Anda di halaman 1dari 5

Nama: Nur Fadli Alamsyah

Npm : 223110361
Kelas : 2A

Jurnal GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA


DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE
1.Kutipan Langsung Kurang dari 40 Kata
1) menurut Sumalyo (1993), merupakan ‘’fenomena budaya yang
unik, karena terjadi percampuran budaya antara pendatang dengan
kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam.’’
2) Menurut Handinoto (1993), arsitektur
modern merupakan ‘’sebuah protes yang dilontarkan oleh Arsitek-
arsitek Belanda sesudah tahun 1900 atas gaya Empire Style.’’
3) Menurut Fajarwati (2011), karakter
dari sebuah objek arsitektur merupakan keberagaman atau kekhasan
yang tersusun menjadi ciri-ciri objek arsitektural atau susunan
elemen dasar yang terangkai sehingga membuat objek tersebut
mempunyai kualitas atau kekhasan yang membedakan dengan objek
lain.
Kutipan Langsung Lebih dari 40 Kata
1)Sehubungan dengan hal tersebut,kegiatan pemeliharaan
dijelaskan sebagai berikut.

Kegiatan ini adalah termasuk agenda wajib yang diadakan


setiap tahunnya demi menjunjung tinggi ada istiadat dan
keberagaman kita antara sesama,selain itu juga dapat menjadi
pemahaman kita akan dunia luar yang pernah menjajah atau
menduduki Indonesia ini dan juga tidak lupa sebagai salah satu
peninggalan yang senantiasa kita jaga dan kita
pelihara(Sumanto,2012:5)
2) Ciri-ciri arsitektur transisi antara lain:

denah masih mengikuti gaya „Indische Empire, simetri


penuh, pemakaian teras keliling pada denahnya masih dipakai
dan ada usaha untuk menghilangkan kolom gaya Yunani pada
tampaknya(Handinoto,2015:7)

3)Sehubungan dengan hal itu,pakar bangunan meneliti hal


tersebut(Sutarjo,2011:9)ia mengatakan:

Kawasan Benteng Oranje dilengkapi dengan bangunan


pendukung antara lain: ex Rumah kediaman Gubernur Jenderal
Hindia Belanda yang saat ini berubah fungsi menjadi Kantor UPTD
Dinas Pariwisata Kota Ternate, 2) ex Rumah Sakit berubah fungsi
menjadi Museum seni dan Budaya, 3) ex Barak prajurit berubah
fungsi menjadi Ruang pamer dan mini teater, dan 4) ex bangunan
Pengintai berubah fungsi menjadi Rest room.

Kutipan Tidak Langsung


1) Menurut Muhadjir (2002:6), metode deskriptif dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dari hasil observasi lapangan,
dokumentasi/ sketsa dan studi literatur yang berhubungan
dengan objek studi.
2) Karakter menurut Adenan (2012:3), dapat diartikan sebagai
salah satu atribut atau fitur yang membentuk dan
membedakan sebuah individu.
3) Menurut Amal (2010:7), kedatangan bangsa Belanda diawali
oleh seorang Laksamana VOC yang bernama Cornelis Matelief
de Jonge pada tahun 1607 yang berdalih membantu Sultan
Ternate untuk mengusir bangsa Spanyol yang berkuasa di
Ternate.

2.Sintesis
1)Menurut si Amal (2010), kawasan Benteng Oranje merupakan
peninggalan masa penjajahan yang dibangun diatas piung-puing
bekas benteng Portugis oleh bangsa Belanda pada tahun 1607
dengan nama benteng Melayu, dua tahun kemudian (1609) benteng
Melayu disempurnakan dan diubah namanya menjadi benteng
Oranje (fort Oranje) oleh Gubernur pertama Belanda Paulus van
Carden. Menurut Irianto (2010), pada tahun 1840 benteng Oranje
direnovasi total oleh Belanda karena benteng Oranje mengalami
kerusakan hebat akibat gempa.
2) Menurut Gustami (2000), gaya yang lahir berpijak pada gaya
yang sedang dianut dan mengadopsi dari gaya sebelumnya,
diaplikasikan sesuai dengan kemampuan diri sehingga melahirkan
gaya baru.
3) Menurut Handinoto (2006), karakter
arsitektur transisi memiliki konstruksi atap pelana dan perisai,
penutup atap genting, Pemakaian ventilasi pada atap (dormer),
bentuk atap tinggi dengan kemiringan besar antara 450-600,
Penggunaan bentuk lengkung, kolom order yunani sudah mulai
ditinggalkan, kolom-kolom sudah memakai kayu dan beton, dinding
pemikul, Bahan bangunan utama bata dan kayu dan pemakaian kaca
(terutama pada jendela) masih sangat terbatas.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat
disintesiskan bahwa kawasan Benteng Oranje merupakan warisan
budaya yang sepatutnya kita jaga dan kita lestarikan.
Daftar Pustaka
Adenan, Khaerani, Etc. (2012). Karakter Visual Arsitektur A.F.
Aalbersdi Bandung (1930-1946)- Studi Kasus: Kompleks Villa’s dan
Woonhuizen. Bandung. Jurnal lingkungan binaan Indonesia.
Amal, M. Adnan. (2010). Kepulauan Rampah- rempah: Perjalanan
Sejarah Maluku Utara 12-50-1950. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Fajarwati, Nur Annisa. (2011). Pelestarian Bangunan Utama Eks
Rumah Dinas Residen Kediri. Malang: e-journal arsitektur vol.4,
Universitas Brawijaya.
Gustami, S.P. (2000). Studi Komparasi Gaya Seni Yogya – Solo.
Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.
Handinoto. (1993). Arsitek G.C. Citroen dan Perkembangan
Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya (1915-1940). Jurnal Dimensi
Teknik Arsitektur Vol. 19. Surabaya: Universitas Kristen Petra press.
Hartono, Samuel & Handinoto. (2006). Arsitektur Transisi di
Nusantara dari Akhir Abad 19 ke Awal Abad 20 ( Studi Kasus
Kompleks Bangunan Militer di Jawa pada Peralihan Abad 19 ke 20).
Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 34. Surabaya. Universitas
Kristen Petra.
Handinoto. (2008). Daendels dan
Perkembangan Arsitektur di Hindia Belanda Abad 19. Jurnal Dimensi
Teknik Arsitektur Vol. 36. No. 1. Surabaya: Universitas Kristen Petra
press.
Handinoto. (2012). Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa pada masa
Kolonial. Yogyajakta: Graha Ilmu.
Irianto,

Anda mungkin juga menyukai