e-ISSN: 2715-4483
htpps://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga
ABSTRAK
tinggal para penduduk Eropa dan saat
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) transisi Jepang pada tahun 1942
Mendkripsikan sejarah dibangunnya Kotabaru dialih fungsikan sebagai
kawasan Kotabaru di Yogyakarta. (2) kawasan yang mendukung kegiatan
Menjelaskan fungsi kawasan pemukiman pemerintah Jepang. (3) dampak
Eropa di Kotabaru selama tahun 1917- dibangunnya kawasan pemukiman Eropa
1945. (3) Memberikan gambaran dampak bagi masyarakat Yogyakarta adalah
sosial pembangunan kawasan pemukiman berubahnya mata pencaharian yang
Eropa bagi masyarakat Yogyakarta. dikerjakan oleh warga pribumi saat itu
dan modernisasi yang terjadi di berbagai
Penelitian ini menggunakan
bidang, misalnya waterleiding, listrik dan
metode kajian literatur. Pengumpulan
arsitektur bangunan.
data dalam penelitian ini dilakkan
dengan cara mengumplkan sumber Kata Kunci: Dampak Sosial, Kotabaru,
tertulis seperti buku, jurnal, skripsi dan Perubahan Fungsi
internet yang berhubungan dengan tema
yang dibahas oleh penulis. Adapun ABSTRACT
langkah-langkah dalam penelitian ini This study aims to: (1) Describe
yaitu heuristi, kritik sumber, atau the history of the constrction of the
verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Kotabaru in Yogyakarta. (2) Decribe the
function of the European settlement in
Hasil dari penelitian ini yaitu: (1)
Kotabaru during 1917-1945. (3) Provide
kawasan pemukiman Eropa di Kotabaru
an overview of the social impact of the
dibangun atas dasar kebutuhan tempat
development of European settlement for
tinggal warga Eropa yang semakin
the people of Yogyakarta.
banyak di Yogyakarta. (2) pada masa
kependudukan Belanda tahun 1917-1942 This study uses literature review
Kotabaru difungsikan sebagai tempat method. Data collection in this study was
1
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
carried out by collecting written sources akhir abad ke-16, orang-orang Belanda
such an books, journal, thesis and internet datang ke Pulau Jawa, disusul dengan
related with a theme discussed by the angkatan bersenjata miliknya untuk
author. The steps in this study is heuristics, melindungi kepentingan dagang dan
source critism or verification, memperluas daerah perdagangannya
interpretation and historiography. (Selo Soemardjan, 1981: 18). Kedatangan
The result of the study are: (1) the mereka yang semula hanya untuk
European settlemet area in Kotabaru was berdagang kemudian berkembang ingin
built on the basis of the housing needs of
menguasai Indonesia, termasuk
European citizens who are increasingly in Yogyakarta.
Yogyakarta. (2) during the Dutch
occupation in 1917-1942 Kotabar Yogyakarta adalah kota yang
functioned as a residence for European memiliki sejarah panjang berkaitan
residents and during the Japanese dengan bangsa Belanda di Indonesia.
tansition in 1942 Kotabaru was converted Perjanjian Giyanti yang ditandangani
into an area that supports the activities of pada 13 Februari tahun 1755 menjadi
the Japanese goverment. (3) the impact awal kelahiran sebuah kerajaan baru,
the contruction of a Eropean settlement yaitu Yogyakarta (Darmo Sugito, 1956:
area for the people of Yogyakarta was the 12). Yogyakarta adalah salah satu daerah
change ini the livelihoods of the terpenting dari pusat kekuasaan Jawa
indigenous people at that time and teh untuk Kolonial (Iqbal Birsyada, 104:
modernization that occuratted fields, such 2018). Perjanjian yang diusulkan oleh
as waterleiding, electricity and building Belanda tersebut membagi kerajaan
architecture. Mataram menjadi dua, yaitu Surakarta
yang dipimpin oleh Susuhunan Paku
Keywords: Function Change, New Buwono III dan Yogyakarta yang
Wijk, Sosial Impact dipimpin oleh Mangkubumi. Kemudian
PENDAHULUAN Sri Sultan Hamengku Buwana I mulai
membangun keraton sebagai tempat
Kepulauan Indonesia memiliki tinggal keluarga kerajaan sekaligus pusat
keanekaragaman manifestasi sejarah kota.
budaya masyarakat yang telah
berkembang sejak masa lampau (Sahruni, Sejalan dengan pembangunan
2021: 2). Indonesia juga merupakan keraton, Sultan Hamengku Buwana I juga
negara yang memiliki kekayaan sumber membangun pemukiman-pemukiman di
daya alam melimpah. Hal tersebut tentu sekitar wilayah itu sebagai tempat tinggal
saja menarik minat bangsa asing untuk anak buah angkatan perang dan para
datang ke Indonesia, termasuk Belanda. perwiranya (Darmo Sugito, 1956: 22).
Tujuan semula bangsa Belanda datang ke Melihat perkembangan pembangunan
Indonesia adalah untuk berdagang. Pada kota yang didasari dengan kepentingan
2
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
pertahanan tersebut, pihak Belanda mulai Kotabaru, Gereja HKBP, dan Kolese
khawatir. Belanda kemudian mulai Santo Ignatius. Fasilitas pendidikan
mengatur strategi untuk memperkuat yang ada antara lain adalah SMP
kedudukannya di Yogyakarta. Langkah Negeri 5 dan SMA 3 (Abdurrachman
yang dilakukan oleh Belanda adalah Surjomihardjo, 2008:45). Bangunan di
meminta sebidang tanah untuk mendirikan dalamnya disesuaikan dengan
benteng VOC. Pada tahun 1760 dengan izin kebutuhan dan lebih berorientasi ke
Sri Sultan Hamengku Buwana I, Belanda Eropa.
mendirikan Benteng Vredeburg tepat di
METODE PENELETIAN
depan Keraton Yogyakarta. Benteng
Vredeburg menjadi penanda awal bangunan Penelitian ini adalah penelitian
kolonial yang berdiri di Yogyakarta. Pada sejarah. Penulis menggunakan metode
tahun 1830 Belanda berhasil menguasai dan studi literatur yang memerlukan
mengeksploitasi seluruh Pulau Jawa. Hal penguraian secara sistematis dari sumber-
tersebut membuat pulau Jawa memasuki sumber yang mengandung informasi yang
era kolonial, begitu pula dengan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Yogyakarta. Sekumpulan aturan yang sistematis yang
dimaksudkan untuk memberikan bantuan
Pada tahun 1917 didirikan
secara efektif dalam usaha
pemukiman khusus untuk orang Eropa
mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah,
yang disebut dengan Kotabaru (R. Asdra
menilainya secara kritis dan kemudian
Lucia, 2013). Saat itu Cornelis Canne,
menyajikan hasil dalam bentuk tulisan
seorang residen Belanda yang tinggal di
(Notosusanto, 1984: 11).
Yogyakarta, meminta izin kepada Sri
Sultan Hamengku Buwono VII untuk Dalam pelaksanaan penelitian
mendirikan pemukiman untuk orang sejarah, terdapat empat tahapan, yaitu: (1)
Eropa khususnya Belanda. Tata ruang Heuristik ialah pencaharian sumber-sumber
kawasan ini dirancang dengan konsep keterangan ata pencaharian bukti-bukti
Garden City yang mempunyai ciri khas sejarah (2) Verifikasi atau kritik sumber
banyaknya ruang hijau yang mengelilingi yaitu tahap penilaian atau pengujian
kotanya (Tony Kunto Wibisono, 2014). terhadap bahan-bahan sumber tersebt dari
sudut pandang nilai kenyataan
Selain memiliki tempat hunian,
(kebenarannya) semata-mata (Wasino,
kawasan pemukiman di Kotabaru juga
2007: 9) (3) Interpretasi yaitu proses
memiliki fasilitas yang memadai.
penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah
Fasilitas tersebut berupa bangunan
serta penyusunan yang menyangkut seleksi
fasilitas keagamaan, pendidikan,
sejarah. Interpretasi atau penafsiran sering
kesehatan, dan sarana olahraga.
disebut sebagai bidang subjektif
Fasilitas keagamaan tersebut di
(Kuntowijoyo, 2013: 78) (4) Historiografi
antaranya Gereja Santo Antonius
3
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
4
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
asing. Pemukiman atau kampung untuk Vredeburg pada tahun 1780. Selanjutnya
pribumi awalnya dibangun bersamaan di beberapa daerah di Yogyakarta
dengan pembangunan Keraton diperbolehkan berdiri tempat tinggal
Yogyakarta. Letak pemukiman itu berada untuk orang Eropa. Daerah tempat tinggal
di sekitar wilayah Keraton. Pemukiman tersebut dimulai dari kawasan sekitar
yang berada di dalam Kompleks Keraton Benteng Vredeburg, yaitu Kampung Loji
(Jeron Beteng) digunakan untuk tempat Kecil dan Loji Besar. Pemukiman untuk
tinggal bangsawan yang merupakan golongan Eropa ini kemudian meluas ke
kerabat Keraton dan Abdi Dalem. Jalan Setyodiningratan, Kampung
Kampung tersebut dibagi sesuai dengan Bintaran, Kampung Jatis, hingga
pekerjaan di bidang masing-masing. Kotabaru (Darmo Sugito. 1956: 22).
Contohnya, Kampung Kemitbumen
Pembangunan pemukiman di
merupakan tempat tinggal abdi dalem
Kotabaru dilaksanakan pada masa
kemitbumi yang memiliki tugas
pemerintahan Hamengkubuwana VII tahun
membersihkan keraton. Kampung di luar
1877-1921, atas usul residen di Yogyakarta,
istana (Jaba Beteng) merupakan tempat
yaitu P.W. Jonquiere (Buletin Pelestarian
tinggal kalangan seprofesi dalam bidang
Warisan Budaya dan Cagar Budaya
pemerintahan, pertukangan, pengrajin, dan
“Mayangkara” Edisi 4 Tahun 2017). P.W.
golongan bangsawan. Contohnya,
Jonquiere mengajukan izin kepada
Kampung Pajeksan merupakan tempat
Hamengkubuwana VII untuk membangun
kediaman jaksa (Nur Aini Setiawati.
pemukiman baru bagi bangsa Eropa karena
2011: 35-36).
kawasan yang semula digunakan, seperti
Pemukiman untuk orang asing Kawasan Bintaran, sudah mulai sesak.
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Peraturan mengenai penggunaan lahan
pemukiman untuk orang Timur Asing tersebut tertuang dalam Rijksbland van
(Tionghoa dan Arab) dan Eropa. Sultanaat Djogjakarta
Pemukiman untuk Tionghoa berada di 1917, No 12 (Surjomihardjo,
Pacinan sepanjang jalan alun-alun ke utara Abdurrachman, 2008: 182).
sampai Kampung Katandan. Orang-orang
Peraturan tersebut berisi tentang
Arab pada umumnya bertempat tinggal di
pemberian lahan beserta kewenangan
Sayidan, daerah-daerah tersebut
untuk mendirikan bangunan, jalan, taman,
merupakan wilayah yang menguntungkan
beserta perawatannya dengan ketentuan
untuk berdagang, di mana orang-orang
yang diatur oleh pihak kesultanan,
Tionghoa dan Arab memegang peranan
pengunaan lahan tersebut dibebani pajak
penting dalam bidang itu (Nur Aini
dan uang sewa agar kesultanan juga
Setiawati. 2011: 80).
mendapatkan keuntungan. Penggunaan
Pemukiman untuk orang Eropa lahan ini ditangani oleh sebuah Komisi
bermula dari izin berdirinya Benteng Penggunaan Tanah (Comissie van
5
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
6
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
dengan menggunakan konsep kota taman sebagai pusat kawasan (lingkaran paling
atau Garden City oleh insinyur Thomas dalam). Fungsi-fungsi publik kota
Karsten (Dwi Ratna, 2012:56). lainnya berada dalam lingkaran kedua,
dan untuk lingkungan pemukiman berada
Perolehan permohonan lahan untuk
di lingkaran selanjutnya (Lucia R.
pembangunan kawasan pemukiman oleh
Asrada, 2013:189).
Residen Yogyakarta kala itu, P.W
Jonquire, kepada Sultan Hamengku
Buwana VII (Jujun Kurniawan dalam
Buletin Mayangkara edisi 4 tahun 2017).
7
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
dengan konsep Garden City. Kotabaru ini ditunjukkan antara lain pada
memiliki tiga buah boulevard yaitu Sultan penggunaan bahan bagunan dan bentuk
Boulevard, Mataram Boulevard, dan bangunan yang sesuai dengan kondisi iklim
Boulevard Jonquiere. Kawasan Kotabaru yang ada di Pulau Jawa. Penggunaan batu
memiliki ciri khas sesuai dengan bata sebagai dinding bangunan yang
penekanan pada konsep Garden City, ditujukan untuk melindungi diri dari panas
yaitu kelengkapan mengenai standar serta dapat bertahan hingga waktu lama
lingkungan hidup yang sehat dan nyaman. merupakan ciri yang membedakannya
Anggapan tersebut dibuktikan melalui rumah dari penduduk pribumi yang
karakter area hunian atau perumahan serta biasanya menggunakan bahan dasar kayu
beberapa bangunan fasilitas umum, antara (Djoko Soekiman, 2011: 75).
lain rumah sakit, bangunan ibadah,
Selain itu, rumah orang Belanda
sekolah, dan taman.
memiliki jendela besar yang berkaca serta
langit-langit yang tinggi, hal ini berfungsi
menjaga agar sirkulasi udara dapat
berlangsung dengan baik serta mengatur
pencahayaan yang masuk. Rumah hunian
untuk orang Eropa dibangun seperti itu
untuk alasan kesehatan. Mereka
mengganggap bahwa penyakit yang
diderita oleh penduduk Jawa berasal dari
konstruksi rumah yang kurang cahaya
(Handinoto. 2010:46).
Gambar 3. Pola Garden City di
Untuk menunjang terciptanya
Kotabaru
sebuah pemukiman yang sehat dan
Bentuk bangunan di wilayah nyaman sesuai dengan konsep Garden
Kotabaru memiliki ciri khusus, yaitu City, maka dibangunlah beberapa fasilitas
adanya halaman yang luas dan ditanami publik untuk penduduk di kawasan
pohon-pohon yang besar, serta bangunan Kotabaru Yogyakarta. Letak fasilitas
ditempatkan di antara ruang terbuka. Hal publik yang ada di kawasan Kotabaru
ini diterapkan agar udara dan cahaya tidak sama persis dengan konsep yang
dapat menembus ke setiap rumah, dicetuskan Howard, tetapi fungsi fasilitas
sehingga suhu dan kelembapan udara di publik yang dibangun menunjukkan
dalam rumah tetap terjaga dengan baik. bahwa kawasan ini menerapkan tujuan
dari nilai yang diusung dalam konsep
Bangunan yang dibuat penduduk
Garden City.
Eropa memiliki ciri yang berbeda dengan
bangunan penduduk pribumi. Perbedaan
8
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
9
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
10
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
mendukung kegiatan pemerintahan 1976: 20). Para Rama (pastor) serta para
Jepang, terutama militer. Bangunan di suster yang sebelumnya menempati
kawasan tersebut antara lain dijadikan kompleks Gereja Kotabaru ditangkap dan
sebagai kantor tentara, perumahan untuk dijadikan tawanan.
tentara, tangsi dan gudang amunisi
Selain gereja Santo Antonis
(Ahmad Sofyan, 2013).
Kotabaru, fasilitas publik lainnya yang
Selain difungsikan untuk berubah fungsi pada masa pemerintahan
kepentingan militer Jepang, pada periode Jepang adalah markas militer Belanda di
ini sebagian perumahan di kawasan sebelah timur Kridosono yang kemudian
Kotabaru mulai disewakan kepada dijadikan markas tentara inti Jepang
penduduk pribumi. Penduduk pribumi bernama Kidobutai. Meski benyak fasilitas
yang tinggal di kawasan Kotabaru ini publik di kawasan Kotabaru Yogyakarta
rata-rata berasal dari golongan menengah dibajak penggunaannya oleh Jepang,
atas, seperti guru yang pada waktu itu beberapa bangunan lain tetap difungikan
sangat dihormati dan sanggup membayar dangan semestinya. Contohnya adalah
sewa (Farabi Fakih, 2014:165). rumah sakit Pertronella, pada masa ini
namanya diganti dengan Yogyakarta Tjuo
Perubahan fungsi kawasan Kotabaru
Bjoin. Belanda juga mempengaruhi
tidak hanya terjadi pada wilayah
operasional rumah sakit Petronella, dalam
perumahan saja, melainkan juga berlaku
hal ini pemerintah Jepang mulai
pada beberapa fasilitas public yang ada.
menghentikan masuknya sumber daya yang
Sebagai contohnya adalah Gereja Santo
berasal dari pemerintahan Belanda maupun
Antonius Kotabaru. Gereja ini pada
perusahaan swasta Eropa yang ada di
mulanya dijadikan sebagai tempat
Indonesia (G. Moedjanto, 1976: 20).
beribadah umat Katolik, baik penduduk
Eropa di kawasan Kotabaru maupun C. Dampak Sosial Fungsi Kawasan
pribumi yang tinggal di sekitar kawasan Kotabaru
tersebut. Pada masa kependudukan Jepang, 1. Perubahan Kondisi Sosial
gereja ini dijadikan gudang senjata dan Mayarakat Pribumi Sejak Sebelum
amunisi tentara Jepang. Beberapa bangunan Pembangunan Kotabaru (Sebelum
yang juga masih masuk dalam kompleks 1917) Hingga Masa Pemerintahan
Gereja Santo Antonius Kotabaru, seperti Jepang (1942-1945)
Kolsani dan Seminari a. Kondisi Masyarakat di Yogyakarta
Tinggi, juga tidak difungsikan Sebelum Dibangunnya Kotabaru
sebagaimana menstinya. Kolsani
Secara umum, sebelum
digunakan sebagai tempat penampungan
berkembangnya pemukiman khusus untuk
suster serta wanita Belanda dan Seminari
orang Eropa di kawasan Kotabaru,
Tinggi digunakan sebagai kantor
penduduk pribumi Yogyakarta lebih
pemerintahan Jepang (G. Moedjanto,
11
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
12
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
13
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
14
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
15
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
16
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
17
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 4 (1), 2022
18