Disusun Oleh :
Mohammad Arif Rais (150521603875)
Muhamad Zainul Arifin (150521602264)
Kendy Dwi Gustilistianto (150521604977)
Hasanuddin achmat (150521604338)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini. Laporan Praktikum Laboratorium Teknologi Beton ini memuat
hasil praktikum dari awal pertemuan hingga pertemuan akhir semester ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang sangat membantu dan memberikan makna penting bagi terciptanya
laporan ini. Oleh karena itu pada kesempatan yang dirohmati Allah ini penulis
berterima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada :
1) Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat membuat dan menyelesaikan laporan ini
2) Bapak Sonny Wedhanto. selaku dosen pengajar
3) Bapak Ghufron selaku laboran teknik sipil
4) Teman-teman seperjuangan atas segala dukungan dan bantuannya
5) Semua pihak yang telah membantu terciptanya laporan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
mendapat balasan yang lebih berharga dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
laporan ini masih mempunyai banyak kekurangan. Dan oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan memberikan
ilmu baru untuk menggapai hal yang lebih baik pada penulisan berikutnya.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan bermakna
positif bagi semua pihak, terutama untuk menjadi sarana motivasi dan inspirasi
penting untuk menambah wawasan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
ii
F. Uji Kekekalan Bentuk..........................................................................................49
iii
BAB I
4. Prosedur Pelaksanaan
1
2) Menyusun ayakan mulai dari PAN penampungan (paling bawah),
diatasnya berturut-turut ayakan no. 100, no. 50, no. 30, no18, no 8,
dan no 4
3) Masukan agregat halus pada ayakan paling atas (no 4)
4) Mesin digoyang sekitar 5-10 menit
5) Keluarkan masing – masing ayakan dari susunan ayakan
6) Sikat masing – masing ayakan, untuk menurunkan debu yang masih
ada pada ayakan
7) Menimbang sisa pada masing-masing ayakan dan pan penampung
b. Data Perhitungan
6. Kesimpulan
Jadi dalam percobaan analisis ayakan pada agregat halus diatas,
agregat halus masuk kedalam zona 2 yaitu pasir agak kasar. Modulus
halus butir MHB adalah sekian.
7. Gambar
2
Gambar A.2 Menyusun Ayakan
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air
murni pada volume yang sama pada suhu tertentu . Daya serap air adalah
kemampuan agregat dalam menyerap air sampai dalam keadaan jenuh.
Daya serap air agregat merupakan jumlah air yang terdapat dalam agregat
dihitung dari keadaan kering oven sampai dengan keadaan jenuh dan
dinyatakan dalam %. Hubungan antara berat jenis dan daya serap adalah
3
jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin kecil daya serap
agregat tersebut.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan berat jenis suatu agregat halus (pasir)
b. Menentukan penyerapan air pada agregat halus (pasir)
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Menimbang pasir kondisi asli sebanyak 100 gram
2) Menimbang air dengan gelas ukur yang terlebih dahulu di nol–kan
beratnya
3) Memasukkan 100 gram pasir ke dalam gelas ukur yang berisi air
4) Guncang gelas ukur sampai tidak terlihat gelembung udara di
dalamnya
5) Menambahkan air ke dalam picnometer gelas yang telah berisi pasir
dan menimbangnya
6) Menghitung berat jenis pasir kondisi asli.
5. Data Hasil Pengujian
a. Perhitungan
3) Penyerapan =
Keterangan :
Bj : Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD)
Bk : Berat benda uji kering oven
B : Berat bejana yang diisi air
Bt : Berat bejana + benda uji + air
b. Data Perhitungan
4
I II III
Pemeriksaan
(gram) (gram) (gram)
Berat benda uji kering
permukaan jenuh (SSD) Bj
Berat benda uji kering oven Bk
Berat bejana yang diisi air B
Berat bejana + benda uji + air Bt
Pemeriksaan I II III
Berat jenis Kering
Berat jenis kering permukaan
jenuh SSD
Penyerapan %
6. Kesimpulan
Jadi Berat Jenis kering dalam percobaan diatas adalah percobaan I
= … g/cm3 ; percobaan II = … g/cm3; percobaan III = … g/cm3. Berat
jenis kering permukaan jenuh SSD adalah percobaan I = … g/cm3 ;
percobaan II = … g/cm3 ; percobaan III = … g/cm3. Penyerapan pada
ketiga percobaan diatas adalah percobaan I = … % ; percobaan II = …
% ; percobaan III = … %. Rata-rata berat jenis kering = … g/cm3 ; rata-
rata berat jenis kering permukaan jenuh SSD = … g/cm3 ; rata-rata
penyerapan = … %
7. Gambar
5
Gambar B.1 Pasir dalam Cawan Gambar B.2 Menimbang Pasir dan Cawan
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
Gambar B.3 Pasir dan Air dalam Gelas Ukur Gambar B.4 Menimbang Pasir dan Air
(Sumber : Dokumen Kelompok 5) (Sumber : Dokumen Kelompok 5)
1. Pendahuluan
Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam
agregat. Ada 4 jenis kadar air dalam agregat, yaitu :
a. kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar-benar kering
tanpa air
b. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tetapi mengandung sedikit air dalam porinya sehingga
masih dapat menyerap air
c. Jenuh kering permukaan (saturated surface-dry = SSD), dimana
agregat yang pada permukaannya tidak terdapat air tetapi di
dalam butirannya sudah jenuh air
d. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana di dalam butiran maupun
permukaan agregat banyak mengandung air.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menghitung presentase kadar air dalam agregat
b. Memeriksa kadar air dalam agregat
6
a. Peralatan
1) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
2) Oven (Wajan dan Kompor)
3) Cawan
b. Bahan
1) Pasir
2) Air
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Cawan di timbang, beratnya (W1)
2) Benda uji di masukkan cawan lalu ditimbang, beratnya (W2)
3) Hitung berat benda uji (W3 = W2 - W1)
4) Benda uji dikeringkan di dalam oven (wajan dan kompor)
5) Timbang berat cawan dan benda uji (W4)
6) Hitung berat benda uji setelah dikeringkan (W5 = W4 – W1).
b. Hasil perhitungan
6. Kesimpulan
Jadi kadar air alami dalam pasir dengan 3 uji percobaan adalah Kadar air
alami dalam pasir benda uji 1 = … % ; Kadar air alami dalam pasir benda
uji 2 = … % ; Kadar air alami dalam pasir benda uji 3 = … %. Rata-rata
ketiga percobaan adalah … %
7. Gambar
7
Gambar C.1 Menimbangan Cawan Gambar C.2 Pasir didalam Cawan
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
Gambar C.3 Memasukan Pasir ke dalam Wajan Gambar C.4 Menggoreng Pasir
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan
volume benda tersebut. Bobot isi ada dua : bobot isi padat dan gembur.
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume
8
gembur dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan
perbandingan berat agregat dengan volume literan, sedangkan berat
volume padat adalah perbandingan berat agregat dalam keadaan padat
dengan volume literan.
Menurut British Standar 812, berat volume agregat yang baik
untuk material beton mempunyai nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m³.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan berat isi agregat pada kondisi langsung dan dipadatkan.
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Berat Isi Lepas
1) Timbang dan catat berat wadah uji (W1)
2) Masukan benda uji ke dalam wadah
3) Ratakan permukaan benda uji beserta wadah (W2)
4) Hitunglah berat benda uji (W3=W2-W1)
b. Hasil Perhitungan
9
Berat Volume gr/cm3
Tabel 1.4 Data Perhitungan Pengujian Berat Volume
6. Kesimpulan
Jadi berat volume pada masing-masing tiga percobaan tersebut adalah
Berat volume benda uji 1 = 1,5191 gr/cm3, Berat volume benda uji 2 =
1,4291 gr/cm3,Berat volume benda uji 3 = 1,4661 gr/cm3. Rata-rata dari
ketiga percobaan adalah 1,4714 gr/cm3.
7. Gambar
10
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
Pemeriksaan kandungan zat organik dilakukan dengan cara
memasukkan pasir ke dalam larutan Natrium Hidroksida ( NaOH) 3 % .
Setelah diaduk dan didiamkan selama 24 jam, warnanya dibandingkan
dengan warna pembanding. Agregat halus tidak banyak mengandung zat
organik. Bila direndam dalam larutan 3 % NaOH, cairan di atas endapan
tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding (SK SNI S – 04 –
1989 – F).
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui adanya bahan organik dalam pasir
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Siapkan larutan NaOH dengan mencampur padatan NaOH ke dalam
air. Aduk sampai larutan tercampur rata
2) Masukan Agregat halus ke dalam botol gelas, lalu campur dengan
larutan NaOH yang sudah dibuat, aduk kembali larutan, lalu tutup
botolnya
3) Diamkan larutan selama 1 hari
11
4) Bandingkan warna cairan dengan standar warna yang ada.
Percobaan I
Volume pasir (ml)
Larutan NaOH (ml)
Warna yang timbul
Tabel 1.5 Pengujian Kotoran Organik
6. Kesimpulan
Warna yang ditimbulkan adalah kuning muda, jadi bahan organik yang
terkandung dalam pasir tersebut hanya sedikit sekitar …%.
7. Gambar
Gambar E.2 Pasir didalam Botol yang telah diberi Larutan NaOH
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
12
Gambar E.3 Percobaan setelah 24 jam
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui kadar lumpur dalam agregat halus yaitu pasir
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Botol bening diisi pasir
2) Isikan air kedalam botol hingga hampir penuh dan tutup rapat
kemudian kocok
3) Diamkan selama 24 jam
4) Endapan lumpur dan pasir masing-masing di ukur tingginya.
13
5. Data Hasil Pengujian
a. Perhitungan
Sistem kocokan
Kadar lumpur = h/H x 100%
h = Tinggi Lumpur (cm)
H = Tinggi Pasir (cm)
b. Hasil perhitungan
Percobaan I
Tinggi lumpur h (cm)
Tinggi pasir H (cm)
Kadar lumpur (h/H) x 100 %
Tabel 1.5 Pengujian Kadar Lumpur
6. Kesimpulan
Jadi kadar lumpur yang terkandung dalam pasir yang telah diuji adalah …
%. Karena kadar lumpur pada percobaan sebanyak … %, maka pasir
harus dicuci hingga kadar lumpurnya kurang dari … .
7. Gambar
Hasil Praktikum
Perngujian Hasil
14
A. Analisa Ayak Agregat Halus
a. Pembagian besar butir yang menembus
4,75 mm (%)
2,36 mm (%)
1,18 mm (%)
0,60 mm (%)
0,30 mm (%)
0,15 mm (%)
15
BAB II
1. Pendahuluan
Menurut (SK SNI S – 04 – 1989 – F) Agregat kasar harus
mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10 dan harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan gradiasi agregat kasar dengan menggunakan hasil analisa
ayakan
b. Menggunakan peralatan yang diperlukan
c. Menggambarkan data hasil pemeriksaan ke dalam grafik gradiasi
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Timbang berat cawan yang digunakan
16
2) Timbang agregat kasar dengan beratnya x gr di dalam cawan
3) Masukkan agregat yang akan disaring ke dalam saringan, misalnya
agregat kasar yang dimulai dengan ukuran 38 mm sampai pan
4) Hidupkan mesin penggetar, kemudian susun saringan-saringan
tersebut. Getarkan selama 15 menit
5) Setelah selesai digetarkan, timbang berat agregat yang ada di dalam
masing- masing saringan (tertinggal).
b. Data Perhitungan
Tabel 2.1 Data Perhitungan Analisis Ayakan Agregat kasar
6. Kesimpulan
Jadi presentasi yang lolos ayakan terhadap diameter ayakan adalah
Diameter 3/8” mm = … % ; diameter ½” mm = … % ; diameter 12,7 mm
17
= … % ; diameter 19 mm =… %; diameter 25,4 mm = … % ; diameter
38,1 mm = …%. Modulus halus butir adalah …
7. Gambar
Gambar A.2 Menyusun Ayakan Gambar A.3 Memasukan Benda Uji ke Ayakan
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
Gambar A.6 Melepaskan Ayakan Gambar A.7 Menimbang Ayakan dan Benda Uji
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Dokumen kelompok 2)
1. Pendahuluan
18
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat
air murni pada volume yang sama pada suhu tertentu.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan berat jenis agregat kasar dalam keadaan kering oven
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Menimbang batu pecah sebanyak x gr, kemudian batu pecah tersebut
masukan kedalam keranjang
2) Lalu keranjang yang berisi batu pecah tersebut masukan kedalam
tempat yanng berisi air
3) Posisi keranjang yang berisis batu tersebut harus menggantung di
dalam air
4) Timbanglah berat batu pecah di dalam air tersebut.
Berat Jenis =
Keterangan
W1 : Berat batu pecah di udara (gr)
W2 : Berat batu pecah di air (gr)
b. Data perhitungan
Percobaan I
Berat batu pecah di udara W1 (gr)
Berat batu pecah di air W2 (gr)
Berat jenis (W1-W2)/W1x1 (massa jenis air g/cm3)
Tabel 2.2 Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar
6. Kesimpulan
Jadi berat jenis dalam agregat kasar diatas adalah … g/cm3
7. Gambar
19
Gambar B.1 Menimbang wadah dan Benda Uji
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
Kelembaban pada agregat kasar adalah kadar uap air pada agregat
kasar.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan kelembaban pada agregat kasar yaitu batu pecah
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Timbanglah batu pecah sebanyak x gr
20
2) Goreng batu pecah dengan menggunakan wajan dan kompor. Sampai
batu pecah tersebut sudah kering oven
3) Mengeluarkan batu pecah dari wajan yang telah digoreng
4) Biarkan dingin lalu timbang beratnya.
Kelembaban =
b. Data perhitungan
Percobaan I
Berat cawan (gr)
Berat cawan+ batu pecah (gr)
Batu pecah asli (W1) (gr)
Batu pecah setelah dioven (W2) (gr)
Kelembaban (W1-W2)/W2 ×100 %
Tabel 2.3 Pengujian Kelembaban pada Agregat Kasar
6. Kesimpulan
Jadi kelembaban pada agregat kasar dalam percobaan diatas adalah
1,19%.
7. Gambar
21
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) Gambar C.3 Menggoreng Benda Uji
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam
agregat.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan kadar air dalam agregat kasar yaitu batu pecah
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Timbanglah berat cawan (W1)
2) Masukkan benda uji kedalam cawan dan timbang beratnya (W2)
3) Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)
4) Keringkan benda uji berikut cawan dalam oven dengan suhu ( 110 ±
5°) C sampai beratnya tetap
5) Timbang berat cawan dan benda uji (W4)
6) Hitung berat benda uji kering oven (W5 = W4 –W1).
Kadar air
Keterangan
W3 : Berat benda uji (gr)
W5 : Berat benda uji kering oven (gr)
b. Data perhitungan
Pungujian I
Berat wadah W1 (gr)
Berat wadah + kerikil yang di uji W2 (gr)
Berat benda uji (W3=W2-W1) (gr)
22
Berat cawan + kerikil yang telah di oven
W4(gr)
Berat kerikil kering oven W5= W4-W1(gr)
Kadar air = ((W3-W5)/ W5) X 100 %
Tabel 2.4 Pengujian Kadar Air pada Agregat Kasar
6. Kesimpulan
Jadi kadar air dalam agregat kasar yaitu batu pecah adalah 2,08 %.
7. Gambar
1. Pendahuluan
Daya serap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air
sampai dalam keadaan jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah
air yang terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan kering oven
sampai dengan keadaan jenuh dan dinyatakan dalam %.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan air resapan pada agregat kasar yaitu batu pecah
23
1) Timbangan
2) Oven (wajan dan kompor)
3) Tabung Sillinder
b. Bahan
1) Batu pecah
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Timbanglah batu pecah sebanyak x gr
2) Batu pecah kemudian dimasukkan ke dalam wajan untuk digoreng
sampai kering oven yang bersuhu 110-115 °C
3) keluarkan batu pecah dari wajan yang telah digoreng, dinginkan lalu
timbang beratnya.
Percobaan I
Berat batu kerikil W1 (gr)
Berat kerikil setelah di Oven W (gr)
Kadar air resapan ((1000-W )/W )X 100 %
6. Kesimpulan
Jadi kadar air resapan pada percobaan diatas adalah 1,44 %.
7. Gambar
24
Gambar E.1 Menimbang Wadah
(Sumber : Dokumen Kelompok 2)
1. Pendahuluan
Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan
volume benda tersebut.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan berat volume pada agregat kasar yaitu batu pecah.
b. Bahan
1) Sebagai benda uji dapat digunakan agregat kasar, halus atau
campuran.
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Tanpa perojok
1) Ukur diameter dan tinggi silinder (cm) lalu timbang beratnya
(gram) kemudian hitung volumenya (cm)
2) Masukan agregat kasar (split) kedalam bejana silinder sampai
penuh dan ratakan (jangan diguncang atau diketuk),kemudian
timbang
25
3) Ulangi pekerjaan NO. 2 sampai 3x percobaan.
b. Dengan Perojok
1) Ukur diameter dan tinggi silinder (cm) lalu timbang beratnya
(gram) kemudian hitung volumenya (cm)
2) Masukan agregat halus (pasir) kedalam bejana silinder yang lain
(bejana silinder yang sama setelah selesai meneliti agregat kasar)
dalam 3 lapisan setiap lapis ditumbuk 25 kali kemudian
ditimbang
3) Ulangi pekerjaan NO. 2 sampai 3x percobaan.
b. Data perhitungan
7. Gambar
26
Gambar F.1 Menimbang Wadah Gambar F.2 Menimbang Wadah dan Benda Uji
(Sumber : Dokumen Kelompok 2) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%,
apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci
(SK SNI S – 04 – 1989 – F).
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui kadar lumpur pada agregat kasar yaitu batu pecah
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Terlebih dahulu batu pecah digoreng sampai kering oven. Kemudian
Menimbang batu pecah kering oven
2) Cucilah batu pecah sampai air bilasaan tampak bening
3) Menuangkan air cucian kedalam saringan no.100 berkali-kali
4) Mengoven batu pecah selama 24 jam dalam suhu 110-115°C
Kadar lumpur =
b. Data Perhitungan
Percobaan I II III
Berat Cawan
Berat kering sebelum dicuci W127
Berat batu pecah setelah dicuci + cawan
Berat kering setelah dicuci W2
Kadar Lumpur ((W1-W2)/ W2) X 100%
Tabel 2.7 Pengujian Kadar Lumpur pada Agregat Kasar
6. Kesimpulan
Jadi Kadar lumpur yang terkandung dalam agregat kasar adalah
percobaan I = % ; percobaan II = …% ; percobaan III = … %. Rata-rata
dari ketiga percobaan tersebut adalah …%.
7. Gambar
Gambar G.1 Menimbang Wadah Gambar G.2 Menimbang Berat Sebelum dicuci
(Sumber : Dokumen Kelompok 2) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
Hasil Praktikum
Perngujian Hasil
A. Analisa Ayak Agregat Kasar
a. Pembagian besar butir yang menembus
38,1 mm (%)
25,4 mm (%)
19,0 mm (%)
12,5 mm (%)
28
9,5 mm (%)
4,75 mm (%)
2,4 mm (%)
0,6 mm (%)
0,3 mm (%)
0,15 mm (%)
BAB III
SEMEN PC
1. Pendahuluan
Berat Volume semen portland adalah perbandingan antara berat
kering semen pada suhu kamar dengan satuan isi.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan berat volume semen baik dalam keadaan lepas maupun
padat.
29
3. Peralatan dan Bahan
a. Alat
1) Timbangan
2) Tabung silinder
3) Alat perojok
b. Bahan
1) Semen portland
4. Prosedur Pelaksanaan
Dalam pengujian berat volume semen dilakukan beberapa langkah kerja
sebagai berikut:
a. Tanpa Rojokan
1) Menimbang berat tabung silinder (W1)
2) Memasukkan semen tipe 1 pada takaran silinder sampai penuh
3) Ratakan silinder yang sudah terisi penuh
4) Menimbang alat takar yang berisi semen.
b. Dengan Rojokan
1) Menimbang berat tabung silinder (W1)
2) Silinder diisi semen 1/3 bagian dan dirojok sampai 25 kali, ulangi
hingga silinder terisi penuh
3) Ratakan silinder yang sudah terisi penuh
4) Menimbang alat takar yang terisi semen.
b. Data perhitungan
6. Kesimpulan
30
Jadi berat volume semen PC dengan perojok adalah … gr/cm3 dan berat
volume tanpa perojok … gr/ cm3. Rata-rata berat volume adalah … gr/cm3.
7. Gambar
Gambar A.3 Semen kedalam Wadah Gambar A.4 Menimbang Wadah dan Semen
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
Pengujian berat jenis semen portland menggunakan botol Le
Chatelier. Berat jenis semen yang disyaratkan SK SNI 15–2531 1991
berkisar antara 3.00–3.20 t/m3. Berat jenis semen perlu diketahui karena
digunakan dalam hitungan perbandingan campuran beton.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan Berat jenis pada semen portland
4. Prosedur Pelaksanaan
31
1) menimbang berat semen sesuai ketentuan (m)
2) mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin pada skala tertentu
(V1),kemudian dimasukkan dalam air dengan suhu 20° C
3) masukkan benda uji ke dalam botol Le Chatelier, kemudian baca skala
pada botol (V2).
Berat Jenis =
b. Data Perhitungan
7. Gambar
32
Gambar B.3 Semen dan Minyak Gambar B.4 Menimbang semen dan Minyak
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
Konsistensi normal adalah nilai prosentase jumlah air yang
dibutuhkan untuk membentuk pasta semen pada kondisi kebasahan standar
guna menunjukkan kualitas semen portland (Sandor Popovics). Metode
pengujian konsistensi normal sesuai standar ASTM C 187 dengan metode
coba–coba menggunakan sejumlah pasta semen yang dibuat dari 300 gram
semen dengan prosentase air yang berbeda–beda.
Konsistensi normal pasta semen didapatkan ketika jarum alat vicat
berdiameter 10 mm terjadi penurunan 10 mm di bawah permukaan asli
pasta pada waktu ke 30 detik setelah jarum dilepaskan. Dari data yang
diperoleh, buat grafik prosentase air yang diperlukan sebagai absis dan
penurunan jarum sebagai ordinat. Berdasarkan grafik dapat diketahui
jumlah air untuk mencapai konsistensi normal. Konsistensi normal
berkisar 22%–28% untuk semen portland yang diperdagangkan.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Menentukan banyak air yang dipakai untuk mencampur semen dalam
keadaan konsistensi normal.
b. Mengidentifikasikan bahwa semen pertland telah mencapai
konsistensi normal
c. Trampil dalam menggunakan peralatan yang digunakan dalam
pemeriksaan ini
33
1) Semen tipe 2
2) Air suling sebanyak ± 300 cm
4. Prosedur Pelaksanaa
1) Masukkan air suling ke dalam tromol mesin pengaduk ± 25% dari
berat semen
2) Masukan semen sebanyak 650 gram ke dalam tromol
3) Diamkan selama 30 detik
4) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ±5) rpm selama 1
menit
5) Mesin pengaduk di hentikan selama 15 detik, selama itu dinding
tromol dibersihkan dari pasta menempel
6) Mesin pengaduk dijalankan kembali dengan kecepatan (285 ±10) rpm
selama 1 menit
7) Dengan tangan, pasta semen dibentuk seperti bola kemudian
dilemparkan dari satu tangan ke tangan yang lainnya dengan jarak 15
cm
8) Pegang pasta bola dengan satu tangan, kemudian tekankan pada cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang konik,
sehingga cincin konik penuh dengan pasta
9) Kelebihan pasta pada lubang konik, diratakan dengan sendok perata
yang digerakkan dalam posisi miring pada permukaan cincin, hingga
permukaan pasta rata benar dengan tinggi konik.
10) Letakkan cincin konik dibawah jarum vicat dan sentuhkan jarum
dengan bagian tengah permukaan pasta
11) Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30
detik.
b. Data Perhitungan
Pengujian I II III
Berat semen W (gram)
Volume Air V (cm3)
Penurunan Batang Vicat (mm)
Kadar air W/V x 100 %
Tabel 3.3 Pengujian Konsistensi Normal Semen Tipe
34
6. Kesimpulan
Jadi batas konsistensi normal semen tersebut adalah dengan kadar
air …% dikarenakan penurunannya jarum vicat mencapai … mm.
7. Gambar
Gambar C.2 Semen didalam Wadah Gambar C.3 Menimbang semen beserta wadah
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
Gambar C.4 Semen yang diberi Air Gambar C.5 Mengaduk semen
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
Gambar C.6 Melemparkan Bola Pasta Semen Gambar C.7 Memasukan Semen ke Cincin Konik
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
35
Gambar C.8 Meratakan Semen Gambar C.9 Menjatuhkan jarum vicat dan menulis data
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Pendahuluan
Waktu ikat adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras
mulai semen bereaksi dengan air sampai pasta semen mengeras dan cukup
kaku untuk menahan tekanan. Waktu ikat semen ada dua, (1) waktu ikat
awal (initial setting time), yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air
sampai pasta semen hilang sifat keplastisannya, (2) waktu ikat akhir (final
setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen sampai beton
mengeras. Waktu ikat awal semen berkisar antara 1-2 jam tetapi tidak
boleh kurang dari 1 jam atau lebih dari 8 jam.
36
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui pengikat awal dan akhir pada semen portland
4. Prosedur Pelaksanaa
1) Memeriksa dan menyiapkan alat vicat dengan jarum berdiameter 1
mm
2) Menimbang semen seperti pada pengujian konsistensi normal dan
membuat pasta semen dengan prosentase air sesuai nilai konsistensi
normal
3) Meletakkan cincin ebonite yang sudah berisi pasta semen pada alat
vicat
4) Melepaskan jarum vicat pada 15 menit pertama dan mencatat
penurunannya
5) Melepaskan jarum vicat pada 15 menit kedua dan mencatat
penurunannya. (jarak antara tiap titik + 5 mm dan + 10 mm dari tepi
cincin ebonite)
6) Waktu pengikatan awal semen diperoleh saat penurunan 25 mm,
dilakukan dengan cara membuat grafik pengikatan awal, dimana
waktu penurunan (menit) sebagai sumbu x (absis) dan besarnya
penurunan(mm) dipakai sebagai sumbu y (ordinat)
7) Mencatat penurunan saat menjatuhkan jarum pada 30 detik
pertama dan mencatat suhu kamarnya.
37
5. Data Hasil Pengujian
38
22 330
23 345
24 360
25 375
26 390
27 405
28 420
Tabel 3.4 Pengujian Pengikat Awal dan Akhir Semen Tipe 2
6. Kesimpulan
Jadi Pengikat awal dengan waktu 0 - 15 menit penurunan jarum
vicat … mm. Pengikat akhir dengan waktu 420 menit penurunan jarum
vicat … mm.
7. Gambar
39
Gambar D.2 Semen dan Wadah Gambar D.3 Menimbang semen dan Minyak
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
Gambar D.4 Semen yang diberi Air Gambar D.5 Mengaduk semen
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
Gambar D.6 Melemparkan Bola Pasta Semen Gambar D.7 Memasukan Semen ke Cincin Konik
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
40
Gambar D.8 Meratakan Semen Gambar D.9 Menjatuhkan jarum vicat dan menulis data
(Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM) (Sumber : Lab. Pengujian Bahan Teknik Sipil UM)
1. Peralatan
3. Prosedur Kerja
41
Fraksi yang tertahan saringan No 200 (F2) = (W5 – W2)/ W3 x
100%
Dikerjakan ..................................................................................
oleh
Pengujian ke: 1 2 3 4 5
Berat saringan No 100 (W1) gram ..... ..... ..... ..... .....
Berat saringan No 200 (W2) gram ..... ..... ..... ..... .....
Berat contoh semen (W3) gram ..... ..... ..... ..... .....
Berat Saringan No 100 dan semen ..... ..... ..... ..... .....
yang tertahan (W4) gram
Berat Saringan No 200 dan semen ..... ..... ..... ..... .....
yang tertahan (W5) gram
SD = .............%
CV = ............%
SD = .............%
42
CV = ............%
*)
= Coret yang tidak perlu
1. Peralatan
3. Prosedur Kerja
43
- Membuat mortar semen PC dengan kondisi konsistensi normal.
- Cetakan kue semen dan lempengan kaca dilapis olie bekas agar kue
semen yang sudah kering mudah dilepaskan (Lihat Gambar: 3.17)
- Rebus air dalam panci sampai mendidih, kalau sudah mendidih kue
semen dimasukkan dan direbus selama tiga jam.
- Setelah itu kue semen dikeluarkan dan diamati. Kue semen tak
boleh berubah bentuk dan atau retak permukaannya.
Cetakan kue
semen yang
dilumuri olie
bekas
Lempengan kaca
44
Contoh Kue semen ke: 1 2 3 4 5
Setelah direbus:*)
Terjadi retak? y/ t y/ t y/ t y/ t y/ t
Terjadi perubahan bentuk?
y/ t y/ t y/ t y/ t y/ t
Berubah bentuk
Tidak berubah bentuk
Catatan: *) = Coret yang tidak perlu; y = ya; t = tidak
Hasil Praktikum
Perngujian Hasil
A. Pengujian Berat Volume pada Semen
Tipe 2
45
a. Berat Volume (gr/cm3)
46
BAB IV
PENGUJIAN BETON
2. TUJUAN
Untuk menentukan banyaknya perbandingan material beton guna
mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan permintaan perencana.
3. KAJIAN TEORI
Pengertian Dalam standar ini yang dimaksud dengan:
1. Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tampa bahan tambah
membentuk massa padat;
2. Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200 – 2500) kg/m3
menggunakan agregat alam yang dipecah;
3. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari
batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 mm
4. Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5 mm – 40 mm
5. Kuat tekan beton yang disyaratkan f ,c adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh
perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk silinder diameter 150
mm, tinggi 300 mm);
47
6. Kuat tekan beton yang ditargetkan fcr adalah kuat tekan rata rata yang
diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari f,c;
7. Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampur ke dalam beton untuk
mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh agregat;
8. Factor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat
semen dalam beton;
9. Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam
mm ditentukan dengan alat kerucut abram (SNI 03-1972-1990 tentang
Metode Pengujian Slump Beton Semen Portland);
10. Pozolan adalah bahan yang mengandung silica amorf, apabila dicampur
dengan kapur dan air akan membentuk benda padat yang keras dan bahan
yang tergolongkan pozolan adalah tras, semen merah, abu terbang, dan
bubukan terak tanur tinggi
11. Semen Portland-pozolan adalah campuran semen Porland dengan pozolan
antara 15%-40% berat total camnpuran dan kandungan sio 2 + Al2O3+Fe2O3
dalam pozolan minimum 70%;
12. Semen Portland tipe I adalah semen Portland untuk penggunaan umum tanpa
persyaratan khusus;
13. Semen Portland tipe II adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahan terhadap sulfat dan kalor hidrasi sedang;
14. Semen Portland tipe III adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi;
15. Semen Portland tipe V adalah semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahan yang tinggi terhadap sulfat;
16. Bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan
pembuatan beton untuk tujuan tertentu.
4. PERSYARATAN- PERSYARATAN
4.1. UMUM
persyaratan umum yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1) Proposi campuran beton harus menghasilkan beton yang memenuhi
persyaratan berikut:
i. Kekentalan yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan,
pemadatan, dan perataan) dengan mudah dapat mengisi acuan dan
menutup permukaan secara serba sama (homogen);
48
ii. Keawetan;
iii. Kuat tekan;
iv. Ekonomis;
2) Beton yang dibuat harus menggunakan bahan agregat normal tanpa bahan
tambah
4.1.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam perencanaan harus mengikuti persyaratan
berikut:
1) Bila pada bagian pekerjaan konstruksi yang berbeda akan digunakan bahan
yang berbeda, maka setiap proporsi campuran yang akan digunakan harus
direncanakan secara terpisah;
2) Bahan untuk campuran coba harus mewakili bahan yang akan digunakan
dalam pekerjaan yang diusulkan.
4.1.2 Perencanaan Campuran
Dalam perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada data sifat-
sifat bahan yang akan dipergunakan dalam produksi beton;
2) Susunan campuran beton yang diperoleh dari perencanaan ini harus
dibuktikan melalui campuran coba yang menunjukan bahwa proporsi tersebut
dapat memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan.
4.2 TEKNIS
4.2.1 Pemilihan proporsi campuran beton
Pemilihan proporsi campuran beton harus dilaksanakan sebagai berikut:
1) rencana campuran beton ditentukan berdasarkan hubungan antara kuat tekan
dan factor air semen;
2) untuk beton dengan nilai f ,c lebih dari 20 MPa proporsi campuran coba serta
pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada perbandingan berat bahan;
3) untuk beton dengan nilai f ,c hingga 20 MPa pelaksanaan produksinya boleh
menggunakan perbandingan volume. Perbandingan volume bahan ini harus
didasarkan pada perencanaan proporsi campuran dalam berat yang
dikonversikan ke dalam volume melalui berat isi rata-rata antara gembur dan
padat dari masing-masing bahan.
4.2.2 Bahan
4.2.2.1 Air,
Air harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
4.2.2.2 Semen
Semen harus memenuhi SNI-15-2049-1994 tentang semen Portland
49
4.2.2.3 Agregat,
Agregat harus memenuhi SNI-03-1750_1990 tentang Mutu dan Cara Uji Agregat
Beton
4.2.3 Perhitungan proporsi campuran
4.2.3.1 Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari:
Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan dihitung dari:
1) Deviasi standar yang didapat dari pengalaman di lapangan selama produksi
beton menurut rumus:
Dengan:
n adalah jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil
uji adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji.)
Dua hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus
sebagai berikut:
(1) Mewakili bahan - bahan prosedur pengawasan mutu, dan kondisi produksi
yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan;
(2) Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan f ,c yang nilainya dalam batas 7
mpa dari nilai fcr yang ditentukan;
(3) Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil
uji diambil dalam produksi selama jangka waktu tidak kurang dari 45 hari;
(4) Bila suatu produksi beton tidak mempunyai dua hasil uji tetapi hanya ada
sebanyak 15 sampai 29 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar
50
adalah perkalian deviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut
dengan factor pengali dari tabel 1.
51
2) Sepertiga dari tebal pelat;
3) Tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang atau
berkas-berkas tulangan.
4.2.3.5 Kadar air bebas
Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut:
1) agregat tak dipecah dan agregat dipecah digunakan nilai pada table 2 dan grafik
1 atau 2;
2) agregat campuran (tak dipecah dan dipecah), dihitung menurut rumus berikut:
52
53
54
55
56
4.2.3.6 Berat Jenis Relatif Agregat
Berat jenis relative agregat ditentukan sebagai berikut:
1) Diperoleh dari data hasil uji atau bila tidak tersedia dapat dipakai nilai
dibawah ini:
(1) agregat tak dipecah : 2,5
(2) agregat dipecah : 2,6 atau 2,7
2) Berat jenis agregat gabungan dihitung sebagai berikut:
Berat jenis agregat gabungan = persentase agregat halus x berat jenis agregat
halus + persentase agregat kasar x berat jenis agregat kasar
4.2.3.7 Proporsi Campuran Beton
Proporsi campuran beton (semen, air, agregat halus dan agregat kasar) harus
dihitung dalam kg per m3 adukan.
4.2.3.8 Koreksi Proporsi Campuran
Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran
halus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat. Koreksi proporsi campuran
57
harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat paling sedikit satu kali dalam
sehari dan dihitung menurut rumus sebagai berikut:
1) Air = B-(Ck-Cs) x C/100 – (Dk-Ds) x D/100
2) Agregat halus = C + (Ck-Ca) x C/100;
3) Agregat kasar = D + (Dk-Da) x D/100
Dengan:
B adalah jumlah air
C adalah jumlah agregat halus
D adalah jumlah agregat kasar
Ca adalah absorpsi air pada agregat halus (%)
Da adalah absorpsi agregat kasar (%)
Ck adalah kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk adalah kandungan air dalam agregat kasar (%)
5. CARA PENGERJAAN
Langkah-langkah pembuatan rencana campuran beton normal dilakukan sebagai
berikut:
1) Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan f Xc pada umur tertentu;
2) Hitung deviasi standar menurut ketentuan kuat tekan ratarata
3) Hitung nilai tambah menurut deviasi standar
4) Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan f Xcr menurut kuat tekan
rata-rata yang ditargetkan.
5) Tetapkan jenis semen;
6) Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus, agregat ini dapat dalam
bentuk tak dipecahkan (pasir atau koral) atau dipecahkan;
7) Tentukan factor air semen menurut pemilihan factor air semen Bila
dipergunakan grafik 1 atau 2 ikuti langkah-langkah berikut :
(1) Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel
2, sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai;
(2) Lihat Grafik 1 untuk benda uji berbentuk silinder atau grafik 2 untuk
benda uji berbentuk kubus;
(3) Tarik garis tegak lurus ke atas melalui factor air semen 0,5 sampai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir 1 di atas;
(4) Tarik garis lengkung melalui titik pada sub. Butir 3 secara proporsional;
(5) Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva baru yang ditentukan pada sub butir 4 di atas;
58
(6) Tarik garis tegak lurus kebawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan factor air semen yang diperlukan;
8) Tetapkan factor air semen maksimum. Jika nilai factor air semen yang
diperoleh dari butir 7 di atas lebih kecil dari yang dikehendaki, maka yang
dipakai yang terendah;
9) Tetapkan slump;
10) Tetapkan ukuran agregat maksimum jika tidak ditetapkan lihat besar butir
agregat maksimum
11) Tentukan nilai kadar air bebas menurut kadar air bebas dari Tabel 3
12) Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen adalah kadar air
bebas dibagi factor air semen;
13) Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan;
14) Tentukan jumlah semen seminimum mungkin. Jika tidak lihat table 4.5.6
jumlah semen yang diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan;
15) Tentukan factor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah
karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih
besar dari jumlah semen maksimum yang disyaratkan), maka factor air semen
harus diperhitungkan kembali;
16) Tentukan susunan butir agregat halus (pasir kalau agregat halus sudah dikenal
dan sudah dilakukan analisa ayak menurut standar yang berlaku, maka kurva
dari pasir ini dapat dibandingkan dengan kurva-kurva yang tertera dalam
grafik 3 sampai dengan 6 atau gabungkan pasir pasir tersebut seperti pada
table 8;
17) Tentukan susunan agregat kasar menurut grafik 7,8, atau 9 bila lebih dari satu
macam agregat kasarm gabungkan seperti table 9.
18) Tentukan persentase pasir dengan perhitungan atau menggunakan grafik 13
sampai dengan 15; dengan diketahui ukuran butir agregat maksimum menurut
butir 10. Slumps menurut butir 9, factor air semen menurut butir 15 dan
daerah susunan butir 16, maka jumlah persentase pasir yang diperlukan dapat
dibaca pada grafik. Jumlah ini adalah jumlah seluruhnya dari pasir atau fraksi
agregat yang lebih halus dari 5 mm. Dalam agregat kasar yang biasa dipakai
di Indonesia seringkali dijumpai bagian yang lebih halus dari 5 mm dalam
jumlah yang lebih dari 5 persen. Dalam hal ini maka jumlah agregat halus
yang diperlukan harus dikurangi;
19) Hitung berat jenis relative agregat menurut butir berat jenis relatif agregat
59
20) Tentukan berat isi beton menurut Grafik 16 sesuai dengan kadar air bebas
yang sudah ditemukan dari Tabel 3 dan berat jenis relative dari agregat
gabungan menurut butir 18;
21) Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas;
22) Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali persen pasir butir
18 dengan agregat gabungan butir 21;
23) Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat gabungan
butir 21 dikurangi kadar agregat halus butir 22; dari langkah-langkah tersebut
di atas butir 1 sampai dengan 23 sudah dapat diketahui susunan campuran
bahan-bahan untuk 1m3 beton;
24) Proporsi campuran, kondisi agregat dalam keadaan jenuh kering permukaan;
25) Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan koreksi proposi campuran;
26) Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan
yang sesungguhnya, perhatikan hal berikut:
(1) Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka
susunan campuran beton tersebut dikatakan baik. Jika tidak, maka
campuran perlu dibetulkan;
(2) Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi atau rendah, maka kadar air perlu
dikurangi atau ditambah (demikian juga kadar semennya, karena factor
air semen harus dijaga agar tetap tak berubah);
(3) Jika kekuatan beton dari campuran ini terlalu tinggi atau rendah, maka
factor air semen dapat atau harus ditambah atau dikurangi sesuai dengan
Grafik 1 atau 2.
60
Formulir Perencanaan Campuran Beton
61
6 Jenis agregat : - kasar Ditetapkan Batu pecah
Jenis agregat : - halus Ditetapkan Alami
7 Faktor air semen bebas Tabel 8.19, grafik 0,60 (ambil nilai terendah dari
8.4.1 grafik = 0,41)
8 Faktor air semen maksimum Ditetapkan 0,60
9 Slump Ditetapkan Slump 30 – 60 mm
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 40 mm
11 Kadar air bebas Tabel 8.21 195 : 0,41 = 475,61 kg
12 Jumlah semen Langkah 11 Abaikan
13 Jumlah semen maksimum Tidak ditetapkan 275 kg
14 Kadar semen minimum Tabel 8.19 195/0,60 = 325 kg
15 Faktor air semen yang Ditetapkan Daerah gradasi susunan butir
disesuaikan zona 2
16 Susunan besar butir agregat Tabel 8.23.1 3,87
halus
17 Persen bahan lebih halus Perhitungan hal. 7,90
198
18 Berat jenis relative agregat Tabel 8.22.2 2585 kg/m3
(kering permukaan)
19 Berat jenis beton Gambar 8.6 2265 kg/m3
20 Kadar agregat gabungan Langkah 19-15+11 1745 kg
21 Kadar agregat halus Langkah 20*16 733 kg
22 Kadar agregat kasar Langkah 20-21 1012 kg
Tiap campuran
uji 0,05m3
Tiap m3
Tiap 0,05 m3
62
1. Kuat tekan f’c = 30 MPa, umur 28 hari
2. Deviasi standar, s = 7, faktor koreksi 1,03 (jumlah benda uji berpasangan 25)
3. Nilai tambah, m = 1,64.s =1,64*6,62*1,03 =11,82 MPa
4. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan (f’cr), dimana f’cr = f’c+m = 30 +
11,87 = 41,82 MPa
5. Jenis semen yang digunakan (Tipe 1)
6. Jenis agregat yang digunakan, baik agregat halus maupun agregat kasar
Agregat halus = Alami dan Agregat Kasar = Pecahan
7. Menentukan FAS, menggunakan Gambar 8.4.1 dan 8.4.2. langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Nilai kuat tekan pada umur 28 hari berdasarkan tabel 8.18. jenis semsn tipe
1, agregat kasar pecahan, bentuk benda uji silinder, akan menghasilkan
kuat tekan sebesar 37 MPa.
b. Lihat gambar 8.4.1 untuk benda uji silinder. Didapat FAS = 0.41
8. Faktor air semen (FAS) maksimum menurut Tabel 8.19, didapat FAS
masimum 0.60
9. Nilai slump, sebesar 12±2 cm
10. Ukuran butir nominal agregat maksimum, 40 mm
11. Nilai kadar air bebas dari tabel 8.21 (karena butir maksimum hanya 30 mm
dan slump maksimum 100 cm, maka butir ini sebagai pendekatan) dengan
slump = 120 cm, dan butir agregat maksimum sebesar 40 mm.
- Jenis agregat kasar = pecahan = 205 liter
- Jenis agregat halus = alami = 175 liter
- Agregat gabungan = 2/3*175+1/3*205=185 liter.
- Hasil analisis ayak jenis agregat halus dan agregat gabungan termasuk
dalam zona kasar, maka kadar air bebas dapat ditambah sebesar 10 liter per
meter kubik.
12. Jumlah semen, yaitu langkah (11) : (7b)=195/0.41 = 475,61 Kg.
13. Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan diabaikan.
14. Jumlah semen minimum dari Tabel 8.19, jumlah semen minimum 275 kg.
15. FAS yang disesuaikan. Nialai FAS adalah 0.60 sehingga jumlah semen pakai
= 195/0.60 = 325 Kg.
16. Jumlah susunan butir agregat halus, sesuai dengan syarat yang dikenal (lihat
penyusun bahan beton 3-23 sampai 3-25). Masuk dalam zona 2.
17. Tentukan presentase agregat halus terhadap campuran berdasarkan nilai
slump 120 mm, FAS 0.60, dan besar nominal agregat maksimum 40 mm
(Gambar 8.5.3). didapatkan proporsi agregat campuran 41%-51%. Dari
hitungan agregat campuran di dapat proporsi yang memenuhi syarat untuk
agregat campuran sebesar 42%.
63
386,8/100 atau dibulatkan menjadi 3,87
b. Dari lampiran 1 diperoleh MHB untuk agregat kasar gabungan sebesar
790,1/100 sebesar 7,90 MHB
c. Campuran direncanakan 6,0 -7,0 diambil nilai 6,71
menggunakan persamaan; W = .
dengan,
W = (Kerikil/batupecah),
K = MHB agregat kasar didapat = 7,90
P = MHB agregat halus = 3,87
C = Modulus halus butir agregat gabungan = 6,71
Maka,
Prosentase Lolos %
Ukuran
saringan Jumlah Agregat
(mm) agregat agregat (2) x 1 (3) x 2,4 Agregat Gabungan
halus kasar Gabungan (6)/3,14
(1)
50
37,5
19
9,52
64
4,76
2,4
1,1
0,6
0,3
0,15
sisa
jumlah
Grafik 1.1 Hasil Plotting untuk agregat gabungan dengan butir maksimum 40 mm
18. Berat jenis relatif agregat, dari tabel 1.2 dicari berat jenis relatif garegat
sebagai berikut :
Tabel 1.2 Hitungan Berat Jenis relatif
65
SSD/JPK)
19. Tentukan berat jenis beton menurut Gambar 8.6. Berdasarkan nilai berat jenis
agregat gabungan (agregat kasar dan agregat halus) sebesar 2.585 dan kadar
air bebas = 195 liter, didapat BJ beton 2265 kg/m3.
20. Kadar agregat gabungan, langkah (19)-[(15)+(11)] = 2265 –(195+325) =
1745 kg
21. Kadar agregat halus, Langkah (20) x 16) = 1745*42% = 733 kg.
22. Kadar agregat kasar, Langkah (20) – (21) = 1745-733=1012 kg.
66
Penyerapan Air (%)
67
Komposisi Hasil koreksi Satu
Bahan 20%
Koreksi untuk 1 1m³ silinder
silinder semen
air
ah I
V=
Ah II
22/7x(0,10/2)2x0,2
Ak III
= 0,00157 m3
Ak IV
Jumlah
Komposisi Hasil
Satu Lima
koreksi untuk 5 Bahan koreksi 20%
silinder silinder
silinder 1m³
semen
air
ah I
Ah II
Ak III
Ak IV
Jumlah
Lampiran 1
Uji Saringan pada Agregat Halus
No
68
Diameter Berat Berat Presentase Kamulatif Kamulatif
Nomor Ayakan Tertinggal Tertinggal Keseluruhan tertinggal tembus
Ayakan
(mm) (%) (%) (%) (%)
(gr)
1 4 4,75
2 8 2,36
3 16 1,18
4 30 0,6
5 50 0,3
6 100 0,15
7 Pan
Jumlah
69
Gambar 1. Menimbang kebutuhan Gambar 2. Menimbang kebutuhan
semen pasir
70
Gambar 9. Mulai memasukkan Gambar 10. Dilanjutkan dengan
kerikil terlebih dahulu memasukkan setengah air
Gambar 13. Memasukkan seluruh air Gambar 14. Biarkan mixer terus berputar
yang tersisa hingga campuran teraduk rata
71
Gambar 17. Meratakan permukaan Gambar 18. Membiarkan seluruh
atas beton dalam cetakan silinder sampel mengeras
72
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
antara lain:
a. Memakai pakaian kerja dengan lengkap dan benar.
b. Membersihkan tempat kerja dari kotoran yang mengganggu.
c. Menempatkan alat-alat dan bahan-bahan di tempat yang mudah dijangkau dan
aman untuk mendapatkan ruang kerja yang ideal.
d. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.
e. Bekerja dengan teliti, hati-hati dan penuh konsentrasi.
1.4 Pengertian
Slump beton ialah besaran kekentalan (viscocity) / plastisitas dan kohesif dari
beton segar.
1.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelecakan Beton
Komposisi dan sifat bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan beton secara
bersama-sama akan mempengaruhi tingkat kemudahan pengerjaan (kelecakan)
beton segar. Secara teoritis, unsur-unsur yang berpengaruh terhadap tingkat
kelecakan beton, antara lain, adalah:
1) Jumlah air yang digunakan dalam campuran adukan beton, sampai batas
faktor air semen tertentu. Semakin banyak air yang digunakan, semakin
mudah beton segar untuk dikerjakan.
2) Jumlah semen yang digunakan, penambahan semen sampai batas tertentu
juga dapat meningkatkan tingkat kelecakan beton. Untuk mempertahankan
nilai faktor air semen, penambahan semen ke dalam campuran harus diikuti
dengan penambahan air.
3) Gradasi campuran pasir dan kerikil. Jika gradasi agregat yang digunakan
berada dalam daerah gradasi yang disarankan dalam peraturan, maka
campuran adukan beton akan mudah dikerjakan.
4) Bentuk butiran agregat yang digunakan. Jika batuan yang digunakan
berbentuk bulat, maka campuran akan semakin mudah dikerjakan.
5) Ukuran maksimum agregat. Semakin besar ukuran agregat, semakin sedikit
jumlah air yang diperlukan untuk memperoleh tingkat kelecakan yang baik.
Hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran agregat, semakin besar luasan
permukaan yang harus dibasahi.
73
Dalam prakteknya, kelima unsur di atas tidak dapat dipisah-pisahkan
secara muthlak. Pada prinsipnya dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan di
lapangan tingkat kelecakan beton dipengaruhi oleh:
1) Faktor air-semen,
2) Rasio agregat-semen, dan
3) Jumlah air yang digunakan.
Sebagai contoh, apabila rasio agregat-semen dikurangi, dan faktor air
semen dipertahankan, serta jumlah air ditambah, maka tingkat kelecakan beton
akan meningkat karena agregat berkurang, sedangkan jumlah semen dan air
bertambah. Sebaliknya, jika jumlah air tetap, rasio agregat-semen dan faktor air
semen dikurangi, maka tingkat kelecakan beton mungkin tidak akan banyak
terpengaruh karena agregat dan semen berkurang tetapi jumlah air tetap.
Hasil pengujian slump pada campuran yang “gemuk” cenderung bersifat
konsisten (tidak berubah-ubah). Pada campuran yang “kurus” hasil pengujian
slump cenderung menunjukkan nilai yang berbeda-beda antara satu pengujian
dengan pengujian lainnya, sehingga hasilnya sulit untuk diterima.
Terdapat tiga macam kemungkinan bentuk penurunan (slump) yang
ditemui saat pelaksanaan uji slump, yaitu:
1) Slump ideal, terjadi apabila kerucut beton mengalami penurunan yang
seimbang di setiap sisinya.
2) Slump geser, terjadi apabila sebagian kerucut beton meluncur ke bawah di
sepanjang bidang miring. Apabila bentuk ini ditemui, maka pengujian slump
harus diulang, dan jika bentuk penurunan ini tetap terjadi, maka kohesifitas
campuran beton kurang baik.
3) Slump runtuh, dapat terjadi pada campuran beton normal yang kurang kohesif.
Ketiga jenis bentuk penurunan (slump) beton segar dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
74
Gambar Bentuk-Bentuk Slump
2. Bahan dan Peralatan
2.1 Peralatan
Untuk melaksanakan pengujian slump beton diperlukan peralatan sebagai berikut :
1) Cetakan dari logam tebal minimal 1,2 mm berupa kerucut terpancung (cone)
dengan diameter bagian bawah 203 mm, bagian atas 102 mm, dan tinggi 305
mm; bagian bawah dan atas setakan terbuka;
2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung
dibulatkan dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat;
3) Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air;
4) Sendok cekung tidak menyerap air;
5) Mistar ukur.
75
bagian bawah tiap-tiap lapisan; pada lapisan pertama penusukan lapisan tepi
tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan;
4) Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat dan semua sisa benda uji yang jatuh di sekitar cetakan harus
disingkirkan; kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas;
seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan diangkat harus selesai
dalam jangka waktu 2,5 menit;
5) Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan di samping benda uji; ukurlah
slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan
tinggi rata-rata benda uji.
76
Gambar Cetakan SlumpBeton
77
4. Hasil Praktikum
5. Kesimpulan
Dari hasil praaktikum dapat diambil kesimpulan bahwa beton yang dibuat
mengalami
6. Gambar Kerja
78
7. Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk
menentukan kuat tekan (compressive strength) beton dengan benda uji berbentuk
silinder yang dibuat dan dimatangkan (curring) di laboratorium maupun di
lapangan.
1.1.2 Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang
benar.
1.4 Pengertian
79
Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu,
yang dihasilkan oleh mesin tekan.
80
biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat
yang bebas dari getaran.
(4) setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji; untuk
perncanaan campuran bton, rendamlah benda uji dalam bak perndam berisi
air pada temperatur 25 oC disebutkan untuk pematangan (curing), selama
waktu yang dikehendaki; untuk pengendalian mutu beton pada
pelaksanaan pembetonan, pematangan (curing) disesuaikan dengan
persyaratan.
2) Persiapan pengujian
(1) ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
perndam/pematangan (curing), kemudian bersihkan dari kotoran yang
menempel dengan kain lembab;
(2) tentukan berat dan ukuran benda uji;
(3) lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar
belerang dengan cara sebagai berikut: Lelehkan mortar belerang didalam
pot peleleh (melting pot) yang dinding dalamnya telah dilapisi tipis dengan
gemuk; kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis
sampai mortar belerang cair menjadi keras; dengan cara yang sama
lekukan pelapisan pada permukan lainnya;
(4) benda uji siap untuk diperiksa.
9. Prosedur Pelaksanaan
Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan
sebagai berikut:
1) letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris;
2) jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara
2 sampai 4 kg/cm2 per detik;
3) lakukan pembebanan sampai uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum
yang terjadi selama pemeriksaan benda uji;
4) Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji
10. Perhitungan
81
Hitung kuat tekan benda uji dengan membagi beban maksimum yang diterima
oleh benda uji selama pengujian dengan luas penampang melintang rata yang
ditentukan sebagai mana yang diuraikan. Perhitungan sebagai berikut.
Keterangan :
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
Jika perbandingan panjang (L) terhadap diameter (D) benda uji kurang dari 1,6
koreksi hasil yang diperoleh dengan faktor koreksi yang sesuai seperti pada tabel
berikut.
Tabel Faktor Koreksi Rasio Panjang (L) dengan diameter (D) benda Uji
Koreksi faktor diatas berlaku untuk beton ringan dengan bobot isi antaara
1600kg/m3 sampai dengan 1920 kg/m3 dan untuk beton normal. Koreksi faktor ini
berlaku untuk kondisi kering atau basah saat pembebanan. Nilai yang tidak
terdapat pada tabel harus ditetapkan dengan interpolasi. Faktor koreksi berlaku
untuk kuat tekan beton nominal 15 MPa sampai denga 45 MPa. Untuk angka
diatas 45 MPa perlu dilakukan uji perbandingan yang lebih lanjut di laboratorium.
Nilai kuat tekan beton (f’c) harus didasarkan pada hasil pengujian saat
umur beton mencapai 28 hari. Apabila diperoleh data kuat tekan selain umur 28
hari, maka harus digunakan faktor konversi pada Tabel 3 berikut:
Umur Beton 3 7 14 21 28
82
Kuat tekan beton fc’ = faktor konversi
83
Diameter benda uji = mm
Panjang benda uji = mm
Beban maksimum = N
L/D =
Luas penampang benda uji = mm2
Kuat tekan (fc’) = MPa
Kuat tekan rencana = MPa
Jadi kuat tekan untuk benda uji silinder A2 adalah MPa tidak sesuai dengan yang
direncanakan
84
Luas penampang benda uji
Luas = 0,25 π x D2 (mm2)
Dimana,
π = 3,14
D = Diameter benda uji (mm)
85
Luas penampang benda uji = 0mm2
Kuat tekan (fc’) = MPa
Kuat tekan rencana = MPa
Jadi kuat tekan untuk benda uji silinder A5 adalah 29,97 MPa tidak sesuai dengan
yang direncanakan
Kesimpulan mutu beton rata – rata yang dihasilkan dari 5 sampel umur 28
hari
86
Jadi kuat tekan untuk benda uji silinder B1 adalah MPa tidak sesuai dengan yang
direncanakan dikarenakan umur beton yang kurang optimal.
87
Kuat tekan fc’ = (N/mm2)
88
Untuk 21 Hari Sampel 5
Hitung kekuatan tekan beton berdasarkan rumus berikut ini.
Luas penampang benda uji
Luas = 0,25 π x D2 (mm2)
Dimana,
π = 3,14
D = Diameter benda uji (mm)
89
Dimana,
π = 3,14
D = Diameter benda uji (mm)
90
Kuat tekan rencana = MPa
Jadi kuat tekan untuk benda uji silinder C2 adalah MPa tidak sesuai dengan yang
direncanakan dikarenakan umur beton yang kurang optimal.
91
Kuat tekan fc’ = (N/mm2)
92
Kesimpulan mutu beton rata – rata yang dihasilkan dari 5 sampel
Jadi, hasil mutu beton rata – rata tidak sesuai dengan yang direncanakan
dikarenakan umur beton yang kurang optimal.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, benda uji tersebut mampu menahan
gaya tekan sebesar 107,69 kN untuk setiap luasan satu mm2. Hasil uji kuat tekan
beton di laboratorium biasanya disajikan dalam bentuk tabel, sebagaimana
ditunjukkan pada contoh yang diatas. Dari tabel diatas tidak ada yang sesuai atau
mendekati dengan yang telah direncanakan fc’ hit ≤ fc’ rencana. Itu diakibatkan
oleh berbagai faktor, faktor tersebutkan akan dipaparkan sebagai berikut.
93