Anda di halaman 1dari 18

Karmawibangga : Historical Studies Journal, Vol: 4, No: 1, 2022: 1-18

e-ISSN: 2715-4483
htpps://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga

PERUBAHAN FISIK DAN DAMPAK SOSIAL KAWASAN


KOTABARU DI YOGYAKARTA 1917-1945

Lita Aurelia Din Agnatia, Triwahana


Program Sarjana Pendidikan Sejarah
Universitas PGRI Yogyakarta
dinagnatialita@gmail.com triwahana@upy.ac.id

ABSTRAK
tinggal para penduduk Eropa dan saat
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) transisi Jepang pada tahun 1942
Mendkripsikan sejarah dibangunnya Kotabaru dialih fungsikan sebagai
kawasan Kotabaru di Yogyakarta. (2) kawasan yang mendukung kegiatan
Menjelaskan fungsi kawasan pemukiman pemerintah Jepang. (3) dampak
Eropa di Kotabaru selama tahun 1917- dibangunnya kawasan pemukiman Eropa
1945. (3) Memberikan gambaran dampak bagi masyarakat Yogyakarta adalah
sosial pembangunan kawasan pemukiman berubahnya mata pencaharian yang
Eropa bagi masyarakat Yogyakarta. dikerjakan oleh warga pribumi saat itu
dan modernisasi yang terjadi di berbagai
Penelitian ini menggunakan
bidang, misalnya waterleiding, listrik dan
metode kajian literatur. Pengumpulan
arsitektur bangunan.
data dalam penelitian ini dilakkan
dengan cara mengumplkan sumber Kata Kunci: Dampak Sosial, Kotabaru,
tertulis seperti buku, jurnal, skripsi dan Perubahan Fungsi
internet yang berhubungan dengan tema
yang dibahas oleh penulis. Adapun ABSTRACT
langkah-langkah dalam penelitian ini This study aims to: (1) Describe
yaitu heuristi, kritik sumber, atau the history of the constrction of the
verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Kotabaru in Yogyakarta. (2) Decribe the
function of the European settlement in
Hasil dari penelitian ini yaitu: (1)
Kotabaru during 1917-1945. (3) Provide
kawasan pemukiman Eropa di Kotabaru
an overview of the social impact of the
dibangun atas dasar kebutuhan tempat
development of European settlement for
tinggal warga Eropa yang semakin
the people of Yogyakarta.
banyak di Yogyakarta. (2) pada masa
kependudukan Belanda tahun 1917-1942 This study uses literature review
Kotabaru difungsikan sebagai tempat method. Data collection in this study was

1
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

carried out by collecting written sources akhir abad ke-16, orang-orang Belanda
such an books, journal, thesis and internet datang ke Pulau Jawa, disusul dengan
related with a theme discussed by the angkatan bersenjata miliknya untuk
author. The steps in this study is heuristics, melindungi kepentingan dagang dan
source critism or verification, memperluas daerah perdagangannya
interpretation and historiography. (Selo Soemardjan, 1981: 18). Kedatangan
The result of the study are: (1) the mereka yang semula hanya untuk
European settlemet area in Kotabaru was berdagang kemudian berkembang ingin
built on the basis of the housing needs of
menguasai Indonesia, termasuk
European citizens who are increasingly in Yogyakarta.
Yogyakarta. (2) during the Dutch
occupation in 1917-1942 Kotabar Yogyakarta adalah kota yang
functioned as a residence for European memiliki sejarah panjang berkaitan
residents and during the Japanese dengan bangsa Belanda di Indonesia.
tansition in 1942 Kotabaru was converted Perjanjian Giyanti yang ditandangani
into an area that supports the activities of pada 13 Februari tahun 1755 menjadi
the Japanese goverment. (3) the impact awal kelahiran sebuah kerajaan baru,
the contruction of a Eropean settlement yaitu Yogyakarta (Darmo Sugito, 1956:
area for the people of Yogyakarta was the 12). Yogyakarta adalah salah satu daerah
change ini the livelihoods of the terpenting dari pusat kekuasaan Jawa
indigenous people at that time and teh untuk Kolonial (Iqbal Birsyada, 104:
modernization that occuratted fields, such 2018). Perjanjian yang diusulkan oleh
as waterleiding, electricity and building Belanda tersebut membagi kerajaan
architecture. Mataram menjadi dua, yaitu Surakarta
yang dipimpin oleh Susuhunan Paku
Keywords: Function Change, New Buwono III dan Yogyakarta yang
Wijk, Sosial Impact dipimpin oleh Mangkubumi. Kemudian
PENDAHULUAN Sri Sultan Hamengku Buwana I mulai
membangun keraton sebagai tempat
Kepulauan Indonesia memiliki tinggal keluarga kerajaan sekaligus pusat
keanekaragaman manifestasi sejarah kota.
budaya masyarakat yang telah
berkembang sejak masa lampau (Sahruni, Sejalan dengan pembangunan
2021: 2). Indonesia juga merupakan keraton, Sultan Hamengku Buwana I juga
negara yang memiliki kekayaan sumber membangun pemukiman-pemukiman di
daya alam melimpah. Hal tersebut tentu sekitar wilayah itu sebagai tempat tinggal
saja menarik minat bangsa asing untuk anak buah angkatan perang dan para
datang ke Indonesia, termasuk Belanda. perwiranya (Darmo Sugito, 1956: 22).
Tujuan semula bangsa Belanda datang ke Melihat perkembangan pembangunan
Indonesia adalah untuk berdagang. Pada kota yang didasari dengan kepentingan

2
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

pertahanan tersebut, pihak Belanda mulai Kotabaru, Gereja HKBP, dan Kolese
khawatir. Belanda kemudian mulai Santo Ignatius. Fasilitas pendidikan
mengatur strategi untuk memperkuat yang ada antara lain adalah SMP
kedudukannya di Yogyakarta. Langkah Negeri 5 dan SMA 3 (Abdurrachman
yang dilakukan oleh Belanda adalah Surjomihardjo, 2008:45). Bangunan di
meminta sebidang tanah untuk mendirikan dalamnya disesuaikan dengan
benteng VOC. Pada tahun 1760 dengan izin kebutuhan dan lebih berorientasi ke
Sri Sultan Hamengku Buwana I, Belanda Eropa.
mendirikan Benteng Vredeburg tepat di
METODE PENELETIAN
depan Keraton Yogyakarta. Benteng
Vredeburg menjadi penanda awal bangunan Penelitian ini adalah penelitian
kolonial yang berdiri di Yogyakarta. Pada sejarah. Penulis menggunakan metode
tahun 1830 Belanda berhasil menguasai dan studi literatur yang memerlukan
mengeksploitasi seluruh Pulau Jawa. Hal penguraian secara sistematis dari sumber-
tersebut membuat pulau Jawa memasuki sumber yang mengandung informasi yang
era kolonial, begitu pula dengan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Yogyakarta. Sekumpulan aturan yang sistematis yang
dimaksudkan untuk memberikan bantuan
Pada tahun 1917 didirikan
secara efektif dalam usaha
pemukiman khusus untuk orang Eropa
mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah,
yang disebut dengan Kotabaru (R. Asdra
menilainya secara kritis dan kemudian
Lucia, 2013). Saat itu Cornelis Canne,
menyajikan hasil dalam bentuk tulisan
seorang residen Belanda yang tinggal di
(Notosusanto, 1984: 11).
Yogyakarta, meminta izin kepada Sri
Sultan Hamengku Buwono VII untuk Dalam pelaksanaan penelitian
mendirikan pemukiman untuk orang sejarah, terdapat empat tahapan, yaitu: (1)
Eropa khususnya Belanda. Tata ruang Heuristik ialah pencaharian sumber-sumber
kawasan ini dirancang dengan konsep keterangan ata pencaharian bukti-bukti
Garden City yang mempunyai ciri khas sejarah (2) Verifikasi atau kritik sumber
banyaknya ruang hijau yang mengelilingi yaitu tahap penilaian atau pengujian
kotanya (Tony Kunto Wibisono, 2014). terhadap bahan-bahan sumber tersebt dari
sudut pandang nilai kenyataan
Selain memiliki tempat hunian,
(kebenarannya) semata-mata (Wasino,
kawasan pemukiman di Kotabaru juga
2007: 9) (3) Interpretasi yaitu proses
memiliki fasilitas yang memadai.
penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah
Fasilitas tersebut berupa bangunan
serta penyusunan yang menyangkut seleksi
fasilitas keagamaan, pendidikan,
sejarah. Interpretasi atau penafsiran sering
kesehatan, dan sarana olahraga.
disebut sebagai bidang subjektif
Fasilitas keagamaan tersebut di
(Kuntowijoyo, 2013: 78) (4) Historiografi
antaranya Gereja Santo Antonius

3
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

merupakan cara penulisan, pemaparan, dibangun oleh Pangeran Mangkubumi


atau pelaporan hasil penelitian sejarah setalah pendatanganan perjanjian Giyanti
yang telah dilakukan (Dudung pada tahun 1755 (Darmo Sugito. 1956:
Abdurahman, 2007:76). 18).

Hasil tulisan dari penelitian ini Dalam awal perkembangan tata


disusun berdasarkan sumber-sumber yang ruang kota Yogyakarta, ditempatkan dua
telah dikumpulam dan berkaitan dengan kepentingan Belanda berupa fasilitas
masalah yang diteliti. Pada penelitian ini, militer (Benteng Vredeburg) dan
peneliti mengumpulkan data dan sumber- pemerintahan (Loji Kebon), yang
sumber sejarah diantaranya berupa dibangun tepat di depan alun-alun utara.
literatur, buku, jurnal ilmiah sesuai tema Benteng Vredeburg dibangun pada tahun
penelitian. Dalam mengumpulkan sumber 1760 atas usul Nicholas Hartingh kepada
sejrah peneliti mencari dibeberapa tempat pejabat-pejabat VOC di Batavia. Hartingh
diantaranya Perpustakaan Universitas kemudian mengajukan permohonan
PGRI Yogyakarta, Universitas Gajah kepada Sri Sultan untuk membangun
Mada, Perpustakaan Kota Yogyakarta, beteng atas alasan melindungi Sultan dari
Perpustakaan Grahatama Pustaka, musuh-musuhnya, padahal maksud
Perpustakaan Masjid Agung Syuhada dan sebenarnya adalah untuk mengawasi
lain-lain. gerak-gerik Sultan (Darmo Sugito,
1956:22).
Buku yang digunakan sebagai
sumber diantaranya Purnawan Basundoro. Bangunan pemerintahan yang
2012. Pengantar Sejarah Kota. dibangun oleh kolonial Belanda adalah
Yogyakarta: Ombak; Djoko Soekiman. Loji Kebon. Pembangunan gedung ini
2011. Kebudayaan Indis: Dari Zaman diprakarsai oleh seorang Residen Belanda
Kompeni Sampai Revolusi. Depok: di Yogyakarta bernama Anthonie
Komunitas Bambu. Hendriks Smissaert. Residen Belanda.
Sehingga arsitek bernama A. Payen
HASIL DAN PEMBAHASAN
ditunjuk sebagai orang yang bertanggung
A. Latar Belakang Dibangunnya jawab untuk membangun gedung itu pada
Kawasan Pemukiman Eropa di tahun 1824. Disamping fasilitas militer
Kotabaru dan pemerintahan, Belanda juga
membangun berbagai fasilitas untuk
Sejarah berdirinya Kota
memenuhi kebutuhan tentara dan pegawai
Yogyakarta tidak bisa lepas dari
pemerintahannya, seperti pemukiman.
pembagunan Keraton Yogyakarta.
Keraton di bangun sebagai tempat tinggal Terdapat dua pemukiman di
raja dan keluarganya, sekaligus sebagai Yogyakarta, yaitu pemukiman untuk
pusat kota. Keraton Yogyakarta mulai pribumi dan pemukiman untuk orang

4
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

asing. Pemukiman atau kampung untuk Vredeburg pada tahun 1780. Selanjutnya
pribumi awalnya dibangun bersamaan di beberapa daerah di Yogyakarta
dengan pembangunan Keraton diperbolehkan berdiri tempat tinggal
Yogyakarta. Letak pemukiman itu berada untuk orang Eropa. Daerah tempat tinggal
di sekitar wilayah Keraton. Pemukiman tersebut dimulai dari kawasan sekitar
yang berada di dalam Kompleks Keraton Benteng Vredeburg, yaitu Kampung Loji
(Jeron Beteng) digunakan untuk tempat Kecil dan Loji Besar. Pemukiman untuk
tinggal bangsawan yang merupakan golongan Eropa ini kemudian meluas ke
kerabat Keraton dan Abdi Dalem. Jalan Setyodiningratan, Kampung
Kampung tersebut dibagi sesuai dengan Bintaran, Kampung Jatis, hingga
pekerjaan di bidang masing-masing. Kotabaru (Darmo Sugito. 1956: 22).
Contohnya, Kampung Kemitbumen
Pembangunan pemukiman di
merupakan tempat tinggal abdi dalem
Kotabaru dilaksanakan pada masa
kemitbumi yang memiliki tugas
pemerintahan Hamengkubuwana VII tahun
membersihkan keraton. Kampung di luar
1877-1921, atas usul residen di Yogyakarta,
istana (Jaba Beteng) merupakan tempat
yaitu P.W. Jonquiere (Buletin Pelestarian
tinggal kalangan seprofesi dalam bidang
Warisan Budaya dan Cagar Budaya
pemerintahan, pertukangan, pengrajin, dan
“Mayangkara” Edisi 4 Tahun 2017). P.W.
golongan bangsawan. Contohnya,
Jonquiere mengajukan izin kepada
Kampung Pajeksan merupakan tempat
Hamengkubuwana VII untuk membangun
kediaman jaksa (Nur Aini Setiawati.
pemukiman baru bagi bangsa Eropa karena
2011: 35-36).
kawasan yang semula digunakan, seperti
Pemukiman untuk orang asing Kawasan Bintaran, sudah mulai sesak.
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Peraturan mengenai penggunaan lahan
pemukiman untuk orang Timur Asing tersebut tertuang dalam Rijksbland van
(Tionghoa dan Arab) dan Eropa. Sultanaat Djogjakarta
Pemukiman untuk Tionghoa berada di 1917, No 12 (Surjomihardjo,
Pacinan sepanjang jalan alun-alun ke utara Abdurrachman, 2008: 182).
sampai Kampung Katandan. Orang-orang
Peraturan tersebut berisi tentang
Arab pada umumnya bertempat tinggal di
pemberian lahan beserta kewenangan
Sayidan, daerah-daerah tersebut
untuk mendirikan bangunan, jalan, taman,
merupakan wilayah yang menguntungkan
beserta perawatannya dengan ketentuan
untuk berdagang, di mana orang-orang
yang diatur oleh pihak kesultanan,
Tionghoa dan Arab memegang peranan
pengunaan lahan tersebut dibebani pajak
penting dalam bidang itu (Nur Aini
dan uang sewa agar kesultanan juga
Setiawati. 2011: 80).
mendapatkan keuntungan. Penggunaan
Pemukiman untuk orang Eropa lahan ini ditangani oleh sebuah Komisi
bermula dari izin berdirinya Benteng Penggunaan Tanah (Comissie van

5
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

Grondbedriff) (Surjomihardjo, yang baik tersebut nantinya akan


Abdurrachman, 2008: 182). Dengan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
adanya izin tersebut, maka dibangunlah hidup masyarakat yang tinggal di daerah
sebuah pemukiman baru bernama Nieuwe Kotabaru.
Wijk atau yang dikenal sebagai Kotabaru.
Pertumbuhan Kota Yogyakarta
Kawasan Kotabaru berada di pada masa kolonial didorong oleh
kecamatan Gondokusuman, Kota pertambahan penduduk. Pertambahan
Yogyakarta, Daerah Istimewa penduduk di daerah Yogyakarta tidak
Yogyakarta. Kotabaru dahulu merupakan hanya terjadi pada penduduk pribumi
kawasan perumahan eksklusif orang saja, akan tetapi juga penduduk asing
Belanda yang terbentuk pada tahun 1877- terutama bangsa Eropa. Kebutuhan tenaga
1921 (Indah Pujiyanti, 2017: 254). professional yang didatangkan oleh
Berdasarkan topografinya, daerah perusahaan-perusahaan Eropa, sebagai
Yogyakarta terbagi tiga zona, yaitu zona dampak dari kebijaksanaan UU Agraria
timur, zona tengah, dan zona barat. Zona yang berlaku di Hindia Belanda, serta
Timur meliputi Kabupaten Gunung Kidul, didukung dengan adanya perkembangan
dan sebagaian daerah Sleman sebelah teknologi perkapalan dan dibukanya
Timur. Daerah ini merupakan daerah Terusan Suez, menyebakan pertumbuhan
pegunungan kapur selatan di mana sulit jumlah penduduk Eropa di Yogyakarta
memperoleh air. Zona Tengah meliputi meningkat pesat.
daerah Kabupaten Sleman, Kota
B. Fungsi Pemukiman Kotabaru
Yogyakarta, dan sebagaian daerah Bantul.
Yogyakarta Berdasarkan
Zona Tengah memiliki kualitas tanah yang
Kepemilikan Pemerintah yang
subur dan termasuk dalam tanah ledok atau
Berkuasa Beserta Perubahannya
kom yang berfungsi sebagai tempat
1. Kotabaru Masa Kolonial Belanda
penyimpanan dan penampungan air yang
1917-1945
baik. Hal tersebut disebabkan oleh letaknya
yang tidak jauh dari Gunung Merapi. Zona Kawasan Kotabaru sebelah utara
Barat termasuk dalam pegunungan kapur dibatasi Jalan Jenderal Soedirman, sebelah
yang merupakan patahan dari Pegunungan timur dibatasi kompleks perbengkelan dan
Menoreh, di mana air juga sulit didapatkan. kompleks perumahan pegawai kereta api
Zona ini meliputi daerah Bantul dan Kulon Nederlands Indisch Spoor Maatshappij
Progo. (NISM), sebelah barat dibatasi dengan
Sungai Code, dan disebelah selatan
Dari penjelasan di atas, dapat
dibatasi Stasiun Lempuyangan (Dwi Ratna
disimpulkan bahwa daerah Kotabaru
Nurhajarini, 2012:20). Kawasan
merupakan daerah yang subur dan memiliki
pemukiman Kotabaru Yogyakarta
kandungan air yang cukup untuk
dirancang secara matang
kelasangsungan hidup. Kandungan air

6
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

dengan menggunakan konsep kota taman sebagai pusat kawasan (lingkaran paling
atau Garden City oleh insinyur Thomas dalam). Fungsi-fungsi publik kota
Karsten (Dwi Ratna, 2012:56). lainnya berada dalam lingkaran kedua,
dan untuk lingkungan pemukiman berada
Perolehan permohonan lahan untuk
di lingkaran selanjutnya (Lucia R.
pembangunan kawasan pemukiman oleh
Asrada, 2013:189).
Residen Yogyakarta kala itu, P.W
Jonquire, kepada Sultan Hamengku
Buwana VII (Jujun Kurniawan dalam
Buletin Mayangkara edisi 4 tahun 2017).

Gambar 2. Diagram Konsep Garden


Gambar 1. Peta Kotabaru Tahun 1925 City Howard Tahun 1989

Konsep ini pertama kali Kerangka kawasan di area ini


dikemukakan pada abad ke 19 oleh memiliki pusat kawasan yang sesuai
Ebenezer Howard. Konsep Garden City dengan konsep dasar Garden City yaitu
merupakan hasil telaah Howard pada ruang terbuka hijau. Pusat kawasan
kota-kota di Inggris yang mengalami berupa ruang terbuka saat ini dikenal
tekanan atas lingkungan perkotaan dengan Stadion Kridosono (Lucia R.
khususnya kawasan industri dimana Asrada, 2013:190).
kehidupan yang suram tidak sehat terjadi
Jalan yang terdapat di Kotabaru
(Lucia R. Asrada, 2013:188). Konsep
dibagi menjadi dua jenis, yaitu loan dan
Garden City memiliki nilai atau prinsip
boulevard. Terlihat dalam peta wilayah
atas dasar kebutuhan hidup manusia,
Kotabaru nama-nama jalan ini diambil dari
antara lain keselamatan, keamanan, dan
nama gunung yang ada di Pulau Jawa,
yang terkait dengan lingkungan seperti
seperti Soembing-laan, Merapi-laan, Wilis-
pencahayaan, penghawanan, penghijauan
laan, Oengaran-laan, Merbaboe-laan,
dan keindahan untuk kesehatan psikis
Lawoe-laan, Praoe-laan, dan Telomojo-
penghuninya (Lucia R. Asrada,
laan. Sedangkan Boulevard merupakan
2013:187). Kerangka kawasan dalam
jalan yang di bagian tengahnya memiliki
konsep Garden City membentuk pola
taman yang memanjang sesuai
konsentris dengan menempatkan taman

7
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

dengan konsep Garden City. Kotabaru ini ditunjukkan antara lain pada
memiliki tiga buah boulevard yaitu Sultan penggunaan bahan bagunan dan bentuk
Boulevard, Mataram Boulevard, dan bangunan yang sesuai dengan kondisi iklim
Boulevard Jonquiere. Kawasan Kotabaru yang ada di Pulau Jawa. Penggunaan batu
memiliki ciri khas sesuai dengan bata sebagai dinding bangunan yang
penekanan pada konsep Garden City, ditujukan untuk melindungi diri dari panas
yaitu kelengkapan mengenai standar serta dapat bertahan hingga waktu lama
lingkungan hidup yang sehat dan nyaman. merupakan ciri yang membedakannya
Anggapan tersebut dibuktikan melalui rumah dari penduduk pribumi yang
karakter area hunian atau perumahan serta biasanya menggunakan bahan dasar kayu
beberapa bangunan fasilitas umum, antara (Djoko Soekiman, 2011: 75).
lain rumah sakit, bangunan ibadah,
Selain itu, rumah orang Belanda
sekolah, dan taman.
memiliki jendela besar yang berkaca serta
langit-langit yang tinggi, hal ini berfungsi
menjaga agar sirkulasi udara dapat
berlangsung dengan baik serta mengatur
pencahayaan yang masuk. Rumah hunian
untuk orang Eropa dibangun seperti itu
untuk alasan kesehatan. Mereka
mengganggap bahwa penyakit yang
diderita oleh penduduk Jawa berasal dari
konstruksi rumah yang kurang cahaya
(Handinoto. 2010:46).
Gambar 3. Pola Garden City di
Untuk menunjang terciptanya
Kotabaru
sebuah pemukiman yang sehat dan
Bentuk bangunan di wilayah nyaman sesuai dengan konsep Garden
Kotabaru memiliki ciri khusus, yaitu City, maka dibangunlah beberapa fasilitas
adanya halaman yang luas dan ditanami publik untuk penduduk di kawasan
pohon-pohon yang besar, serta bangunan Kotabaru Yogyakarta. Letak fasilitas
ditempatkan di antara ruang terbuka. Hal publik yang ada di kawasan Kotabaru
ini diterapkan agar udara dan cahaya tidak sama persis dengan konsep yang
dapat menembus ke setiap rumah, dicetuskan Howard, tetapi fungsi fasilitas
sehingga suhu dan kelembapan udara di publik yang dibangun menunjukkan
dalam rumah tetap terjaga dengan baik. bahwa kawasan ini menerapkan tujuan
dari nilai yang diusung dalam konsep
Bangunan yang dibuat penduduk
Garden City.
Eropa memiliki ciri yang berbeda dengan
bangunan penduduk pribumi. Perbedaan

8
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

Terdapat dua fasilitas kesehatan bermukim di Kotabaru dengan penduduk


yang dibangun di kawasan Kotabaru, yaitu pribumi di sekitarnya. Kebanyakan
Millitar Hospital (Rumah Sakit Militer) dan hubungan antara keduanya hanya sebatas
Petronella Hospital (Rumah Sakit masalah pekerjaan (Columbijn, Freek,
Petronella). Rumah Sakit Petronella 2005:161).
dibangun pada tahun 1897 atas usul Dr.
Posisi orang Eropa sebagai kelas
Scheurer dan mendapat bantuan dari
masyarakat teratas berimbas kepada
berbagai pihak seperti perusahaan kereta
munculnya kebutuhan peran pembantu
api serta Sultan Hamengkubwana VII
rumah tangga. Walaupun masyarakat
(Columbijn, Freek, 2005:180). Perusahaan
Eropa merupakan masyarakat minoritas
kereta api memberikan bantuan berupa
di tanah Hindia Belanda, namun mereka
penyediaan sarana transportasi gratis untuk
menjalankan roda pemerintahan dan
pembangunan rumah sakit dan Sri Sultan
melakukan usaha di Yogyakarta. Jabatan
memberikan bantuan berupa tanah seluas
berpangkat tinggi diisi oleh orang-orang
28.410 meter persegi untuk membangun
Eropa yang memiliki keahlian di bidang
rumah sakit tersebut. Rumah sakit
tersebut. Sementara untuk pekerjaan yang
Petronella, selain berfungsi sebagai rumah
berpangkat dan berpenghasilan rendah,
sakit umum, juga menjadi pusat pendidikan
barulah ditawarkan kepada pribumi.
perawat, bidan, dan paramedic (Columbijn,
Orang Eropa biasanya menggunakan jasa
Freek, 2005:181).
orang-orang pribumi sebagai pembantu
Terdapat juga fasilitas pendidikan rumah tangga. Bagi masyarakat Eropa di
di kawasan Kotabaru Yogyakarta. daerah koloni, kepemilikan atas pembantu
Fasilitas pendidikan tersebut adalah pribumi untuk mengurus rumah tangga
Kweekschool voor inl. Christelijke merupakan suatu hal yang biasa bahkan
Onderwijzer, Christelijke M.U.L.O, penting karena berkaitan dengan prestise
Normaalschool voor Inlandsche dan harga diri (Reggie Bay, 2009: 28).
Onderwijzerescen, A.M.S, Gouv. Eur.
Orang Eropa yang datang ke Hindia
Lagere School.
Belanda termasuk Yogyakarta kebanyakan
Satu hal yang tidak bisa dipungkiri, beragama Kristen, dan mereka membawa
kawasan di pemukiman Kotabaru dibangun keyakinan itu ke daerah koloni. Agama
dalam area yang sebelumnya di tempati Kristen terbagi menjadi dua, yaitu Kristen
oleh penduduk pribumi. Oleh karena itu, Katolik dan Kristen Protestan. Pewartaan
disekitar kawasan pemukiman Kotabaru agama ini juga sampai di wilayah Kotabaru.
terdapat beberapa kampung kecil milik Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
pribumi. Tempat tinggal yang bangunan yang difungsikan sebagai tempat
berdekatan memancing terjadinya beribadah, yaitu Nieuwe Wijk Katholieke
interaksi antar pemukiman. Namun, tidak Kerk
banyak interaksi antara orang Eropa yang

9
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

(Gereja Santo Antonius Kotabaru) dan Mereka berhasil memaksa pemerintah


Gereformeerde Kerk Djogja. Hindia Belanda untuk menyerah tanpa
syarat, dan hal tersebut menyebabkan
Umat Katolik yang datang ke
berakhirnya kekuasaan Belanda di
Gereja Kotabaru terdiri dari orang Eropa
Indonesia. Seluruh pemerintahan di bekas
dan pribumi. Pribumi diharuskan
jajahan Belanda di kawasan Hindia
membayar sejumlah uang untuk bisa
Belanda diambil oleh tentara Jepang.
mendapatkan kursi dalam tiap kesempatan
Pada masa pendudukan Jepang, struktur
ibadah. Meski telah membayar, bukan
pemerintahan tetap seperti pada zaman
berarti mereka mendapatkan perlakuan
pemerintahan Belanda, hanya saja
yang sama dengan umat Eropa lainnya.
penanamannya menggunakan bahasa
Orang-orang Katolik pribumi yang
Jepang.
beribadah di Gereja St. Antonius Kotabaru
duduk di lantai beralaskan tikar selama Penyerahan kekuasaan Belanda
misa, sementara orang Eropa duduk di kursi kepada Jepang di Yogyakarta dilakukan
(G. Moedjanto, 1976: 17). di kediaman Gubernur L. Adam yang
pada saat itu menjabat sebagai Gubernur
Karsten membagi lingkungan di
Hindia Belanda di Yogyakarta. Pada
kawasan garden city tidak berdasarkan
masa kependudukan Jepang, tidak banyak
suku, melainkan kelas ekonomi (Yunita
terjadi perubahan tata kota di kawasan
Kesuma, 2018: 120). Lokasi Kotabaru
Kotabaru, sehingga tidak ada perubahan
yang terpisah dari permukiman pribumi
fisik baik bangunan maupun lingkungan.
dan terkesan sebagai permukiman yang
Jepang hanya menempati dan mengubah
bersifat eksklusif. Kesan berbeda akan
fungsi beberapa bangunan yang ada di
didapat begitu memasuki kawasan ini.
Kotabaru.
Rancangan kawasannya tertata mengikuti
pola radial seperti kota-kota di Belanda Kawasan pemukiman di Kotabaru
umumnya, berbeda dengan kawasan sebelumnya (pada masa kolonial Belanda)
Yogyakarta lainnya yang kebanyakan digunakan sebagai tempat tinggal para
masih tertata mengikuti arah mata angin. penduduk Eropa. Akan tetapi, penduduk
Pohon-pohon besar, tanaman berbunga Eropa yang ada di Yogyakarta, termasuk
dan tanaman buah yang banyak terdapat yang tinggal di kawasan Kotabaru, sudah
di kawasan ini menandakan bahwa meninggalkan wilayah Yogyakarta jauh
Kotabaru dirancang sebagai garden city sebelum kedatangan Jepang. Penduduk
(Ahmad Aguswin, 2021: 69 Eropa tersebut banyak yang pergi ke
wilayah Australia maupun Eropa melalui
2. Kotabaru Masa Kependudukan
Cilacap (Dwi Ratna Nurhajarini, 2012: 37).
Jepang
Oleh sebab itu, pada masa
Pada tanggal 8 Maret 1942 pihak kependudukannya, Jepang mengalih
Jepang menduduki wilayah Indonesia. fungsikan Kotabaru sebagai kawasan yang

10
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

mendukung kegiatan pemerintahan 1976: 20). Para Rama (pastor) serta para
Jepang, terutama militer. Bangunan di suster yang sebelumnya menempati
kawasan tersebut antara lain dijadikan kompleks Gereja Kotabaru ditangkap dan
sebagai kantor tentara, perumahan untuk dijadikan tawanan.
tentara, tangsi dan gudang amunisi
Selain gereja Santo Antonis
(Ahmad Sofyan, 2013).
Kotabaru, fasilitas publik lainnya yang
Selain difungsikan untuk berubah fungsi pada masa pemerintahan
kepentingan militer Jepang, pada periode Jepang adalah markas militer Belanda di
ini sebagian perumahan di kawasan sebelah timur Kridosono yang kemudian
Kotabaru mulai disewakan kepada dijadikan markas tentara inti Jepang
penduduk pribumi. Penduduk pribumi bernama Kidobutai. Meski benyak fasilitas
yang tinggal di kawasan Kotabaru ini publik di kawasan Kotabaru Yogyakarta
rata-rata berasal dari golongan menengah dibajak penggunaannya oleh Jepang,
atas, seperti guru yang pada waktu itu beberapa bangunan lain tetap difungikan
sangat dihormati dan sanggup membayar dangan semestinya. Contohnya adalah
sewa (Farabi Fakih, 2014:165). rumah sakit Pertronella, pada masa ini
namanya diganti dengan Yogyakarta Tjuo
Perubahan fungsi kawasan Kotabaru
Bjoin. Belanda juga mempengaruhi
tidak hanya terjadi pada wilayah
operasional rumah sakit Petronella, dalam
perumahan saja, melainkan juga berlaku
hal ini pemerintah Jepang mulai
pada beberapa fasilitas public yang ada.
menghentikan masuknya sumber daya yang
Sebagai contohnya adalah Gereja Santo
berasal dari pemerintahan Belanda maupun
Antonius Kotabaru. Gereja ini pada
perusahaan swasta Eropa yang ada di
mulanya dijadikan sebagai tempat
Indonesia (G. Moedjanto, 1976: 20).
beribadah umat Katolik, baik penduduk
Eropa di kawasan Kotabaru maupun C. Dampak Sosial Fungsi Kawasan
pribumi yang tinggal di sekitar kawasan Kotabaru
tersebut. Pada masa kependudukan Jepang, 1. Perubahan Kondisi Sosial
gereja ini dijadikan gudang senjata dan Mayarakat Pribumi Sejak Sebelum
amunisi tentara Jepang. Beberapa bangunan Pembangunan Kotabaru (Sebelum
yang juga masih masuk dalam kompleks 1917) Hingga Masa Pemerintahan
Gereja Santo Antonius Kotabaru, seperti Jepang (1942-1945)
Kolsani dan Seminari a. Kondisi Masyarakat di Yogyakarta
Tinggi, juga tidak difungsikan Sebelum Dibangunnya Kotabaru
sebagaimana menstinya. Kolsani
Secara umum, sebelum
digunakan sebagai tempat penampungan
berkembangnya pemukiman khusus untuk
suster serta wanita Belanda dan Seminari
orang Eropa di kawasan Kotabaru,
Tinggi digunakan sebagai kantor
penduduk pribumi Yogyakarta lebih
pemerintahan Jepang (G. Moedjanto,

11
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

banyak tinggal di lingkungan sekitar sekitar kawasan tersebut. Warga pribumi


Keraton. Warga pribumi Yogyakarta tidak hanya bermukim di sekitar Keraton.
percaya bahwa ada banyak keuntungan
Lahirnya sejumlah pemukiman
yang akan didapatkan oleh orang yang
pribumi tersebut akhirnya berdampak pada
tinggal di sekitar wilayah Keraton. Salah
berubahnya jenis mata pencaharian yang
satu keperayaan ini adalah jika orang Jawa
dikerjakan oleh warga pribumi.
atau pribumi tinggal dekat dengan Sri
Masyarakat yang tinggal di sekitar
Sultan, kehidupan mereka akan
Kotabaru bekerja untuk orang-orang
bergelimang kebatinan, seperti kedamaian
Eropa. Mayoritas pribumi bekerja sebagai
kemakmuran.
pengurus atau pembantu rumah tangga
Dalam keseharian mereka hidup dirumah-rumah orang Eropa.
di lingkungan Keraton, warga pribumi
Seiring bertambahnya orang-orang
menekuni beberapa jenis pekerjaan dalam
Eropa yang menetap di sana, fasilitas-
bidang tertentu, seperti pertukangan dan
fasilitas baru mulai didirikan untuk
pembuatan kerajianan. Kampung-
kepentingan mereka. Salah satu fasilitas
kampung di sekitar Keraton bahkan diberi
baru yang dibangun adalah sebuah gedung
nama sesuai dengan profesi warga yang
gereja bernama Santo Antonius.
tinggal didalamnya. Salah satu contohnya
Dibangunnya gereja tersebut turut
adalah Kampung Gowongan. Kampung
mempengaruhi kehidupan orang-orang
ini merupakan tempat tinggal yang
pribumi, terutama dalam bidang religi.
didominasi oleh tukang kayu dan ahli
Sebelum maraknya warga Eropa yang
bangunan. Pada periode ini, profesi
tinggal di Kotabaru, masyarakat pribumi
tukang kayu dan ahli bangunan terkenal
merupakan penganut agama Islam.
di kalangan masyarakat. Hal tersebut
merupakan akibat dari besarnya Setelah mereka sering bergaul dan
kebutuhan akan pekerja kayu dan hidup bersama orang-orang Eropa, perlahan
bangunan untuk kepentingan Keraton. banyak dari mereka mulai menganut agama
Katolik. Berubahnya kepercayaan warga
b. Kondisi Masyarakat Pribumi
pribumi juga berdampak pada kehidupan
Setelah Dibangunnya Pemukiman
sosial mereka, salah satunya yakni aktif
Kotabaru Thun 1917-1942
dalam kegiatan sosial yang didanai oleh
Pembangunan kawasan gereja mereka.
pemukiman untuk orang Eropa di
c. Kondisi Masyarakat Pribumi di
Kotabaru ternyata membawa sejumlah
Yogyakarta Pada Masa
perubahan pada pola pemukiman warga
Pemerintahan Jepang 1942-1945
pribumi di Yogyakarta. Setelah
pembangunan Kotabaru, mulai muncul Pada saat kependudukan Jepang
pemukiman-pemukiman pribumi di Penduduk pribumi dimanfaatkan

12
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

tenaganya untuk keperluan perang bagi penghuninya, kawasan pemukiman


melawan sekutu atau dipekerjakan paksa. ini juga dilengkapi dengan sejumlah
Masyarakat diperintahkan untuk bekerja fasilitas modern untuk menunjang
di perkebunan dan proyek insfratuktur kenyamanan orang-orang Eropa yang
pendukung perang. Proyek Jepang tinggal disana.
tersebut akhirnya melahirkan saat
Dengan hadirnya sejumlah fasilitas
kebijakan kerja yang disebut dengan
modern yang digunakan di Kotabaru ini,
Romusha. Dalam setiap keluarga
kawasan pemukiman pribumi dan lainnya
diwajibkan menyerahkan satu anggota
di luar wilayah Koatabaru juga merasakan
keluarganya untuk menjadi romusha.
manfaat dari pertumbuhan teknologi
Terhadap perlakuan Jepang tersebut. Salah satunya adalah waterleiding
tentang pengerahan romusha di (sekarang kita kenal dengan istilah air
Yogyakarta yang demikian ini Sri Sultan ledeng). Waterleiding berfungsi untuk
Hamengku Buwana IX mengambil sikap memenuhi kebutuhan air bersih bagi
dan strategi tersendiri. Untuk penduduk di kawasan Kotabaru.
menghindari pengiriman tenaga kerja Waterleiding sebelumnya disediakan oleh
buruh yang berlebihan ke luar daerah, pemerintah Belanda di satu titik, yaitu di
maka Hamengku Buwana IX wilayah Benteng Vredeburg (Darmo
memerintahkan rakyatnya untuk membuat Sugito, 1956:26-27). Namun fasilitas
Selokan Mataram (saluran air). Aliran air tersebut dirasa tidak dapat memenuhi
Selokan Mataram diharapkan dapat kebutuhan orang-orang Eropa yang
memberikan pengairan dalam pertanian di semakin hari semakin banyak. Maka,
sekitar sungai yang dilalui. setelah dibukanya pemukiman di
Kotabaru yang digunakan khusus untuk
2. Modernisasi Sebagai Dampak
orang Eropa, waterleiding mulai diperluas
Pembangunan Kawasan Kotabaru
hingga ke wilayah tersebut untuk
Yogyakarta
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
Kawasan pemukiman Kotabaru di masyarakat yang tinggal disana.
Yogyakarta dibangun dengan konsep ideal
Selain pembangunan fasilitas air
tertentu yang dirancang khusus untuk
bersih, pembangunan Kotabaru berdampak
tempat tinggal orang Eropa yang pada saat
pula pada kebutuhan perluasan aliran
itu menempatkan kelas sosial lebih tinggi
listrik. Hal tersebut dibuktikan dengan
daripada warga pribumi. Akibatnya,
adanya gardu listrik dan tiang-ting listrik
pemukiman di kawasan ini pun dibangun
yang terdapat pada setiap rumah yang ada
dengan standar yang lebih tinggi ketimbang
di kawasan tersebut. Artinya, setelah
dengan pemukiman pribumi. Selain rumah-
dibuka aliran listrik di kawasan Kotabaru,
rumah dengan rancangan bangunan yang
bukan hanya orang-orang Eropa yang
mendukung hidup sehat
menikmati fasilitas tersebut. Pribumi

13
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

yang bekerja disana juga menikmatinya, pemerintahan (Selo Soemardjan,


meski dengan kadar berbeda-beda. 2009:409).

Secara berlahan, tampaknya Pada masa kolonial Belanda,


perkembangan dalam berbagai bidang di mereka membawa gaya pendidikan ala
Kotabaru dikhususkan untuk warga Eropa barat ke Yogyakarta. Fasilitas pendidikan
itu juga berdampak pada kehidupan dibangun agar anak-anak Belanda selalu
pribumi di masa-masa berikutnya. mendapatkan pendidikan yang lebih baik
Misalnya, dalam penggunaan bahan- daripada anak Indonesia. Fasilitas yang
bahan bangunan untuk rumah atau dibangun untuk menunjang kebutuhan
bangunan seperti batu bata untuk penduduk yang tinggal di kawasan
mendirikan rumah atau bangunan lainnya. Kotabaru adalah ELS (Europesche
Arsitektur yang dipakai orang Eropa Lagere School), Normal School, MULO,
berbeda dengan rancangan bangunan dan AMS.
lazim digunakan orang pribumi, termasuk
Europesche Lagere School adalah
dalam hal pertimbangan aspek kesehatan
sekolah rendah khusus anak Belanda yang
yang akan memepengaruhi bentuk dan
bertujuan memperkuat kesadaran nasional
kondisi sebuah bangunan. Hal-hal ini di
bagi keturunan Belanda maupun keturunan
kemudian hari mulai diadopsi oleh
Indo Belanda. Pengajar ELS ini terdiri dari
masyarakat pribumi ketika mereka
orang-orang Belanda. Sistem
hendak mendirikan bangunan.
pengajarannya menggunakan Bahasa
3. Kotabaru dan Aktivitas Pendidikan Belanda. Di kawasan Kotabaru Yogykarta
di Yogyakarta terdapat sekolah Eerste Europesche Lagere
School A (sekarang jadi SDN
Pada masa penjajahan Belanda,
Ungaran). Sekolah golongan ini
pendidikan yang diberikan di sekolah-
dikhususkan untuk anak-anak Eropa
sekolah umum banyak berkaitan dengan
terutama Belanda yang merupakan
kebudayaan Belanda. Hal tersebut dapat
golongan elite (Sri Sutjiatiningsih,
dibuktikan dengan kecenderungan pelajaran
1980:128).
Ilmu Bumi dan Sejarah Belanda yang
dibandingkan dengan Ilmu Bumi dan Meskipun keturunan Indo Belanda
Sejarah Indonesia. Selain itu, sekolah- merupakan golongan yang lebih rendah
sekolah yang beroperasi pada masa ini kedudukannya dibandingkan dengan
menggunakan Bahasa Belanda sebagai keturunan Belanda totok, mereka masih
Bahasa wajibnya. Bahasa Belanda dijadika mendapatkan prioritas lebih dibandingkan
sebagai syarat penting ntuk dapat lulus dengan keturunan penduduk pribumi.
dalam ujian serta untuk mendapatkan Untuk anak keturunan Eropa totok atau
pekerjaan sebagai pegawai, baik di peranakan dari golongan menengah, serta
perusahaan swasta maupun di anak-anak bangsa lain, termasuk pribumi,

14
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

dapat sekolah di Eerste Europesche pribumi (Sri Sujiatiningsih, 1980:128).


Lagere School B (Sri Sutjiatiningsih, Pelajaran AMS bagian B dibagi menjadi
1980:128). Sedangkan untuk anak-anak dua, yaitu Sastra Timur dan Sastra Klasik
Eropa totok atau peranakan bukan Eropa Barat. Meskipun keduanya memakai
dari golongan rendah dapat sekolah di pengantar Bahasa Belanda, akan tetapi
Twede Europesche Lagere School. bagian sastra Timur, mata pelajaran
Kesamaan dari ketiga sekolah tersebut pokoknya adalah bahasa Jawa, bahasa
adalah menggunakan bahasa Belanda Melayu, dan Sejarah Indonesia.
sebagai bahasa pengantar. Bagi yang Sedangkan pada bagian klasik Barat,
sudah lulus dari sekolah ini diberi pelajaran pokoknya adalah Latin.
kesempatan melanjutkan ke sekolah HBS.
Di Yogyakarta, sekolah AMS
MULO (Meer Uitgebreid Lager pertama yang diangun adalah AMS bagian
Onderwijs) adalah sekolah rendah dengan B pada tahun 1919 di kawasan Kotabaru.
program yang lebih luas dan secara resmi Sekolah ini merupakan lembaga
dibuka pertama kali pada tahun 1914 (Sri pendidikan yang bertujuan menampung
Sujiatiningsih, 1980:124). Sebelum dibuka penduduk elite pribumi yang pada
resmi, MULO merupakan kursus pelajaran umumnya berasal dari kalangan
lanjutan yang diterapkan pada beberapa bangsawan dan pegawai pemerintahan
sekolah rendah Belanda dan dapat diakses pada zaman kolonial Belanda. Setelah
oleh anak-anak keturunan Belanda. lulus AMS, para murid dapat melanjutkan
Semenjak resmi berdiri sebagai badan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti
sekolah sendiri, pengajaran yang semula sekolah tinggi kedokteran, sekolah tinggi
diterapkan hanya dua tahun diubah menjadi kehakiman, dan sekolah tinggi teknik,
tiga tahun, selain itu MULO juga mulai baik yang ada di Indonesia maupun di
terbuka bagi anak-anak keturunan pribumi negeri Belanda kerena ijazahnya
(Sri Sujiatiningsih, 1980:125). Terbukanya disamakan dengan HBS (Sri
MULO untuk keturunan pribumi tersebut Sujiatiningsih, 1980 :128). Pada zaman
tidak lepas dari badan-badan swasta yang kependudukan Jepang, sekolah ini disebut
mendirikan sekolah sendiri seperti Sekolah Menengah Tinggi, dan sejak
Christeen MULO School yang terdapat di kemerdekaan diubah menjadi SMA.
Kotabaru Yogyakarta.
KESIMPULAN
AMS (Algemene Middlebar
Pembangunan pemukiman di
School) merupakan sekolah yang lebih
Kotabaru dilaksanakan pada masa
tinggi dari MULO untuk melanjutkan
pemerintahan Hamengkubuwana VII
jenjang ke perguruan tinggi selanjutnya.
tahun 1877-1921, atas usul residen
Sekolah AMS dibagi dua bagian, yaitu A
Belanda di Yogyakarta, untuk membangun
dan B. Pada bagian A, para murid
pemukiman baru bagi bangsa
mempelajari Ilmu Pengetahuan Kealaman

15
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

Eropa karena kawasan yang semula Kotabaru Yogykarta. Jurnal Pelita


digunakan sudah mulai sesak. Peraturan Teknologi, 16 (1), 66-67.
mengenai penggunaan lahan tersebut
https://www.jurnal.pelitabangsa.ac
tertuang dalam Rijksbland van Sultanaat
.id/index.php/pelitatekno/article/vi
Djogjakarta 1917, No 12. Alasan utama
ew/681
dipilihnya kawasan Kotabaru sebagai
pemukiman bangsa Eropa, karena daerah Baay Regie. 2009. Nyai dan Pergundikan
Kotabaru merupakan daerah yang subur di Hindia Belanda. Depok:
dan memiliki kandungan air yang cukup Komunitas Bambu.
untuk keberlangsungan hidup.
Birsyada, Iqbal, Syahruzah, Juang
Pemukiman Eropa rancangan Thomas
Kurniawan. 2018. Social Change
Karsten ini dirancang menggunakan
In Yogyakarta: Past And Now A
konsep Garden City dimana lingkungan
Selo Soemardjan Perspective.
yang sehat menjadi hal yang diutamakan.
HISTORIA: Jurnal Pendidikan
Sekat yang ada pada hubungan Sejarah. 6 (1) 103- 116. DOI:
antara penduduk Eropa yang tinggal di http://dx.doi.org/10.24127/hj.v6i1.
Kotabaru dengan penduduk sekitar 1150
perlahan mulai memudar. Belanda juga
Buletin Pelestarian Warisan Budaya dan
membangun fasilitas pendidikan, mereka
Cagar Budaya “Mayangkara”
membawa gaya pendidikan ala barat ke
Edisi 4 Tahun 2017
Yogyakarta. Fasilitas pendidikan yang
ada membawa dampak yang positif bagi Colombijn, Freek, Purnawan Basundoro,
penduduk pribumi di Yogyakarta. Dan Martine Barwegen (Ed). 2005. Kota
Perlahan masyarakat Yogykarta dapat Lama Kota Baru: Sejarah
mengenyam pendidikan dan membuka Kota-Kota Di Indonesia.
pikiran mereka kearah yang lebih baik, Yogyakarta: Penerbit Ombak.
meskipun dengan proses yang panjang
G. Moedjanto. 1976. Sejarah Gereja
dan penuh perjuangan.
Kotabaru Santo Antonius dan
DAFTAR PUSTAKA Kehidpan Umatnya. Yogyakarta:
Panitia Peringatan 50 Tahun
Abdurrahman, Dudung. 2007. Metode Gereja Santo Antonius Kotabaru.
Penelitian Sejarah. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media. Handinoto, 2010. Arsitektur dan Kota-
Kota di Jawa Pada Masa
Aguswin, Ahmad, Akhmad
Kolonial. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Akromusyuhada. (2021).
Pelestarian Bangunan Arsitektural Kesuma, Yunita. (2016). Land Use dan
Kolonial Belanda di Kawasan Zonasi Kawasan Cagar Budaya
Kotabaru Yogyakarta, Berdasarksn

16
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

Konsep Garden City. Jurnal Sahruni, Birsyada, Muhammad Iqbal.


Arsitektur, Kota dan Pemukiman, 2021. Makna Akulturasi Hindu Buddha
1(2), 177-122 DOI : Pada Arsitektur Candi
https://doi.org/10.33096/losari.v1i Plaosan. Karmawibangga:
2.49 Historical Studies Journal. 3(2),
1-11
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu
DOI: https://doi.org/10.31316/20
Sejarah. Yogyakarta: Tiara
21
Wacana
Setiawati, Nur Aini, 2011. Dari Tanah
Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah
Sultan Menuju Tanah Rakyat:
Penelitian Sejarah Konterporen.
Pola Pemilikan, Penguasaan,
Jakarta: Yayasan Penerbit UI.
Dan Sengketa Tanah di Kota
Nurhajarini, Dwi Ratna. 2012. Yogyakarta setelah Reorfanisasi
Yogyakarta Dari Hutan Beringin 1917. Yogyakarta: STPN Press
ke Ibukota Deerah Istimewa. Balai dan Sajogya Institute.
Pelestarian Sejarah dan Nilai Soekiman, Djoko. 2011. Kebudayaan
Tradisional Indonesia. Indis: Dari Zaman Kompeni
Pujiyanti, Indah. (2017). Alternatif Sampai Revolusi. Depok:
Desain Arsitektur Hijau pada Persil Komunitas Bambi.
Bangunan untuk Memperkuat Karakter Soemardjan, Selo. 1981. Perubahan
Garden City di Kawasan Sosial di Yogyakarta. Jakarta:
Kotabaru Daerah Istimewa Gajah Mada University.
Yogyakarta. Proceeding Health
Arhitecture, 1(1), 245-29. Sofyan, Ahmad.2013. Kotabaru 1942-
1946 Dari Markas Militer Ke
https://mars.umy.ac.id/wp- Pemukiman Elite Pribumi. Skripsi
content/uploads/2017/05/INDAH- Program Studi Sejarah, Fakultas
PUJIYANTI-_-Page-245- Ilmu Pengetahuan Budaya,
249doc.pdf Universitas Yogyakarta.
R. Asdra, Lucia (Ed.). 2013. Konservasi Sugito, Darmo. 1956. Kota Jogjakarta
Arsitektur Kota Yogyakarta. 200 Tahun. Yogyakarta: Kanisius.
Yogyakarta: Laboratorium dan
Perancangan Lingkungan dan Surjomihardjo, Abdurrachman. 2008.
Kawasan, Prodi Arsitektur, Kota Yogyakarta Tempo Doeloe: Sejarah
Sosial 1880-1930. Depok:
Fakultas Teknik, Universitas Atma
Komunitas Bambu,
Jaya Yogyakarta dan Penerbit
Kanisius. https://e- Sutjiatiningsih Sri dkk. 1980. Sejarah
journal.uajy.ac.id/id/eprints/8973 Pendidikan Daerah Istimewa

17
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022

Yogyakarta. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan RI

Wasino. 2007. Dari Riset Hingga Tulisan


Sejarah. Semarang: UNNES
PRESS

Wibisono, Tony Kunto. 2014.


Ciri-Ciri
Bangunan Rumah Indis di
Kotabaru Yogyakarta. Tesis
Pascasarjana Fakultas Teknik
UGM

18

Anda mungkin juga menyukai