Abstrak
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
tersebar di seluruh dunia. Tak
Bangunan kolonial, arsitektur
terkecuali Indonesia (Nusantara,
cangkokan dari negeri induknya
yang pada jaman kolonial Belanda
(Eropa) ke daerah koloni di seberang
disebut dengan Hindia Belanda kota
laut (Cyril M. dalam Dwi Suci 1994)
Surakarta, bagian dari Nusantara,
dan diketahui pernah menjadi bagian rakyatnya. Namun akhirnya diterima
dari mata rantai pertahanan kumpeni dengan terpaksa mengingat situasi
(Eryudhawan dalam Dwi Suci, 1994) keuangan negaranya yang
atau persekutuan dagang Belanda mengkhawatirkan akibat adanya
(Vereenigde Oost Indische peperangan-perangan dalam dan luar
Compagnie/VOC). Yakni dengan negerinya. Yakni, perang saudara
adanya barisan benteng pertahanan antara Belanda dan Belgia sebagai
di Ungaran, Salatiga, Boyolali sesama jajahan Perancis yang ingin
(sudah tak dapat dijumpai, diduga saling memisahkan diri (Fletcher
didemolisi), Surakarta dan dalam Dwi Suci, 1994) yang
Yogyakarta yang membelah dua berbiaya besar, serta perang gerilya
pulau Jawa. Pangeran Diponegoro tahun 1825-
Dikehendaki atau tidak, 1830 yang juga menelan biaya besar.
bangunan kolonial telah menjadi Hasil finansial Cultuurstelsel bagi
bagian dari khasanah arsitektur di kerajaan Belanda sangat memuaskan,
Indonesia. Apalagi, peninggalan sehingga berdampak melonjaknya
budaya (heritage) karena telah kas negaranya, perdagangan dan
berumur lebih dari 50 tahun ini pelayaran Belanda terdorong maju
berasal dari bumi sendiri, antara lain pesat, sehingga menempati posisinya
sebagai hasil pengurasan paksa lagi sebagai pusat penjualan bahan
kekayaan Nusantara, terutama mentah dan armadanya menjadi
semasa politik Tanam Paksa nomor tiga di dunia.
(Cultuurstelsel) yang kemudian Perkembangan kota
digantikan dengan politik Etis Surakarta, yang berawal dari kota
(politik balas budi). Awalnya tradisional: Negara-kota Karaton
kebijakan Cultuurstelsel yang Kasunanan Surakarta Hadiningrat
ditawarkan oleh Pemerintah Belanda (KKSH) pada masa sebelum
untuk Hindia Belanda ini di negeri kemerdekaan hingga masa
Belanda (Nederland) ditolak kemerdekaan kini, banyak memiliki
(Sartono, 1992). karena dianggap heritage yang dengan sendirinya
tidak berperikemanusiaan oleh harus dikenakan tindakan pelestarian
lembaga dewan perwakilan (preservation) ataupun tindakan-
tindakan lain yang relevan dalam dan sekitarnya, sangat dimungkinkan
payung kegiatan konservasi akan terjadi perubahan, modifikasi
(Sidharta dan Budihardjo, 1986). sebagai konsekuensi logisnya demi
Namun kotapun perlu pemenuhan kenyamanan pengguna bangunan.
kebutuhan baru sesuai dengan Namun dengan karakter para arsitek
perkembangan usianya, agar tidak perancangan bangunan-bangunan
hanya stagnan dan diibaratkan dimaksud di Surakarta yang lebih
sebagai museum. Mengingat hal itu peduli atas iklim dan budaya pada
maka perlu dicermati sasaran tapak bangunan ataupun yang hanya
konservasinya, yang sebenarnya sekedar membawa bekal arsitektural
mengarahkan keselarasan antara yang mereka punya dari
kegiatan pelestarian dengan negaranyapun ini dimungkinkan
pemenuhan kebutuhan baru akan berpengaruh pula terhadap
dimaksud. karya-karya bangunan-bangunan
Terkait hal itu, upaya kajian kantor di Surakarta dimaksud.
tipomorfologi arsitektur kolonial Penggalian sumber-sumber asal
(dalam hal ini bangunan yang arsitektural ini sangat pentingm demi
berfungsi awal sebagai kantor) di timbulnya wahana eksplorasi
Surakarta, ini merupakan cara pemaduan arsitektur tradisional
pandang atau tafsir baru, yang akan ataupun vernakular Jawa dengan
berguna dalam pertimbangan- kebutuhan baru yang berasal dari
pertimbangan proses pelestarian perkembangan baru ataupun
karya-karya arsitektural heritage kontekstual dengan arsitektur berasal
dimaksud, untuk lebih memperdalam dari etnis lain. Yang pada gilirannya
wawasan arsitektural yang menjadi akan mengokohkan langkah menuju
latar belakang penciptaannya. identitas arsitektur di Indonesia
Dengan iklim dan budaya yang (Saliya dalam Dwi Suci, 1994)
sangat berlainan antara tempat umumnya yang layak disikapi
diciptakan dan didirikannya dengan memandang pencarian
bangunan-bangunan kantor di identitas sebagai cara, bukan tujuan,
Surakarta yang akan dikaji dengan demikian pula khususnya untuk
sumber pengaruh asal negeri Belanda Surakarta.
1.2. Tujuan dan Sasaran Penelitian pengaruh arsitektur Eropa sampel
studi, dengan pemilihan aspek yang
a. Tujuan penelitian
yang relevan saja (analitis) secara tak
Tujuan penelitian ini adalah
untuk memerikan pengidentifikasian terukur (kualitatif). Berpedoman
Keterangan tabel:
KP: Kantor pemerintah
RT: rumah tinggal
HB : Hindia Belanda
KKSH : Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Benteng Vastenburg
Gambar 2.1
Obyek-obyek studi bangunan kantor di Surakarta
3. TINJAUAN TEORI DAN mudah dikerjakan. Digambarkannya
DATA sebagai: pendatang baru menghadapi
3.1 Arsitektur kolonial. iklim dan bahan bangunan baru yang
Arsitektur kolonial, menurut berlainan, yang sering tak mudah
Harrris (ed., 1977 dalam Dwi Suci, untuk memadukannya. Sementara
1994) merupakan arsitektur penggunaan pekerja setempat yang
cangkokan dari negeri induknya bertradisi artistik sendiri, sedikit
(Eropa) ke daerah koloni di seberang banyak mempengaruhi arsitektur
laut. Karakter bangunannya, import dimaksud. Sebagai contoh
seumumnya mengcopy gaya dunia adalah upaya adaptasi iklim dan
lama mereka (Pothorn, 1982 dalam suasana setempat pada bangunan
Dwi Suci, 1994), didominasi Indische Techische Hogeschool
pengaruh Eropa –lebih khas lagi (sekarang Institut Teknologi
dalam hal ini Belanda sebagai Bandung/ITB) karya Ir. H. Mclaine
pembawanya. Cara yang ditempuh Pont arsitek Belanda yang kemudian
para penjajah dalam menerapkannya, menjadi guru besar di ITB. Karakter
adalah langgam yang ada pada masa arsitektur ITB saat itu baik ruang
kesejarahan mereka dikombinasikan terbukanya (Tamna Sari) maupun
dengan selera individual bangunan-bangunan pokoknya
perancangnya. Dengan demikian, (khususnya Aula Barat yang
adakalanya model asli dalam bahan berposisi simetris bilateral terhadap
batu, diimitasikan ke dalam Aula Timur, serta ruang-ruang kelas
bangunan baru berbahan kayu, dan lamanya (yang berketinggian lantai
lain sebagainya. Namun beberapa di berundak makin belakang makin
antaranya terdapat yang berkarakter tinggi untuk mempejelas pandangan
bebas dari imitasi model-model kea rah pengajar dan papan tulis),
Eropa. berkonsep sumbu kosmologi lokal ke
Penampilan dan kaidah arah Gunung Tangkuban Perahu.
bangunan kolonial yang khas Meskipun menurut hemat penulis
(Beazley dalam Dwi Suci, 1994) ini terdapat salah persepsi atas karakter
hakekatnya menggambarkan adanya arsitektur setempatnya, yang
persenyawaan yang tidak selalu dimaksudkannya dengan arsitektur
lokal Sunda bagi Aula barat dan d. Arsitektur Historikisme (arstektur
Aula Timur adalah mirip dengan atap Neo Klasik dengan macam
rumah gadang dalam Arsitektur elemen arsitektur Klasik berasal
tradisional Minangkabau. dari dunia klasik Timur; termasuk
Hemat penulis, dalam dari Nusantara: misal elemen
perjalanan sejarah arsitektural arsitektur Batak dan Jawa sebagai
Belanda sendiri, terdapat pengaruh- hasil perjalanan Ir. Hendrik
pengaruh yang menjadi muatan Petrus Berlage –Bapak Arsitektur
lokalnya sebagai dampak Modern Belanda- ke Nusantara
pergaulannya dengan etnis-etnis lain dalam masa penjajajahan yang
di dunia. Antara lain dari sejarah diimplementasikan dalam karya-
masyarakatnya, terdapat pengaruh karyanya di Belanda dan
budaya Perancis (bekas sekitarnya).
penjajahnya), budaya negara-negara e. Arsitektur Art Nouveau (transisi
sekitarnya, bahkan juga dampak ke Arsitektur Modern); termasuk
penyebaran hasil pertemuaan budaya di dalamnya Nieuwe Kunst
Eropa (Belanda) dengan kebudayaan (Arsitektur Art Nouveau
Cina sebagai dampak perjalanan Belanda) beserta sintesisnya
kembali Marcopolo dari China ke arsitektur organik (hasil
Italia. perjalanan Berlage bertemu
Langgam kesejarahan Frank Lloyd Wright di Amerika),
arsitektur bangsa Barat/Eropa yang yang berkarakter alamiah namun
berpengaruh secara tipomorfologis di fungsional, yang dalam
Belanda hingga terbawa pengelolaan Berlage kemudian
pengaruhnya ke Indonesia, menurut menjadi Amsterdam School
Dwi Suci (1994) dalam lingkup (menitik beratkan pada
sebagai berikut. orisinalitias dan alamiah) dan De
a. Arsitektur Renaisan Stijl (menitik beratkan pada
b. Arsitektur Barok dan Rokoko fungsi).
c. Arsitektur Neo Klasik (Neo f. Arsitektur Organik dan
Renaisan, Neo Barok, Neo Rasionalisme Awal
Rokoko dan Neo Gothik)
3.2 Tipomorfologi. sempat populer menjadi tipe gereja
Tipomorfologis, merupakan awal di jaman Kristen Awal (Early
kependekan dari tipologi dan Christian, dimulai pada abad IV),
morfologi. Arti tipologi adalah ilmu sebelum muncul tipe lain gereja.
tentang tipe (typhos); dalam hal ini Selanjutnya dalam multi fungsi,
tipe arsitektural; ilmu dan morfologi dengan fungsi balaikota ataupun
adalah ilmu tentang bentuk (morf) pengadilan di lantai atas dan lantai
dalam hal ini bentuk fisik bawah sebagai perluasan fungsi
arsitektural. Dengan demikian pasar yang berada di seberang
tipomorfologi adalah ilmu tentang jalannya sebagaimana Palazzo del
bentuk fisik arsitektural berdasarkan Broletto, bangunan dua lantai dengan
tipe (typhos) bangunannya, dalam hal multi fungsi dimaksud, kemudian
ini bangunan yang bertipe asal menjadi model populer sebagai
kantor. Aspek kajian morfologi bagi bangunan komersial di Eropa pada
obyek studi, meliputi tata letak, tata abad XVI-XVIII. Untuk tipe khas
ruang dan bentuk. kantor di Nederland, bagi Gutkind
(1971) berupa bangunan dua lantai
3.3 Sejarah singkat bangunan
dengan fungsi lantai dasar sebagai
kantor
bangunan kantor dan lantai atas
Dalam kaitan tipe bangunan
sebagai rumah dinas kepala
kantor terawal di dunia adalah
kantornya.
Palazzo del Broletto di Como, Italia,
Pada masa awal Arsitektur
tahun 1215 (Pevsner dalam Dwi
Modern, salah seorang arsitek
Suci, 1994). Yakni sebuah bangunan
Bauhaus terkenal: Ludwig Mies van
berfungsi ganda: balaikota dan
der Rohe, selalu berupaya
pengadilan, yang saat itu dikenal
mengekspresikan semangat
sebagai tipe basilika. Setelah itu,
jamannya dalam karya-karya untuk
dikenal bangunan kantor Palazzo
kliennya yang sudah terkenal dengan
Uffizi di Italia. Perkembangan
ciri khasnya. Yaitu mengekspose
bangunan bertipe basilika dengan
struktur beton bertulang bangunan
denah lantai bawahnya terdiri dari
bertingkatnya, dengan lantai-lantai
ruang tengah (nave) dan ruang
tingkat yang selalu menjorok keluar
samping (aisle) kiri dan kanan,
(kantilever), agar menjadi dinding culkan banyak bangunan kolonial di
transfaran dari kaca yang terletak di luar Indonesia antara lain bangunan kantor.
kolom-kolom modul terluar bangunan. Demikian juga muncul banyak bangunan
Tata ruang dalam (denah)nya tanpa kantor di Nederland.
dinding pemisah permanen atau dirancang b. Periode 1870-1900: era politik Ethis –
dengan sistem perencanaan terbuka (open merupakan masa pesat kedua
plan). pembangunan arsitektur kolonial;
ditandai oleh dibangunnya kota praja-
3.4 Obyek studi bangunan kantor di
kota praja (gemeente) setelah
Surakarta
dikeluarkannya Undang-undang
Pertimbangan periode obyek
desentralisasi, serta bangunan-
studi bangunan bertipologi kantor di
bangunan untuk memenuhi slogan
Surakarta antara tahun 1900-1940,
politik Etis: edukasi, irigasi dan
dimaksudkan dikaitkan dengan masa-
emigrasi.
masa produktif Belanda membangun
bangunan kolonial di Surakarta, secara
3.5 Tipomorfologi bangunan kantor
rinci sebagai berikut.
di Belanda
a. Periode 1870-1900: era politik
Diungkapkan Dwi Suci (1994),
kolonial liberal - permulaan politik terdapat perkembangan tipomorfologi
Ethis/Piltik Balas Budi; merupakan bangunan kantor yang terdapat di
masa pesat pertama pembangunan
Belanda, sebagai serapan pengaruh dari
arsitektur kolonial, dampak negara-negara di sekitarnya, antara lain
swastanisasi dan modernisasi di
sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1
Hindia Belanda, yang memun- berikut.
Tabel 3.1
Negara-negara sekitar Belanda sebagai pemberi pengaruh
tipomorfologi kantor di Belanda
Kota Sekolah di
Oude Beurs
Zwalluwplein,
Haarlem Rotterdam
Hillversum
Man- Balai-
Square
diri di kota
tepi lama/
square Am-
Balai- ster-
Mandiri -
Kota dam
Square Royal
Middle- Balaikota
Palace Hilversum
burg
Jalan - - -
penting
Kantor Asuransi
Utrecht
Keterangan:
NK, H, AN & AO : Neo Klasik, Historikisme, Art Nouveau & Arsitektur Organik
R. Awal : Rasionalisme Awal.
B.k. : Balai kota
(Sumber: diolah dari Dwi Suci, 1994)
3.6.2 Tata ruang dimaksudkan tidak hanya sebagai
Menurut Dwi Suci (1994) pula, ruang sirkulasi ataupun ruang
kriteria tata ruang relevan bagi duduk, melainkan sebagai respon
bangunan kantor dari luar Belanda terhadap iklin di Indonesia yang
hingga ke Belanda, secara ringkas mereka anggap panas. Dengan
diolah berdasarkan Ching (1985), Krier adanya ruang antara, ruang
(1988) dan Gutkind (1971), terdiri dimaksud diperuntukkan sebagai
sebagai berikut. pengurang panas matahari agar
a. Tipe dasar tidak terlalu banyak/panas yang
Secara ringkas, terdapat dua akan menimbulkan dampak ruang
macam tipe dasar, yaitu 1) ruang- dalam menjadi panas. Hal ini
ruang mirip sel otonom, dan 2) terutama bagi ruang-ruang yang
paduan antara ruang mirip sel menghadap datangnya sinar
otonom dengan ruang mengalir. matahari langsung: menghadap
b. Pola organisasi ruang timur ataupun barat.
Tentang pola organisasi ruang e. Kesimetrisan
secara ringkas terdapat pola ruang- Sebelum timbulnya Arsitektur
ruang: 1) mengelilingi ruang Modern, pola penyusunan ruang-
terbuka/halaman, 2) mengelilingi ruang bangunan banyak diarahkan
hal pusat, dan 3) mengelilingi ke sifat simetri, meskipun pada
halaman tengah (inner court) tahun 1859 arsitek Phillip Web
tertutup. sebenarnya telah mencetuskan
c. Sifat dasar konsep baru rumah melalui
Dalam sifat dasar, terdapat dua karyanya: The Red House di
macam, yaitu 1) perpaduan antara Bexley Heath, Inggris yang banyak
pola linier dan grid, dan 2) terpusat. memiliki prinsip-prinsip baru, salah
d. Memiliki ruang antara/serambi satunya meninggalkan prinsip
Ruang antara di sini adalah serambi simetri dalam denah. Dalam hal
atau selasar depan, yang oleh para simetri, dikenal prinsip simetri
arsitek/perancang bangunan bilateral, baik simetri bilateral
Belanda di Indonesia di masa sempurna maupun simetri bilateral
sebelum kemerdekaan dulu,
seimbang. Selain itu juga simetri Untuk lebih jelas, visualisasi contoh-
radial. contoh morfologi tata ruang bangunan
f. Hirarkhi kantor di Belanda di atas, berdasarkan
Dalam hal prinsip hirarkhi, dalam Verheul (1946), Regt ( (1986), Gutkind.
hal ini terdapat hirakhi ruang (1971), Fletcher, (1988). Broek, JH. van
terbesar terdapat pada 1) pusat den. (1955) dan Russel (ed.) (1979) dalam
organisasi linier, dan 2) pada pusat Dwi Suci (1994), disajikan dalam tabel
Ruang-
ruang
mirip sel -
Mauritshuis
Tipe dasar
menge- -
lilingi ha-
laman/
mengha
dap se- - -
bagian Kantor dan rumah
halaman tepi kanal Leiden
Palais Soetsdijk,
Den Haag
Tata ruang Gambar tata ruang & penampilan bangunan dalam eranya
Grafis
Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal
No As- Uraian tata
pek ruang Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam-
pak/Perpektif pak/Perspektif pak/Perspektif pak/Perspektif
Ruang-
ruang
- - -
menge-
lilingi
hall
pusat
- - -
Balakota lama/
Balaikota De Koninklijke Balaikota
Royal Palace
Middleburg Stallen Den Haag Hilversum
Amsterdam
Tanpa
selasar -
Tata ruang Gambar tata ruang & penampilan bangunan dalam eranya
Grafis
Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal
No As- Uraian tata
pek ruang Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam-
pak/Perpektif pak/Perspektif pak/Perspektif pak/Perspektif
luar
- - -
RS Antroposo- B.k.Hilversum
fisch, Den Haag
6 Pada
. pusat
- -
organi-
sasi
linier
-
Hirarkhi ruang tertinggi
RS Antroposo- -
fisch, Den Haag
Palais Soetsdijk,
Den Haag
Pada
pusat - -
organi-
sasi
terpu- -
sat
- -
Royal Palace
Balai Kota Delft Amsterdam
Keterangan:
NK, H, AN & AO : Neo Klasik, Historikisme, Art Nouveau & Arsitektur Organik
R. Awal : Rasionalisme Awal.
B.k. : Balai kota
RS : Rumah sakit
(Sumber: diolah dari Dwi Suci, 1994)
Tabel 3.4
Morfologi bentuk arsitektural bangunan kantor di Belanda pada era
Renaisan sampai dengan Rasionalisme Awal
Bentuk
Grafis Gambar bentuk arsitektural & penampilan bangunan dalam eranya
arsitektural
bentuk
No Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal
As- Uraian arsitek-
pek tural Tampak depan/ Tampak depan/ Tampak depan/ Tampak depan/
Perspektif Perspektif Perspektif Perspektif
1.
- - -
Masif
bergeo-
metri
beratur-
- - -
an
Balai Kota Delft
Ber-inner
court,
pola
tertutup,
berben-
tuk huruf O
Berntuk geomeyris massa
Mengha- - - -
dap ke
halaman
di bela-
kang/de-
pan, ber-
- - -
bentuk
huruf U/
U terbalik Palais Soetsdijk,
Den Haag
- - -
Berben-
tuk huruf
L - - -
American Hotel
Amsterdam
2.
Penampilan entranse
Tanpa -
kanopi +
tidak -
berpedi-
men
-
Stadhuis (B.k.)
Balaikota Delft Javastraat B.k. Hilversum
Bentuk
Grafis Gambar bentuk arsitektural & penampilan bangunan dalam eranya
arsitektural
bentuk
No Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal
As- Uraian arsitek-
pek tural Tampak depan/ Tampak depan/ Tampak depan/ Tampak depan/
Perspektif Perspektif Perspektif Perspektif
- - -
Tanpa
kanopi +
berpedi-
men
- - -
Buitenhuis
Den Haag
- - - -
Berkano-
pi + berpe-
dimen - - -
B.k. Haarlem
Posisi en- - - -
trance
menyudut
dengan
lantai
berundak - - -
/bertangga RS Antroposo-
fisch, Den Haag
Keterangan:
NK, H, AN & AO : Neo Klasik, Historikisme, Art Nouveau & Arsitektur Organik
R. Awal : Rasionalisme Awal.
B.k. : Balai kota
(Sumber: diolah dari Dwi Suci, 1994)
Tabel 4.1
Gambaran umum tipomorfologi obyek studi di Surakarta
Obyek studi
No. OS-1 OS-2 OS-3 OS-4
Aspek
1. Tahun berdiri 1910 1917 1917 1930
2. Nama obyek Bank Indonesia Eks Brigif-6 Eks Kantor Bondo Eks Kantor DPU
Obyek studi
No. OS-1 OS-2 OS-3 OS-4
Aspek
studi Lumakso Kodya Ska.
3. Arsitek Fermont-Cuypers - - H. Thomas Karsten
4. Luar benteng KKSH Tepi benteng KKSH Tepi benteng KKSH Luar benteng
Kawasan
KKSH
5. Kepemilikan Hindia Belanda Hindia Belanda KKSH KKSH
lama
6.
Tata letak Jalan
su-
ngai Jalan Jalan Jalan
7. Tata ruang:
massa
+denah
8. Bentuk Tampak
depan
(timur)
Tampak depan (utara) Perspektif tampak Tampak timur
depan (barat daya)
Keterangan: OS- : Obyek studi ke-
KKSH : Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Tabel 4.2
Tipomorfologi tata letak bangunan kantor di Surakarta tahun 1900-1940
1940
PERIODISASI
BANGUNAN 1900 1910 1917 1930 1940
Kepemi- Hindia Belanda OS-1 OS-2
TNA
likan
lama KKSH OS-3 OS-4
TIPO-LOGI ARSITEKTUR-AL
Bangunan OS-4
komersial Hasil renovasi: lantai dasar
populer Eropa seperti perluasan pasar di
abad XVII depannya, lantai atas
kantor.
Kantor dan OS-1
rumah dinas di Sebelum era
Nederland kemerdeka-
an, lantai dasar difungsi-
kan untuk kantor; lantai
atas: runtuk umah dinas
kepala kantor/direktur
OS-2
Denah open plan
Denah tidak berdinding
penyekat ruang.
Sederhana mirip
rumah tinggal
OS-3
MORFOLOGI TATA LETAK
Mandiiri di
Terkait tengah square
square kecil baru sejajar OS-4
kanal
Terkait Menghadap
jalan sumbu jalan
penting penting OS-2
OS-1 OS-3
1940
PERIODISASI
BANGUNAN 1900 1910 1917 1923 1940
Kepemi- Hindia Belanda OS-1 OS-2
TNA
likan
lama KKSH OS-3 OS-4
Ruang-ruang
mirip selel
Tipe dasar
OS-2
Pengeliling hall
pusat
OS-1 OS-3
Pengeliling OS-4 Penulis
halaman menginterpretasi
karya Karsten ini
tengah/ inner
semula beratrium/
court tertutup inner court
MORFOLOGI TATA RUANG
Paduan linier
Sifat dasar
Terpusat
OS-1 OS-3 OS-4
OS-1
Kondisi awal
Berruang antara/selasar depan
Berselasar
(Sebelum :
depan
pengantisipasi Kemerdekaan) terdapat
selasar depan kanan-kiri
panas OS-4
merangkap entrance dan
exit)
OS-1
Tanpa selasar Kondisi a-
depan peng- OS-2
antisipasi khir (setelah kemerdeka-
panas an), selasar depan hilang,
entrance di tengah
OS-3
Simetris bilateral
Kesimetrisan
Simetris bilateral
seimbang
OS-1 OS-3
Hi
ra
ru
rk
a
n
g
i
Pada pusat
1940
PERIODISASI
BANGUNAN 1900 1910 1917 1923 1940
Kepemi- Hindia Belanda OS-1 OS-2
TNA
likan
lama KKSH OS-3 OS-4
orgamisasi linier
OS-2
Pada pusat
organisasi terpusat
OS-1 OS-4 OS-2
-likan a
Massa masif
Bentuk geometris massa
persegi empat
Ga MORFOLOGI BENTUK ARSITEKTURAL
Tampak 1 lantai
Bertingkat/
bangunan OS-3
tidak
aa
ur
Neo klasik
1940
PERIODISASI
BANGUNAN 1900 1910 1917 1923 1940
Kepemi Hindia Belanda OS-1 OS-3
a
TNA
-likan a
OS-1 OS-2
OS-3
a
Sinkretisme
Eropa + Jawa OS-4
a
aa
Tanpa kanopi +
berpediment/tidak OS-1
OS-3
Penampilan entranse
Berkanopi + berpe-di-
dimen OS-2
a
Posisi entrance
menyudut dengan
lantai berundak/
bertangga entrance utara OS-2
kantor lantai atas
menyudut dan bertangga