Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................ 3

C. TUJUAN ..................................................................................................................... 3

D. MANFAAT ................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A. ARSITEKTUR KOLONIAL DI INDONESIA ....................................................... 5

1. Pengertian Arsitektur Kolonial ............................................................................... 5


2. Arsitektur Kolonial Belanda ................................................................................... 5
3. Karakteristik Arsitektur Kolonial diIndonesia ....................................................... 6
B. PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MODERN ..................................................10

1. PERIODE I (1900 – 1929) ..................................................................................10


2. PERIODE II (1930-1939) ...................................................................................11
3. PERIODE III (1945 – 1958) ...............................................................................11
4. PERIODE III fase I (1949 – 1958) .....................................................................12
5. PERIODE III fase II (1958 – 1966) ....................................................................12

BAB III PENUTUP .............................................................................................................15

A. KESIMPULAN .......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................16

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, daninayah-Nya kepada kita, sehingga saya bisa selesaikan makalah ilmiah ini
mengenai ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA DAN
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MODERN.

Makalah ilmiah ini sudah selesai disusun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut
berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga saya bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang
baik dan benar.

Akhir kata saya meminta semoga makalah ilmiah tentang ARSITEKTUR


KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
MODERN ini bisa memberi manfaat utaupun inpirasi pada pembaca.

Kendari, Juli 2020

Muhammad Anggy Saputra

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kata arsitektur dalam bahasa Yunani ‟archi‟ yang berarti kepala, ketua dan tecton
yang berarti tukang, sehingga architecton berarti kepala tukang, merujuk kepada profesi,
kemahiran dan keahlian menukang dalam hal bangunan.Pekerjaan merancang dengan
memperhitungkan segala sesuatu yang berhubungan dengan rancang bangun, sehingga
menjadikan arsitektur sebagi ilmu pengetahuan yang menggabungkan seni dan teknologi.
Arsitektur adalah cerminan dari kebudayaan, oleh Karena itu, dari sebuah karya arsitektur,
kita dapat mengetahui latar belakang budaya satu bangsa.

Perkembangan karya arsitektur cukup beragam dan telah menghasilkan banyak karya
yang cukup representatif, misalnya memasukkan unsur desain arsitektur tradisional pada
bangunan modern. Dan Kecenderungan memakai kembali keunggulan strategi desain
arsitektur klasik yang kemudian menjadi inspirasi desain arsi- tektur modern adalah suatu
usaha untuk bertindak lebih baik terhadap lingkungan. Usaha ini mendukung untuk
menciptakan suatu desain yang baik di Indonesia, hal ini umumnya diterapkan pada
rancangan bangunan kantor pemerintah, yang merupakan salah satu usaha untuk
mengangkat karya arsitektur. Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya
mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dan lainya Dalam beberapa
kasus hal tersebut benar, namun arsi - tektur klasik juga banyak memiliki nafas modern dan
desain gedung yang rumit. Dalam beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga
tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan
Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat perkumpulan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Arsitektur Kolonial ?


2. Bagaimana Arsitektur Kolonial Belanda?
3. Bagaimana Karakteristik Arsitektur Kolonial diIndonesia?
4. Bagaimana Perkembangan Arsitektur Modern?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Arsitektur Kolonial.
2. Untuk mengetahui Arsitektur Kolonial Belanda.
3. Untuk mengetahui karakteristik Arsitektur Kolonial Belanda.
4. Untuk mengetahui perkembangan Arsitektur Modern.

3
D. MANFAAT

Manfaat yang dapat diambil dari mempelajari makalah ini adalah mengetahui dan
mengerti tentang Arsitektur Kolonial di Indonesia dan juga perkembangan pada Arsitektur
Modern.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. ARSITEKTUR KOLONIAL DI INDONESIA


1. PENGERTIAN ARSITEKTUR KOLONIAL

Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang


berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur Eropa ke dalam
komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara. Seiring
berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin dominan dan permanen hingga
akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan tipologi baru.

Semangat modernisasi dan globalisasi (khususnya pada abad ke-18 dan ke-19)
memperkenalkan bangunan modern seperti administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit
atau fasilitas militer. Bangunan – bangunan inilah yang disebut dikenal dengan bangunan
kolonial.

2. ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA

Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia mengalami pengaruh Occidental (Barat)


dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam tata kota dan bangunan. Para pengelola kota
dan arsitek Belanda banyak menerapkan konsep lokal atau tradisional Belanda didalam
perencanaan dan pengembangan kota, permukiman dan bangunan-bangunan.

Adanya pencampuran budaya, membuat arsitektur kolonial di Indonesia menjadi


fenomena budaya yang unik. Arsitektur kolonial di berbagai tempat di Indonesia apabila
diteliti lebih jauh, mempunyai perbedaan-perbedaan dan ciri tersendiri antara tempat yang
satu dengan yang lain.

Arsitektur kolonial sendiri merupakan arsitektur yang dibangun selama masa kolonial,
ketika Indonesia menjadi negara jajahan bangsa Belanda pada tahun 1600-1942, yaitu 350
tahun penjajahan Belanda di Indonesia.

Gaya desain Kolonial adalah gaya desain yang berkembang di beberapa negara di
Eropa dan Amerika. Dengan ditemukannya benua Amerika sekitar abad 15-16, menambah
motivasi orang-orang Eropa untuk menaklukkan dan menetap pada “dunia baru”, yaitu
daerah yang mereka datangi dan akhirnya dijadikan daerah jajahan. Motivasi mereka
menjelajah samudra bervariasi, dari meningkatkan taraf hidup sampai membawa misi untuk
menyebarkan agama. Selain itu juga tersimpan sedikit hasrat untuk memperoleh pengalaman
dan petualangan baru.

Arsitektur kolonial menyiratkan adanya akulturasi diiringi oleh proses adaptasi antara
dua bangsa berbeda. Proses adaptasi yang dialami oleh dua bangsa terbentuk dengan apa
yang dinamakan arsitektur kolonial. Hal ini mencakup penyelesaian masalah-masalah yang
berhubungan dengan perbedaan iklim, ketersediaan material, cara membangun, ketersediaan
tenaga kerja, dan seni budaya yang terkait dengan estetika. Ditinjau dari proses akulturasi

5
yang terjadi, terdapat dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya arsitektur kolonial
Belanda, yaitu faktor budaya setempat dan faktor budaya asing Eropa atau Belanda.

Arsitektur kolonial lebih banyak mengadopsi gaya neo-klasik, yakni gaya yang
berorientasi pada gaya arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Ciri menonjol terletak pada
bentuk dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik (cripedoma). Kolom-kolom dorik, ionik
dan corinthian dengan berbagai bentuk ornamen pada kapitalnya. Bentuk pedimen, yakni
bentuk segi tiga berisi relife mitos Yunani atau Romawi di atas deretan kolom. Bentuk-
bentuk tympanum (konstruksi dinding berbentuk segi tiga atau setengah lingkaran) diletakkan
di atas pintu dan jendela berfungsi sebagai hiasan.

Arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan
Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa
Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan. Arsitektur yang hadir
pada awal masa setelah kemerdekaan sedikit banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial
disamping itu juga adanya pengaruh dari keinginan para arsitek untuk berbeda dari arsitektur
kolonial yang sudah ada.

Arsitektur klonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland
tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni fasad simetris, material dari batu bata atau kayu tanpa
pelapis, entrance mempunyai dua daun pintu, pintu masuk terletak di samping bangunan,
denah simetris, jendela besar berbingkai kayu, terdapat dormer (bukaan pada atap).

Arsitektur kolonial adalah arsitektur cangkokan dari negeri induknya Eropa kedaerah
jajahannya, Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang dikembangkan di
Indonesia, selama Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda sekitar awal abad 17 sampai
tahun 1942.

Eko Budihardjo, menjelaskan arsitektur kolonial Belanda adalah bangunan


peninggalan pemerintah kolonial Belanda seperti benteng Vastenburg, Bank Indonesia di
Surakarta dan masih banyak lagi termasuk bangunan yang ada di Karaton Surakarta dan Puri
Mangkunegaran.

Kartono, mengatakan bahwa sistem budaya, sistem sosial, dan sistem teknologi dapat
mempengaruhi wujud arsitektur. Perubahan wujud arsitektur dipengaruhi oleh banyak aspek,
akan tetapi perubahan salah satu aspek saja dalam kehidupan masyarakat dapat
mempengaruhi wujud arsitektur.

Arsitektur kolonial Belanda merupakan bangunan peninggalan pemerintah Belada dan


bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang merupakan aset besar dalam perjalanan sejarah
bangsa.

3. KARAKTERISTIK ARSITEKTUR KOLONIAL DI INDONESIA

Model bangunan kolonial banyak dijumpai di berbagai kota di Indonesia khususnya di


kota-kota yang pernah dijajah oleh Belanda seperti Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Semarang,
Malang dan lainnya. Model bangunan berarsitektur kolonial ini disebut juga dengan The
Empire Style/The Dutch Colonial. Model bangunan tersebut tidak hanya dijumpai pada
bangunan hunian saja tetapi juga pada model bangunan pemerintahan seperti kantor, stasiun,

6
rumah peribadatan, contohnya yaitu Museum Fatahillah Jakarta, Stasiun Kota Jakarta,
Museum bank Mandiri Jakarta, dan Gedung Sate Bandung.
Salah satu contoh bangunan model kolonial di Indonesia :
Museum Fatahillah

Keberadaan bangunan berarsitektur kolonial ini merupakan salah satu konsep perencanaan
kota kolonial yang dibangun oleh Hindia Belanda yaitu perpaduan model bangunan Belanda
dengan teknologi bangunan daerah tropis.

Model bangunan berarsitektur Kolonial ini memiliki kekhasan bentuk bangunan terutama
pada fasade bangunannya. Diantara ciri-ciri bangunan Kolonial yaitu:

1. Penggunaan gewel (gable) pada fasade bangunan yang biasanya berbentuk segitiga.

7
2. Penggunaan tower pada bangunan.
3. Penggunaan dormer pada atap bangunan yaitu model jendela atau bukaan lain yang
letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri.
4. Model denah yang simetris dengan satu lantai atas.
5. Model atap yang terbuka dan kemiringan tajam.
6. Mempunyai pilar di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas bergaya
Yunani.
7. Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah.
8. Model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun jendela), dan
tanpa overstek (sosoran).

Model bangunan kolonial tersebut banyak dijumpai sampai saat ini, tetapi yang
terawat hanya sebagian dan sebagian yang lain hampir musnah dimakan jaman, bahkan
terlantar karena ditinggalkan pemiliknya. Diantara model bangunan-bangunan kolonial
tersebut banyak bangunan kolonial yang memiliki nilai sejarah/historis tinggi.

Maka dari itu, bangunan tersebut harus dipertahankan dan dipelihara keberadaannya
karena merupakan salah satu asset peninggalan yang bisa menjadi bukti sejarah bagi bangsa
Indonesia. Oleh karena itu dengan dikeluarkannya peraturan tentang konservasi terhadap
bangunan yang bersejarah, diharapkan bangunan tersebut tidak tergusur oleh jaman.

4. ALIRAN YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ARSITEKTUR


KOLONIAL DI INDONESIA
- Gaya Neo Klasik (the Empire Style / the Dutch Colonial Villa) (tahun 1800)
Ciri – Ciri dan Karakteristik :
a) Denah simetris penuh dengan satu lanmtai atas dan ditutup dengan atap perisai.
b) Temboknya tebal.
c) Langit – langitnya tinggi.
d) Lantainya dari marmer.
e) Beranda depan dan belakang sangat luas dan terbuka
f) Diujung beranda terdapat barisan pilar atau kolom bergaya Yunani (doric, ionic,
korinthia)
g) Pilar menjulang ke atas sebagai pendukung atap
h) Terdapat gevel dan mahkota diatas beranda depan dan belakang
i) Terdapat central room yang berhubungan langsung dengan beranda depan dan
belakang, kiri kananya terdapat kamar tidur
j) Daerah servis dibagian belakang dihubungkan dengan rumah induk oleh galeri.
Beranda belakang sebagai ruang makan
k) Terletak ditanah luas dengan kebun di depan, samping dan belakang.

- Bentuk Vernacular Belanda dan Penyesuaian Terhadap Iklim Tropis (sesudah tahun
1900)
Ciri dan karakteristik :
a) Penggunaan gevel(gable) pada tampak depan bangunan
b) Penggunaan tower pada bangunan
c) Penggunaan dormer pada bangunan

8
Beberapa penyesuaian dengan iklim tropis bsaah di Indonesia:
a) Denah tipis bentuk bangunan rampingBanyak bukaan untuk aliran udara
memudahkan cross ventilasi yang diperlukan iklim tropis basah
b) Galeri sepanjang bangunan untuk menghindari tampias hujandan sinar matahari
langsung
c) Layout bangunan menghadap Utara Selatan dengan orientasi tepat terhadap sinar
matahari tropis Timur Barat

- Gaya Neogothic ( sesudah tahun 1900)


Ciri-ciri dan karakteristik:
a) Denah tidak berbentuk salib tetapi berbentuk kotak
b) Tidak ada penyangga( flying buttress)karena atapnya tidak begitu tinggi tidak runga
yang dinamakan double aisle atau nave seperti layaknya gereja gothic
c) Disebelah depan dari denahnya disisi kanan dan kiri terdapat tangga yang dipakai
untuk naik ke lantai 2 yang tidak penuh
d) Terdapat dua tower( menara ) pada tampak mukanya, dimana tangga tersebut
ditempatkan dengan konstruksi rangka khas gothic
e) Jendela kacanya berbentuk busur lancip
f) Plafond pada langit-langit berbentuk lekukan khas gothic yang terbuat dari besi.

- Nieuwe Bouwen / International Style( sesudah tahun 1900-an)


Ciri-ciri dan karakteristik :
a) Atap datar
b) Gevel horizontal
c) Volume bangunan berbentuk kubus
d) Berwarna putih

- Nieuwe Bouwen / International Style di Hindia Belanda mempunyai 2 aliran utama ;


A. Nieuwe Zakelijkheid
Ciri-ciri dan karakteristik ; Mencoba mencari keseimbangan terhadap garis dan massa
Bentuk-bentuk asimetris void saling tindih ( interplay dari garis hoeizontal dan vertical)
Contoh ; Kantor Borsumij ( GC. Citroen)
B. Ekspresionistik
Ciri-ciri dan karakteristik ; Wujud curvilinie Contoh : villa Isola ( CP.Wolf ), Hotel Savoy
Homann AF aalbers
- Art Deco
Ciri – ciri dan karakteristik :
a) Gaya yang ditampilkan berkesan mewahdan menimbulkan rasa romantisme
b) Pemakaian bahan – bahan dasar yang langka serta material yang mahal
c) Bentuk massif
d) Atap datar
e) Perletakan asimetris dari bentukan geometris, dan Dominasi garis lengkung plastis.

9
B. PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MODERN
Arsitektur modern mulai berkembang sebagai akibat adanya perubahan dalam
teknologi ,sosial, dan kebudayaan yang dihubungkan dengan Revolusi Industri (1760–1863).
Pada umumnya perubahan-perubahan di dalam bidang arsitektur selalu didahului dengan
perubahan dalam masyarakat karena itulah Revolusi Industri juga berakibat pada perubahan
dalam masyarakat yang mempengaruhi timbulnya arsitektur modern yaitu:
1. Perubahan dalam bidang teknologi bangunan terutama dalam bidang konstruksi /
struktur bangunan (1775 – 1939).
2. Pada perkotaan atau perkembangan kota-kota (1800 – 1909).
3. Perubahan dalam kebudayaan yang menyangkut gaya neoklasik (1750 – 1900).
Adapun tenggang waktu berkembangnya arsitektur modern yaitu sebagai berikut:

1. PERIODE I (1900 – 1929)


Mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi sejumlah pertentangan dalam
dunia Arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen yang dilakukan
oleh perorangan maupun kelompok, Eksperimen tersebut, diungkapkan sebagai sebuah
pertentangan yang mana dibutuhkan 40 tahun untuk mengubah Arsitektur menjadi sekarang
apa yang dikenal sebagai Arsitektur Modern. Hal yang menjadi Pertentangan tersebut antara
lain : Arsitektur sebagai art vs Arsitektur sebagai science, Arsitektur sebagai form vs
Arsitektur sebagai space, Arsitektur sebagai craft vs Arsitektur sebagai assembly dan
Arsitektur sebagai karya manual vs Arsitektur sebagai karya machinal.
Arsitektur modern Mulai menonjol setelah PD I (1917) bersamaan dangan hancurnya
sarana, prasarana dan ekonomi. Konsep ruang arsitektur sebelumnya dititik beratkan hanya
pada kegiatan, emosi & kemulyaan, maka pada masa ini faktor terbentuknya ruang juga
ditunjang faktor komposisi, rasio, dimensi manusia. Mulai berkembang konsep “free plan”,
atau “universal plan”, yaitu ruang yang ada dapat dipergunakan unt berbagai macam aktifitas,
ruang dapat diatur fleksibel dan dapat digunakan fungsi apa saja. “Typical Concept” mulai
berkembang yaitu ruang- ruang dibuat standar dan berlaku universal.
Penggunaan konsep ekonomis mulai ditrapkan. Efisiensi dalam penggunaan bahan
mulai Nampak yaitu terlihat dengan munculnya bentuk bentuk kubus, terutama pada
bangunan bertingkat tinggi antara (arsitektur “kotak korek” dengan menggunakan struktur
beton dan baja). Konsep “Open Space” Nampak dengan menggunakan jendela kaca yang
lebar dan menerus.
Pemakaian bahan terutama “baja, beton dan kaca” dengan bentuk polos. Ornamen
dianggap sebagai suatu kejahatan. Arsitektur modern berarti putusnya hubungan dengan
sejarah dan daerah. Selalu ingin universal (karena industri, ilmu pengetahuan dan teknologi
yang juga bersifat universal) dan juga manusianya. (gaya universal sebagai international
style). Pada bulan September 1930 telah diadakan suatu konggres oleh CIAM (Congres
Internationaux d‟Architecture Moderne) yang hasilnya adalah : Arsitektur modern adalah
pernyataan jiwa dari suatu masa, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan
ekonomi yg ditimbulkan zaman mesin. Yaitu dg dengan menjari keharmonisan dari
elemenelemen modern serta mengembalikan arsitektur pada bidangnya (ekonomi, sosiologi,
dan kemasyarakatan) yg secara keseluruhan siap melayani umat manusia. Konsep baru dan

10
sangat mendasar dari arsitektur modern antara lain adalah FORM FOLLOWS FUNCTION
yang dikembangkan oleh Louis Sullivan (Chicago), dengan beberapa ciri sebagai berikut:
1. Ruang yang dirancang harus sesuai dengan fungsinya.
2. Struktur hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus dengan bentukan masa lampau
(tanpa ornamen).
3. Bangunan tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki.
4. Fungsi sejalan/menyertai dengan wujud.
Tokoh pada periode I ini antara lain adalah:
1. Louis Sullivan.
2. Frank Lloyd Wright
3. Le Corbusier
4. Walter Gropius
5. Ludwig Mies van de Rohe

2. PERIODE II (1930-1939).
Pada periode II perkembangan arsitektur modern sudah sampai di seluruh Eropa,
Amerika dan Jepang, yg mana masing-masing daerah mempunyai perbedaan iklim, keadaan
tanah, corak tradisi, yang bisa mempengaruhi apresiasi bentuknya. Perkembangan metode
hubungan ruang, bentuk, bahan dan struktur tidak lagi bersifat universal, akan tetapi
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tempat dimana bangunan itu didirikan,
mempunyai hubungan erat dengan spesivikasi kedaerahan dan keregionalan.Karakteristik
bentuk dan tampilan dengan gaya International Style atau Universal Style dari arsitektur
modern pada peride ini diwarnai oleh tipe-tipe tampilan baru, yaitu tampilan dengan –
memperhatikan penggunaan bahan-bahan local / setempat.
Pada prinsipnya arsitektur merupakan perpaduan antara keahlian, perkembangan
teknologi, industri serta seni dengan faham kedaerahan (manusia dan lingkungan) dengan
tidak mengurangi rasa kesatuan yang disebut kemanusian, akal dan seni dari arsitektur
modern. Hal ini adalah merupakan keberanian untuk menyalahi zamannya. Hanya dengan
perencanaan yang obyektif dan ketelitian dalam penampilan bahan-bahan asli, maka bahaya
gagalnya perancangan dapat dihindari, namun demikian karya seperti ini masih banyak
dikritik dan disalah artikan.
Tokoh arsitektur yang menonjol pada Periode II ini adalah:
1. Alvar Aalto
2. Arne Jacobsen
3. Oscar Niemeyer.
Tokoh-tokoh pada Periode I juga berkarya dengan tetap atau terpengaruh oleh
pemikiran Periode II, demikian juga pada periode selanjutnya.

3. PERIODE III (1945 – 1958)


Perang Dunia II (1941 – 1945) menimbulkan kerusakan pada gedung-gedung dan
rumah tinggal, menyebabkan faktor-faktor kebutuhan manusia akan rumah tinggal dan
gedung-gedung menjadi latar belakang pada periode ini. karena kerusakan akibat perang

11
tersebut perlu dibangun kembali , maka usaha untuk mempercepat pembangunan antara lain
dengan fabrikasi komponen bangunan yang lebih ekonomis dan rasional sesuai dengan tujuan
Revolusi Industri . Konsekuensi dari pandangan tersebut antara lain ornamen dianggap
sebagai suatu kejahatan dan klassisme baru yang pernah diapakai oleh kaum fasis dan nazi
menjadi simbol negatif dan perlu ditolak.

4. PERIODE III fase I (1949 – 1958).


Pada periode ini penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi, perancangan
tidak hanya mempertimbangkan bagian dalamnya saja, tetapi juga hubungannya dengan
keadaan lingkungan di mana bangunan tersebut akan berdiri (misalnya : iklim).
Bangunan yang ercipta mencerminkan suatu dialogi dengan teknologi, hal ini terlihat
dari penggunaan produk baru, seperti; baja, alumunium, metal, beton pracetak. Yang
penggunaannya dapat dibagi menjadi dua prinsip dasar yang berbeda yaitu:
- Dilihat dari segi keindahan eksterior dan interior (estetika).
- Dilihat dari metode produksi (efisiensi).
Ciri-ciri lain pada bangunan masa ini adalah:
1. Penggunaan bidang kaca yang lebar.
2. Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi secara industrial.
3. Permukaan bangunan mulai agak kasar. (menjurus ke brutalisme).
4. Sistem “cantilever” dengan tujuan untuk mendapatkan lantai lebih luas.
Ada 5 aliran yang berkembang pada masa ini (1950an):
1. Aliran “penyederhanaan bentuk” (minimalism), di dalam kesederhanaan berusaha
mencapai efek yang kaya. Bentuknya lurus-lurus hampir sama untuk berbagai jenis
bangunan. ( tokohnya : Mies-van de Rohe).
2. Aliran “bentuk sesuai dengan fungsi dan bahan”, bila ada bagian yang perlu
ditonjolkan akan dibuat menonjol, sehingga ada variasi pada bentuk masanya. Aliran
ini bentuknya lebih plastis dibandingkan aliran di atas. (tokohnya: Alvar Aalto).
3. Aliran “pernyataan bentuk melalui struktur” (experimental structure), bentuk terlahir
dari permainan gaya-gaya struktural, sehingga tercipta bangunan yang istimewa
bentuknya dan berskala besar.(tokohnya: Eero Saarinen).
4. Aliran “organik” (organic architecture), berusaha menghubungkan alam dan
lingkungan ke dalam pemecahan masalah arsitektural (tokohnya: Frank Lloyd
Wright).
5. Aliran “perubahan sikap terhadap zaman yang lampau”, menggunakan kembali
langgam- langgam dari masa lalu yang sudah dipermodern dan disederhanakan.
(tokohnya : Minoru Yamasaki).

5. PERIODE III fase II (1958 – 1966).


Setelah mengalami beberapa variasi sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan
pandangan-pandangan pada fase I dan periode sebelumnya. Pada fase ini timbul dua aliran
yang menonjol di Eropa dan Amerika yaitu:

12
1. Aliran “Brutalisme”, berasal dari beton brut (beton telanjang), yang dipakai oleh Le
Corbusier pada bangunan Unite d‟Habitation di Marseilles. Bangunan yang dibuat
dengan gaya seperti ini, yaitu menggunakan bahan bangunan yang kasar, seperti beton
expose, batu bata kasar dan bahan lain yang sejenis termasuk di dalam aliran ini.
Brutalisme mengalami dua fase, yaitu:

- Brutalisme dalam artian sempit dalam lingkungan Smitthsons (Inggris), lebih


mementingkan etika dari pada estetika.
- Internasional Brutalisme, disini lebih bertujuan pada estetika.
Brutalisme memulai suatu perancangnan dari kumpulan ruang yang kecil dan terpisah
serta dihubungkan dengan elemen-2 fungsional yang bebas dan dengan indah dikembangkan
ketika bergabung bersama. Bentuk keseluruhan dari bangunan merupakan faktor yang
menentukan, tetapi bagian-bagian individual dinyatakan dengan tegas dan teliti. (tokohnya:
Le Corbusier, Paul Rudolph, Michael Kallmenn, Eero Sarine, Kenzo Tange, Stubbin).
2. Aliran “Formalisme” ,perancangan bangunan berdasarkan segi estetika, lebih
menonjolkan bentuk bangunan. Penampilan dipengaruhi oleh faktor emosi dan
perasaan dari arsitek, fungsi dinomer duakan, bentuk luar tidak sesuai dengan
fungsinya. Slogan “Form follows function” dirubah menjadi “Form evokes function”
(bentuk menciptakan fungsi), bentuk adalah merupakan titik tolak perancangan.
Formalisme dipengaruhi aliran lainnya:
- Formalisme vs Brutalisme; bertitik tolak pemikiran yang sama yaitu technical
excellence, kekuatan teknik sebagai suatu cara untuk mencapai keindahan ideal. (Paul
Rudolph).
- Formalisme vs Neo-Historisme; ditrapkan bentuk-bentuk masa lampau yang
tujuannya untuk mencapai estetika, perletakan masa simetris, ada plaza di tengah dan
penyusunan ruangnya sama dengan masa abad XIX.
Faham dan aliran yang berkembang pada arsitektur modern memang banyak, namun
perbedaannya sangat tipis. Dan sering perbedaan ini lebih banyak disebabkan oleh penekanan
permasalahan yang berbeda, sedangkan inti permasalahannya sama, yaitu ingin menciptakan
arsitektur yang efisien.
Setelah berjalan beberapa lama, maka arsitektur modern dapat disimpulkan
mempunyai ciri sebagai berikut:
- Terlihat mempunyai keseragaman dalam penggunaan skala manusia.
- Bangunan bersifat fungsional, artinya sebuah bangunan dapat mencapai tujuan
semaksimal mungkin, bila sesuai dengan fungsinya. - Bentuk bangunan sederhana dan
bersih yang berasal dari seni kubisme dan abstrak yang terdiri dari bentuk-bentuk
aneh, tetapi intinya adalah bentuk segi empat.
- Konstruksi diperlihatkan. - Pemakaian bahan pabrik yang diperlihatkan secara jujur,
tidak diberi ornamen atau ditempel - tempel. - Interior dan eksterior bangunan terdiri
dari garis-garis vertikal dan horisontal. - Konsep open plan, yaitu membagi dalam
elemen-elemen struktur primer dan sekunder, dengan tujuan untuk mendapatkan
fleksibelitas dan variasi di dalam bangunan.
Karakter arsitektur modern, menurut Bruno Taut:

13
- Bangunan mencapai kegunaan semaksimal mungkin, menjadi syarat utama dari
bangunan.
- Material dan sistem bangunan yang digunakan ditempatkan sesudah syarat di atas.
- Keindahan tercapai dari hubungan langsung antara bangunan dan kegunaannya,
ketepatan penggunaan material dan keindahan sistem konstruksi.
- Esteika dari arsitektur baru tidak mengenal perbedaan antara depan dengan belakang,
facde dengan rencana lantai, jalan dengan halaman dalam; tidak ada detail yang
berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian yang diperlukan bagi keseluruhan.
- Pengulangan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindarkan, tetapi
merupakan alat yang penting dalam ekspresi artistik.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu :

1. Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang


berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur Eropa
ke dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di
nusantara. Seiring berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin
dominan dan permanen hingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan
tipologi baru.

2. Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia mengalami pengaruh Occidental (Barat)


dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam tata kota dan bangunan. Para
pengelola kota dan arsitek Belanda banyak menerapkan konsep lokal atau tradisional
Belanda didalam perencanaan dan pengembangan kota, permukiman dan bangunan-
bangunan.

3. Model bangunan kolonial banyak dijumpai di berbagai kota di Indonesia khususnya di


kota-kota yang pernah dijajah oleh Belanda seperti Surabaya, Jakarta, Yogyakarta,
Semarang, Malang dan lainnya. Model bangunan berarsitektur kolonial ini disebut
juga dengan The Empire Style/The Dutch Colonial. Model bangunan tersebut tidak
hanya dijumpai pada bangunan hunian saja tetapi juga pada model bangunan
pemerintahan seperti kantor, stasiun, rumah peribadatan, contohnya yaitu Museum
Fatahillah Jakarta, Stasiun Kota Jakarta, Museum bank Mandiri Jakarta, dan Gedung
Sate Bandung.

4. Arsitektur modern mulai berkembang sebagai akibat adanya perubahan dalam


teknologi ,sosial, dan kebudayaan yang dihubungkan dengan Revolusi Industri (1760–
1863).

5. Adapun tenggang waktu berkembangnya arsitektur modern yaitu sebagai berikut:


1. PERIODE I (1900 – 1929)
2. PERIODE II (1930-1939).
3. PERIODE III (1945 – 1958)
4. PERIODE III fase I (1949 – 1958).
5. PERIODE III fase II (1958 – 1966).

15
DAFTAR PUSTAKA

https://dheavours.wordpress.com/2015/06/11/arsitektur-kolonial/

https://www.google.com/search?q=Museum+Fatahillah&safe=strict&sxsrf=ALeKk03UctmQYqHiCDq
NOWHZVd1-
bNEexQ:1594371488160&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiygcTRqMLqAhU673MBHTvS
BuwQ_AUoAXoECB0QAw&biw=1366&bih=657#imgrc=0sA10yFuP5344M&imgdii=8mbjACZbFM4i8M

http://miasiibungsu.blogspot.com/2013/05/periode-perkembangan-sejarah-
arsitektur.html#:~:text=Arsitektur%20modern%20mulai%20berkembang%20sebagai,Industri%20(%2
01760%20%E2%80%93%201863%20)%20.&text=Perubahan%20dalam%20bidang%20teknologi%20b
angunan,bangunan%20(1775%20%E2%80%93%201939).

http://rurucoret.blogspot.com/2008/12/architecture-modern.html

16

Anda mungkin juga menyukai