Anda di halaman 1dari 7

RESUME

PENGELOLAAN SAMPAH DAN LIMBAH B3

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Reklamasi dan Monitoring Tambang
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam BandungTahun Akademik 2018/2019

Disusun Oleh :
Nama : Muhamad Rijaludin
NPM : 10070116089
Kelas :A

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1440 H / 2019 M
RESUME PENGELOLAAN LIMBAH B3

A. Definisi
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan
manusia.Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.Intinya adalah setiap materi
yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan
membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

B. Tujuan Pengelolaan Limbah B3


Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta
melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai
dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik
penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus
memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi
semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan
limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada
fungsi semula.
C. Identifikasi Limbah B3
1. Sumber Limbah B3
a. Sumber spesifik
Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat
ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Contohnya :
Jenis Industri Sumber Pencemaran Pencemar Utama
- Logam berat (As,
Proses produksi amonia, Hg)
Pupuk
urea dll - Sulfida/seny.
amonia
- Logam berat (As,
Proses finishing, dyeing, Cd, Cr, Cu dll)
Tekstil
printing dll - Pigmen, zat warna
dll
- Pelarut organik
Proses pencetakan dan
Kertas - Logam berat dari
pewarnaan
tinta/pewarna

b. Sumber tidak spesifik


Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan, dan lain-lain. Contohnya:
1. Pelarut Terhalogenisasi
a) Tetrakloroetilen
b) Klorobenzen
c) Karbon tetraklorida
2. Pelarut yang tidak terhalogenisasi
a) Dimetilbenzen
b) Aseton
c) Metanol
3. Asam/Basa
4. Yang tidak spesifik lainnya
a) PCB’s
b) Limbah minyak diesel
c) Pelumas bekas
c. Bahan kimia kadarluarsa, tumpahan, sisa kemasan atau buangan produk yang
tidak memenuhi spesifik. Contohnya:
a) Asetal Dehida (D3001)
b) Asetamida ( D3002)
c) Asam Asetat, garam-garamnya dan ester-esternya (D3003)
d) Aseton (D3004)
e) Asetonitril (D3005)
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
2) Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi.
3) Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
4) Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

2. Karakteristik Limbah B3
a. Mudah meledak
Yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan, panas atau
mekanisme lain, misalnya dinamit.
b. Mudah terbakar
Yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala dengan mudah dan
terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya: jenis
pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
c. Bersifat reaktif
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil, dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan. Misalnya sianida, sulfida atau amonia.
d. Beracun
Yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
e. Menyebabkan infeksi
Yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia
yang terkena infeksi. Misalnya hepatitis dan kolera.
f. Bersifat Korosif
Bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit bila
berkontak dengannya.

D. Pengelolaan dan Pengolahan Limbah B3


Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan,
pemanfatan, pengolahan dan penimbunan.
Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan
limbah B3 harus dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah,
aktivitas kegiatan pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke
Bapedalda setempat.
Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995
tertanggal 5 September 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:
1) Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar
lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
1. daerah bebas banjir;
2. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;
Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:
1. daerah bebas banjir;
2. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya;
3. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300
m;
4. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;
5. dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum
300 m.
2) Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:
1. sistem kemanan fasilitas;
2. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
3. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
4. sistem penanggulangan keadaan darurat;
5. sistem pengujian peralatan;
6. dan pelatihan karyawan.
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani
adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.
1) Penanganan limbah B3 sebelum diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan
guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut.
Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode
yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan
kandungan limbah.
2) Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan
kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan
dengan proses sbb:
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,
stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan
penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa,
osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun
dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran,
dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus
mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar
(insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh
melebihi 0,01 kg atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3,
tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan
jenis dan materi limbah.

Anda mungkin juga menyukai