beberapa dasar analisa
kualitas batubara yaitu:
1. As Receive (AR) adalah batubara hasil dari proses penambangan, sehingga
masih diperhitungkan total moisture dan abu yang ada pada batubara.
2. Air Dried Base (ADB) adalah batubara yang telah mengalami proses
pemasaran lanjutan, sehingga kandungan air bebasnya hilang pada kondisi
temperatur dan kelembaban standar sehingga tidak diperhitungkan lagi.
Pada kondisi ini batubara dikatakan dalam kondisi dasar udara kering yang
masih mengandung abu dan inherent moisture.
3. Dried Base (DB) adalah keadaan batubara kondisi dasar udara kering yang
dipanaskan pada suhu standar, sehingga batubara dalam kondisi dasar
kering dan bebas dari kandungan air total tetapi masih mengandung abu.
4. Dried Ash Free (DAF) adalah batubara bersih dan bebas dari abu maupun
total moisture.
5. Dried Mineral Matter Free (DMMF) adalah batubara bersih kering yang
telah bebas dari mineral-mineral pengotor yang berasal dari zat bukan
organik pada batubara saat proses pembentukannya. Adapun untuk
mengkonversikan dasar analisa kualitas batubara tersebut seperti terlihat
pada tabel I.
Tabel I

M = total moisture (as receive)


M1 = inherent moisture (air dried)
A = ash content (air dried)
B = mineral matter (air dried)

5
2.2. Efek Potensial Penimbunan Batubara
Efek penimbunan batubara bervariasi pada berbagai jenis batubara, tergantung dari
metode penimbunan (penyimpanan). Beberapa efek penimbunan yang sering
terjadi adalah sebagai berikut :
1. Swabakar dan faktor swabakar timbunan batubara
Swabakar timbunan batubara merupakan hal yang sering terjadi dan perlu
mendapatkan perhatian khususnya pada timbunan batubara dalam jumlah
besar. Batubara akan teroksidasi saat tersingkap dipermukaan sewaktu
penambangan, demikian pada saat batubara ditimbun proses oksidasi ini terus
berlangsung. Akibat dari reaksi oksidasi antara oksigen dengan gas-gas yang
mudah terbakar dari komponen zat terbang akan menghasilkan panas.
2. Bila reaksi oksidasi berlangsung terus-menerus, maka panas yang dihasilkan
juga akan meningkat, sehingga dalam timbunan batubara juga akan mengalami
peningkatan. Peningkatan suhu ini juga disebabkan oleh sirkulasi udara dan
panas dalam timbunan tidak lancar, sehingga suhu dalam timbunan akan
terakumulasi dan naik sampai mencapai suhu titik pembakaran, yang akhirnya
dapat menyebabkan terjadinya proses swabakar pada timbunan tersebut.

Faktor-faktor penyebab terjadinnya proses swabakar, antara lain:


1. Lamanya Penimbunan Semakin lama batubara tertimbun akan semakin banyak
panas yang tersimpan di dalam timbunan, karena volume udara yang
terkandung dalam timbunan semakin besar, sehingga kecepatan oksidasi
menjadi semakin tinggi.
2. Metode Penimbunan Dalam timbunan batubara perlu mendapatkan pemadatan.
Adanya pemadatan ini akan dapat menghambat proses terjadinya swabakar
batubara, karena ruang antar butir diantara material batubara berkurang.
Adapun alat yang digunakan untuk pemadatan adalah Track dozer.
3. Kondisi Penimbunan
Pengaruh kondisi penimbunan terhadap proses swabakar batubara, yaitu:
a. Tinggi timbunan
Tinggi timbunan yang teralu tinggi akan menyebabkan semakin banyak
panas yang terserap, hal ini dikarenakan sisi miring yang terbentuk akan

6
semakin panjang, sehingga daerah yang tak terpadatkan akan semakin luas
dan akan mengakibatkan permukaan yang teroksidasi semakin besar.
b. Ukuran butir
Pada dasarnya semakin besar luas permukaan yang berhubungan langsung
dengan udara luar, semakin cepat proses pembakaran dengan sendirinya
berlangsung. Sebaliknya semakin besar ukuran bongkah batubara, semakin
lambat proses swabakar. Ukuran butir batubara juga mempengaruhi
kecepatan dari proses oksidasi yang mana proses ini berhubungan langsung
dengan akar pangkat tiga dari luas permukaan. Semakin seragam besar
ukuran butir dalam suatu timbunan batubara, semakin besar pula porositas
yang dihasilkan dan akibatnya semakin besar permeabilitas udara luar untuk
dapat beredar di dalam timbunan batubara.
4. Parameter Batubara
Parameter dari batubara mempengaruhi proses terjadinya swabakar adalah
seperti dijelaskan diawal dasar teori ini.
5. Suhu Swabakar
Proses swabakar bisa terjadi pada semua jenis batubara, tetapi suhu dan waktu
yang diperlukan berbeda. Batubara tingkat rendah memerlukan waktu yang
lebih pendek dan suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan batubara
tingkat tinggi.
Perkembangan panas batubara yang disebabkan oleh oksidasi yang dapat
mengakibatkan proses swabakar dapat diringkas sebagai berikut:

1. Batubara dalam timbunan mulai teroksidasi secara perlahan-lahan sampai suhu


timbunan 50°C.
2. Proses oksidasi akan meningkat sesuai kecepatan kenaikan suhu batubara
hingga suhu 100°C - 140°C.
3. Karbon dioksida dan uap air akan terurai pada suhu 140°C.
4. Karbondioksida akan terurai dengan cepat sampai dicapai suhu 230°C dimana
hal ini untuk tahap swabakar terjadi.
5. Suhu diatas 350°C, batubara akan menyala dan terjadi proses swabakar
batubara.

7
BAB III
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian


Didalam melaksanakan penelitian permasalahan ini, penulis menggabungkan
antara teori dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya didapat pendekatan
penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu :
1. Studi literatur dan laporan penelitian terdahulu dari perusahaan
2. Pengambilan data lapangan
3. Akuisisi data
a. Pengelompokan data
b. Jumlah data
4. Pengelompokan dan Pengolahan data
5. Analisis hasil pengolahan data dan kesimpulan
3.2. Diagram Alir Metode Penelitian

Identifikasi
Masalah &
Perumusan Masalah

Studi Literatur

Pengambilan Data

Pengelompokan
dan Pengolahan
data

8
Analisis Hasil
Pengolahan Data

Kesimpulan dan
Pembahasan

Selesai

3.3. Rencana Waktu Penelitian

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan penggunaan waktu secara
efisien maka perlu disiapkan mengenai rencana kegiatan mingguan. Penelitian
dilakukan pada Januari hingga Februari 2022. Berikut adalah rencana kegiatan
mingguan.
Tabel 3.1.
Rencana Pelaksanaan Penelitian Tugas Akhir

Kegiatan Januari Februari


Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan dan studi


literatur

Survey dan pengamatan

Pengolahan dan
Perancangan

Penyusunan Laporan

3.4. Rencana Daftar Bacaan

Alfarisi, A., Ibrahim, E. & Asyik, M., 2017. Analisis Potensi Self Heating
Batubara Pada Live Stock dan Temporary Stockpile Banko Barat PT.
Bukit Asam. Palembang, Universitas Sriwijaya.

9
Arisoy, A., 2010. Coal Mine Safety and Preventing Self-Combustion of Coal.
Istanbul, Istanbul Technical University.
Arofah, Z. N., Munir, S. & Sriyanti, 2019. Studi Manajemen Penimbunan
Batubara pada Stockpile, Desa Tanjung Dalam, Kecamatan Ulok
Kupai, (Napal Putih), Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Bandung, Universitas Islam Bandung.
Fathoni, R., Solihin & Ashari, Y., 2017. Manajemen Penimbunan Batubara
pada Lokasi ROM Stockpile PT. Titan Wijaya, Desa Tanjung Dalam,
Kecamatan Ulok Kupai, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi
Bengkulu. Bandung, Universitas Islam Bandung.
Nalbandian, H., 2010. Propensity of Coal to Self-Heat. London, IEA Clean
Coal Centre .
Riazi, M. & Gupta, R., 2016. Coal Production and Processing Tehnology.
London: Taylor & Francis Group.
Schweinfurth, S. P., 2009. An Introduction to Coal Quality, Virginia: U.S.
Geological Survey Professional Paper.
Sloss, D. L. L., 2015. Assessing and Managing Spontaneous Combustion of
Coal. London, IEA Clean Coal Centre.
Speight, J. G., 2005. Handbook of Coal Analysis. New Jersey: Wiley
Interscience.
World Coal Association, 2012. Coal-Energy for Sustainable Development.
United Kingdom, World Coal Association.

10

Anda mungkin juga menyukai