Anda di halaman 1dari 43

Pengeboran Airtanah

Dr. Ir. Yunus Ashari, MT


(Teknik Pertambangan – Unisba)
Tahapan Pekerjaan
1. Penentuan titik bor;
2. Mobilisasi alat bor;
3. Persiapan Lokasi:
a) Asembling;
b) Pembuatan mud pit (kolam/bak lumpur);
4. Pengeboran awal (pilot hole);
5. Well Logging;
6. Disain sumur;
7. Reaming (Perbesaran lubang);
8. Konstruksi Sumur;
9. Pemasangan gravel;
10. Well Development (pengembangan sumur);
11. Pumping Test (Uji pemompaan: uji sumur dan uji akuifer);
12. Well Completion (Penyelesaian Sumur).
1. Penentuan Titik Bor
Penentuan titik didasarkan beberapa pertimbangan:
1. Koordinat terkait dengan potensi airtanah  posisi
akuifer potensial dan rencana kedalaman sumur 
diperoleh dari hasil pendugaan geolistrik (resistivity
sounding);
2. Letak sumur di dekat area layanan atau an kedekatan
dengan penggunaannya:
– Area dengan luas terbatas tidak banyak pilihan;
– Pabrik  umumnya di dekat unit yang membutuhkan;
– Perumahan  lokasi fasos / fasum;
– Pertimbangan lain-lain.
Penentuan Titik Pendugaan Geolistrik Resistivity Sounding

a) Metode Geofisika  pendugaan  penyelidikan tidak langsung;


b) Merupakan cara yang praktis, cepat dan murah;
c) Akurasi cukup bisa diandalkan, tergantung kepada spesifikasi alat, jenis
rangkaian, kemampuan tenaga ahli dalam menganalisis dan
menginterpretasikan data;
d) Jenis rangkaian umumnya menerapkan rangkaian Schlumberger atau
rangkaian Wenner;
e) Data yang diperoleh  kedalaman depth vs nilai tahanan jenis
apparent resistivity  diinterpretasikan jenis litologinya dan
kemungkinan kandungan airnya tawar atau asin, akuifer kering atau
jenuh air dll;
f) Diperlukan pengamatan geologi daerah sekitar titik ukur untuk
memahami angka-angka resistivity yang diukurnya;
g) Akan lebih bagus jika dikorelasikan dengan data geologi sumur
stratigrafi dan data well logging terdekat.
Jenis Rangkaian Geolistrik untuk
Eksplorasi Air
Susunan Alat dan Elektroda
(Rangkaian Wenner)
Susunan Alat dan Elektroda
(Rangkaian Schlumberger)
Korelasi Antar_titik dan Interpretasi Pengukuran
Geolistrik
Korelasi Antar_titik dan Interpretasi
Pengukuran Geolistrik
Korelasi Antar_Lintasan 3D
2. Mobilisasi Alat Bor
1. Dipilih berdasarkan kemampuan alat terhadap target kedalaman yang
akan dibor;
2. Jenis alat disesuaikan dengan lokasi medan:
a) Area yang mudah dijangkau Mesin bor jenis tractor/truck mounted;
b) Lokasi harus melintasi medan sulit mesin bor portable dan bisa dipisah-pisah
menjadi beberapa bagian;
3. Persiapan Lokasi
Pembangunan fasilitas pengeboran:
1) Luas area kerja pengeboran minimum 10
meter x 10 meter lebih luas lebih leluasa;
2) Menyediakan mud pit menggali kolam
lumpur atau bak lumpur portable;
3) Mencari sumber air untuk sirkulasi lumpur;
4) Membangun tenda untuk pekerja.
Mud Pits
Contoh Tata
Letak Area
Operasi
Pengeboran
Airtanah
4. Pengeboran Awal Pilot Hole
1. Diawali dengan bor ukuran besar  kedalaman 3 – 7 meter,
diameter 10 – 16 inch tergantung kebutuhan  untuk
pemasangan temporary casing conductor casing dimaksudkan
agar dinding lubang paling atas tidak runtuh;
2. Pengeboran pilot hole dilakukan dengan diameter mata bor kecil ±
4 inch s/d 8 inch tergantung kebutuhan hingga kedalaman yang
direncanakan  dari data geolistrik;
3. Pilot hole dimaksudkan untuk mendapatkan data geologi bawah
permukaan secara cepat dan informasi akurat;
4. Diameter kecil merupakan sarana well logging yang baik sehingga
hasilnya lebih akurat;
5. Hasil yang diharapkan dari pilot hole adalah sampel batuan yang
tertembus bor bor.
Temporary casing
Pengamatan, Pengukuran dan
Penyampaian Hasil Pengeboran Pilot Hole
1) Pengamatan dan deskripsi detail dilakukan terhadap
cutting hasil pengeboran sebaiknya interval 1
meter;
2) Kedalaman muka airtanah diukur dan dicatat setiap
awal dan akhir sesi pekerjaan;
3) Kekentalan lumpur diukur dan dicatat;
4) DHL Daya Hantar Listrik atau EC Electrict
Conductivity untuk mendeteksi secara dini
perubahan kualitas airtanah yang terbawa lumpur;
5) Kecepatan pengeboran diamati dan dicatat di dalam
kolom log bor.
Cutting dan Deskripsi

Aliran sirkulasi Serpihan batu lanau


(diperbesar 20x)
lumpur
5. Well Logging
1) Pada Pengeboran sumur airtanah umumnya diterapkan log
listrik:
a) Log Spontaneous Potential log SP  kurva SP berguna untuk
mendeteksi kadar kegaraman yang terkadung dalam akuifer;
b) Log Resistivitas
– Long normal RLN  berfungsi mengukur resistivitas formasi yang tidak
terinvasi filtrat lumpur atau true resistivity Rt.
– Short normal RSN  berfungsi untuk mengukur resistivitas pada zona
terinvasi.
2) Berdasarkan gabungan data deskripsi sampel cutting + logging
 dibuat disain sumur;
Disain Sumur

Tipe disain sumur:


1. Konstruksi pipa lurus;
2. Konstruksi pipa teleskopik.
PPK Pendayagunaan Air Tanah Lokasi : Desa Sukamulya
AS BUILT DRAWING
SNVT Pelaksana Dan Pengelolaan SDA Citarum Kecamatan Rancaekek
KONSTRUKSI SUMUR
No. SUMUR : SP.Bdg. 13 Pekerjaan Pemboran Sumur Eksplorasi/Produksi Kabupaten Bandung
6 Titik Di Kabupaten Bandung Penyedia Jasa : PT. Bumi Artha Rekaperdana
Keda- Litologi Kecepatan Pengeboran (Menit) Geoelectrical Logging
Penam pang Sum ur
lam an SP Log Resistivity Log
Log Deskripsi
(m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ( mV ) ( Ohm_m ) 6" 4" 2" 0 2" 4" 6"

-20 -10 0 10 20
0
0 20 40 60 80 100 120 140 1
0 0

Tanah penutup -5
-5
6
-10
10 -10

-15
Lempung pasiran, hitam, lunak -15
2
-20

20 -20
-25

-25
-30 7
Pasir, abu-abu kehitaman,
30 halus, lunak -30
-35

Lempung pasiran, abu-abu


-35
kehitaman, lunak -40

Pasir, abu-abu kehitaman,


40 -45 -40
sedang - kasar

-50 -45
Lempung, abu-abu kehitaman,
lunak -55
50 -50

-60
Pasir, abu-abu kehitaman, -55
halus - sedang
-65
60 -60

Lempung, abu-abu, lunak -70


-65

Pasir, abu-abu kehitaman, -75


70 halus -70

-80 8
-75
Lempung, abu-abu, lunak
-85

80 -80
-90
4
-85 84
-95
87
Pasir, abu-abu kehitaman,
90 halus - sedang -100
-90 90

-95
-105 96
Lempung pasiran, abu-abu,
Lempung pasiran, abu-abu
-35
kehitaman, lunak -40

Pasir, abu-abu kehitaman,


40 sedang - kasar -45 -40

-50 -45
Lempung, abu-abu kehitaman,
lunak -55
50 -50

-60
Pasir, abu-abu kehitaman, -55
halus - sedang
-65
60 -60

Lempung, abu-abu, lunak -70


-65

Pasir, abu-abu kehitaman, -75


70 halus -70

-80 8
-75
Lempung, abu-abu, lunak
-85

80 -80
-90
4
-85 84
-95
87
Pasir, abu-abu kehitaman,
90 halus - sedang -100
-90 90

-95
-105 96
Lempung pasiran, abu-abu,
lunak 3
100 -100 99
-110
102
Pasir, abu-abu kehitaman,
halus - sedang -115 -105 105
108
110 Lempung, abu-abu, lunak -120 -110
6 111
Pasir, abu-abu kehitaman, -125 114
sedang -115

Lempung, abu-abu, lunak -130


120 -120 123
Pasir, abu-abu kehitaman,
-135
halus - sedang -125
126
5 129
130 Lempung, abu-abu, lunak
-130

-135

Keterangan : Catatan: Posisi Saringan :


1 : Tutup sumur 5 : Bottom cup - Pilot hole Ø 14¼" = 6 meter 84 - 87 = 3 meter
2 : Pipa jambang GIP Ø 6" 6 : Gravel pack - Pilot hole Ø 8¾" = 134 meter 90 - 96 = 6 meter
3 : Pipa naik GIP Ø 6" 7 : Cement grouting - Reaming dari Ø 8¾ - Ø 12" = meter 99 - 102 = 3 meter
4 : Pipa saringan LC Ø 6" 8 : Centralizer - Reaming dari Ø 8¾ - Ø 10" = 134 meter 105 - 108 = 3 meter
- Pipa jambang GIP Ø 8" = meter 111 - 114 = 3 meter
- Pipa naik GIP Ø 6" = 105 meter 120 126 = 6 meter
- Pipa saringan LC Ø 6" = 24 meter
Total Konstruksi 129 meter Total = 24 meter
6. Reaming Perbesaran Lubang
1) Dimaksudkan agar ukuran lubang sesuai dengan
konstruksi pipa sumur;
2) Terdapat ruang kosong antara konstruksi pipa – dinding
formasi batuan untuk menempatkan kerikil gravel
packing;
3) Konstruksi teleskop besar di bagian atas mengecil ke
bawah;
4) Ukuran diameter dan kedalaman konstruksi teleskop 
disesuaikan dengan ukuran pompa yang akan digunakan;
5) Umumnya tidak dilakukan pengambilan sampel batuan.
Drill Bit

Pilot Hole Bit 4”

Reamer Bit 12”


8. Konstruksi Sumur
Terdiri atas:
1) Jambang Pump chamber;
2) Pipa buta Blind pipe;
3) Screen atau Strainer saringan atau slot;
4) Tutup bawah sumur bottom plug.
Internal Diameter of Nominal Size
Expected Well Yield
Well Casing (cm) of Pump Bowl
No.
(L/min) Minimum Optimum (cm)
1 400 12.5 15 10
2 400 - 600 15 20 12.5
3 600 - 1.400 20 25 15
4 1.400 - 2.200 25 30 20
5 2.200 - 3.000 30 35 25
6 3.000 - 4.500 35 40 30
7 4.500 - 6.000 40 50 35
Screen atau Strainer

Slotted
PVC Screen Galvanis
9. Gravel Packing
Ukuran Casing dan Screen
Source: U.S. Bureau of Reclamation, 1977

Surface Casing Diameter


Well Yield Nominal Pump
Naturally Nominal Screen
No. 3 Chamber Casing Gravel-
(m /day) Developed Diameter (cm)
Diameter (cm) Packed Wells
Wells
1 <270 15 25 45 5
2 270 - 680 20 30 50 10
3 680 - 1900 25 35 55 15
4 1900 - 4400 30 40 60 20
5 4400 - 7600 95 45 65 25
6 7600 - 14000 40 50 70 30
7 14000 - 19000 50 60 80 35
8 19000 - 27000 60 70 90 40
Ukuran Gravel dan Bukaan Screen
Source: Raghunath, 2007
10. Well Development
Tujuan:
1) Membersihkan sumur;
2) Menata gravel pack;
3) Meningkatkan kapasitas sumur.
Well Development
11. Pumping Test
Uji pemompaan meliputi 2 kegiatan:
1. Uji Sumur  Step Drawdown Test (Uji Pemompaan
Bertahap) 5 x @3 jam;
a) Aquifer loss & Well Loss;
b) Efficiency sumur;
c) Debit optimum;
d) Kedudukan pompa.
2. Uji Akuifer 
1. Constant Rate Test  pemompaan debit tetap  72 Jam;
2. Recovery  uji kambuh/pulih  dimulai dari pompa
dimatikan hingga muka airtanah kembali seperti semula.
a) Transmissivitas (T) Konduktivitas Hidrolik (K);
b) Specific yield (Sy) dan Safe Yield;
Periode pengujian
Karakteristik Uji Step Drawdown Test
Karakteristik Constant Rate & Recovery Test
12. Penyelesaian Sumur
1) Penyemenan (Grouting)  ruang antara casing -
fomasi batuan disemen dari kedalaman 0 m hingga
min. 60;
a) Agar konstruksi sumur stabil;
b) Akuifer airtanah dangkal atau akuifer tidak tertekan
tidak ikut terpompa.
2) Pemasangan kepala sumur (well head);
3) Install pompa dan rumah pompa;
4) Panel listrik dan rumah genset/pompa;
5) Pembangunan Reservoir.
Literature
References
• Michael, A.M., Khepar, S.D. and Sondhi, S.K. 2008. Water Well and Pump Engineering. Second
Edition, Tata McGraw Hill Education Pvt. Ltd., New Delhi.
• Raghunath, H.M. 2007. Ground Water. Third Edition, New Age International Publishers, New Delhi.
• Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. John Wiley & Sons, New York.
• U.S. Bureau of Reclamation 1977. Groundwater Manual. U.S. Department of the Interior.
• Walton, W.C. 1962. Selected Analytical Methods for Well and Aquifer Evaluation. Bulletin 49, Illinois
State Water Survey, Urbana.

Suggested Readings
• Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. John Wiley & Sons, New York.
• Raghunath, H.M. 2007. Ground Water. Third Edition, New Age International Publishers, New Delhi.
• Michael, A.M., Khepar, S.D. and Sondhi, S.K. 2008. Water Well and Pump Engineering. Second
Edition, Tata McGraw Hill Education Pvt. Ltd., New Delhi.
• Sarma, P.B.S. 2009. Groundwater Development and Management. Allied Publishers Pvt. Ltd., New
Delhi.

Anda mungkin juga menyukai