SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
NAMA : IKHSAN
NIM : 180160048
PRODI : ARSITEKTUR
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4
2.1 Identifikasi.......................................................................................................9
2.2 Langgam Arsitektur Kolonial........................................................................10
2.2.1 Arsitektur Indische Empire Style (abad 18-19).....................................14
i
3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................................42
3.6 Variabel Penelitian........................................................................................43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................44
BAB V PENUTUP...............................................................................................67
5.1 Kesimpulan..............................................................................................67
5.2 Saran................................................................................................................68
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu bangunan kolonial yang terdapat di Aceh utara yaitu bangunan
rumah yang merupakan peninggalan raja kerajaan sawang yaitu raja Teuku
Keudjron Ali. Rumah ini terletak tepat di tikungan jalan arah menuju ke medan
tepatnya di pinggir pos pemadam kebakaran di daerah Krueng mane yang berjarak
sekitar 500m dari kota Krueng mane. Rumah ini dibangun pada sekitaran tahun
1900 - 1905 dibangun oleh pemerintahan Belanda kepada Teuku Keujron Ali
yang dulunya merupakan ulee balang di daerah tersebut. Material yang
dipergunakan pada bangunan ini hamper keseluruhan memakai kayu damar laut
dan kayu mahoni yang sudah sangat tua sekali, sedangkan kaki bangunan dan
tangga bangunan menggunakan semen yang diimpor langsung dari Belanda. Pada
bagian atap menggunakan atap genteng dan lantai Sebagian menggunakan
keramik. Rumah ini juga memiliki bunker di halamannya yang dulunya digunakan
untuk menjaga para tahanan.
Latar Belakang
Aceh ialah salah satu provinsi di Indonesia yang pernah
ditempati oleh Bangsa Belanda pada zaman penjajahan, karena
itu banyak sekali ditemukan peninggalan-peninggalan kolonial
yang masih tersisa sampai saat ini seperti bangunan. Istana
Kerajaan Sawang merupakan bangunan dari salah satu wujud
bentuk peninggalan kolonial Belanda di Provinsi Aceh.
Judul Penelitian
Identifikasi Langgam Arsitektur Kolonial Pada Bangunan
Peninggalan Kerajaan Sawang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
1. Apa karakteristik rumah kolonial
1. Untuk mengetahui karakteristik rumah
Belanda pada bangunan peninggalan kolonial Belanda pada bangunan
Kerajaan Sawang? peninggalan kerajaan Sawang.
2. Bagaimana langgam dan periodisasi 2. Untuk mengetahui langgam dan
arsitektur kolonial Belanda pada periodisasi Arsitektur kolonial Belanda
Bangunan peninggalan Kerajaan pada bangunan peninggalan kerajaan
Sawang? Sawang.
Studi Literatur
Manfaat Penelitian
- Definisi Identifikasi
- Arsitektur Kolonial Melalui penelitian ini diharapkan menjadi
Belanda di Indonesia salah satu literatur terhadap Identifikasi
arsitektur kolonial pada bangunan
peninggalan Kerajaan Sawang yang
dibangun oleh pemerintah Belanda.
Metodologi Penelitian
2.1 Identifikasi
“Identifikasi yakni penetapan atau penentu identitas orang, benda, dan
sebagainya,” menurut KBBI (2000:256). Secara umum, identifikasi adalah
proses pemberian label pada suatu barang-barang atau benda tertentu, dengan
tujuan membandingkan komponen A dengan komponen B atau komponen
lainnya, sehingga komponen tersebut dapat dikenali dan dipahami ketika
memasuki suatu objek tertentu. Sedangkan pengertian identifikasi dalam
penelitian ini ialah suatu proses mengindentifikasi langgam Arsitektur kolonial
yang terpakai di elemen arsitektur bangunan peninggalan era kolonial Belanda.
Menurut (Pratama et al., 2022) Identifikasi adalah proses pengenalan atau
penentuan suatu objek atau fenomena berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik
yang dimilikinya. Identifikasi dapat dilakukan pada berbagai bidang, seperti
pada bidang biologi, teknologi, dan arsitektur. Pada bidang arsitektur,
identifikasi dapat dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri atau karakteristik suatu
bangunan, seperti pada studi kasus arsitektur kolonial di Indonesia.
8
9
a. Bentuk
Arti umum kata-kata yang menunjukkan bilangan tertentu tetap
termasuk dalam konsep yang terhubung. Beda kata beda maknanya,
menurut pandangan dan pemikiran.
Kata-kata yang mempunyai makna kiasan menunjuk pada angka
tertentu, namun juga menunjukkan pemahaman bersama. arti kata bentuk
mempunyai pengertian yang berbeda, sesuai pandangan and
pengamatnya; ini jadi landasan pemahaman kita tentang realitas dan seni
dalam arsitektur.
Bentuk merupakan wujud lahiriah dari proses batin
pengorganisasian ruang. Prosedurnya didasarkan pada refleksi fungsi dan
upaya ekspresi diri. Bentuknya merupakan hasil tahap akhir dari proses
konstruksi yang sama. Benjemin Handler mengatakan bahwa suatu bentuk
ialah hasil kerja seluruh bagian-bagiannya, dan jumlah dari bagian-bagian
itu adalah bentuk itu sendiri (Sutedj, 1982). Membungkuk juga berarti
memperbaharui diri secara fisik sedemikian rupa sehingga dapat dinilai
dan berkarakter karena penggunaan tekstur yang dapat memberikan ilusi
tiga atau dua dimensi.
b. Fasade/ Tampak bangunan
10
c. Elemen Arsitektur
Dampak budaya Barat paling terlihat pada kolom-kolom
monumental bangunan yang lebih besar, yang mengingatkan kita pada
arsitektur klasik Yugoslavia dan Romawi. Pin yang disertakan berada di
tengah sempurna dan diapit oleh ventilasi udara di kedua sisi. Ciri khas
bangunan era kolonial meliputi pengerjaan kayu, ubin, batu, dan ornamen
berkualitas tinggi, yang semuanya dimaksudkan untuk menyampaikan
nilai-nilai budaya. Krier (2001) menjelaskan bahwa "elemen-elemen
pendukung paras bangunan" menjadi beberapa bagian, diantaranya :
1. Atap
11
Ada banyak jenis atap yang tersedia. Jenis lantai yang banyak
ditemui saat ini antara lain beton bergelombang atp datar dan perisai
atau pelana atp miring. Definisi umum dari "atap" adalah "ruang tidak
jelas", yang sering diubah fungsinya demi meningkatkan luas
bangunan secara keseluruhan. Atap artinya mahkota untuk bangunan
yang telah dibongkar hingga tiang dan komponen strukturnya, serta
sebagai bukti kegunaannya sebagai ungkapan kemakmuran dan rasa
syukur yang bersumber langsung dari bangunan itu sendiri.
Secara visual, atap adalah fasad bangunan, serta terkadang
disamarkan dengan loteng; namun, pergolakan kematian seorang atap
berasal dari pikiran manusia. Bagian ini diperlukan baik secara
fungsional maupun estetis karena setiap bangunan mempunyai
pondasi yang menjalin hubungan dengan tanah dan puncak yang
menunjukkan ujung bangunan pada bidang vertikal.
2. Pintu
Arah dan makna suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh pintu
yang ditempatkan disana. Ukuran pintu standar yang paling umum
adalah perbandingan 1:2 (satu banding dua) atau 1:3 (satu banding
tiga). dimensi pintu menunjukkan fungsinya; pintu sempit, misalnya,
bisa berfungsi sebagai pintu masuk ke ruangan pribadi. Skala manusia
tidak selalu bisa menentukan ukuran pintu. Pada bangunan berukuran
besar, ukuran jendela dan pintu biasanya disesuaikan dengan luas
sekitarnya.
Tujuan suatu ruangan atau bangunan dapat mempengaruhi
penempatan pintunya, bahkan dalam batas fungsional yang ketat, jika
ruang tersebut digunakan dengan cara yang mengedepankan
keselarasan geometris. Penting untuk memperhatikan rasio tinggi dan
lebar jendela dengan luas puing-puing di sisi bingkai jendela.
Penggunaan sistem proporsional yang memilih kedalaman pondasi
dan tinggi bangunan di atas elemen pintu dan jendela merupakan
suatu badan hukum. Sebagai alternatif, Anda dapat membuat relung-
12
artistik dasar suatu bangunan, dengan asal usul yang berbeda dalam
pemilihan bahan bangunan atau metode yang digunakan untuk
menyelesaikan dinding itu sendiri (misalnya dalam hal warna, tekstur,
dan teknologi). Permainan keterampilan di meja makan juga dapat
digunakan untuk membantu meningkatkan semangat kerja para
pekerja konstruksi.
Tabel 2. 1 Ciri-ciri gaya Arsitektur Indische empire style (Wulur et al., 2015)
pada atap
Contoh bangunan dari arsitektur transisi adalah bangunan lawing sewu yang
dibangun pada tahun 1904 dapat dilihat pada Gambar 2.2
Tabel 2. 3 Ciri-ciri dari gaya Arsitektur kolonial modern (Wulur et al., 2015)
Berikut adalah contoh bangunan kolonial modern dari google images yang diakses
pada tahun 2023:
18
arsitektur yang populer di Eropa Utara pada saat itu ke negara Indonesia yang
sedang berkembang pesat.
yang berbeda pada akhirnya memaksa para arsitek untuk mempromosikan cara berpikir
yang menjauhi alam dan malah mengandalkan maknanya.
antara Belanda dan Indonesia, dengan tambahan pengaruh lanskap dan iklim Aceh
yang unik.
1. Dormer
Dormer, juga dikenal sebagai asap cerobong, berfungsi sebagai overhang
atap dan overhang atap. Tempat tidur dormer digunakan sebagai tempat
penampungan darurat di Belgia. Contoh penggunaan dormer pada bangunan dapat
dilihat pada Gambar 2. 4 dibawah ini biasanya penggunaan Dormer dipadukan
dengan gable
Gambar 2. 10 Bentuk tower/menara pada bangunan Kantor Pos Besar Medan (Atika,
2016)
4. Geveltoppen
Geveltopen berbentuk segitiga dan terdapat dibagian depan rumah. Biasanya,
sepotong kayu berorientasi vertikal yang juga memiliki makna simbolis
digunakan untuk membuat sebuah hias. Oelebord/oelebert, digambarkan sebagai
dua ekor angsa yang menghadap ke belakang, mempunyai makna membawa
bintang senja atau penguasa suatu provinsi. Gaveltoppen ada beberapa bentuk
contohnya dapat dilihat pada Gambar 2. 11 serta contoh penggunaan
gaveltoppen pada bangunan lawang sewu dan ditantai dengan lingkaran merah
pada Gambar 2. 12
26
Gambar 2. 20 Cerobong Asap Semu pada Museum Fatahillah (Wardani & Isada,
2009)
9. Tympanum
Tympanum merupakan hiasan yang terdapatkan di bangunan berarsitektur
kolonial Belanda yang pada umumnya berbentuk segitiga dan setengah lingkaran
yang terletak di atas jendela, pintu, portico serta bentukan atap.Tympanum
muncul dimasa pra-kristen berupa; Lambang dari praKristen (dijadikan pohon
hayat, roda matahari, kepala kuda), pada masa Kristenan (lambang salib, gambar
hati, gambar jangkar), dan pada masa Roma Khatolik terdapat lambang (Miskelk
dan hostie) (Tutuko, 2003). Contoh tympanum dapat dilihat seperti Gambar 2. 21
dibawah ini dan contoh penggunaan tympanum pada interior bangunan kantor pos
medan bisa dilihat seperti Gambar 2. 22.
Gambar 2. 22 Bentuk tympanum pada bangunan Kantor Pos Besar Medan (Atika,
2016)
10. Cripedoma
Cripedoma merupakan trap-trap anak tangga yang terletak pada bagian depan
pintu masuk bangunan yang digunakan untuk naik menuju ke bangunan yang
dapat dilihat seperti Gambar 2. 23 dibawah ini dan gambar 2. 24 bangunan
kolonial dengan trap-trap anak tangga pada bagian depan pintu masuk.
Gambar 2. 28 Berbagai ragam kolom (Alim Saifulloh & Hanan Pamungkas, 2018)
Kambing bertanduk (lambing aries ram), yaitu ornament yang terbentuk dari
ikal-ikal sulur tumbuhan.
Gaya doric, kolom dengan gaya ini sesuai dengan jiwa militer bangsa doria,
sehingga cocok untuk dijadikan sebagai hiasan pada bangunan pemerintahan
dan penguasa.
Gaya ionic, kolom dengan gaya ini sesuai dengan bangsa ionia yang
mentukasi keserasian dan keindahan.
Gaya korinthia, kolom dengan gaya ini mengartikan kemewahan, kekayaan
dan kemakmuran.
Komposit, yaitu perpaduan antara ionic dan korinthia.
Pada Gambar 2.35 dapat dilihat contoh ragam hias pada tubuh bangunan
dengan motif kambing bertanduk dan pada Gambar 2.36 dapat dilihat contoh
penggunaan ragam hias pada tubuh bangunan Gedung London Sumatera yang
sudah ditandai dengan warna merah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang akan diteliti sehingga data yang diperoleh nantinya dapat dipertanggung
jawabkan.
1. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke
lapangan untuk melakukan observasi sistematis, melakukan pengukuran, serta
mengamati dan berinteraksi secara langsung dengan objek penelitian. Para ahli
melakukan survei komunitas mengenai respons terhadap reruntuhan arkeologi,
serta menganalisis bagaimana berbagai reruntuhan dapat dimanfaatkan.
2. Wawancara
Dengan mewawancarai dengan bertatap muka secara langsung antara
peneliti dengan masyarakat berpenghasilan rendah di lokasi penelitian. Peneliti
akan mewawancarai secara semi terstruktur yang dimana pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan kepada narasumber sudah disiapkan terlebih dahulu meskipun
demikian, pada pelaksanaannya akan disesuaikan dengan keadaan di lokasi.
3. Dokumentasi
Teknik untuk mendapat dan menyimpan data tambahan atau Dukungan data
dengan mengkategorikan informasi atau data yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti.
arsitektur 2. Tampak
3. Denah
4. Bahan Bangunan
5. Sistem Manajemen
Konstruksi
3. (Handinoto, 2010) Karakter Visual 1. Sebuah rap
Arsitektur Kolonial 2. Dinding Eksterior
3. Putu
4. Jendela
5. Kloom
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(a) (b)
Gambar 4. 2 (a) Peta Keude mane (b) Peta lokasi penelitian
Sumber: Google Earth, 2023
Gambar 4. 3 Kondisi terakhir istana kerajaan sawang di krueng mane, kec. Muara
batu, kab. Aceh utara
(https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumatera/sawang-kerajaan-
sumatera-prov-aceh/)
Bangunan ini juga dikatakan bangunan anti gempa karena selama kejadian
gempa yang sudah terjadi ketika rumah itu sudah ada tidak ditemukan bekas
kerusakan yang ditibulkan. Bangunan ini juga sempat digunakan sebagai tempat
penampungan bantuan kepada korban tsunami aceh di tahun 2005 Sekarang yang
mengelola rumah tersebut yaitu bapak Iskandar yang merupakan suami dari cucu
perempuan teuku luthan (anak terakhir dari Teuku Keujreun Ali).
46
Gaya Arsitektur bangunan ini adalah gaya Arsitektur transisi yang berlaku
dari tahun 1890 sampai dengan tahun 1915 M. Pembangunan bangunan ini
menggunakan konsep perancangan dengan mengintegrasikan desain kolonial
Belanda dengan adaptasi iklim Indonesia. Dibangun atas dasar kebutuhan pihak
Belanda agar mendapat legitimasi dan pengakuan dari masyarakat Sawang dan
memilih keturunan terakhir dari kerajaan Sawang yaitu Teuku Keujreun Ali
sebagai suksesor. dampak dari peristiwa tersebut, di tahun 1905 Ibukota Sawang
secara resmi dipindahkan ke Krueng Mane. Sekitaran tahun 1900-1905
pemerintah Belanda telah menyiapkan infrastruktur pada Krueng Mane serta pula
menyediakan sebuah rumah tetap istana resident (tempat tinggal uleebalang
Krueng Mane) dengan fasilitas lengkap untuk suksesor pemimpin baru Kerajaan
Sawang Teuku Keujreun Ali. pada tahun 1933 kekuasaan kerajaan beralih ke
tangan Teuku Loethan yang merupakan anak tertua dari Teuku Keujreun Ali,
Teuku Loethan menjabat menjadi uleebalang terakhir masa Kerajaan Sawang
pada Krueng Mane (1933-1954).
1. Denah
Denah adalah pemandangan dari atas suatu bangunan yang telah
dimiringkan secara horizontal dengan sudut 1 meter atau lebih dan
dikurangi tingginya dengan faktor 0.
Denah bangunan Istana kerajaan sawang ini memiliki 4 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga. Denah yang simetris dengan
48
2. Dinding Eksterior
Dinding eksterior merupakan bagian dari struktur bangunan yang
terletak pada luar bangunan serta berfungsi sebagai pelindung dari cuaca
dan lingkungan luar. Dinding eksterior bisa terbuat dari aneka macam
jenis bahan seperti beton, bata, kayu, serta lain-lain. Dinding eksterior
juga dapat mempunyai berbagai bentuk dan desain, seperti dinding
plester, dinding bata ekspos, dinding kayu, dan lain-lain.
Bangunan ini menggunakan ontruksi dinding pemikul, dinding
bermaterial kayu. Terdapat relief kayu pada area dinding depan. Secara
keseluruhan dinding bangunan ini menggunakan bahan material kayu.
54
jendela ini bermaterial kayu dan ada 13 buah jendela dengan tipe yang
sama pada bangunan ini, disisi depan terdapat tiga jendela, samping kiri
dan kanan ada tiga jendela, dan dibagian belakang ada enpat jendela.
Jendela ini memiliki dimensi Tinggi 200cm dan lebar 60cm di setiap
daun jendelanya.
Jendela jenis ini merupakan ciri gaya arsitektur transisi yang
mengikuti gaya arsitektur Barat (Belgia) dan Timur (Indonesia)
sebelumnya dan banyak digunakan pada awal abad ke-20.
Gambar 4. 17 Gambar jendela dan letak jendela (Gambar ulang dan dokumentasi,
2023)
5. Kolom
Kolom adalah suatu elemen struktur bangunan yang berfungsi
sebagai penyangga beban struktur di atasnya. Kolom biasanya terbuat
dari bahan beton atau baja dan memiliki bentuk silinder atau persegi.
Kolom dapat ditemukan pada berbagai jenis bangunan seperti gedung,
jembatan, dan rumah. Fungsi utama kolom adalah untuk menopang
beban struktur di atasnya dan mendistribusikan beban tersebut ke lantai
atau fondasi di bawahnya.
Bangunan ini terdapat kolom yang tidak berdiri sendiri tetapi
menyatu dengan dinding. Kolom berbentuk segi empat bermaterial kayu
57
yang dicat dengan warna krem dan tidak terdapat ornament pada kolom.
Perhatikan gambar tiap kolom sudah ditutupi oleh dinding luar dan
dalam, jadi kolom tidak terlihat secara langsung.
dekat pemukiman petani. Lantai rumah terbuat dari kayu atau papan dan
dilengkapi ijuk sebagai atapnya. Namun karena konflik sering terjadi, mereka
mulai membangun benteng. Hampir seluruh kota besar di Indonesia.
Di Krueng Mane terdapat sebuah bangunan tua peninggalan raja sawang yang
dibangun dengan gaya Arsitektur kolonial namun desainnya sudah beradaptasi
dengan iklim disekitar dengan menggunakan bahan material dari kayu. Gaya
kolonial bangunan ini termasuk dalam Arsitektur peralihan atau transisi yang
merupakan periode arsitek kolonial Belanda di Indonesia mulai tahun 1890 –
1905.
No Gambar dan Dokumentasi Foto Rumah Peninggalan Analisa Berdasarkan Gaya Arsitektur Peralihan/transisi
. Kerajaan Sawang.
1. Denah Simetri
Terdapat Ruang tengah (Central Room) sebagai ruang tamu dan
berhubungan dengan ruang keluarga.
2. Tampak Simetri
Kolom menyatu dengan dinding
Ada elemen tower di bagian atas atap yang berbentuk kerucut
Terjadi perubahan pada tampak akibat kerusakan pada saat
konflik dan saat terjadi bencana gempa dan tsunami di tahun
2004. Sebagian elemen seperti jendela, pintu, dan kanopi telah
Tampak Sebelumnya Tampak Sekarang hilang dan rusak karena kejadian tersebut.
61
62
No Gambar dan Dokumentasi Foto Rumah Peninggalan Analisa Berdasarkan Gaya Arsitektur Peralihan/transisi
. Kerajaan Sawang.
3. Menggunakan material beton pada struktur pondasi .
Material kayu pada jendela, pintu, dan juga dinding.
Penggunaan material kayu pada struktur kuda-kuda.
Bangunan didominasikan dengan material kayu.
2. Dinding Eksterior Dinding bagian luar dan dalam menggunakan material kayu.
Kontruksi dindidng pemikul.
Terdapan hiasan relief dari kayu pada dinding bagian depan di area
entrance.
Tipe 1 Tipe 2
2. Jendela Memanfaatkan salah satu jenis ubur-ubur yaitu kupu-kupu atau
krepyak yang berbentuk agar-agar dan ganda;
Menggunakan material kayu.
Sama seperti peringatan pintu, atau peringatan krem.
5.1 Kesimpulan
Bersadarkan hasil pembahasan dari penelitian yang dilakukan, dapat
diperoleh kesimpulan mengenai identifikasi langgam Arsitektur pada bangunan
peninggalan kerajaan sawang. Berdasarkan hasil dari identifikasi yang dilakukan,
bangunan istana kerajaan Sawang ini termasuk kedalam jenis langgam arsitektur
Peralihan atau transisi. Ini adalah perbandingan arsitektur kolonial dan tradisional
di Belgia.
66
67
5.2 Saran
Hasil penelitian yang bertajuk “Identifikasi langgam Arsitektur Kolonial
Pada Bangunan peninggalan Kerajaan Sawang” ini diharapkan dapat menjadi
sumber untuk mengetahui lebih jauh makna sejarah arsitektur kolonial di Aceh
Utara dan kota-kota lainnya.
Dan hadirnya penelitian ini dapat membuka mata kita akan pentingnya
mengetahui atau memiliki pengetahuan terhadap bangunan-bangunan bersejarah
yang ada di sekitar kita agar kita dapat mengapresiasi keberadaannya.
DAFTAR PUSTAKA
68
Alim Saifulloh, Y., & Hanan Pamungkas, J. (2018). Arsitektur Kolonial Gaya Empire Style
Di Kota Surabaya Tahun 1900-1942. Avatara, 6(3), 98–107.
Ashadi. (2016). Peradaban dan Arsitektur Modern. Jakarta: Arsitektur UMJ Press.
Atika, J. (2016). Kajian Interior Bangunan Pada Pt. Pos Medan. PROPORSI : Jurnal Desain,
Multimedia Dan Industri Kreatif, 2(1), 13–22.
https://doi.org/10.22303/proporsi.2.1.2016.13-22
Azahra, S., Larasati, N. P., Basri, D. M. E., & Rahardjo, A. H. (2023). Studi Karakteristik
Fasad Arsitektur Transisi pada Gereja di Jakarta. Arsitekta : Jurnal Arsitektur Dan Kota
Berkelanjutan, 5(01), 44–53. https://doi.org/10.47970/arsitekta.v5i01.410
Dafrina, A., Hassan, S. M., & Zahara, A. (2021). Identifikasi Langgam Gaya Arsitektur
Transisi/Peralihan Serta Karakter Visual Fasad Pada Arsitektur Peninggalan Kolonial Di
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Arsitekno, 8(2), 56.
https://doi.org/10.29103/arj.v8i2.4159
Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika, 21(1), 33–54.
https://doi.org/10.21831/hum.v21i1.38075
Hartono, S., & Handinoto, H. (2007). “the Amsterdam School” Dan Perkembangan
Arsitektur Kolonial Di Hindia Belanda Antara 1915-1940. DIMENSI (Journal of
Architecture and Built Environment), 35(1), 46–58.
https://doi.org/10.9744/dimensi.35.1.46-58
Ilman, N., & Mudhoofar. (2020). Karakteristik Langgam Arsitektur Kolonial Studi Kasus :
Gedung Balaikota Cirebon. Jurnal Arsitektur, 12(11), 23–26.
Pratama, N., Rahmadianto, S. A., & Nugroho, D. P. (2022). Perancangan Buku Fotografi
Arsitektur Kolonial Untuk Meningkatkan Daya Tarik Wisata Heritage Di Kota Malang.
69
Purnomo, H., Waani, J. O., & Wuisang, C. E. V. (2017). Gaya & Karakter Visual Arsitektur
Kolonial Belanda di Kawasan Benteng Oranje Ternate. Jurnal Media Matrasain, 14(1),
23–33. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/15443/14987
Sukarno, P. G., Antariksa, & Suryasari, N. (2014). Karakter Visual Fasade Bangunan
Kolonial Belanda. NALARs: Jurnal Arsitektur, 13(2), 99–112.
Tamimi, N., Fatimah, I. S., & Hadi, A. A. (2020). Tipologi Arsitektur Kolonial Di Indonesia.
Vitruvian Jurnal Arsitektur Bangunan Dan Lingkungan, 10(1), 45.
https://doi.org/10.22441/vitruvian.2020.v10i1.006
Tutuko, P. (2003). Ciri khas arsitektur rumah belanda (Studi Kasus Rumah Tinggal Di
Pasuruan). MINTAKAT Jurnal Arsitektur, 2(1), 1–14.
Wardani, L. K., & Isada, A. (2009). Gaya Desain Kolonial Belanda Pada Interior Gereja.
Dimensi Interior, 7(1), 52–64.
Wihardyanto, D., & Sudaryono, S. (2020). Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia Dalam
Konteks Sejarah Filsafat Dan Filsafat Ilmu. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, 7(1), 42.
https://doi.org/10.26418/lantang.v7i1.35500
Wulur, F. A., Kumurur, V. A., & Kaunang, I. R. B. (2015). Abstrak. Kota Manado adalah
salah satu kota yang dibangun oleh kolonial Belanda. Pusat kegiatan. Sabua, 7(1), 371–
382. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/SABUA/article/view/8279/7838