Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FISIKA MEKANIKA, FLUIDA, DAN PANAS


“GAS DAN TERMODINAMIKA”

Disusun Oleh :
KELAS C
Kelompok 3
Jordan Abdul Rizaq 202011087
Sannia Lutfiana 202011089
Satyo Alif Wibowo 202011091
Aurelia Indrawan 202011082
Windu Adjie Chandraningrat 202011102
Shyfa Saffira Fiardi 202011108
Mohammad Revanrizky Yudhatama 202011109
Dika Maulana 202011290

FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
Tahun Akademik 2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Dalam makalah kali ini kami
membahas tentang “Gas dan Termodinamika”, suatu materi Fisika Dasar yang mempelajari
tentang hukum Termodinamika, proses adiabatik dan isotermal, serta mempelajari entropi.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman materi yang sangat
diperlukan dalam kehidupan terutama di bidang elektro. Kami sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini dan juga terima kasih kami sampaikan :

 Dewi Purnama Sari, S.T., M.T., selaku dosen mata kuliah fisika mekanika, fluida dan
panas.
 Rekan-rekan yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Jakarta, 24 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
1. Teori Kinetik Gas Ideal...............................................................................................................5
A. Persamaan Keadaan Gas Ideal...................................................................................................6
B. Hukum Boyle.............................................................................................................................7
C. Hukum Gay Lussac.....................................................................................................................7
D. Hukum Boyle-Gay Lussac...........................................................................................................8
2. Termodinamika..........................................................................................................................8
A. Proses Isobarik (Tekanan Selalu Konstan)..................................................................................8
B.     Proses Isotermal (Suhu Selalu Konstan).....................................................................................9
C.     Proses Isokorik (Volume Selalu Konstan).................................................................................10
D.    Proses Adiabatik.......................................................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................14

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika memiliki banyak sekali hubungan dengan semua kejadian yang ada pada kehidupan
sehari-hari. Banyak peneliti dahulu yang telah meneliti banyak kejadian dalam kehidupan
danberguna untuk kehidupan kita. Walaupun zaman terus berkembang tapi ilmu fisika tetap
bisa dijadikan sebagai dasar sebab hampir semua alat elektronik dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi dapat dihitung dengan ilmu fisika.

Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh manusia tidak bisa lepas dari yang namanya
ilmu fisika. Baik disadari atau tidak pasti ilmu fisika terjadi dalam aktifitas sehari-hari tetapi
kebanyakan tidak menyadarinya.

Makalah ini kami susun bersama untuk mengetahui tentang Gas dan Termodinamika.
Kami juga menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas dari Ibu Dewi Purnama Sari, S.T.,

iv
M.T. selaku dosen mata kuliah fisika mekanika, fluida, dan panas. Materi ini sangat penting
bagi kami agar kami mendapat tambahan wawasan lebih tentang ilmu fisika terutama kalor.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang
dapat kami rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apakah itu?
2. Apakah perbedaan kalor, temperatur, dan energi dalam?
3. Bagaimana penjelasan tentang konduksi, konveksi, dan radiasi?

C. Tujuan

Makalah ini disusun untuk mempermudah kami dalam mempelajari ilmu tentang
kalor, terutama tentang kalor jenis, perpindahan kalor baik konduksi, konveksi, maupun
radiasi, serta melengkapi pematerian yang sudah ada.

BAB II PEMBAHASAN
1. Teori Kinetik Gas Ideal

Dalam hal ini yang disebut gas ideal adalah gas yang memenuhi asumsi-asumsi sebagai
berikut :
a. Terdiri atas partikel dalam jumlah yang banyak dan tidak ada gaya tarik-menarik antar
patikel.
b. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah acak (sembarang).
c. Ukuran partikel diabaikan terhadap ukuran wadah.
d. Setiap tumbukan yang terjadi secara lenting sempurna.
e. Partikel-partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruang dalam wadah.
f. Gerak partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak.
g. Tidak ada energi yang hilang.
h. Ukuran lebih kecil dari jari – jari.
i. Masih berlaku hukum – hukum newton

v
Berdasarkan eksperimen persamaan keadaan gas yang telah dilakukan dengan
mengubah besaran tekanan, volum, dan suhu ternyata ada kesebandingan antara hasil kali
tekanan dan volum terhadap suhu yaitu sebagai berikut :
PV =∝T
Demikian juga dengan massa sistem gas setelah divariasi dengan tekanan, volume, dan
suhu terdapat kesebandingan yaitu sebagai berikut :
PV =∝ MT
Untuk membuat persamaan diatas menjadi sempurna maka diperlukan suatu konstanta
pembanding yang nilainya sama untuk semua gas. Dari hasil eksperimen nilai konstanta
pembanding adalah berbeda untuk setiap gas jika kita menggunakan satuan massa tetapi
menggunakan mol. 1 mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang ada pada 12 gram atom
karbon-12 yaitu sebanyak 6,02 x 1023 partikel. Bilangan 6,02 x 1023 disebut bilangan
avogrado (No).
Dengan demikian mol zat dapat dinyatakan dalam jumlah partikel n seperti berikut :
n=atau N =n . No
Dengan :
n = Jumlah zat (mol)
N = Banyaknya partikel (molekul)
No = Bilangan avogrado (6,02 x 1023)
Konstanta perbandingan universal, yang berlaku untuk semua gas adalah r (konstanta
gas universal) sehingga persamaan keadaan gas ideal dapat ditulis manjadi seperti berikut:
Pv=nrt
Dengan :
P = Tekanan gas (atm atau n/m2)
v = Volum gas (m3 atau liter)
n = Jumlah mol gas (mol)
r = Tetapan gas universal (8,31 j/mol k)
t = Suhu gas (k)
pv=rt
pv=nkt
Oleh karena n = jumlah molekul maka persamaan keadaan gas ideal dapat dinyatakan dalam
jumlah molekul. Dengan k = tetapan boltzman (1,38x10-23 j/k)
p = Tekanan gas (n/m2)
v = Volum gas (m3)

vi
n = Jumlah molekul
t = Suhu gas (k)
Jika ditinjau dari sudut pandang mikroskopik, partikel-partikel zat saling memberikan
gaya tarik berasal dari sifat elektris maupun gravitasinya (hukum newton tentang gravitasi).
Selain gaya tarik antarpartikel juga terdapat gaya tolak antarpartikel yang berasal dari sifat
elektris inti atom yang bermuatan positif. Massa atom terpusat pada inti atom sehingga jika
jarak atom terlalu dekat maka akan terjadi gaya tolak yang cukup besar dari atom-atom
tersebut. Dengan demikian, terdapat jarak minimum yang harus dipertahankan oleh atom-
atom tersebut agar tidak terjadi gaya tolak.

A. Persamaan Keadaan Gas Ideal

Persamaan gas ideal adalah suatu persamaan yang menyetakan hubungan antara
tekanan, volume, dan suhu suatu gas. berikut persamaan yang ditemukan dalam bentuk
hukum fisika.

B. Hukum Boyle

Hukum boyle yang berbunyi bila massa dan suhu suatu gas dijaga konstan maka
volum gas akan berbanding terbalik dengan tekanan mutlak, yang dikemukakan oleh robert
boyle (1627-1691).
Pernyataan lain dari hukum boyle adalah bahwa hasil kali antara tekanan dan volum
akan bernilai konstan selama massa dan suhu gas dijaga konstan. Secara matematis dapat di
tulis:
Pv=c
Keterangan:
p = Tekanan gas (N/m2  atau pa)
v = Volum gas (m3)
c = Tetapan berdimensi usaha

Hukum Charles
vii
Hukum charles berbunyi volum gas berbanding lurus dengan suhu mutlak, selama massa
dan tekanan gas dijaga konstan, dikemukakan oleh Jacques charles tahun 1787. Dengan
demikian volum dan suhu suatu gas pada tekanan konstan adalah berbanding lurus dan secara
matematis kesebandingan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
v=kt
Dengan, k adalah konstanta
Kemudian untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami perubahan volum dan suhu dari
keadaan 1 ke keadaan 2 saat tekanan dan massa dijaga konstan, dapat dirumuskan berikut :
P1V 1 P2V 2
=
T1 T2
Dengan :
v1 = Volum gas mula-mula (m3)
v2 = Volum gas akhir (m3)
t1 = Suhu gas mula-mula (k)
t2 = Suhu gas akhir (k)

C. Hukum Gay Lussac

Pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan
ini dikenal dengan julukan hukum gay-lussac, dinyatakan oleh joseph gey lussac (1778-
1850).
Untuk gas dalam suatu wadah yang mengalami pemanasan dengan volum dijaga tetap, pada
proses 1 dan 2 hukum gay-lussac dapat ditulis seperti berikut:
v=tetap atau P=c .t
P 1 P2
=
T1 T 2
Dengan  :
p1 = Tekanan mula-mula (atm)
p2 = Tekanan akhir (atm)
t1 = Suhu mutlak mula-mula (k)
t2 = Suhu akhir (k)

D. Hukum Boyle-Gay Lussac

viii
Suatu rumus turunan dari perkembangan dari hukum boyle dan gay lussac yaitu
persamaan keadaan gas yang lebih umum yang menghubungkan besaran tekanan, volum, dan
suhu dalam berbagai keadaaa, sehingga memperoleh persamaan berikut :
P1V 1 P2V 2
=
T1 T2
Keterangan :
P1 = Tekanan gas mula-mula (n/m2)
V1 = Volum gas mula-mula (m3)
T1 = Suhu mutlak gas mula-mula (k)
P2 = Tekanan gas akhir (n/m2)
V2 = Volum gas akhir (m3)
T2 = Suhu mutlak gas akhir (k)

2.      Termodinamika

Pada termodinamika terdapat empat proses yaitu isobarik, isothermal, iskhorik,


adiabatik. Proses-proses tersebut digunakan di dalam hukum I termodinamika.

A. Proses Isobarik (Tekanan Selalu Konstan)


Dalam proses isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu konstan. karena yang
konstan adalah tekanan, maka perubahan energi dalam (delta u), kalor (q) dan kerja (w) pada
proses isobarik tidak ada yang bernilai nol. Dengan demikian, persamaan hukum pertama
termodinamika tetap utuh seperti semula :
QV =∆ U
Perubahan tekanan dan volume gas pada proses isobarik digambarkan melalui grafik di
bawah :

Mula-mula volume sistem = v1 (volume kecil). Karena tekanan dijaga agar selalu
konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan melakukan kerja
terhadap lingkungan. Setelah melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah

ix
menjadi v2 (volume sistem bertambah). Besarnya kerja (w) yang dilakukan sistem = luasan
yang diarsir.

B.     Proses Isotermal (Suhu Selalu Konstan)


Dalam proses isotermal, suhu sistem dijaga agar selalu konstan, suhu gas ideal
berbanding lurus dengan energi dalam gas ideal (u = 3/2 nrt). Karena t tidak berubah maka u
juga tidak berubah. Dengan demikian, jika diterapkan pada proses isotermal, persamaan
hukum pertama termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :
P1 V 1=P2 V 2
Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses isotermal (suhu konstan),
kalor (q) yang ditambahkan pada sistem digunakan sistem untuk melakukan kerja (w).
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isotermal digambarkan melalui grafik di
bawah :

Mula-mula volume sistem = v1 (volume kecil) dan tekanan sistem = p1 (tekanan


besar). Agar suhu sistem selalu konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem
memuai dan melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah sistem melakukan kerja terhadap
lingkungan, volume sistem bertambah) dan tekanan sistem berubah menjadi p2 (tekanan
sistem berkurang). Bentuk grafik melengkung karena tekanan sistem tidak berubah secara
teratur selama proses. Besarnya kerja yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.

C.     Proses Isokorik (Volume Selalu Konstan)


Dalam proses isokorik, volume sistem dijaga agar selalu konstan. Maka sistem tidak
bisa melakukan kerja pada lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa
melakukan kerja pada sistem. Jika diterapkan pada proses isokorik, persamaan hukum
pertama termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :
W =P ( V 2−V 1 )=P ( 0 ) =0

x
Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses isokorik (volume konstan),
kalor (q) yang ditambahkan pada sistem digunakan untuk menaikkan energi dalam sistem.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isokorik digambarkan melalui grafik di
bawah :

Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan kecil). Adanya tambahan kalor pada sistem
menyebabkan energi dalam sistem bertambah. Karena energi dalam sistem bertambah maka
suhu sistem (gas ideal) meningkat (u = 3/2 nrt). Suhu berbanding lurus dengan tekanan.
Karenanya, jika suhu sistem meningkat, maka tekanan sistem bertambah (p2). Karena volume
sistem selalu konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan (tidak ada luasan yang diarsir).

D.    Proses Adiabatik


Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau
meninggalkan sistem (q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi
dengan baik. Untuk sistem tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang
dengan seenaknya mengalir ke dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga
bisa terjadi pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Untuk kasus ini, proses harus dilakukan
dengan sangat cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan
sistem.
Jika diterapkan pada proses adiabatik, persamaan hukum pertama termodinamika akan
berubah bentuk seperti ini :
Q=0=∆U + P ∆ V =W =−∆ U
Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka kerja
bernilai negatif. Karena w negatif, maka u bernilai positif (energi dalam sistem bertambah).
Sebaliknya jika sistem berekspansi atau memuai dengan cepat (sistem melakukan kerja),
maka w bernilai positif. Karena w positif, maka u bernilai negatif (energi dalam sistem
berkurang).
Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (u = 3/2 nrt),
karenanya jika energi dalam sistem bertambah maka sistem juga bertambah. Sebaliknya, jika

xi
energi dalam sistem berkurang maka suhu sistem berkurang.Perubahan tekanan dan volume
sistem pada proses adiabatik digambarkan melalui grafik di bawah :

Kurva adiabatik pada grafik ini lebih curam daripada kurva isotermal (kurva 1-3).
Perbedaan kecuraman ini menunjukkan bahwa untuk kenaikan volume yang sama, tekanan
sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik dibandingkan dengan proses isotermal.
Tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik karena ketika terjadi pemuaian
adiabatik, suhu sistem juga berkurang. Suhu berbanding lurus dengan tekanan, karenanya
apabila suhu sistem berkurang, maka tekanan sistem juga berkurang. Sebaliknya pada proses
isotermal, suhu sistem selalu konstan. Dengan demikian pada proses isotermal suhu tidak ikut
mempengaruhi penurunan tekanan.

Contoh soal
1)Suatu gas memiliki volume awal 2,0 m3 dipanaskan dengan kondisi isobaris
hingga volume akhirnya menjadi 4,5 m3. Jika tekanan gas adalah 2 atm, tentukan usaha
luar gas tersebut! (1 atm = 1,01 x 105 Pa)
Dik: V2 = 4,5 m3
V1 = 2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105
Pa Isobaris → Tekanan Tetap

W = P (ΔV)
W = P(V2 − V1)
W = 2,02 x 105 (4,5 − 2,0) = 5,05 x 105 joule

2)1,5 m3 gas helium yang bersuhu 27oC dipanaskan secara isobarik sampai
87oC. Jika tekanan gas helium 2 x 105 N/m2 , gas helium melakukan usaha luar
sebesar... ata : V1 = 1,5 m3 T1 = 27oC = 300 K T2 = 87oC = 360 K P = 2 x 105

xii
N/m2 W = PΔV Mencari V2 : V2/T2 = V1/T1 V2 = ( V1/T1 ) x T2 = ( 1,5/300 ) x 360 =
1,8 m3 W = PΔV = 2 x 105(1,8 − 1,5) = 0,6 x 105 = 60 x 103 = 60 Kj

E: 
3)2000/693 mol gas helium pada suhu tetap 27oC mengalami perubahan volume
dari 2,5 liter menjadi 5 liter. Jika R = 8,314 J/mol K dan ln 2 = 0,693 tentukan usaha
yang dilakukan gas helium
= 2000/693 mol V2 = 5 L V1 = 2,5 L T = 27oC = 300 K Usaha yang dilakukan
gas : W = nRT ln (V2 / V1) W = (2000/693 mol) ( 8,314 J/mol K)(300 K) ln ( 5 L / 2,5
L ) W = (2000/693) (8,314) (300) (0,693) = 4988,4 joule

E: 
4)Mesin Carnot bekerja pada suhu tinggi 600 K, untuk menghasilkan kerja mekanik.
Jika mesin menyerap kalor 600 J dengan suhu rendah 400 K, maka usaha yang
dihasilkan adalah..
E: 
η = ( 1 − Tr / Tt ) x 100 % Hilangkan saja 100% untuk memudahkan perhitungan : η
= ( 1 − 400/600) = 1/3 η = ( W / Q1 ) 1/3 = W/600 W = 200 J

5)Diagram P−V dari gas helium yang mengalami proses termodinamika


ditunjukkan seperti gambar berikut!

suhu yang dilakukan gas helium pada proses ABC sebesar


WAC = WAB + WBC WAC = 0 + (2 x 105)(3,5 − 1,5) = 4 x 105 = 400 kJ

6)0,5 m3 gas dipanaskan pada proses isobaris volumenya menjadi 2 m3. Jika usaha
luar gas tersebut 3 × 105 joule besar tekanan gas sekarang adalah . . . .
W = P . ΔV 3 × 105 = P . (2 – 0,5) P = 1,5 × 105 N/m²
7) Sebuah mesin Carnot bekerja di antara 2 reservoir bersuhu tinggi 527 °C dan
suhu rendah 127 °C. Jika reservoir suhu tinggi diturunkan menjadi 500 K, maka efisiensi
awal dan terakhir adalah . . . .

xiii
8)Sejumlah gas ideal mengalami proses seperti gambar berikut.
Proses yang menggambarkan adiabatis dan isokhorik berturut-turut ditunjukkan pada
nomor…
[10:10 PM] YOURBAE: 
diabatis: proses dimana tidak ada kalor masuk atau keluar. Ciri garisnya melengkung curam.
Seperti garis 2 – 3. Isokhorik : proses pada volume tetap. Garisnya yang tegak lurus sumbu
V. Bisa 5 – 1, juga 3 – 4

9)Sepuluh mol gas helium memuai secara isotermal pada suhu 67 °C sehingga volumenya
menjadi dua kali volume mula-mula. Tentukanlah usaha yang dilakukan oleh gas helium

10)Sebuah mesin pesawat mengambil 9200 J panas dan membuang 6000 J setiap siklus. a)
Berapa kerja mekanik keluaran dari mesin setiap siklus? b) Berapa efisiensi termal dari
mesin? P

enyelesaian: a) Menghitung kerja mekanik keluaran dari mesin setiap siklus Þ W = QH + QC


Þ W = 9200 J + (-6000 J) Þ W = 3200 J b) Menghitung efisiensi termal dari mesin

xiv
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan

Hukum termodinamika pertama menyatakan bahwa perubahan energi dalam ∆ U dari


sebuah. sistem sama dengan kalor yang ditambahkan ke sistem, Q,dikurangi kerja,W, yang
dilakukan oleh sistem: ∆ U =Q−W . Persamaan ini merupakan pernyataan kekekalan energi
dan ternyata berlaku untuk semua jenis Proses.

Proses isotermal adalah proses yang dilakukan pada temperatur konstan. Pada proses
adiabatik, tidak ada kalor yang dipertukarkan (Q=0). Kerja W yang dilakukan oleh gas pada
tekanan konstan P dinyatakan dengan W =P. ∆V , di mana AV adalah perubahan volume gas.
Mesin kalor adalah alat untuk merubah energi termal, dengan aliran kalor, menjadi kerja
yang berguna. Efisiensi mesin kalor didefinisikan sebagai perbandingan kerja W yang
dilakukan mesin terhadap masukan kalor QH. Karena kekekalan energi, keluaran kerja sama
dengan Q H −QL , di mana QL, adalah kalor yang dibuang ke lingkungan; berarti efisiensi
W QL
adalah e= =1−
QH QH
Batas atas efisiensi dapat dituliskan dalam temperatur mesin yang lebih tinggi dan lebih
TL
rendah (dalam kelvin), TH dan TL sebagai e ideal =1− .
TH

xv
Cara kerja lemari es dan penyejuk udara merupakan kebalikan dari mesin kalor: kerja
dilakukan untuk mengambil kalor dari daerah yang sejuk dan dibuang ke suatu daerah yang
temperaturnya lebih tinggi.
Hukum termodinamika kedua dapat dinyatakan dalam beberapa cara yang ekivalen:
1. Kalor mengalir secara spontan dari benda yang panas ke yang dingin, tetapi tidak
sebaliknya;
2. tidak akan ada 100 persen efisiensi mesin kalor-artinya, yarrg dapat merubah
sejumlah kalor selurulrnya menjadi kerja;
3. proses alami cenderung menuju ketidakteraturan yang lebih besar atau entropi yang
lebih besar.

Pernyaaan (3) merupakan pernyataan yang paling umum dari hukum termodinamika
kedua, dan dapat dinyatakan kembali sebagai: entropi total, S, dari sistem manapun ditambah
entropi lingkungannya bertambah sebagai akibat dari proses alami: ∆ S> 0.

Entropi merupakan ukuran kuantitatif ketidakteraturan sistem. Dengan berlalunya waktu,


energi menurun menjadi bentuk yang lebih tidak berguna-yaitu, lebih tidak memadai untuk
melakukan kerja yang berguna.

b. Saran
Setelah mempelajari materi tentang Gas dan Termodinamika sebaiknya kita lebih mmapu
lebih memahami bagaimana penereapan hukum-hukum yang berkaitan dengan Gas dan
Termodinamika, pembaca juga bisa memahami dan menerapkan masing-masing proses yang
ada pada di termodinamika pada kehidupan sehari-hari.

xvi

Anda mungkin juga menyukai