Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL TUGAS AKHIR TEKNIK ARSITEKTUR

GALERI ARSITEKTUR DI KOTA PALU

Diajukan Sebagai
Proposal Tugas Akhir Program S-1
Teknik Arsitektur

Disusun Oleh :
Fahry Saputra Asdar
Stb. F221 16 045

Dibimbing Oleh :
Dr. Ir. Ahda Mulyati, MT
NIP. 19600710 198903 2 001

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul
“Galeri Arsitektur di Kota Palu” sebagai syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir
Program studi S1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tadulako.

Melalui kesempatan ini, saya selaku penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Eng. Andi Rusdin, S.T., M.T., M.Sc selaku Dekan Fakultas Teknik
2. Dr. Ir. Fuad Zubaidi, S.T., M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur
3. Dr. Muhammad Bakri, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Arsitektur
4. Dr. Ir. Ahda Mulyati, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Penulis yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
petunjuk, arahan, dan saran pada penulis
Penulis menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini masih jauh dari kata
sempurna. Namun demikian masukan, kritik, dan saran yang bertujuan untuk
memperbaiki sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan Proposal Tugas Akhir
ini. Harapan terbesar dari penulis, kiranya penulisan ini dapat memberikan manfaat yang
berarti bagi semua pihak. Amin

Palu, Agustus 2021

Fahry. S. Asdar

(Stb. F221 16 045)


DAFTAR ISI

PROPOSAL TUGAS AKHIR TEKNIK ARSITEKTUR..................................................1


KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I.................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................6
1.3 TUJUAN DAN SASARAN............................................................................6
1.4 LINGKUP PEMBAHASAN...........................................................................7
1.5 MANFAAT PENELITIAN.............................................................................7
BAB II................................................................................................................8
2.1 PENGERTIAN GALERI ARSITEKTUR............................................................8
2.2 SEJARAH GALERI......................................................................................9
2.3 FUNGSI GALERI.......................................................................................10
2.4 TIPE GALERI............................................................................................13
2.5 LINGKUP KEGIATAN GALERI....................................................................15
2.6 MACAM SENI DALAM ARSITEKTUR.........................................................16
BAB III.............................................................................................................21
3.1 METODE PENELITIAN..............................................................................21
3.2 SISTEMATIKA DAN KERANGKA PENULISAN.............................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kota Palu adalah ibukota Sulawesi Tengah, yang merupakan pusat
berbagai macam kegiatan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Letaknya yang
berada dijantung Sulawesi menjadikan Kota Palu memiliki penduduk yang
heterogen yang berasal dari berbagai suku di Sulawesi, seperti Bugis, Toraja dan
Mandar yang merupakan penduduk asli Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Ada pula Gorontalo, Manado, Jawa, Arab, Tionghoa, dan Kaili. Kaili merupakan
suku terbesar di Sulawesi Tengah.

Keberagaman suku ini telah melahirkan berbagai macam perkembangan


di Kota Palu terutama dibidang Arsitektur. Arsitektur kaili menjadi salah satu
peninggalan arsitektur tradisional yang paling populer di Kota Palu, secara umum
karakter arsitektur Kaili mempunyai beberapa kemiripan dan ikatan benang
merah dengan beberapa bangunan arsitektur vernakular dibeberapa daerah,
bangunan bangunan suku kaili berupa : rumah tinggal(banua mbaso/Sapo
Oge/Banua Magau/Kataba/Tinjai Kanjai) rumah tempat ibadah(Masigi), gampiri
dan baruga. Bangunan khas kaili ini juga telah menjadi peninggalan sejarah suku
kaili. Peninggalan Arsitektur yang berada di Kota Palu ini memiliki makna yang
penting. Karya – karya arsitektur ini adalah saksi dan bukti sejarah
perkembangan arsitektur di Kota Palu dari masa ke masa.

Perkembangan yang terus menerus ini membawa karya arsitektur ke arah


modern, dengan gaya yang semakin beragam dan ditunjang dengan
perkembangan teknologi, hasil yang ditampilkan semakin unik dan beragam.
Keunikan dan nilai seni yang terkandung pada karya – karya arsitektur tersebut
memunculkan pemahaman bahwa karya arsitektur juga dapat dikategorikan
sebagai salah satu karya seni karna mengandung unsur metafora, perumpamaan,
keindahan, serta elemen – elemen artistik lainnya. Disisi lain, untuk memahami
suatu karya arsitektur itu tidak cukup hanya memahami dari sisi luar bangunan,
tetapi juga harus memahami bagaimana karya arsitektur itu terbentuk.

Melihat fenomena diatas, maka timbul pemikiran perlu adanya suatu


wadah atau Lembaga yang dapat digunakan sebagai tempat untuk melestarikan,
menjaga, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan karya arsitektur yang
ada, dalam hal ini khususnya di Kota Palu, sarana tersebut haruslah edukatif.
Disisi lain karena memiliki nilai seni maka saran aitu juga harus bersifat rekreatif
dan menyenangkan, agar dapat menarik minat masyarakat yang datang serta
menunjang kemampuan pengamatan dan daya imajinasi bagi yang melihatnya.

Berdasarkan pemikiran diatas maka konsep berupa sebuah galeri dirasa


tepat untuk mengkomunikasikan suatu karya arsitektur. Sebuah galeri, seperti
juga sebuah museum memiliki nilai edukatif, namun tidak terlalu intens seperti
museum, sehingga pengunjung serta kegiatan – kegiatan lain yang terkait dapat
dilakukan dengan lebih fleksibel.

Diharapkan dari Galeri Arsitektur di Kota Palu ini selain sebagai sarana
untuk melestarikan, menjaga, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan
karya arsitektur yang ada di Kota Palu, juga dapat mendorong ketertarikan
masyarakat terhadap dunia arsitektur, mengingat minat masyarakat di Kota Palu
terhadap dunia arsitektur masih kurang sehingga masyarakat dapat memahami
pentingnya menjaga karya – karya arsitektur yang ada.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dan mengacu pada latar belakang di atas dalam hal
ini masih belum adanya sebuah rancangan atau bangunan galeri dengan tujuan
untuk mengangkat dan melestarikan potensi – potensi arsitektur nusantara,
sehingga diperlukannya desain ‘’ Galeri Arsitektur di Kota Palu ‘’ dengan
mengambil ciri khas umum sebagai wujud galeri ini.

1.3 TUJUAN DAN SASARAN

1. TUJUAN

a) Menyusun konsep perencanaan dan perancangan fisik bangunan ‘’ Galeri


Arsitektur di Kota Palu ‘’ sebagai tempat untuk mewadahi hasil karya
arsitektur serta yang berhubungan dengan arsitektur.

b) Menciptakan suasana yang nyaman untuk kegiatan pameran dan


penunjang.

2. SASARAN

Mewujudkan ‘’ Galeri Arsitektur di Kota Palu ‘’ dengan pendekatan :

a) Menentukan site yang tepat untuk mendukung pengembangan


kegiatan pameran.
b) Menentukan pota tata ruang yang mendukung mekanisme kegiatan
pameran yaitu macam, besaran, dan kegiatan ruang.
c) Menampilkan bentuk ‘’ Galeri Arsitektur di Kota Palu ‘’ yang sesuai
dengan fungsi bangunan dan lingkungannya.
1.4 LINGKUP PEMBAHASAN
Pembahasan ditekankan dalam lingkup mengangkat potensi – potensi
aristektur nusantara pada visualisasi bangungan galeri untuk menentukan
konsep perancangan dari Galeri Arsitektur di Kota Palu.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat akademis
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk penelitian – penelitian selanjutnya guna mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama dalam lingkup bidang arsitektur yang
mencakup galeri seni arsitektur pada umumnya.
2. Manfaat praktis
a.) Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis
dalam hal pelestarian karya seni arsitektur nusantara, sebagai
mana penelitian ini juga diperuntukkan untuk memenuhi tugas
akhir skripsi sebagai persyaratan mendapat gelar sarjana pada
program studi S1 Teknik Arsitektur Universitas Tadulako.
b.) Bagi almamater
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan kajian ilmu dan menambah referensi dalam dunia ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan Galeri Arsitektur.

1.6 DATA AWAL


Berdasarkan kondisi yang ada, universitas yang memiliki jurusan
arsitektur di kota palu hanya satu universitas saja yakni Universitas Tadulako.
Oleh karena itu minat masyarakat akan dunia arsitektur masih kurang karena
beberapa factor yakni kurang pengetahuannya akan dunia arsitektur itu sendiri,
oleh karena itu direncanakan lah untuk dibangunnya Galeri Arsitektur di Kota
Palu untuk menarik minat masyarakat kota Palu khususnya kaum muda
terhadap dunia arsitektur
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN GALERI ARSITEKTUR


a) Galeri

Galeri berasal dari kata latin yaitu ‘’galleria ‘’, sebuah kata benda yang
bermakna sebuah ruang terbuka tanpa pintu yang dibatasi dinding berbentuk U
dan disanggah tiang – tiang kantilever yang berfungsu sebagai ruang pertemuan
umum untuk berdiskusi apa saja. Pengertian tersebut dapat ditarik sebuah
pengertian bahwa Galeri adalah tempat ruang yang digunakan sebagai
memamerkan karya dan budaya dalam bentuk dan penataan secara estetis.
Galeri bukan saja digunakan sebagai pusat hiburan, melainkan sebagai
pengembang wawasan dan edukasi setiap pengunjung.

b) Arsitektur

Arsitektur berasal dari Bahasa Yunani yaitu ‘’archee’’ dan ‘’tectoon’’.


Archee berarti yang asli, yang utama, yang awal. Sementara Tectoon berarti
kokoh, tidak roboh atau stabil. Maka archeetectoon berarti orisinal dan kokoh.

Dari pengertian etimologi tersebut kita dapat menraik kesimpulan bahwa


arsitektur setidaknya harus memenuhi dua kriteria, yaitu harus unik atau indah
dan kuat. Dalam kata lain Arsitektur adalah seni atau praktik perancangan dan
pembangunan struktur dan konstruksi bangunan. Dalam arti lebih luas, arsitektur
dapat mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan
level makro, misalnya perencanaan kota, tidak hanya satu bangunan
pelengkapnya saja.
Jadi Galeri Arsitektur adalah sebuah ruang atau Gedung yang digunakan untuk
menyajikan hasil karya seni arsitektur di Indonesia serta sebuah area memajang
aktifitas publik yang kadangkala digunakan untuk keperluan khusus dengan
mengangkat potensi – potensi arsitektur nusantara sebagai wujud galeri ini.
Merancang dengan potensi arsitektur nusantara berarti mencari karakteristik
arsitektur dari sebuah wilayah geografis pulau – pulau yang tidak terbatasi oleh
luasnya wilayah satu negara.

Secara keseluruhan Galeri Arsitektur di Kota Palu diartikan sebagai galeri yang
diselenggarakan untuk masyarakat umum dari berbagai lapisan masyarakat
dengan radius pelayanan yang meliputi kota Palu dan sekitarnya.

2.2 SEJARAH GALERI


Galeri pada awalnya adalah bagian dari museum yang berfungsi sebagai
ruang pamer. Robbilard (1982) membagi ruang publik pada museum menjadi
empat bagian, yaitu : entrance hall, jalur sirkulasi, galeri dan lounge ( ruang
duduk).

Galeri adalah ruang utama dan paling penting dalam suatu bentuk
pameran karena galeri berfungsi mewadahi karya – karya seni yang dipamerkan.
Pada perkembangannya, galeri kemudian berdiri sendiri, menjadi institusi
tersendiri dan terlepas dari keberadaan museum. Fungsi dari galeri tetap
merupakan tempat untuk pameran tetapi mengalami perkembangan, bukan
hanya sekedari sebagai tempat untuk memajang namun juga sebagai ruang
untuk menjual karya seni.

Pada tahun 1950, para seniman Avan Garde dan neo-Dada meruntuhkan
‘kesakralan’ galeri dengan menjadikannya sebagai ruang publik barang seni.
Galeri dan museum pada masa neo-Dada tidak lagi menadi media seni bagi
barang elit tetapi juga seni pemberontakan. Neo-Dada menyerang ekslisivisme
dari galeri dan museum dengan mendudukinya dan membuat Batasan baru pada
galeri dan museum, yaitu sebagai media dari seni yang terbuka ( Barbara Rose,
1974), Slogan L’art pour l’art (seni untuk seni) bergeser kepada L’art pour
le’publik (seni untuk publik). Seni tidak menjadi suatu Kawasan elit, dimana
semua orang bisa dan berhak untuk membuat dan menghasilkan karya seni. Seni
untuk publik dipelopori oleh Joseph Beuys yang memajang seni pemberontakan
disebuah galeri. Karya seni yang berupa ‘Jambang Putih’ dianggap sebagai karya
seni instalasi pertama dan sekaligus menjadikan galeri sebaagai ‘ruang publik’
segala bentuk apresiasi seni.

2.3 FUNGSI GALERI


Perkembangan galeri seni dapat dilihat bahwa fungsi awalnya adalah
memamerkan hasil karya seni agar dapat dikenal oleh masyarakat ( sebelum itu
koleksi – koleksi seni hanya sebagai dekorasi ruang saja atau media bagi seni
elit ). Dengan demikian terlihat adanya usaha:

a) Mengumpulkan hasil – hasil karya seni sebagai koleksi.


b) Memamerkan hasil – hasil karya seni agar dikenal masyarakat
c) Memelihara hasil – hasil karya seni agar tidak rusak (bersifat memelihara
atau konservasi).
Terjemahan dari fungsi baru yang terjadi adalah sebagai berikut :

a) Sebagai tempat mengumpulkan karya seni, yaitu dengan melakukan


penyimpanan karya seni pada ruang penyimpanan yang pada akhirnya
dapat dipamerkan kembali. Sebagai contoh Galeri Nasional Indonesia
yang sebagian besar ruang penyimpanannya (storage) sudah memenuhi
persyaratan, yang dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk ruang, alat
pengatur suhu udara, lemari kayu, panel geser dan panel kayu, serta
dilengkapi juga dengan alarm system sebagai sarana pengamanannya.
Begitu pula dengan penyimpanan karya arsitektur berupa maket, standar
penyimpanannya mengacu pada persyaratan penyimpanan karya seni
rupa.
Gambar ii.1. Pengumpulan karya seni

b) Sebagai tempat memamerkan hasil karya seni agar dikenal masyarakat.


Ini merupakan fungsi utama sebuah galeri, sehingga pada umumnya
ruang digunakan sebagai tempat memamerkan karya seni. Ruang – ruang
didesain memiliki bentuk yang menarik baik dari segi pencahayaan yang
menggunakan lampu – lampu spot, warna dinding yang kontras dengan
karya seni yang akan dipamerkan sehingga membuat karya seni tersebut
menjadi point of interest.

Gambar ii.2. Pameran karya maket

c) Sebagai tempat memelihara karya seni agar tidak rusak. Ruang yang
digunakan untuk memelihara karya seni ini biasa disebut dengan ruang
restorasi – konservasi.
Gambar ii.3. Pemeliharaan karya seni

d) Sebagai tempat mengajak atau mendorong dan meningkatkan apresiasi


masyarakat terhadap karya seni yang dipamerkan tersebut memiliki
sebuah arti yang ingin disampaikan oleh para seniman kepada
masyarakat sehingga masyarakat dapat mengapresiasi karya – karya seni
yang dipamerkan. Ruang – ruang yang digunakan merupakan ruang
pameran untuk karya seni.

Gambar ii.4. Apresiasi karya maket

e) Sebagai tempat transaksi jual beli merupakan salah satu kegiatan utama
pada galeri. Karya seni yang dipamerkan dalam kegiatan ini bersifat karya
seni komersial berupa furniture, fotografi dengan obyek arsitektur.
Gambar ii.5. Transaksi jual beli produk

2.4 TIPE GALERI

a) Tipe Shrine

Gambar ii.6. National Gallery, London

Galeri tipe ini menempatkan seni di atas banyak hal lain.


Koleksinya sangat terpilih, ditata pada ruang yang memungkinkan
pengunjung melakukan kontemplasi. Kasus perluasan National Gallery di
London yang menganulir juara kompetisi perancangan akibat program
ruang yang direncanakan telah mengakomodasi secara signifikan. Peran
fasilitas komersial di dalamnya untuk menunjang pembiayaan galeri
menunjukkan betapa tegarnya galeri tipe ini memisahkan dari kegiatan
yang tidak berhubungan langsung dengan seni. Nilai koleksi dan
penghargaan terhadap seni pada galeri ini sangatlah tinggi.

b) Tipe Cultural Shopping Mall


Gambar ii.7. Neue Staatsgalerie, Germany

Strategi pemasaran galeri telah membaurkan distingsi mengenai


seni dan komersial, antara lain melalui maraknya aktivitas komersial
dalam galeri dengan bentuk yang elaborate. Strategi pameran pun tidak
terbatas pada display melainkan juga memberi tekanan pada penjualan
cinderamata yang lebih beragam ketimbang sekedar poster, kartu pos,
dan katalog seperti halnya shopping mall memperluas layanan
pemasaran lewat fasilitas Gedung bioskop, pameran seni, ataupun konser
– konser. Tipe baru galeri ini bahkan mencakup fasilitas – fasilitas seperti
restoran, auditorium sampai Gedung teater.

c) Tipe Spectacle

Gambar ii.8. Wexner centre, Ohio

Kurt Foster mengidentifikasikan tiper galeri yang tidak lazim.


Tiper baru galeri ini mendorong pengunung untuk menikmati
pengalaman estetik justru karena arsitektur bangunan galeri itu sendiri.
Arsitektur pada tipe galeri ini diorganisasikan untuk mencapai
penghargaan dan kebanggaan pada seni sama seperti yang teradi pada
tipe galeri shrine yang mengharap pengalaman estetik lebih pada
pengamat yang bercitra tinggi. Namun secara tipikal sesungguhnya galeri
ini juga seperti galeri yang bertipe cultural shopping mall. Gallery as
Spectacle mengharap audiens yang melek artistic, hingga definisi estetika
bahkan dapat diperluas dari sebelumnya. Termasuk di dalam tipe ini
adalah Wexner Centre, karya Peter Einseman di Ohio, 1990. Merupakan
sebuah gallery yang lebih kepada tempat pameran dan pertunjukkan
yang sangat luas untuk berbagai kegiatan pertunukkan film atau video,
teater dan pertunukkan seni lainnya beserta perlengkapan
pendukungnya.

2.5 LINGKUP KEGIATAN GALERI


Ada beberapa penggolongan kegiatan yang biasa dijumpai pada galeri seni
antara lain :

a) Kegiatan rekerasional
Pameran sebagai alternative tujuan rekreasi yang mendidik bagi
masyarakat, diadakan secara rutin dan menadi kegiatan utama yang
bertujuan untuk memperkenalkan dan menjual hasil karya seni.
b) Kegiatan Pendidikan
1) Diikuti oleh masyarakat umum peminat seni atau para arsitek muda
lewat kursus pendalaman seni arsitektur.
2) Para pengamat seni arsitektur yang ingin melakukan studi baik secara
teori maupun praktek.
3) Pengadaan seminar, acara diskusi, studi literatur melalui
perpustakaan maupun dunia maya yang menunjang perkembangan
seni arsitektur.
4) Eksperimen yang dapat dilakukan di workshop atau stuio yang
disediakan setelah menambah wawasan melalui stuio demi
menetapkan ide – ide baru para arsitek muda.
c) Kegiatan pendukung
Kegiatan yang mendukung saat akan pembukaan sebuah pameran galeri
seperti art of performance.

2.6 MACAM SENI DALAM ARSITEKTUR


Seperti halnya seni secara umum, seni dalam bidang arsitektur dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu seni rupa (baik 2 dimensi
maupun 3 dimensi) dan seni pertunjukkan.

a) Seni rupa 2 dimensi


1) Seni Grafik

Gambar ii.9. Seni Grafik

Seni membuat gambar 2 dimensi dengan alat cetak ( klise ). Seorang pencipta
dapat memasukkan unsur – unsur estetis dalam karyanya. Representasi dapat
melalui poster – poster yang berisi imbuhan atau kritik arsitektur.
2) Seni fotografi arsitektur

Gambar ii.10. Fotografi Arsitektur

Seni yang menggunakan alat sebuah kamera yang digunakan untuk mencari karya
aristektur yang unik, indah maupun kontroversial. Obyek utama yang diambil tentu saja
adalah obyek bangunan

3) Sketsa

Gambar ii.11. Sketsa

Secara umum dapat juga diartikan sebagai seni gambar atau lukis
dan memiliki pemahaman sebagai cakupan visual ekspreso seseorang.
Secara lebih jelas dapat disebutkan bahwa seni lukis adalah penggunaan
garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk pada suatu bidang 2 dimensional
yang disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk sebuah harmoni. Hal
ini bertujuan untuk menciptakan suatu image yang merupakan
pengungkapan pengalaman artistic serta pengeksresian ide – ide dan
emosional.
b) Seni Rupa 3 Dimensi
1) Maket
Maket adalah sebuah alat mempermudah orang awam mengenali dan
mengerti apa yang dimaksud oleh para arsitek lewat setiap karyanya,
dimana setiap orang dapat melihat dan merasakan secara langsung
sebuah bangunan dalam bentuk ukuran mini, dengan ukuran terskala
yang presisi tinggi.

Gambar ii.12. Maket

2) Seni Instalasi

Gambar
ii.13 Seni
Instalasi
Merupakan seni 3 dimensi, dimana pada karya – karya instalasi ini
memiliki maksud yang ingin disampaikan oleh pencipta walaupun
dapat diartikan berbeda – beda oleh setiap orang. Seni instalasi
adalah seni yang memasang, menyatukan dan mengkonstruksi
sejumlah benda yang dianggap bias merujuk pada suatu konteks
kesadaran makna tertentu. Sebagai turunan seni rupa yang bersifat
kontemporer, seni jenis ini memiliki keterkaitan erat dengan dunia
arsitektur.

3) Furniture dan Properti


Gambar ii.14. Furniture dan Properti

2.7 RUANG PAMER


a) Model Ruang Pamer
Menurut bentuk ataupun kebutuhan dan perkembangan yang ada pada
ruang pamer dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Ruang pamer berupa ruang – ruang

Gambar ii.15. Ruang


pamer berupa ruang

Susunan ruang terdiri dari rangkaian kamar – kamar terbuka yang saling
bersebelahan, dengan masing – masing mempunyai tema sendiri – sendiri
sesuai dengan urutan periodesasi koleksi.

2) Berupa Hall
Gambar ii.16. Ruang pamer berupa hall

Merupakan susunan ruang cukup luas dan merupakan salah satu bentuk
tertua serta banyak dijumpai pada museum yang bercorak lama seperti
renaissance dan romawi.

3) Koridor sebagai ruang pamer

Gambar ii.17 ruang pamer


koridor

Bentuk lain dari ruang pamer yang berfungsi sebagai ruang meski tidak bias
disebut ruang karena pada awalnya hanya sebagai sirkulasi antar ruang.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN


Dalam mencari data yang dibutuhkan, dilakukan beberapa cara yaitu:

a) Survey lapangan
Metode yang dilakukan dengan mendatangi dan melihat tempat tempat
yang dapat memberikan informasi mengenai data – data yang dibtuhkan.
Seperti data mengenai jumlah universitas yang memiliki jurusan
Arsitektur di Palu, biro konsultan dan komunitas Arsitektur yang ada di
Palu, peminat karya seni Arsitektur di Palu, dan mengenai lokasi site.
b) Wawancara
Metode yang dilakukan dengan cara diskusi, bertukar pikiran dan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan data yang
dibutuhkan. Wawancara dilakukan dengan praktisi, pakar, pelaku bisnis
dengan obyek pameran Arsitektur. Hal ini penting dilakukan mengingat
data yang didapat harus di cross check dengan realita. Contoh data yang
dikumpulkan dengan metode ini seperti event – event yang melibatkan
karya Aristektur, perkembangan peminat dan jenis karya arsitektur serta
komunitas – komunitas arsitektur di Palu, keadaan dan standar pameran.
c) Literatur
Metode yang dilakukan dengan membaca buku – buku, tugas akhir yang
berhubungan dengan judul, dan pencarian dari situs – situs internet
sesuai Batasan dan lingkup pembahasan untuk mendapatkan referensi
berupa teori – teori seperti standar ukuran peruangan dan karakter ruang
pamer, sejarah perkembangan arsitektur nusantara hingga arsitektur
masa kini, jenis – jenis media pamer yang berhubungan dengan karya
arsitektur, data kota Palu, event – event yang melibatkan karya
arsitektur, banyaknya universitas yang memiliki jurusan arsitektur di Palu,
perkembangan jenis dan peminat arsitektur serta komunitas – komunitas
arsitektur di Palu, penggabungan dalam lingkup arsitektur dan budaya.

3.2 SISTEMATIKA DAN KERANGKA PENULISAN

TAHAP I

Mengungkapkan permasalahan dan persoalan dari latar belakang untuk


mendapatkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, mengungkapkan Batasan,
lingkup pembahasan dan metode pembahasan yang digunakan serta sistematika
penulisannya.

TAHAP II

Mengungkapkan tinjauan galeri seni, tinjauan arsitektur nusantara yang


akan diwadahi, keberadaan kota Palu dan minat masyarakat kota Palu akan karya
arsitektur, galeri seni yang ada di Kota Palu, tinjauan lokasi, studi banding
bangunan sejenis galeri.

TAHAP III

Mengungkapkan tinjauan mengenai potensi arsitektur nusantara,


hubungan antara arsitektur dan budaya, tinjauan penggabungan dan
perwujudannya menjadi langganan arsitektur dalam wujud fisik.

TAHAP IV

Deskripsi Galeri Arsitektur yang akan direncanakan di Kota Palu meliputi


pengertian dan fungsi, visi dan misi, status kepemilikan, lingkup kegiatan, karya
terwadahi, sasaran pengguan, frekuensi kegiatan dan fasilitas – fasilitas yang ada
dalam bangunan galeri tersebut.
TAHAP V

Mengungkapkan alternative – alternative kebutuhan peruangan yang


terdapat dalam bangunan galeri meliputi aktifitas dan fasilitas, kebutuhan ruang,
besaran ruang, pola hubungan ruang, utilitas bangunan dan system struktur yang
digunakan sebagai referensi untuk perwujudan bangunan Galeri Arsitektur di
Kota Palu dengan tampilan fisik yang mempresentasikan perpaduan potensi –
potensi arsitektur nusantara.

TAHAP VI

Konsep perancangan dair Galeri Arsitektur di Kota Palu dengan tampilan


fisik yang mempresentasikan perpaduan karakter arsitektur nusantara sebagai
hasil Analisa yang dilakukan dan merupakan pemecahan dari permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai