Tryantini Sundi Putri 1, Edward Ngii 2, Reska Angjelia Mustarif 3, Rini Sriyani 4,
Ahmad Syarif Sukri 5, Romy Talanipa 6, Rudi Balaka 7
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo
Jl. HEA Mokodompit, Anduonohu, Kendari – Sulawesi Tenggara
E-mail: edward.ngii@uho.ac.id
ABSTRAK
Beton porous atau beton non pasir (BNP) merupakan bentuk sederhana dari beton ringan yang dibuat
dengan cara menghilangkan penggunaan agregat halus (pasir). Yaitu campuran antara semen, air, dan
agregat kasar. Batu split dari UD. Maju Jaya Stone Crusher Konda, Kab.Konawe Selatan adalah
material agregat kasar yang digunakan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik UHO dengan
tujuan penelitian untuk mengetahui hasil nilai kuat tekan, nilai porositas dan laju infiltrasi pada beton
porous, serta bagaimana efektifitas (pengaruh) tipe beton porous jika dijadikan kontruksi krib sebagai
perlindungan di belokan sungai. Dengan melakukan perbandingan ukuran agregat serta variasi
perbandingan semen dan agregat 1:4 dan 1:6. Hasil pengujian beton porous menunjukan bahwa nilai
kuat tekan pada umur 28 hari lebih besar dibanding umur 14 hari pada campuran 1 : 4 yaitu pada
agregat kasar 1 - 2 cm dengan nilai 12,17 Mpa. Nilai porositas terbesar pada umur beton 28 hari dengan
variasi campuran beton porous 1 : 4 pada agregat kasar 0,5 – 1 cm dengan nilai 15,6 %. Semakin besar
ukuran agregat kasar maka semakin besar pula nilai laju infiltrasi dengan nilai 2804,71 inci/jam pada
agregat kasar 2-3 cm, hal ini disebabkan karna pori pada agregat ini lebih besar dan mudah untuk
meloloskan air. Berdasarkan mutu beton yang direncanakan yaitu 12 Mpa maka yang memenuhi syarat
yaitu Beton Non Pasir 1 : 4 pada agregat kasar 1 – 2 cm efektif dengan nilai 12,17 Mpa, porositas 9,1 %,
dan laju infiltrasi 1487,76 inci/jam. Karena kelebihan yang dimiliki oleh beton porous (porous
concrete) memudahkan air untuk melewatinya sehingga pemasangan konstruksi krib tipe beton porous
tersebut dapat meredam kecepatan aliran di belakang krib karena terjadinya gesekan dengan bagian
konstruksi krib. Oleh karena itu efektif digunakan pada daerah tikungan sungai dalam pengurangan
gerusan dan dapat memungkinkan adanya endapan sedimen yang terkandung dalam aliran.
Kata Kunci : Krib , Beton Porous, Kuat Tekan, Laju Infiltrasi, Porositas
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton porous adalah jenis beton khusus dengan porositas tinggi yang memungkinkan air untuk dapat
melewatinya. Porositas tinggi tercapai karena rongga yang saling berhubungan. Campuran beton porous
terdiri dari semen, air, dan agregat kasar (bergradasi seragam). Beton tersebut tidak menggunakan
agregat halus dan memiliki cukup pasta semen untuk melapisi permukaan agregat kasar serta menjaga
interkonektivitas pori. Salah satu kelebihan beton porous yaitu lebih ekonomis, penyusutan rendah,
kepadatan yang rendah, serta mudah meloloskan air. Sehingga dapat dijadikan sebagai rancangan
alternatif konstruksi krib sebagai pelindung belokan sungai. Krib adalah bangunan perlindungan sungai
yang dipasang melintang atau tegak lurus arys sungai pada tebing sungai dengan tujuan mengarahkan
arus dan memperlambat kecepatan arus disekitar bangunan krib tersebut sehingga proses erosi akan
terhindari dan bahkan akan terjadi proses sedimentasi (Departemen Pekerjaan Umum, 1990; Legono
D.,dkk.,2006; Sosrodarsono S., 2008).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana kuat tekan, nilai porositas dan laju infiltrasi pada
beton porous, serta bagaimana efektifitas (pengaruh) tipe beton porous jika dijadikan konstruksi krib
sebagai perlindungan di belokan sungai.
1.2 Batasan Masaalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
SNT2BKL-ST-38 315
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
1. Penelitian ini menggunakan variasi perbandingan semen dan agregat 1 : 4 dan 1 : 6 dengan nilai
fas 0,4 .
2. Pengujian Porositas dan kuat tekan dilakukan pada saat beton porous sudah berumur 14 dan 28
hari.
3. Pengujian laju infiltrasi berumur 7 hari.
4. Efektifitas (pengaruh) penggunaan tipe beton porous sebagai kontruksi krib perlindungan di
belokan sungai dipertimbangkan hanya berdasarkan analisis aspek teknis dan disesuaikan
dengan berbagai kondisi real lapangan (tidak menghitung stabilitas dan dimensi krib rencana).
1.3.2 Krib
Salah satu metode untuk melindungi tebing sungai adalah dengan menggunakan bangunan krib
(Santoso, 2004). Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai kearah tengah, guna
mengatur arah arus sungai, mengurangi kecepatan arus sungai, mempercepat sedimentasi, dan menjamin
keamanan tanggul atau tebing terhadap gerusan (Sosrodarsono, 173). Contoh penggunaan krib
diperlihatkan pada gambar 1.1.
Gerusan di tikungan sungai akan terjadi di daerah awal masuk tikungan, sedangkan pengendapan
dimulai dari bagian tengah tikungan hingga akhir tikungan (Daoed, 2006). Gerusan adalah 316ransport
sedimen, yaitu perpindahan tempat bahan sedimen granular oleh air yang sedang mengalir dengan
pergerakan searah aliran air (Masloman H.,2006; Pallu,M.S., 2011).
∑f′c
F’c rata − rata = .............................................................................. (2)
N
SNT2BKL-ST-38 316
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
Keterangan :
F’c rata-rata = Kuat tekan beton rata-rata (Mpa)
N = jumlah benda uji (buah)
1.3.4 Porositas
Porositas adalah besarnya persentase ruang-ruang kosong atau besarnya kadar pori yang terdapat
pada beton dan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kekuatan beton. Adapun rumus
untuk menghitung nilai porositas pada mortar adalah sebagai berikut:
B−C
Porositas = x 100% ............................................................................ (3)
B−A
Keterangan :
A: berat sampel dalam air, W water (gram)
B: berat sampel kodisi SSD, W saturation (gram)
C: berat sampel kering oven, W dry (gram)
Keterangan :
I = Laju Infiltrasi (mm/jam)
M = Berat air (Kg)
D = Diameter bagian dalam cincin (12 inchi/ 30,5 mm)
t = waktu yang dibutuhkan untuk meloloskan air dari atas cincin sampai ke dasar permukaan
K = konstanta (4,583666 x 103 untuk SI atau 1,26870 untuk inch-pound)
SNT2BKL-ST-38 317
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
Tabel 1.1 Variabel Penelitian Beton Non Pasir Dengan Benda Uji Porositas Dan Kuat Tekan
Benda Uji Porositas dan Kuat Tekan
Variabel
14 Hari 28 Hari
Campuran FAS
0,5-1 1-2 2-3 0,5-1 1-2 2-3
Semen : Split
cm cm cm cm cm cm
1:4 0,4 1 1 1 2 2 2
1:6 0,4 1 1 1 2 2 2
Jumlah 30 2 2 2 4 4 4
Tabel 1.2 Variabel Penelitian Beton Non Pasir Dengan Benda Uji Laju Infiltrasi
Benda Uji Laju Infiltrasi
Variabel Campuran
FAS 7 Hari
Semen : Split
0,5 - 1 cm 1 - 2 cm 2 - 3 cm
1:4 0,4 1 1 1
Jumlah 3 1 1 1
SNT2BKL-ST-38 318
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
Gambar 2.2 Grafik hasil uji kuat tekan beton porous umur 14 hari dan 28 hari
Dari gambar 2.2 menunjukkan bahwa kuat tekan untuk umur 28 hari yang paling tinggi pada variasi
campuran 1 : 4 pada agregat kasar 1 – 2 cm demgan nilai 12,17 Mpa. Akan tetapi pada kekuatan beton
porous berumur 28 hari telah mengalami peningkatan kuat tekan yang disebabkan karena proses
perawatan merupakan proses untuk memperbaiki mutu, maka semakin lama perawatan, semakin baik
pula mutu betonnya. Agregat kasar 0,5 – 1 cm dengan ukuran butiran yang lebih kecil ternyata
mengalami penurunan kuat tekan. Ini bisa disebabkan karena ukuran agregat yang digunakan tidak
merata sehingga susunan butiran (gradasi) yang dihasilkan kurang baik.
SNT2BKL-ST-38 319
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
Gambar 2.3 Grafik porositas beton porous pada umur 14 hari dan 28 hari
Semakin besar ukuran agregat kasar maka semakin kecil nilai porositasnya begitu pula dengan
semakin besar variasi campurannya maka nilai porositasnya semakin kecil. Karena besarnya porositas
pada ukuran agregat 0,5 – 1 cm pada variasi campuran 1 : 4 disebakan pada penggunaan semen 3,80 kg
lebih besar dibanding variasi campuran 1 : 6. Agregat kasar ukuran 0,5 -1 cm lebih besar porositasnya
dikarenakan penggunaan semennya lebih banyak maka semen akan di menyeliputi agreagat sisanya
akan menyelimuti pori pada betonnya. Untuk agregat kasar 2 – 3 cm lebih kecil dikarenakan penggunaan
semennya lebih sedikit maka agregatnya sedikit deselimuti semen.
Pada pengujian laju infiltrasi jumlah sampel beton yang akan diuji sebanyak 1 buah untuk masing-
masing variasi agregat kasar yaitu 0,5 – 1 cm, 1 – 2 cm, 2 -3 cm.
SNT2BKL-ST-38 320
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
Gambar 2.4 Grafik Hasil Uji Laju Infiltrasi Untuk Berbagai Variasi Agregat Kasar
Berdasarkan hasil pengujian laju infilltrasi dapat dilihat pada grafik 2.4 bahwa laju infiltrasi pada
setiap variasi agregat kasar mengalami peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
variasi ukuran agregat kasar yang digunakan maka semakin besar pula laju infiltrasi yang terjadi pada
beton non pasir. Hal ini disebabkan karena banyak rongga-rongga di dalamnya dan penggunaan agregat
kasar yang lebih sedikit dibanding dengan agregat lainnya, yang memungkinkan pergerakan air melalui
pori yang besar akan semakin cepat dan memiliki kapasitas infiltrasi yang besar.
Efektifitas tipe beton porous sebagai konstruksi krib mengacu pada tipe krib permeable (lulus air)
yang berdasarkan pada porositas dan laju infiltrasi. Peneliti tidak melakukan perhitungan mengenai
stabilitas maupun dimensi krib rencana, melainkan hanya menganalisis secara aspek teknis berdasarkan
kondisi real lapangan. Karena kelebihan yang dimiliki oleh beton porous memudahkan air untuk
melewatinya sehingga pemasangan konstruksi krib tipe beton porous tersebut dapat meredam kecepatan
aliran di belakang krib karena terjadinya gesekan dengan bagian kontsruksi krib. Oleh karena itu efektif
digunakan pada daerah tikungan sungai dalam pengurangan gerusan dan dapat memungkinkan adanya
endapan sedimen yang terkandung dalam aliran.
Tabel 2.3 Hasil Uji Porositas,Kuat Tekan Dan Laju Infiltrasi Beton Porous
Berdasarkan tabel 2.3 diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengujian porositas yang terbesar
pada variasi campuran dengan agregat kasar 0,5 – 1 cm dengan nilai 15,61 %, pengujian kuat tekan yang
memenuhi syarat beton porous pada variasi campuran 1:4 dengan agregat kasar 1-2 cm dengan nilai
12,17 Mpa. Pada pengujian porositas dan kuat tekan yang memenuhi pada variasi campuran 1 : 4 maka
untuk pengujian laju infiltrasi hanya menggunakan variasi campuran 1 : 4. Laju infiltrasi yang optimal
agregat kasar 1 – 2 cm dengan nilai 1487,76 dikarenakan pada pengujian porositas dan kuat tekan nilai
yang memenuhi ada pada agregat kasar 1 – 2 cm.
SNT2BKL-ST-38 321
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
PUSTAKA
ASTM 1990. Standard Test Method For Specific Grafity, Absorption, and Void in Hardened Concrete
(ASTM C642-90)
Congcrete in Practice, 2004, CIP-38. Pervious Congcrete, NRMCA (Nastional Ready Mixed
Congcfrete Association ), Silver Spring, Maryland.
Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Tata Cara Perencanaan Umum Krib di Sungai, SK SNI T – 01 –
1990 – F, Standar, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta
Daoed D.,2006, Jurnal Hubungan Sudut Tikungan Terhadap Debit Sedimen pada Saluran Segi Empat
dan Dinding Tetap.
Ginting A. (2015) Pengaruh Rasio Agregat Semen dan Faktor Air Semen terhadap Kuat Tekan dan
Porositas Beton Porous. Universitas Jayabana, Yogyakarta.
Legono D.,dkk,2006, Jurnal Kajian Pengaruh Konfigurasi Krib Terhadap Pola Arus di Belokan.
Masloman H.,2006, Jurnal Analisis Gerusan dan Pengendapan Akibat Tegangan Geser Dasar pada
Tikungan Sungai.
Mulyono, Tri, 2004, Teknologi Beton, Penerbit C.V Andi Offset, Yogyakarta.
Nugroho, Eko Hindrayanto (2010) Analisa Porositas dan Permeabilitas Beton dengan Bahan Tambah
Fly Ash untuk Perkerasan Kaku (Rifid Pavement). Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Pallu,M.S., 2011. Sedimen Transport. Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
PBI, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I – 2, Cetakan ke-7, Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik Direktorat Jenderal Ciptakarya Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan, Bandung.
SNT2BKL-ST-38 322
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
SNT2BKL-ST-38 323