Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktik (TTA-300)
pada Semester VI Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2018/2019
Diajukan Oleh :
1. Muhamad Rijaludin (10070116089)
2. Pandu Putra Nusantara (10070116041)
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan Syukur pemohon panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan kesempatan kepada pemohon sehingga pemohon dapat
menyelesaikan proposal kerja praktek ini dengan baik. Proposal kerja praktek ini
dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan kesempatan melakukan tugas akhir di
salah satu site pada tambang PT. Bara Kumala.
Dalam proposal tugas akhir ini, pemohon mengajukan tema “MANAGEMENT
PENIMBUNAN BATUBARA DARI ROM MENUJU STOCKPILE DI PT BARA
KUMALA DESA KUTAI LAMA, KECAMATAN ANGGANA, KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR”.
Pemohon menyadari bahwa proposal kerja praktek ini banyak kekurangannya,
baik itu tema maupun isinya. Pemohon bersedia dan siap apabila diberikan tema yang
lain. Tak lupa pemohon menyampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan proposal ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
Wassalamualaikum Wr. Wbr
Pemohon
I. JUDUL
Judul yang direncanakan adalah : “Management Penimbunan Batubara Dari
Rom Menuju Stockpile Di Pt Bara Kumala Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana,
Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur”. Bila ditemui permasalahan
lain di lapangan, maka rencana judul ini akan disesuaikan dengan permasalahan
tersebut.
4.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya kerja praktik ini untuk melakukan penelitian
antara lain :
1. Mengetahui karakteristik batubara di daerah pit
2. Mengetahui kegiatan hauling batubara.
3. Mengetahui dimensi dari stockpile batubara
4. Mengetahui pola dan sistem penimbunan batubara yang diterapkan
5. Mengetahui kegiatan pengaturan penimbunan dan pembongkaran pada
stockpile.
6. Melakukan kajian teknis terhadap sistem penimbunan batubara, sehingga
dapat menetukan pola dan sistem penimbunan batubara yang lebih optimal.
V. RUANG LINGKUP
Berdasarkan maksud dan tujuan yang dikemukakan diatas, maka lingkup
masalah dibatasi terhadap Management Stockpile yang lebih memfokuskan terhadap
sistem penimbunan batubara dari ROM sampai tempat penimbunan batubara.
VI. METODA PENELITIAN
1 Studi Literatur
Yaitu dengan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan masalah
yang akan dibahas melalui buku-buku literatur, mempelajari penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya maupun dari laporan perusahaan tersebut.
2 Orientasi Lapangan
Kegiatan orientasi lapangan adalah dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap masalah yang akan dibahas yaitu pada kondisi daerah
penambangan batubara, sistem penambangan yang digunakan serta kondisi
stockpile saat ini.
3 Pengambilan Data
Pengambilan data dilaksanakan setelah dilakukanya studi literatur dan
orientasi lapangan selesai dilaksanakan. Adapun pengambilan data yang
dilakukan berupa pengambilan data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Meliputi penelitian secara langsung yang didalamnya mencakup:
1. Letak aktual timbunan batubara berdasarkan kualitas batubara
2. mengukur jarak dari ROM hingga tempat penimbuan
3. pengukuran serta pengambilan data seperti kualitas batubara, kondisi
timbunan batubara, data produksi batubara yang masuk dan keluar
4. Mengukur dimensi dari stockpile
5. Alat berat penunjang di ROM stockpile
6. serta berdiskusi dengan cara wawancara dengan pengawas, operator
dan pembimbing saat di lapangan.
b. Data Sekunder
Meliputi suatu kegiatan dalam mencari referensi dari berbagai sumber
Seperti :
1. Jenis kualitas batubara
2. Peta layout stockpile
3. Luas stockpile
4. Peta layout jalan kegiatan hauling batubara
5. Kemiringan lantai penimbunan
6. Tinggi dan sudut kemiringan maksimum timbunan batubara
7. Kapasitas maksimum ROM stockpile
8. Rencana penerimaan dan pengeluaran batubara dari stockpile
4 Pengolahan Data
Pengolahan data dapat dilakukan dengan beberapa perhitungan ataupun
penggambaran yang dapat direalisasikan dalam bentuk perhitungan, grafik,
tabel yang menuju perumusan penyelesaian masalah.
5 Evaluasi dan Analisa Hasil Pengolahan Data
Evaluasi dan Analisa pengolahan data dilakukan tehadap hasil penolahan
data dan memberikan alternatif penyelesaian untuk pembahasan masalah.
6 Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan akan diperoleh setelah dilakukan koreksi antara hasil pengolahan
data yang ada terhadap permasalahan yang diteliti. Dengan adanya
kesimpulan dapat menunjukan telah diperolehnya hasil akhir sebagai
pemecahan masalah yang diteliti serta dapat memberikan rekomendasi
optimal yang dapat digunakan oleh perusahaan.
Gambar 1.1
Metodologi Penelitian
VII. LANDASAN TEORI
7.1 Karakteristik Batubara
Karakteristik batubara dapat dinyatakan berdasarkan sifat fisika dan sifat
kimia yang dimilikinya. Karakteristik batubara yang menunjukkan sifat fisikanya,
antara lain diwakili oleh nilai kerapatan/densitas, kekerasan, ketergerusan
(grindability), kalor jenis (specific heat), fluiditas, caking property, dan sebagainya. Di
lain pihak, sifat kimia batubara ditunjukkan dengan hasil analisis proksimat, analisis
ultimat, nilai kalori, komposisi abu, dan sebagainya.
7.1.1 Sifat-Sifat Fisik & Kimia Batubara
A. Sifat Fisik Batubara
Sifat fisik batubara tergantung kepada unsur kimia yang membentuk batubara
tersebut, semua fisik yang dikemukakan dibawah ini mempunyai hubungan erat satu
sama lain.
a) Berat jenis
Berat jenis (specific gravity) batubara berkisar dari 1,25g/cm3 sampai 1,70
g/cm3, pertambahannya sesuai dengan peningkatan derajat batubaranya.
Tetapi berat jenis batubara turun sedikit dari lignit (1,5g/cm3) sampai batubara
bituminous (1,25g/cm3), kemudian naik lagi menjadi 1,5g/cm3 untuk antrasit
sampai grafit (2,2g/cm3). Berat jenis batubara juga sangat bergantung pada
jumlah dan jenis mineral yang dikandung abu dan juga kekompakan
porositasnya. Kandungan karbon juga akan mempengaruhi kualitas batubara
dalam penggunaan. Batubara jenis yang rendah menyebabkan sifat
pembakaran yang baik.
b) Kekerasan
Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur batubara yang ada. Keras atau
lemahnya batubara juga terkandung pada komposisi dan jenis batubaranya.
Uji kekerasan batubara dapat dilakukan dengan mesin Hardgrove Grindibility
Index (HGI). Nilai HGI menunjukan niali kekersan batubara. Nilai HGI
berbanding terbalik dengan kekerasan batubara. Semakin tinggi nilai HGI ,
maka batubara tersebut semakin lunak. Dan sebaliknya, jika nilai HGI
batubara tersebut semakin rendah maka batubara tersebut semakin keras.
c) Warna
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna coklat pada lignit sampai
warna hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya
akan vitrain) umumnya berwarna cerah.
d) Goresan
Goresan batubara warnanya berkisar antara terang sampai coklat tua. Pada
lignit, mempunyai goresan hitam keabu-abuan, batubara berbitumin
mempunyai warna goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna
goresan dari coklat sampai hitam legam.
e) Pecahan
Pecahan dari batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam
sifat memecahnya. Ini dapat pula memeperlihatkan sifat dan mutu dari suatu
batubara. Antrasit dan batubara cannel mempunyai pecahan konkoidal.
Batubara dengan zat terbang tinggi, cenderung memecah dalam bentuk
persegi, balok atau kubus.
7.1.2 Sifat Kimia Batubara
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan senyawa
penyusun dari batubara tersebut, baik senyawa organik ataupun senyawa anorganik.
Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan dari unsur yang terkandung di dalam
batubara,antara lain sebagai berikut :
a) Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan
peningkatan derajat batubaranya. Kenaikan derajatnya dari 60% sampai
100%. Persentase akan lebih kecil daripada lignit dan menjadi besar pada
antrasit dan hamper 100% dalam grafit. Unsur karbon dalam batubara sangat
penting peranannya sebagai penyebab panas. Karbon dalam batubara tidak
berada dalam unsurnya tetapi dalam bentuk senyawa. Hal ini ditunjukkan
dengan jumlah karbon yang besar yang dipisahkan dalam bentuk zat terbang
b) Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur habis akibat
evolusi metan. Kandungan hidrogen dalam liginit berkisar antara 5%, 6% dan
4.5% dalam batubara berbitumin serta sekitar 3% smpai 3,5% dalam antrasit.
c) Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen yang tidak reaktif.
Sebagaimana dengan hidrogen kandungan oksigen akan berkurang selam
evolusi atau pembentukan air dan karbondioksida. Kandungan oksigen dalam
lignit sekitar 20% atau lebih, dalam batubara berbitumin sekitar 4% sampai
10% dan sekitar 1,5% sampai 2% dalam batubara antrasit
d) Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang
terbentuk sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya jumlahnya sekitar
0,55% sampai 3%. Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih banyak
nitrogen daripada lignit dan antrasit.
e) Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan
kemungkinan berasal dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur
dalam batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya
bisa mempunyai konsentrasi yang tinggi.
Batubara merupakan bahan galian fosil padat yang terdiri dari komponen
kandungan air total, kandungan abu, zat terbang dan karbon padat, dimana
kandungan di dalam komponen batubara tersebut akan menentukan besarnya nilai
panas yang dihasilkan. Kualitas batubara ditentukan oleh beberapa parameter yang
terkandung dalam batubara, yaitu :
A. Kandungan air total (Total Moisture)
Merupakan banyaknya kandungan air yang terdapat pada batubara sesuai
dengan kondisi di lapangan, terdiri atas :
1) Kandungan air bebas (free moisture), merupakan kandungan air yang
terdapat pada permukaan batubara akibat pengaruh dari luar.
2) Kandungan air bawaan (inherent moisture), merupakan kandungan air yang
ada pada batubara saat pembentukan batubara tersebut.
B. Analisa proximate Analisa ini meliputi :
1) Air bawaan (inherent moisture), merupakan kandungan air yang ada pada
batubara saat pembentukan batubara tersebut.
2) Zat terbang (volatile matter), merupakan zat aktif yang terdapat pada
batubara, terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti; methan (CH4),
hidrogen (H2), karbon monoksida (CO), dan zat-zat yang tidak mudah
terbakar seperti: uap air (H2O), karbon dioksida (CO2).
3) Karbon tertambat (fixed carbon), merupakan karbon yang tertinggal setelah
dilakukan pembakaran pada batubara sesudah penguapan volatilematter.
4) Kandungan abu (ash content), merupakan hasil akhir setelah dilakukan
pembakaran terhadap batubara dan diperoleh nilai inherent moisture, volatile
matter dan fixed carbon. Kandungan abu tersebut berasal dari pengotor
bawaan saat terbentuk batubara maupun saat penambangan.
C. Analisa ultimate
Untuk mengetahui kadar unsur-unsur seperti karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O), nitrogen (N), sulfur(S).
D. Analisa abu
Analisa yang bertujuan untuk mengetahui kandungan abu yang terdapat pada
batubara yaitu apabila dilakukan pembakaran tehadap batubara, maka
batubara akan meninggalkan sisa pembakaran berupa abu. Abu batubara ini
terdiri dari senyawa-senyawa seperti : SiO2, Al2O3, TiO2, Fe2O3, Mn3O4,
MgO, CaO, Na2O, K2O, P2O5.
E. Total sulfur
Digunakan untuk mengetahui kandungan belerang total yang terdapat pada
batubara dengan membakar conto batubara pada suhu tinggi (±1350ºC).
F. Indeks ketergerusan (Hardgrove Grindability Index = HGI)
Adalah suatu nilai yang menunjukkan kemudahan batubara untuk digerus.
Makin tinggi harga HGI makin mudah batubara tersebut digerus. Adapun
harga HGI batubara dapat dicari dengan rumus :
HGI = 13,6 + 6,93 W
Dimana harga W adalah berat dalam gram batubara lembut ukuran 200 mesh.
G. Nilai kalor
Adalah besarnya panas yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara.
harga nilai kalori yang dilaporkan dalam bentuk :
1) Gross Calorific Value (GCV) adalah nilai kalori kotor sebagai nilai kalor hasil
dari pembakaran batubara dengan semua air dihitung dalam keadaan wujud
gas.
2) NetCalorific Value (NCV) adalah nilai kalori bersih hasil pembakaran batubara
dimana kalori yang dihasilkan merupakan nilai kalor.
Di dalam analisa kualitas batubara di laboratorium menurut ASTM (American
Standart for Testing Material), dilaporkan dengan menyebutkan beberapa dasar
analisa kualitas batubara yaitu :
1) As Receive (AR) adalah batubara hasil dari proses penambangan, sehingga
masih diperhitungkan total moisture dan abu yang ada pada batubara.
2) Air Dried Base (ADB) adalah batubara yang telah mengalami proses
pemasaran lanjutan, sehingga kandungan air bebasnya hilang pada kondisi
temperatur dan kelembaban standar sehingga tidak diperhitungkan lagi. Pada
kondisi ini batubara dikatakan dalam kondisi dasar udara kering yang masih
mengandung abu dan inherent moisture.
3) Dried Base (DB) adalah keadaan batubara kondisi dasar udara kering yang
dipanaskan pada suhu standar, sehingga batubara dalam kondisi dasar kering
dan bebas dari kandungan air total tetapi masih mengandung abu.
4) Dried Ash Free (DAF) adalah batubara bersih dan bebas dari abu maupun
total moisture
5) Dried Mineral Matter Free (DMMF) adalah batubara bersih kering yang telah
bebas dari mineral-mineral pengotor yang berasal dari zat bukan organik pada
batubara saat proses pembentukannya.
5 4 3 2 1
Sumber : Sanwani,1998
Gambar 3.1
Pola penimbunan cone ply
2. Chevron
Merupakan pola dengan menempatkan timbunan satu baris material,
sepanjang stockpile dan tumpukan dengan cara bolak balik hingga mencapai
ketinggian yang diinginkan. Pola ini baik untuk alat curah seperti belt conveyor
atau stacker reclaimer.
1,2,3,4 = Urutan Penimbunan.
Sumber : Sanwani,1998
Gambar 3.2
Pola penimbunan chevron
3. Chevcon
Merupakan pola penimbunan dengan kombinasi antara pola penimbunan
chevron dan pola peinmbunan cone ply.
4. Windrow
Merupakan pola dengan tumpukan dalam baris sejajar sepanjang lebar
stockpile dan diteruskan sampai ketinggian yang dikehendaki tercapai.
Umumnya alat yang digunakan adalah backhoe, bulldozer, dan loader.
1
0
8 9
5 6 7
1 2 3 4
1,2,3,4…. = Urutan Penimbunan.
Sumber : Sanwani,1998
Gambar 3.3
Pola penimbunan windrow
X. PERMOHONAN FASILITAS
Untuk mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan Tugas Akhir ini,
maka kami mengharapkan sekiranya dari pihak perusahaan menyediakan fasilitas
berupa :
1. Tempat tinggal (mess) selama kegiatan berlangsung
2. Konsumsi selama kegiatan berlangsung.
3. Penyediaan alat-alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) selama
kegiatan (bila diperlukan).
4. Penyediaan transportasi selama kegiatan berlangsung.
5. Peralatan dan perlengkapan penunjang kegiatan.
6. Biaya pulang pergi.
7. Dan lain - lain yang berupa sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam
kegiatan Kerja Praktik.
XI. PENUTUP
Demikianlah proposal ini saya buat sebagai acuan dalam melaksanakan Tugas
Akhir ini. Besar harapan saya akan bantuan segenap direksi dan karyawan PT Bara
Kumala.
Demi kelancaran serta suksesnya pelaksanaan Kerja Praktik yang akan penulis
laksanakan.