Anda di halaman 1dari 81

PUSAT SENI DAN BUDAYA NTT

DI KOTA KUPANG

Tema
Arsitektur Neo vurnikular

Oleh
Hangry Valentino Lenggoe
41155030160079

Seminar Arsitektur
Untuk memenuhi salah satu syarat lulus matakuliah Seminar Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANAN
BANDUNG 2021/2020
PENGANTAR

Segalah Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan penulisan
Laporan Seminar Arsitektur.Pusat Seni dan Budaya Nusa Tenggara Timur
dengan Tema Arsitektur Neo Vernakular. penulisan laporan ini merupakan
salah satu persyaratan untuk menempuh tugas akhir.

Dengan selesainya laporan seminar arsitektur ini tidak terlepas dari upaya-
upaya dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan rendah hatinya telah
memberikan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif kepada penulis sehingga
penulis bias menyelesaikan laporan ini dengan baik. Maka dari itu penulis tidak
lupa untuk  mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orang-orang tedekat saya yang telah membantu saya dalam penyelesaian


laporan seminar.

2. Bpak, Dr, Ir Marcus Gartiwa selaku dosen pembimbing

3. Ibu Tika Novis Putri, ST., Mt. selaku dosen Mata Kuliah Seminar
Arsitetur

Penulis menyadari bahwa acuan ini bukanlah sesuatu yang mudah sebab tidak
dipungkiri dalam penyusunannya terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
dengan segenap kerendahan hati penulis memohon maaf dan mengahrapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan laporan ini.

Akhirnya berharap bahwa apa yang ada dalam laporan ini dapat bermanfaat
pengetahuan terutama bagi ilmu pengetahuan bidang Arsitektur.Sekian dan
terimakasih.

Bandung, 25 November 2021

Hangry Valentino Lenggoe

ii
ABSTRAK

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak aneka
ragam seni dan budaya, keaneka ragam seni dan budaya ini telah melahirkan
berbagai bentuk jenis dan corak seni dan budaya yang mana merupakan
pencerminan identitas suatu daerah tertentu. dengan sering diadakannya kegiatan-
kegiatan seni dan budaya namun kurangnya fasilitas yang memadai unutk
mendukung kegiatan seni dan budaya maka memerlukan cara untuk mendukung
kegiatan dengan menyediakan sebuah fasilitas untuk menampung kegiatan para
seniman, budayawan dan juga masyarakat untuk melakukan kegiatan seni dan
budaya di kota kupang yang merupakan ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur
sehingga pusat seni dan budaya sehingga menjadi pusat kegiatan masyarakat Nusa
tenggara Timur dapat berinteraksi dengan lingkungan, ekonomi, dan
sosial.dengan pendekatan arsitektur tradisional-modern yang menggambungkan
arsitektur masa lau dengan arsitektur masa kini, yang sesuai dengan kaidah
arsitektural masa kini tanpa meninggalkan identitas kedaerah, kearifan lokal
setempat.

Kata Kunci : Pusat, Seni Budaya, Karya, Potensi, Kupang, Arsitektur Neo-
Vernakular, Kearifan lokal

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
PENGANTAR...................................................................................................ii
ABSTRAK.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah......................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.4 Batasan Masalah...........................................................................................4
1.5 Tujuan dan Manfaat......................................................................................5
1.6 Kerangka Berfikir.........................................................................................7
1.7 Metode Penelitian.........................................................................................8
1.8 Sistematika Pelaporan...................................................................................9
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR
2.1 Tinjauan Umum............................................................................................11
2.1.1 Pusat Kebudayaan................................................................................11
2.1.2 Unsur-Unsur Kebudayaan...................................................................11
2.1.3 Sistem Bahasa......................................................................................11
2.1.4 Sistem Pengetahuan.............................................................................12
2.1.5 Sistem Organisasi Kemasyarakatan.....................................................12
2.1.6 Sistem Ekonomi...................................................................................12
2.1.7 Sistem Religi........................................................................................13
2.1.8 Sistem Kesenian...................................................................................13
2.1.9 Fungsi pusat Kebudayaan....................................................................13
2.1.10 Klasifikasi jenis Kegiatan..................................................................14
2.1.11 Klasifikasi Jenis Fasilitas...................................................................15
2.1.12 Fasilitas Utama..................................................................................15
2.1.3 Fasilitas Pendukung.............................................................................17
2.2 Arsitektur Neo Vernakular...........................................................................17
2.2.1 Latar Belakang Munculnya Arsitektur Neo Vernakular......................17
iv
2.2.2 Ciri-Ciri Arsitektur Neo Vernakular....................................................18
2.2.3 Kriteria-Kriteria Arsitektur Neo Vernakular.......................................19
2.2.4 Perbandingan Arsitektur Tradisional, Arsitektur Vernakular,
Neo Vernakular....................................................................................20
2.2.5 Metode Eksplorasi untuk Pembahuruan dalam Arsitektur
Neo Vernakular....................................................................................22
2.2.6 Contoh Karya Arsitektur Neo Vernakular...........................................23
2.3 Sistem Struktur Bentang Lebar.....................................................................27
2.3.1 Jenis-jenis Sistem Struktur Bentang Lebar..........................................28
2.3.2 Sistem Mekanikal Elektrika Bangunan Tinggi....................................36
2.3.3 Sistem Utilitas Bangunan Tinggi.........................................................37
2.3.4 Standar Kebutuhan Difable..................................................................38

v
DAFTAR GAMABAR
1.1. Gambar Masjid Raya Sumatera Barat
1.2. Gambar Interior Masjid
1.3. Gambar Rumah Tradisional Mingangkabau
1.4. Gambar Tiang Rumah Adat MinangKabau
1.5. Gambar Ukiran Khas Adat Minangkabau
1.6. Gambar Cabel system
1.7. Gambar Tent Sistem
1.8. Gambar Pneumatic System
1.9. Gambar Arch System
1.10. Gambar Beam System
1.11. Gambar Frame System
1.12. Gambar Beam and Slab System
1.13. Gambar Flat Truss system
1.14. Gambar Curved Truss System
1.15. Gambar Space Truss System
1.16. Gambar Prismatic Folded Structure System
1.17. Gambar Pyramidal Folded Structure System
1.18. Gambar Rotational Shell System
1.19. Gambar Anticlastic Shell System
3.1. Gambar Taman Budaya Gerson Poyk

3.2. Gambar Galeri Seni Rupa

3.3. Gambar Teater Tertutup

3.4. Gambar Gedung PAUD

3.5. Gambar Gedung Latihan

3.6. Gambar Panggung Terbuka

3.7. Gambar Kantor

3.8. Gambar Flekkefjord Cultural Center / Helen & Hard


vi
3.9. Gambar Batas-batas fisik Flekkefjord Cultural Center

3.10. Gambar Pencapaian Makro dari bandara Udara Gardemoen Olso.

3.11. Gambar Aksesibilitas bangunan Flekkefjord Cultural.

3.12. Gambar View bangunan Flekkefjord Cultural.

3.13. Gambar Lingkungan Fisik bangunan Flekkefjord Cultural


3.14. Gambar Karakteristik bangunan Flekkefjord Cultural.
3.15. Gambar Rumah Tradisional yang diplot.

3.16. Gambar Pemograman Ruang

3.17. Gambar Tata Masa dan Gubahan Massa.

3.18. Gambar Konsep Sirkulasi


3.19. Gambar Konsep Fasad bangunan Flekkefjord Cultural.

3.20. Gambar Potongan, bangunan Flekkefjord Cultural.


3.22. Gambar Keseimbangan Simetris (ACTIC)

3.23. Gambar Potensi Lokasi Tapak

3.24. Gambar Asakusa Tourist Information Center


3.25. Gambar Pencapaian
3.26. Gambar Aksebilitas

3.30. Gambar View

3.31. Gambar Mapping Lingkungan Fisik

3.32. Gambar Karakteristik Arsitektur

3.34. Gambar Konsep bangunan ACTIC

3.35. Gambar Sirkulasi dalam Bangunan ACTIC

3.36. Gambar Konsep Fasad

3.37. Gambar Konsep Fasad Bangunan ACTIC

vii
3.38. Gambar Konsep Material Bangunan ACTIC

3.39. Gambar Potongan

3.40. Gambar Ruang Utilitas diarsir hitam

3.41. Gambar Detail Interior


.42. Gambar Lantai Satu Bangunan

3.43. Gambar Autorium Lantai Enam

3.44. Gambar Lantai Delapan

viii
ix
DAFTAR TABEL

Tabel Kerangka Berpikir


Tabel Klasifikasi Jenis Kegiatan
table Fasilitas Utama
Tabel Penunjan

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai beraneka

ragam seni dan budaya daerah. dari keaneka ragam budaya tersebut

merupakan akar bagi tebentuknya karakter dan identitas masyarakat

Indonesia. melalui kegiatan seni budaya, generasi muda diharapkan dapat

mewarisi dan melestaikan nilai-nilai soasial, historis, religi dari generasi

sebelumnya.

NTT adalah salah satu dari 3 Provinsi Yang ada di Kawasan Nusa

tenggara mulai dari Bali, NTB dan NTT terbentang antara 118º - 125º

bujur timur dan antara 8º - 12º lintang selatan. wilaya Provinsi NTT terdiri

dari 566 pulau. tiga pulau besarnya adalah Flores, sumba dan timor Yang

terkenal dengan sebutan FLOBAMORA, yang juga merupakan sebutan

untuk pulau Nusa Tenggara Timur. Dengan adanya banyak pulau NTT

kaya akan kesenian dan budaya. setiap daerahnya memiliki perbedaan, dari

segi Bahasa (dialek), motif dari pakaian ( sarung), dan bermacam-macam

gaya dari seni arsitekturnya.

Timor adalah pulau yang utama dengan Kupang sebagai ibukota

propinsi NTT, sebagai pusat pemerintahan dan aktifitas ekonomi. Karena

itu kota kupang juga merupakan tempat yang strategis untuk dijadikan

pusat kebudayaan dari seluruh pulau di Nusa Tenggara Timur.

xi
Budaya dan kesenian NTT adalah budaya turun temurun yang

diwariskan dari generasi ke generasi. Karena itu secara teorinya budaya ini

tidak mungkin hilang dari masyarakatnya. Baik sadar ataupun tidak sadar

dengan adanya komunikasi dengan dunia luar menyebabkan kebudayaan

kita terpengaruh dengan dengan kebudayaan luar. Pengaruh dari

kebudayan luar akan memberi nilai positif apabila diimbangi oleh sistem

seleksi yang baik. Namun sayangnya dengan masuknya budaya luar yang

dianggap lebih “baik” dari budaya tradisional mengakibatkan para

pemudanya sudah mulai meninggalkan budaya tradisional mereka dan

berpaling kepada budaya yang dianggap lebih maju. Sehingga sampai saat

ini hanya para orang tua yang masih melestarikan budaya asli daerahnya.

Selain itu tidak adanya tempat yang memadai untuk

mempertunjukkan budaya menyebabkan minat masyarakat semakin

berkurang. Hal ini juga yang menjadi permasalahan oleh Departemen

Pariwisata Daerah Kotamadya Kupang. Dari riset yang dilakukan

diketahui bahwa ternyata banyak sanggar-sanggar yang tersebar di setiap

daerah.

Namun sanggar ini merupakan milik keluarga yang masih

melestarikan budayanya. Karena itu tidak semua masyarakat bisa

menikmati atau mengenal semua budaya tersebut, karena sanggar-sanggar

tersebut merupakan tradisi turun temurun keluarga.

Jarangnya event pementasan budaya juga merupakan salah satu

aspek tidak diminatinya budaya tradisional NTT. Hal ini disebabkan tidak

dimilikinya suatu tempat khusus yang dapat dipakai untuk pertunjukkan

seni tersebut. Setiap kali akan diadakan suatu pertunjukkan seni

xii
pemerintah harus menyewa gedung dengan kapasitas kecil, sehingga tidak

semua orang dapat menyaksikannya. Untuk itu melihat kenyataan ini maka

perlu untuk dibuat suatu tempat khusus yang dapat dipakai untuk

pertunjukkan seni dan budaya yang memiliki kapasitas besar.

Tempat ini akan menjadi pusat dari semua budaya di NTT

sehingga dapat menjadi “path” dari kota Kupang sendiri dan tidak ada lagi

sanggar-sanggar kecil yang hanya merupakan milik keluarga, melainkan

semuanya dapat disatukan di tempat ini. Dengan demikian budaya

tradisional yang sudah jarang ditampilkan dapat dinikmati kembali oleh

semua masyarakat sehingga tradisional dari berbagai pulau di NTT dapat

tetap lestari.

1.2. Indentifikasi masalah

Adapun identifikasi masalah dalam Metode Persancangan ini, yaitu

sebagai berikut :

a. Kurangnya fasilitas yang memadai untuk melaksanakan kegiatan dan

pengembangan seni dan budaya NTT ?

b. Belum adanya gedung budaya yang menerapkan bentuk dan gaya

arsitektur Neo Vernakular (post Modern) ?

1.1. Rumusan Masalah

berdasarkan uraian identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas,

maka perancang merumuskan masalah yang menjadi pembahasan,

diantaranya sebagai berikut.

xiii
a. Bagaimana merancang gedung pusat kebudayaan yang dapat

mencerminkan kekashan dari Nusa Tenggara Timur?

b. Bagaimana merancang sebuah gedung budaya yang menjadi

pusat pertunjukan dan pusat pameran di kota kupang?

c. Bagai mana merancang pusat budaya yang mampu

mengedukasi masyarakat umum?

d. Bagaiman menerapkan tema arsitektur Neo-Vernakular dengan

pendekatan perancangan mengambil ciri khas pola ruma adat di

NTT?

1.1. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam metode perancangan ini, dalah sebagai

berikut :

a. Perancangan ini hanya dibatasi dalam konsep dan

pendekatan desain yang dipilih.

b. Kebutuhan program ruang dipilh berdasarkan fungsi.

c. System utilitas digunakan sebagai jalur sirkulasi

bangunan.

d. System struktur, mengunakan struktur bentang lebar.

1.1. Tujuan dan Manfaat

Berdasrkan latar belakang dan identifikasih masalah serta rumusan

masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam perancangan ini,

yaitu :

xiv
a. Tujuan

Menyediakan tempat bagi para seniman tradisional untuk

mengekspresikan budaya dari berbagai budaya daerah di NTT

sehingga budaya tersebut dapat dilestarikan dan juga dapat

dinikmati oleh semua masyarakat dari berbagai lapisan.

Merancang sebuah fasilitas tempat penggelaran yang nyaman

umtuk para pemuda sebagai generasi penerus budaya

tradisional tersebut untuk berkreasi lebih maksimal.

b. Manfaat

Bagi para seniman :

Membangkitkan daya kreatifitas para seniman.

lestarinya budaya tradisional NTT.

sebagai wadah penggelaran seni.

Bagi masyarakat NTT :

Meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap

pentingya pelestarian seni dan budaya

Terdorongnya pengembangan budaya Pendidikan yang

bersifat.

hiburan dan juga bermanfat bagi para pelajar.

xv
1.1. Kerangka Berpikir

Potensi

Judul
Pusat Seni dan Budaya
NTT

Latar Belakang
Perancangan Pusat Budaya NTT

Data Primer Data Sekunder


Rumusan Masalah
Observasi Studi Literatur
Wawancara Studi Preseden
Pengumpulan Data
Eksisting Tapak
Pengolahan Tapak Analisa Tapak
xvi
Sintesa
Pengembangan
Konsep Bangunan Programing
Konsep Desain Pengembangan
Konsep Tapak
Konsep Sirkulasi Konsep Konsep Desain
Konsep Fasad
Konsep Entrance
Konsep Utilitas Desain Konsep Sirkulasi
Konsep Ruang
Konsep Lanscape

Pengembangan Desain Desain Pra-Rancang


Denah Site Plan, Blok Plan,
Potongan, Dimensi,
Tampak Potongan
Animasi, Maket
Arsitektural

1.2. Metoda Penelitian

1. Data Primer

Melakukan survey pada lokasi perancangan pusat seni dan budaya

Nusa Tenggara Timur melalui Observasi dan wawancara dengan

sumber yang berbobotguna mendapatkan informasi yang tepat dalam

memperlancar proses perencanaan dan perancangan.

Data primer yang di kumpulkan antara lalin :

a. Luas lokasi, kondisi topografi, daya dukung tapak, serta jenis

vegetasi

1. Data sekunder

Data yang didapat secara tidak langsung yang berfunsi sebagai data

penunjang yang dapat di peroleh dari studi literatur, instansi terakait

baik kelompok atau perorangan

xvii
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain :

a. Mengumpulkan data yang terkait dengan seni dan budaya Nusa

Tenggara Timur, mulai dari pelaku seni, karya-karya yang di

hasilkan hingga kegiatan yang sering diselenggarakan.

b. Studi literatur, daari buku, artikel hingga majalah yang

berhubungan dengan rancangan pusat seni dan budaya guna

mendapatkan data tentang pengertian, karakteristik ruang

galeri, Teknik pencahayaan dan penghawaan ruang serta

fasilitas pelengkap lainnya.

c. Pengumpulan data melalui pencarian di internet untuk

memperoleh data tambahan serta data pembanding yang

berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam Gedung seni dan

budaya, pola ruang, fungsi ruang serta contoh desain Gedung

seni dan budaya sebagai referensi untuk mendapatan kan ide

dan kreativitas desain dalam perancangan.

d. Menghadirkan suatu bangunan yang memiliki unsur-unsur

lokal melalui pendekatan arsitektur neo-vernakular

1.1. Sistematika Pelaporan

Untuk memudahkan penyelesaian dari perancangan gedung pusat seni dan

budaya Nusa Tenggara Timur ini, maka penulis Menyusun system matika laporan

sebagai berikut :

xviii
a. Bab I Pendahuluan, berisisi tentang latar belakang,

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat

metodologi, kerangka berpikir dan sistematika penulisan.

b. Bab II Tinjauan Pustaka berisi tentang, definisi pusat

kebudayaan, unsur budaya, fungsi pusat budaya, klarifikasi

jenis kegiatan, klarifikasi jenis fasilitas, system struktur dan

kajian studi literatur

c. Bab III Metodologi berisi tentang metodologi penulisan

laporan dan metodologi perancangan.

d. Bab IV Kriteria perancangan

xix
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1. Tinjauan Umum

2.1.1. Pusat Kebudayaan

Pusat Kebudayaan adalah suatu tempat atau wadah, tempat

berlangsungnya kegiatan-kegiatan untuk memperkenalkan dan

memperluas hasil gagasan serta karya seni dari pihak yang

berkepentingan. Selain itu, pusat budaya juga digunakan untuk

mempromosikan potensi kebudayaan dan mengembangkan sector

pariwisata serta Pendidikan kebudayaan.

2.1.2. Unsur-unsur Kebudayaan

Kebudayan dalam suatu masyarakat terdiri atas tujuh unsur

yang saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut universal karena dapat

ditemukan dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di dunia

2.1.3. Sistem Bahasa

Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, bahasa adalah

suatu sistem tanda bunyi yang secara sukarela di pergunakan oleh

anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomonukasi dan

xx
mengidentifikiasi diri menurut ilmu antropologi, Bahasa adalah

system pelambangan manusia

2.1.4. Sistem Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia

tentang benda, sifat, keadaan dan harapan.sistem pengetahuan

meliputi ruang pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna,

waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan tangka laku sesama

manusia.

2.1.5. Sitem Organisasi Kemasyarakatan

Sistem kemsyarakatan bertujuan untuk memudahkan dan

mencapai tujuan masyarakat itu sendiri.Oleh karena itu terdapat

pembagian-pembagian tertentu pada masyarakat tersebut. system

kemsyarakatan adalah system yang muncul atas kesadaran

masyarakat bahwa mereka memiliki kekurangan sehingga

membutuhkan bantuan dari manusia, karena manusia mempunyai

kencenderungan untuk berkelompok.contoh system kekerabatan

2.1.6. Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi disebut juga system mata

pencaharian.Dalam system ini manusia memenuhi kebutuhan dari

produksi, distribusi, dan konsumsi. mata ppencaharian adalah suatu

usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Mata pencarian

perseorangan belum tentu sama dengan yang lainnya.

xxi
contoh system mata pencaharian adalah pertanian, pertenakan,

perikanan, dan kehutanan

2.1.7. Sistem Religi

Sistem religi disebut juga system kepercayaan adalah suatu

system dimana manusia percaya terhadap suatu yang lebih tinggi

darinya atau penciptanya.Religi dibuthkan manusia untuk

menjawab keditadak berdayaan manusia dalam mengahadapi

berbagai masalah dalam kehidupan sulit diterima.

contoh : agama dan aliran kepercayaan lainnya

2.1.8. Sistem Kesenian

kesenian merupakan hasil karya manusia dalam

mengungkapkan keindahan serta ekspresia jiwa dan budaya

penciptanya.

contoh : seni music, sastra, seni rupa dan lainnya.

2.1.9. Fungsi Pusat Kebudayaan

pusat kebudayaan merupakan salah satu sarana yang dapat

melestarikan budaya lokal.Fungsi utama pusat kebudayaan adalah

memberikan informasi dan Pendidikan seni dan budaya yang dapat

memberikan dampak positif dan meningkatkan budi pekerti

masyarakat melalui kegiatan-kegiatan kebuduyaan.

Adapun beberapa fungsi lainnya :

a. menyediakan prasarana untuk memberi peluang

mengembangkan bakat dalam aktivitas kesenian

xxii
b. meningkatkan eksperimen dalam karya seni yang

bertujuan membina daya kreativitas

1.1.1. Klasifikasi Jenis Kegiatan

Gambar.Tabel Klasifikasi jenis Kegiatan

Didalam pusat kebudayaan terdapat Gelaran Seni. Gelar Seni

adalah ajang Kegiatan kesenian dalam konteks tertentu, misalnya

upacara adat, sjian artistic, maupun profane ; kegiatan resepsi,

pertunjukan dan hiburan. wujud kegiatan gelaran seni adalah :

Gambar.Tabel jenis gelaran seni

1.1.2. Klasifikasi jenis fasilitas

xxiii
Untuk menunjang kegiatan dalam pusat kebudayaan

Pemerintah berkewajiaban untuk menyediakan minimal tempat

untuk menggelar seni pertunjukan, pameran dan tempat untuk

memasarkan karya seni untuk mengembangkan industry budaya,

yang tercantum dalam lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan

kebudayaan Nomor 85 Tahun 2013 tanggal 24 Juli 2013 tentang

Standar pelayanan minimal bdiang kesenian dalam pelindungan,

pengembangan dan pemanfaatan bidang kesenian.

berikut fasilitas yang mendukung kegiatan pusat

kebudayaan adalah sebagai berikut :

1.1.3. Fasilitas Utama

No Jenis Ruang Fungsi Ruang

Merupakan Fasilitas untuk berlangsungnya

Ruang Kelas kegiatan yang berhubungan dengan Pendidikan


1
Seminar atau bimbinan terhadap informasi dan sumber

yang dibutuhkan

Bertujuan untuk menyediakan sarana dalam


Ruang
2 melakukan kegiatan seperti kursus tari, music
Kursus
dan lain-lain

Ruang ini dikususkan untuk mengupulkan data


3 Perpustakaan
literatur yang bermanfaat bagi pengunjung

Dengan kemajuan teknologi ruang IT

4 IT Room bertujuan untuk menunjang mencari sumber

informasi yang dibutuhkan

5 Teater Ruang teater di khususkan untuk pelaku seni

xxiv
dan kegiatan seni lainnya melakukan

pertunjukan baik dalam teatrikal ataupun

musical

Galeri terbagi dua area yaitu temporary

gallery; merupakan galeri yang digunakan

dalam jangka waktu sementara.

6 Galeri Permanen gallery ; galeri yang digunakan

tanpa ada batasan.Memamerkan warisan cagar

budaya yang perlu untuk dipertahankan dari

masa ke masa

Gambar.Tabel.Fasilitas Utama

1.1.4. Fasilitas Pendukung

No Jenis

Ruang

Fasilitas ini dikhususkan pengunjung untuk


1 Gift shop
membeli cendramata

Merupakan salah satu fasilitas pendukung bagi

2 Kafetaria pengunjung dengan bebagai jenis makanan

khas lokal dan jenis makanan lainnya

Fasilitas penitipan barang/loker bertujuan untuk


Penitipan
3 mengantisipasi apabila terjadi kegiatan yang
Barang
membutuhkan pengamanan lebih

xxv
Gambar.Tabel.Ruang penunjang

1.2. Arsitektur Neo Vernakular

1.2.1. Latar Belakang Munculnya Arsitektur Neo-Vernakular

Arsitektur Neo-Vernakular adalah suatu paham atau aliran yang

berkembang pada era post modern yaitu aliran arsitektur yang

muncul pada pertengahan tahun 1960-an, post modern lahir

disebabkan pada era post modern timbul protes dari para arsitek

terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk

kotak-kotak).

Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang pada prinsip

konsepnya mempertimbangakan kaidah-kaidah normativr,

krosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan

masyarakat serta kesalarasan antara bangunan, alam dan

Lingkungan

1.2.2. Ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular

Pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post

Modern Architecture (1990)” tentang ciri-ciri Arsitektur Neo

Vernakular, yaitu :

1. Selalu menggunakan atap bubungan

2. Penggunaan batu bata abad ke-19 bergaya victorian

yang dominan pada bangunan.

3. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang

ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertical.

xxvi
4. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen

modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.

5. Warna-warna yang kuat dan kontras

6. Bentuk-bentuk bangunan menerapkan unsur budaya,

lingkungan termasuk iklim setempat yang diungkap dalam

bentuk fisik arsitektural ( tata letak denah, detail struktur dan

ornament), dengan penggunaan material modern seperti kaca

dan logam.

1.1.1. Kriteria-Kriteria Arsitektur Neo-Vernakular

kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur neo

vernacular adalah sebagai berikut :

1. Bentuk menerapkan unsur Budaya, lingkungan,

termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik

arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornament).

2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam

bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya pola

pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro

kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

3. produk pada bangunan ini tidak menerapakan prinsip-

prinsip vernacular melainkan karya baru (mengutamakan

penampilan visualnya).

xxvii
1.1.1. perbandingan Arsitektur Tradisional, Arsitektur

Vernakular dan Neo Vernacular.

No Perbandingan Tradisonal vernakular Neo

Vernakular

1 Ideologi Terbentuk oleh Terbentuk Penerapan

tradisi yang oleh tradisi elemen

diwariskaan turun-temurun arsitektural

secara turun- tetapi terdapat yang sudah ada

temurun, pengaruh dari dan kemudian

berdasarkan luar baik fisik sedikit atau

kultur lokal. maupun non banyaknya

fisik, bentuk mengalami

perkembangan pembaruan

arsitektur menuju suatu

tradisional. karya yang

modern

2 Prinsip Tertutup dari Berkembang Arsitektur yang

perubahan setiap waktu bertujuan

zaman, terpaut untuk melestarikan

pada satu kultur merefleksikan unsur-unsur

kedaerahan, dan lingkungan, lokal yang

mempunyai budaya dan telah terbentuk

xxviii
peraturan dan sejarah dari secara empiris

norma-norma daerah dimana oleh tradisi dan

keagamaan yang arsitektur mengembang-

kental. tersebut kannya

berada. menjadi suatu

Transformasi langgam yang

dari suatu modern.Kelanj

kultur utan dari

homogen ke arsitektur

setuasi yang Vernacular.

lebih

heterogeny.

3 Ide Desain Lebih Ornamen Bentuk desain

mementingkan sebagai lebih modern.

fasade.atau pelengkap,

bentuk,ornament tidak

sebagai suatu meninggalkan

keharusan. nilai-nilai

setempat

tetapi dapat

melayani

aktivitas

masyarakat di

dalam

Gambar.Tabael Perbandingan Arsitektur


xxix
Tradisional, Verancular, Neo-Vernacular.

1.1.2. Metode Eksplorasi untuk Pembahuruan dalam Arsitektur

Neo- Vernacular.

Neo-vernacular berasal dari Bahasa Yunani dan digunakan

sebagai fonim yang berarti baru.Jadi Neo-Vernacular berarti Bahasa

setempat yang di ucapkan dengan cara baru, arsitektur Neo-

Vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada,

baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun non-fisik (konsep, filosofi,

tata ruang) dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah

terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit

atau banyaknya mengalami pembaruan menuju suatu karaya yang

lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi

setempat.Pembahuruan ini dapat dilakukan dengan upaya eksplorasi

yang tepat.(Tjok Pradya dalam jurnal yang berjudul pengertian

arsitektur Neo-Vernacular).

1.1.3. Contoh Karya Arsitektur Neo Vernacular

a. Masjid Raya Sumatera Barat

xxx
Gambar.Masjid Raya Sumatera Barat

Masjid yang dikenal sebagai masjid mahligai minang ini

dibangun diatas lahan seluas 40.000 m2 (empat puluh ribu meter

persegi) dengan luas bangunan utama kurang dari luas setengah

lahan, yakni sekitar 18.000 m2 (delapan belas ribu meter persegi),

sehingga menyisahkan halaman yang luas. pada struktur konstruksi

bangunan menunjukan pola rumah gadang dengan pola segitiga ke

bawah, bahan material kayu dan ornament pada fasade merupakan

bentuk ukiran pada rumah gadang.

Bagian atap (kubah) pada masjid ini sangat ikonik, atap masjid

ini terlihat seperti gonjong rumah gadang diikuti dengan bentuk

ukiran kayu yang terdapat pada bagian dinding-dinding atap

(Fasade) yang mengambil bentuk ukiran pada rumah gadang yang

berpola segitiga ke bawah dan kembang ke atas, yang artinya

berpegangan ke bumi.

Terlepas dari makna dibalik atap masjid, masjid sumatera

barat dirancang tahan terhadap gempa bumi hingga 10 magnitudo.

Masjid ini juga bisa digunakan sebagai shelter apabila sewaktu-

waktu terjadi bencana. Masjid sumatera barat terdiri dari tiga

lantai, lantai pertama digunakan sebagai tempat wudu dan tempat

tambahan jika tempat utama para jema’ah sudah penuh, lantai dua

adalah lantai utama yang di gunakan untuk sholat berjama’ah ,

sedangkan lantai tiga digunakan sebagai lantai alternatif untuk para

jema’ah sholat.

xxxi
 bentuk Interior Masjid

Gambar.interior.masjid

pada bagian interior terdiri dari mihrab, liwan, dan sahn.pada

bagian mihrab ini mengusung bentuk desain yang lebih modern,

bentuk mihrab seperti bulat telur ini seperti bentuk hajar aswad

yang berada di mekkah. sedangkan bentuk liwan pada masjid

didesain sangat bersih dan keliahatan kokoh dengan menggunakan

material beton dan keramik.Pada bagian dinding ruangan

didominasi oleh pintu-pintu dan jendela yang memiliki lubang-

lubang vertical sebagai sirkulasi udara yang masuk dari luar

kebagian dalam masjid.

Sahn atau tempat berwudhu pada masjid ini di desain sangat

sederhana dengan warna gelap.Tempat berwujudu di desain terbuka

agar udara masuk kedalam sehingga menghasilkan kesejukan.

 Rumah Tradisional Minangkabau

xxxii
Gambar.Rumah Tradisonal Minangkabau

Bentuk dasar dari rumah gadang adalah berbentuk persegi Panjang

yang tidak semetris yang mengambang ke atas.Dilihat dari sisilain

maka rumah Gadang adalah rumah Panggung.

Dari bentuknya yang persegi Panjang biasnya didasarkan kepada

jumlah ruang dalam bilangan ganjil : 3, 5, 7, 9 dan pada masalalu

terdapat 17 ruangan (syamsidar,1991).

Gambar.Tiang Rumah adat minangkabau

Rumah Gadang merupakan Rumah Panggung. Hal ini

bisanya disebabkan karena daerah Sumatra Barat yang merupakan

lokasi masyarakat Minangkabau bermukim merupakan lokasi yang

rawan binatang buas, jadi didirikan rumah panggung adalah

dengan maksud sebagai tempat perlindungan dari binatang buas.

Selain itu rumah panggung berarti bahwa kedudukan

manusia memiliki derajat yang lebih tinggi daripada hewan


xxxiii
mengingat kolong di bawah rumah diperuntukkan sebagai kandang

hewan peliharaan.

Tiang rumah gadang di buat berbentuk bersegi 5 sedangkan

pada bagian tengah bersegi 8 yang diameternya lebih besar dari

tiang lainnya, setiap tiang memiliki ukiran berdasarkan fungsi,

yang mana setiap tiangnya memiliki nama yaitu : tiang tepi, tiang

temban, tiang dalam Panjang, tiang salek, tiang dapur. (Syamsidar,

1991).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur yang kuat

pada elemen-elemen interior yaitu didominasi oleh bentuk-bentuk

yang unik, bersih dan licin.

 Sedangkan pada bagian eksterior masjid di dominasi oleh

bentuk-bentuk tradisional seperti bentuk gonjong dan ukiran

khas.

Gamabar.Ukiran Khas adat Minangkabau

xxxiv
1.1. Sistem Struktur Bentang Lebar

Sistem bangunan bentang lebar merupakan struktur bangunan yang

memungkinkan penggunaan ruang bebas. Ruang bebas di sini diartikan

sebagai ruangan yang memiliki kolom dengan lebar dan panjang seluas

mungkin. Sistem ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan besar

yang difungsikan sebagai gedung olahraga, pameran, auditorium, dan

gedung-gedung serupa.

1.1.1. Jenis-jenis Sistem Struktur Bentang Lebar

Secara umum, struktur pada sistem bangunan ini terbagi

dalam 4 sistem besar struktur yang masing-masingnya memiliki

struktur-struktur lagi.Struktur tersebut adalah form active structure

system, bulk active structure system, vector active structure system,

dan surface active structure system.

a. Form Active Structure System

 cable system

Gambar

1.2. Cable

truss System

Struktur ini menggunakan struktur kabel yang menjadi

penahan beban dengan menggunakan fungsi tarik.Gaya tarik


xxxv
yang bekerja pada struktur kabel adalah gaya vertikal dan

gaya horizontal karena kabel diasumsikan selalu berada pada

posisi miring

 Tent system

Gambar 1.3. Tent

system

Struktur ini bekerja

layaknya sebuah

tenda yang menggunakan

struktur permukaan tipis dan fleksibel. Dengan karakteristik

ini, struktur tenda sangat sensitive terhadap tekanan

angin.Maka dari itu struktur ini membutuhkan tekanan dari

dalam tenda agar strukturnya menjadi kaku.

 pneumatic system

Gambar

1.4 .Pneumatic

System

Struktur ini kerap

digunakan pada

gedung yang menggunakan konstruksi pneumatik khusus.

Struktur ini terdiri dari dua kelompok, yaitu air-supported

structure dan air-inflated structure.

 Arch

System

xxxvi
Gambar 1.5.Arch System

Struktur ini telah lama digunakan, khususnya pada

peradaban Romawi dan Yunani, untuk membangun bangunan

dengan bentangan yang luas. Pada peradaban tersebut,

struktur ini dibuat menggunakan material padat, yaitu

bebatuan.

a. Bulk Active System

 Beam System

Gambar.1.6.Be am system

Struktur ini

dibentuk

dengan cara menempatkan elemen

kaku horizontal di atas elemen kaku vertikal. Tujuan 22

dari struktur ini adalah supaya bangunan lebih kuat dan

kolomnya tidak melentur serta melendut.

xxxvii
 Frame System

Gambar.1.7.Frame system

Struktur ini dikenal sebagai salah satu struktur yang

menawarkan kekokohan bangunan.Di zaman modern ini,

struktur ini menggunakan material baja dan beton yang

menawarkan ketahanan lebih.

 Beam Grid and Slab System

Gambar.1.8.Beam and Slab System

Struktur ini dibentuk menggunakan balok yang saling

bersilangan dengan jarak yang cukup rapat agar 23 mampu

menopang pelat atas yang tipis Ini ditujukan untuk mencegah

melendutnya kolom bangunan.

xxxviii
a. Vector Active Strucutre System

 Flat Truss System

Gambar.1.9.Flat Truss

System

Susunan pada struktur ini dibentuk menggunakan elemen

linear yang kemudian membentuk kombinasi segitiga.

 Curved Truss System

Gambar.1.10.Curved Truss System

xxxix
Sesuai namanya, struktur ini membentuk pola lengkungan

yang dapat membentang hingga 75 meter. Biasanya digunakan

pada bangunan hanggar, stadion, pabrik, dan lainnya.

 Space Truss System

Gambar.1.11.Space Truss

System

Struktur

ini

terdiri dari elemen linear yang kemudian membentuk

ruang 3 dimensi yang membentang dua arah.

a. Surface Active Structure System

 Prismatic Folded Structure System

Gambar.1.11.Prismatic folded

Structure System

Karakteristik dari struktur ini adalah

penggunaan bidang lipat yang

memiliki kekuatan satu arah

xl
 Pyramidal Folded Structure System

Gambar.1.12.Pyramidal

Folded

Structure System

Merujuk

pada namanya,

struktur ini menggunakan bidang lipatan yang berbentuk

segitiga.

 Rotational Shell System

Gambar.1.13.R

ational shell

system

Bidang yang diperoleh

dari struktur ini berasal dari suatu garis lengkung yang

datar jika diputar terhadap suatu sumbu.

 Anticlastic Shell System

Ganbar.1.14.Anticlastic Shell System

Struktur ini menggunakan

bentuk pelana yang

xli
berbeda pada setiap arahnya yang dibagi lagi dalam

berbagai macam jenis.

xlii
Bab III

KAJIAN OBJEK STUDI

3.1. Taman Budaya Gerson Poyk

3.1.1. Profil Taman Budaya Gerson poyk

Gambar 3.1

Taman

Budaya

Gerson

Poyk

Lokasi

Taman Budaya Gerson poyk Jln Kejora No. 1 Oepoi, Oebufu Kecamatan

Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.Taman Budaya Gerson

Poyk Meliki luas keseluruhan 32.000 m2. Pada tahun 1997 beberapa

provinsi di Indonesia sudah memiliki Taman Budaya, maka depertemen

Pendidikan dan kebudayaan Nusa Tenggara timur merencankan untuk

membangun taman budaya NTT.

Latar belakang perlu didirikannya Taman Budaya di NTT karena,

kekayaan budaya Provinsi Nusa Tenggara Timur yang beraneka ragam,

eksotis dan unik memiliki potensi dalam memberikan kontribusi bagi

pembangunan kebudayaan daerah maupun nasional.

xliii
Dengan latar belakang tersebut pada tanggal 18 november 1999

Taman Budaya Daerah diresmikan oleh Direktur jendral Kebudayaan

Republik Indonesia Dr. I Gusti Ngurah Anom.

Pada Tanggal 25 Februari 2017 nama Taman Budaya di Rubah

menjadi Taman Budaya Gerson poyk yang diambil dari dari seorang

sastrawan Indonesia kelahiran NTT sebagai bentuk penghargaan

pemerintah NTT atas berbagai karya sastranya yang telah diciptakannya.

Adapun Visi dan Misi denga adanya Taman Budaya

1. Visi

Kesenian daerah terpelihara, tumbuh subur, berkembang

dinamis dan dicintai masyarakat.

2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang kami

tetapkan adalah dengan : Mengkaji, Membina, Melestarikan

serta Mengembangkan.

Maksud dari misi tersebut adalah suatu upaya dinamis

mendalami kesenian daerah yang sarat dengan aspek

pedagogis, sosiologis, dan estetika tersebut dapat ditularkan

melalui pembinaan-pembinaan, pelatihan-pelatihan,

eksperiment, seminar, diskusi guna mendapat satu formula

ideal dalam upaya pengembangan dan pelestarian kesenian

lebih lanjut, dengan melibatkan segenap unsur kekuatan

masyarakat.

xliv
Berikut Berbagai Fasilitas tersedia pada taman Budaya ini :

Gambar 3.2.Galeri Seni Rupa

Gedung pameran seni rupa seluas 375 m2 merupakan bangunan yang berisi

ruang pameran seni rupa, ruang pameran ini memilik gedung sendiri

Gambar 3.3.Teater Tertutup

Ruang teater berada pada gedung utama yang terletak di lantai dua,

memiliki luas 1600 m2 dengan kapasitas 600 orang

xlv
Gambar 3.4.Gedung PAUD

Dalam taman budaya terdapat juga PAUD yang memilik bangunan sendiri,

bangunan ini memiliki 2 ruang dengan luas keseluruhan 300 m2 dengan

kapsitas 30 anak.

Gambar 3.5.Gedung Latihan

Ruang latihan pada taman budaya biasanya digunkan untuk latihan seni

tari, music, dan lain-lain, ruang latihan memiliki bangunan sendiri dengan

luas 225 m2 dengan kapasitas 20 orang

Gambar 3.6.Panggung Terbuka

Panggung terbuka memiliki luas 460 m2

xlvi
Gambar 3.7.Kantor

Ruang untuk kantor berada di lantai 1 memilik luas 225 m 2 dengan

kapsitas 20 orang

3.1.2. Program Kegiatan Taman Budaya Gerson Poyk

No. KEGIATAN TAHUN

A. SENI PERTUNJUKAN

1.  Menyelenggarakan Lomba Paduan 2002


Suara Lagu GEMALA dan Lagu
Daerah NTT Tk. Kota Kupang dan 2007, 2008,
sekitarnya 2009, 2010

 Menyelenggarakan Lomba Paduan


Suara Lagu GEMALA dan Lagu
Daerah NTT antar Pelajar SMA/
SMK se Prov NTT

2. Seni Masuk Sekolah (SD, SMP,SMA) 2004 s.d 2019

3. Festival Seni Tari Pelajar ( hasil 2004 s.d. 2019


pembinaan Seni Masuk Sekolah)

4. Pertunjukan kesenian rakyat (melibatkan 2004


seniman dari 16 etnis

5.  Festival Band dan Dance untuk gener- 2003, 2004,


asi muda (dilaksanakan setiap bulan) 2005
Menyelenggarakan Festival Band dan 2004
Dance di Kab. TTS

6. Misi Kesenian :
 Timor Leste 2005
 Ternate 2008
 Belanda 2009
xlvii
 Melbourne 2011
7. Mengikuti Festival Cak Durasim Tk 2008
Nasional (siswa hasil binaan Seni
Masuk Sekolah)
2009,
2010,2011,2012,2013
2011 ; Juara Umum
2012 : Pengharggan
8. Mengikuti Parade Tari Nusantara di Penyaji terbaik dan
TMII Busana Terbaik
2013 :
PenghargaanPenyaji
TerbaikKawasan
Timur, Penata
Tari Terbaik
9. Mengikuti Pawai Budaya Nusantara 2009, 2012, 2013 s.d
di Istana Presiden 2019

10. Mengikuti Pawai Festival 2010


KesenianYogyakarta

11. Mengikuti Pawai Budaya Nusantara 2011


di TMII

12. Menyelenggarakan Parade Busana 2010, 2011,2012,


Masa Lampau dan Busana Masa 2013, 2019
Kini Tingkat Prov. NTT
Workshop Tenun Ikat

21. Festival Teater Tk Prov 2010, 2013

22. Festival Seni Pertunjukan (Teater) 2010, 2013 (diwakili


Tk. Nasional di Jakarta Kab Flotim)

23. Festival Teater Remaja di Bandung 2013 (atas undangan


Kemendikbud RI)

24. Festival Tifa Tingkat Nasional 2013 (atas undangan


Kemendikbud RI)

25. Musikalisasi Puisi & Workshop 2013

26. Etnik Song Choir Festival 2013


 Festival Musik Tradisi 2011
 Festival Sasando 2012
 Music Bamboo Festival 2013
27. Seni Instalasi Bambu 2021

28. Pentas Seni Pelajar 2021

Tabel Program Kegiatan Taman Budaya

xlviii
N KEGIATAN TAHUN
o

B SENI RUPA
.

1. Pameran Lukisan (siswa dan seniman 16 2002 s.d. 2008.


kab/kota)

2. Lomba Menggambar 2001,2002

3. LombaMewarai dan Lukis :PAUD/TK, 2012, 2013


SD, SMP,SMA/SMK

4. Pemeran Lukis HUT RI di Arena 2011


Fatululik

5. Pameran Koleksi Karya Cipta Anak 2012


Indonesia 2012)

6. Sosialisasi Galeri Nasional di Taman 2011


Budaya NTT

7. Workshop dan Sosialisasi Lomba Foto 2011


Piala Presiden

8. Pameran Fotografi & Workshop 2012

9. Pameran , Lomba, Workshop Fotografi 2013


“Bta Cinta NTT”

1 Pameran Keramik, Grafis, Lukis &


0. Workshop (SAIL KOMODO 2013)
“POTPURI” 2013

1 Partisipasi Pameran Lukis Tingkat 2011,2012


1. Nasional (Galeri Nasional)

1 Pameran Perupa NTT di Jogya 2013


2.

1 Pendataan kesenian tradisioal yang 2002 s.d. 2008


3. hampir punah

1 Lomba Perupa Se Daratan Timor 2019 s.d 2021


4.

C KEGIATAN LAIN
.

1. Mengikuti Temu Karya Taman Budaya 2000, 2005, 2006,


Nasional 2007, 2008, 2009,
2010, 2011, 2012,

xlix
2013

2. Perekaman Gambar dan Suara (budaya 2008


masyarakat Rote)

3. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 2008, 2009

4. Workshop Tenaga Teknis 2020


Tabel Kegiatan 3.1.Taman Budaya

3.2. Flekkeefjord Culural Center

Gambar 3.8.Flekkefjord

Cultural Center / Helen & Hard

Lokasi

: Tepi

Pantai Selatan Norwegia

Architects : Helen & Hard

Area : 3500 m2

Year : 2016

Flekkefjord Cultural Center terletak di tepi pantai Flekkefjord,

sebuah kota di pantai selatan Norwegia, bangunan ini mengabungkan

beberapa fungsi yaitu: Aula teater, bioskop, perpustakaan, galeri, klub

pemuda, dan sekolah budaya. untuk desain Pusat Kebudayaan Flekkefjord

Dirancang untuk klien mereka, Flekkefjord Kommune.

Jalan-jalan sempit Flekkefjord dipagari dengan rumah kayu

tradisional, yang skala kecilnya sangat kontras dengan volume besar pusat
l
budaya baru. Mediasi antara skala yang berbeda ini mendorong proses

desain. Fungsi yang beragam dari proyek ini dibagi menjadi empat

"rumah" individu dan ruang di antara mereka menciptakan ruang

pertemuan dan sirkulasi. "Di antara ruang" telah diisi dengan tangga

bersambung yang menghubungkan halaman depan, fasad, dan tingkat

foyer di dalamnya. Fasad rumah, baik interior maupun eksterior, dijalin

bersama untuk menciptakan ruang publik tiga dimensi.Tugasnya adalah

menggabungkan berbagai fungsi budaya sekompak dan seefisien mungkin

dan untuk menciptakan ruang yang memfasilitasi sinergi, multi guna dan

tempat pertemuan yang menarik. Itu harus mengundang dan menginspirasi

dan membangun lebih jauh identitas Flekkefjord.

Kesinambungan ruang ini ditonjolkan oleh desain langit- langit

berundak yang melipat ke bawah untuk membentuk dinding belakang

foyer dan menghubungkan ke tangga depan yang besar dengan warna

merah yang serupa dan strip pencahayaan yang menandai tangga.

a. Tata Guna Lahan

Lahan diperuntukan untuk perancangan pusat kebudayaan Flekkef-

jord di tepi pantai

b. Batas-batas fisik

B
T

Gambar 3.9. Batas-batas fisik Flekkefjord Cultural Center


li
Adapun Batas-Batas Fisik yang terdapat pada bangunan Flekkef-

jord Cultural yaitu :

1. Bagian Utara dibatasi dengan Jl.Bryggeveien

2. Bagian Barat dibatasi dengan Jl.Kirkegaten

3. Bagian Timur dibatasi dengan Jl.Elvegaten

4. Sedangkan bagian Selatan terdapat Pertigaan

Jl.Strandgaten dan Jl.Elvegaten

c. Pencapaian

Gambar3.10.Pencapaian Makro dari bandara Udara Gardemoen Olso.

Wisatawan yang datang dari luar negri membutuhkan waktu

kurang lebih 5-6 jam untuk menempuh perjalaan ke bangunan Flekkefjord

Cultural.

Para pengunjung dapat dicapai melalui transportasi darat berupa kendaraan

umum.Selain menggunakan transportasi darat para pengunjung juga dapat

mencapai melalu transportasi laut.Hal ini dapat dilihat dari letak bangunan

Flekkefjord Cultural.

d. Aksebilitas

lii
Gambar3.11.Aksesibilitas bangunan Flekkefjord Cultural.

Entrance terletak disebelah selatan yang dibubungkan lansung oleh

tangga

liii
b. View

Gambar3.12.View
bangunan

Flekkefjord
Cultural.
Bagian selatan diberikan bukan-bukaan besar sehingga

mendapatkan pemandangan kearah tepi pantai.

c. Mapping Lingkungan Fisik

Gambar3.13.Lingkungan Fisik bangunan Flekkefjord


Cultural.
Adapun beberapa lingkungan fisik disekitar bangunan Flekkefjord

Cultural diantaranya:

1. Sungai Terletak Bagian Selatan 2.

2. Tapak dikeliling Bangunan dan Jalan.

3. Taman di area luar

liv
d. Karakteristik Arsitektur

Gambar3.1 4.Karakteristik

bangunan

Flekkefjord Cultural.

Karakteristik pada bangunan ini diadopsi dari gaya tradisional

Flekkefjord dari kayu putih berlapis bangunan 2-3 lantai. 77 Tantangannya

adalah menyesuaikan bangunan besar yang baru dalam skala dan

materialitas dengan bangunan yang sudah ada. Ini dicapai dengan menjaga

ketinggian tetap rendah dan dengan geometri atap yang dibentuk dan

disesuaikan dengan situasi kontekstual yang berbeda.

Gambar3.15.Rumah Tradisional yang diplot.

Satu rumah tradisional yang lebih kecil di plot disimpan dan

dibangun disekitarnya.

e. Pemogrogran Ruang

lv
Gambar3.16.Pemograman Ruang

1. Warna Abu di lantai dasar merupakan Café/Kios

2. Warna Kuning merupakan Ruang Perpustakaan

3. Warna Merah merupakan stok panggung dan Aula Besar 79

4. Warna orange terang merupakan Ruang Gallery

5. Warna Hijau Mudah merupakan Ruang Administrasi

6. Warna Hijau Tua merupakan kotak hitam

lvi
7. Sedangkan warna ungu merupakan ruang sekolah budaya.

f. Konsep Desain

Gambar3.17.Tata Masa dan Gubahan Massa.


Pada Bangunan Flekkefjord Cultural.Tata Massa bangunan disesuaikan

dengan luasan tapak tersebut sehingga luas tapak dapak dapat dimanfaatkan

semaksimal mungkin. Massa bangunan dibagi sesuai fungsi sehingga

memberikan jarak yang cukup untuk akses sirkulasi

g. Konsep Sirkulasi

lvii
Gambar3.18.Konsep Sirkulasi
Isyarat utama dari pusat budaya adalah tangga besar menuju alun-

alun dan pelabuhan, baik di dalam maupun di luar ruangan, yang

mengarahkan penonton dari pintu masuk ke semua fungsi publik di lantai

yang lebih tinggi.

Tangga luar ruangan berfungsi ganda sebagai amphi yang menghadap

ke 81 selatan dan memperluas area umum alun-alun hingga ke façade

pusat budaya.

h. Konsep Fasad

Gambar 3.19.Konsep Fasad bangunan Flekkefjord

Cultural.

Fasad ke arah kota memiliki bukaan yang lebih kecil yang

berhubungan dengan irama fasad khas vernakular yang dibalut panel kayu

putih sementara menuju alun-alun dan pemandangan fjord, fasad terbuka

dengan aula resepsi yang luas mencapai lebih dari tiga lantai.

i. Konsep Struktur Bangunan

lviii
Gambar 3.20.Potongan, bangunan Flekkefjord Cultural.
Struktur pada bangunan Flekkefjord Cultural menggunakan

struktur bentang lebar dengan pemilihan bahan konstruksi baja sebagai

pemilihan struktur utama.

3.3. Asakusa Culture Tourist Information Center

Gambar 3.21.Bangunan
(ACTIC)

Asakusa Culture Tourist Information Center (ACTIC) berlokasi di

Asakusa-Taito, Tokyo,Jepang, dibangun pada tahun 2012 oleh arsitek Kengo

Kuma dengan luas area terbangun sekitar 234 m².

Gambar

3.22.Keseimbangan Simetris (ACTIC)


lix
ACTIC terletak di depan kuil Senso-ji, tepatnya diseberang jalan

menghadap langsung ke gerbang masuk utama Kaminarimon. Bangunan

ACTIC dikelilingi oleh beberapa landmark kota yang juga menjadi

destinasi wisata di Asakusa. Lokasi ACTIC berada di sumbu garis antara

Pagoda Senso-ji, Kuil Senso-Ji,Nakamise-dori street dan Kaminarimon.

ACTIC mempertahankan keseimbangan asimetris antara komposisi nilai

dan suasana tradisional di kawasan Senso-ji dengan lokasi bangunan

ACTIC berada.Sebelum memasuki kawasan Kaminarimon, orang-orang

yang ingin datang berkunjung ke kuil Senso-ji pertama kali akan langsung

tertuju kepada bangunan ACTIC.

Keseimbangan garis dimana bangunan ACTIC berada secara alami

memberikan hubungan antara bangunan di kawasan kuil Senso-ji yang

khas dengan suasana tradisional Jepang dengan bangunan di Kawasan

tersebut. Bangunan ACTIC memiliki gaya khas kontemporer. Perpaduan

dan kesinambungan ini menjadi salah satu acuan desain bangunan ACTIC

yang merespon dan melibatkan hubungan konteks antara aspek nilai,

budaya dan arsitektur tradisional khas Jepang, dengan kemajuan nilai

modern saat ini yang diakomodasi kedalam setiap ruang pada perancangan

bangunannya.

a. Hubungan Konteks dengan Bangunan Pada studi banding yang

telah dilakukan, terdapat beberapa aspek hubungan konteks yang

dijadikan pertimbangan kedalam perancangan bangunan ACTIC, baik

dari segi fisik maupun non fisik.Dalam melibatkan aspek non fisik,

bangunan ACTIC merespon beberapa hal yang berhubungan dengan

kondisi lingkungan tapak, diantaranya adalah:

lx
1. Potensi Lokasi Lokasi bangunan ACTIC terletak di

kawasan yang memiliki nilai budaya dan sejarah yang tinggi dan

masih dipertahankan hingga saat ini. Budaya tradisional yang

khas ini bahkan menjadi daya tarik utama para wisatawan datang

mengunjungi Asakusa. Hal ini dimanfaatkan kedalam proses

perencanaan bangunan ACTIC untuk menghubungkan nilai

budaya tersebut, dimana ACTIC dapat menjadi tempat yang turut

andil untuk memberikan informasi seputar budaya khas yang ada,

kepada para pengunjung dan wisatawan yang datang.Area ini juga

dipenuhi oleh banyak took makanan, resto dan retail. Potensi ini

dimanfaatkan oleh ACTIC dalam meningkatkan jumlah

kunjungan orang dan tidak menutup kemungkinan perancangan

ACTIC juga memasukan aktifitas makan-minum kedalam konsep

ruangnya.

b. Respon terhadap Kondisi Ekonomi, Sosial dan Budaya

Eksistensi keberadaan ACTIC diharapkan dapat meningkatkan kondisi

ekonomi terhadap bangunan lain disekitarnya. Tingginya jumlah

pengunjung dapat menjadi nilai tersendiri terhadap meningkatnya

jumlah kunjungan ke Asakusa sehingga secara tidak langsung

lxi
bangunan ACTIC menjadi salah satu penyumbang devisa pendapatan

daerah.

Gambar 3.23.Potensi Lokasi Tapak

a. Batas-Batas Fisik

T
B

Gambar 3.24. Asakusa Tourist Information Center

Batas-Batas Fisik disekitar Tapak:

Utara dibatasi Jl.kaminarimon dori dan Bagian Barat Jl.Kyu

nikko,sedangkan bagian Timur dan selatan dibatasi oleh bangunan-ban-

gunan bertingkat.

b. pencapaian

lxii
Gambar 3.25.Pencapaian

c. Aksebilitas

Gambar 3.26.Aksebilitas

Terdapat Jl.kaminarimon dori dan Bagian Barat Jl.Kyu nikko

memiliki akses dua jalur dan bagian entrance memiliki akses untuk pejalan

kaki.

lxiii
d. View

Gambar 3.30.View

View kedalam tapak hanya terdapat dari dua sisi yaitu dari bagia

utara jl. Jl.kaminarimon dori dan bagian Barat Jl. Jl.Kyu nikko,sedangkan

view keluar tapak dapat terlihat ke semua sisih.View yang baik terdapat di

lantai delapan. dapat memandang Sky Tree dan Kuil Sensoji dengan gratis.

e. Mapping Lingkungan fisik

Gambar 3.31.Mapping Lingkungan Fisik


lxiv
Lingkungan fisik disekiar Tapak :

1. Bangunan

2. Jalan Raya

3. Sungai

4. Jembatan

a. Karakteristik Arsitektur

Gambar 3.32.Karakteristik Arsitektur

b. Studi Pemograman Ruang

1. Program Ruang dan Zonning Bangunan ACTIC terdiri dari 8

lantai bangunan yang setiap lantainya memiliki fasilitas dengan

masing-masing fungsi yang berbeda. Tujuannya adalah agar bangunan


lxv
ACTIC tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh wisatawan, namun juga

oleh masyarakat lokal setempat. Disamping fungsi utamanya sebagai

fasilitas informasi wisata, ACTIC juga didukung dengan beberapa

fasilitas lain diantaranya kantor, teater, ruang pamer, ruang workshop,

ruang pertemuan, ruang serbaguna,kafe dan tempat penukaran mata

uang (money exchange).ACTIC dirancang untuk mengakomodasi

bermacam fungsi, disamping fungsi uatamnya sebagai pusat layanan

infomasi wisata. Setiap fungsi dikelompokan kedalam sifat masing-

masing ruangnya, meliputi ruang privat, ruang semi privat dan ruang

publik.

c. Studi Desain

1. Konsep Bangunan

Gambar 3.34.Konsep bangunan ACTIC

lxvi
Bangunan ACTIC mengadaptasi beberapa bentuk bangunan khas

tradisional Jepang yaitu machiya, ageya dan nagaya, yang kemudian dipadukan

kedalam sentuhan desain yang lebih modern. Bangunan ini secara tidak langsung

menghubungkan antara bangunan tradisional dan modern kedalam bentuk yang

dibuat tidak terlalu kontras dengan bangunan disekitarnya. Bangunan dibuat

dengan struktur yang menumpuk dengan tujuan untuk menyediakan fungsi yang

lebih beragam dalam luas area yang sangat terbatas.

2. Konsep Sirkulasi Ruang Dalam

Sirkulasi ruang dalam dibuat vertical agar setiap fungsi yang

ada dapat diwadahi dalam satu bangunan.

Gambar 3.35.Sirkulasi dalam Bangunan ACTIC

lxvii
3. Konsep Fasad

Gambar 3.36.Konsep Fasad

Garis horizontal pada bangunan dirancang sebagai respon terhadap

bangunan yang ada disekitar lokasi ACTIC sehingga menciptakan harmoni

yang selaras,serta untuk menghormati konteks lingkungan dan bangunan

lokal yang sudah ada dan sudah terbangun sebelumnya, dengan maksud

untuk tidak merusak irama fasad dari bangunan tersebut. Bentukan yang

membaurkan struktur dan fasad digarisbawahi dengan penggunaan

material yang khas untuk memperbesar dampak visual bangunan terhadap

lingkungan urban di sekitarnya. Fasad bangunan didominasi oleh material

kayu, merujuk pada bangunan tradisional Jepang yang digubah secara

kontemporer. Interiornya merepresentasikan esensi estetika ala Jepang,

namun keseluruhan ‘tumpukan’ bangunan, dikosongkan isinya, dan diisi

lagi dengan program ruang yang dibutuhkan, adalah wujud gubahan secara

kontemporer lainnya oleh sang arsitek.

lxviii
Gamb
ar. 37.Ko
ns ep
Fasad

Bangunan ACTIC
Selain itu,Penggunaan material kayu pada fasad bangunan ACTIC

merupakan dampak dari kejenuhan terhadap bangunan tinggi disekitar

lokasi yang dominan dengan penggunaan material beton. Material

bangunan dibuat kontras sehingga bangunan ACTIC menjadi lebih

menonjol dan lebih menarik dibandingkan dengan bangunan disekitarnya.

Gambar 3.38.Konsep Material Bangunan ACTIC

4. Konsep Struktur dan Konstruksi

lxix
Gambar 3.39.Potongan
Bangunan ACTIC disusun dari bahan baja, kayu, dan kaca.

Shading vertikal dari kayu mahoni turut membentuk fasad keempat

sisi bangunan, dengan jarak antar shading yang berbeda-beda,

tergantung kebutuhan bayang-bayang dan kebutuhan privasi

interiornya.Bagian interior bangunan diselesaikan dengan berbagai

jenis kayu, baik pada lantai, ornamen, maupun furniturnya. Atap

miring yang menjadi fitur eksterior bangunan dan membedakan tiap

lantai bangunan dibuat dari pelat baja.

5. Konsep Utilitas Bangunan

Gambar 3.40.Ruang Utilitas diarsir hitam


Utilitas bangunan diletakkan pada ruang-ruang diagonal yang

terbentuk diantara plafon lantai sebelumnya dan pelat lantai di

atasnya, menghemat ruang dan mengurangi kesan masif pada

bangunan.

6. Konsep Interior

lxx
Gambar 3.41..Detail Interior

Di bagian interior, nampak estetika tradisional Jepang yang

mengutamakan simplisitas dan minimalisme.Panel kaca yang disinari

dari belakang dihias dengan motif-motif tradisional yang dicetak di

atas berbagai jenis kayu, terkenal dengan nama Edo Chiyogami, yang

muncul pada periode Edo di Jepang.

Gambar3.42.Lantai Satu Bangunan

Di dalam bangunan yang kompak, namun kompleks ini, pengunjung

diarahkan ke berbagai suasana ruang dengan alur yang sama seperti

yang terbentuk pada eksteriornya. Pada lantai pertama dan kedua

bangunan, terdapat atrium dan tangga, membentuk sebuah urutan

dimana pengunjung dapat mengamati perubahan kemiringan dari

kedua jenis atap.

lxxi
Gambar 3.43.Autorium Lantai Enam

Di lantai enam, mengambil keuntungan dari atap yang miring, didapat

pula lantai yang miring, yang dapat berfungsi sebagai ruang auditori-

um.Ruangan ini mengadopsi gaya arsitektur Minimalis.

Gambar 3.44.Lantai Delapan

Di lantai delapan, terdapat sebuah kafe dan observation deck, yang

memberikan pemandangan panoramik sepanjang Sungai Sumida

hingga ke Tokyo Skytree.

Kesimpulan

lxxii
Sebagai pusat informasi turis, Asakusa Culture Tourist Information

Center telah memasukkan unsur-unsur budaya, perilaku, dan lingkun-

gan lokal Asakusa dan nasional Jepang ke dalam bangunannya, yang

diolah dengan cara yang kontemporer. Bangunan memiliki ciri khas

yang sesuai jamannya dimana ide kontemporer yang menghasilkan

struktur yang rumit dapat diatasi dengan teknologi modern, namun

tetap memberikan gagasan yang amat gamblang mengenai inspirasi

desainnya, yakni mengadopsi rumah tradisional Jepang secara utuh.

BAB IV

KRITERIA

4.1. Kriteria Perancangan Tapak


lxxiii
4.1.1. potensi Tapak

Pengembangan pariwisata adalah kegiatan multidimensi dari

rangkaian proses pembangunan daerah. Lokasi Tapak berada di kota

kupang yang merupakan ibu kota dari Nusa tenggara Timur, tapak ini

sangat strategis karena berada di pusat kota dan dekat dengan patung sas-

ando yang merupakan ikon dari kota kupang.Selain itu, lokasi ini

didukung dengan view yang sangat bagus.

4.1.2. Kondisi Eksistiing Tapak

a. Data Tapak

Tapak ditempatkan sekitar Kecamatan, kelapa lima kota kupang,

daerah kecamatan kelapa lima merupakan sala satu daerah pengem-

bangan sektor parawisata, dan dekat dengan patung sasando yang

merupakan ikon kota kupang. sehingga perancangan pusat seni dan

budaya di daerah kecamatan kelapa lima kota kupang sangat strategis.

b. Lokasi Tapak

lxxiv
Gambar 4.1.Lokasi Tapak

Lokasi Tapak : Jalan RA Kartini, kelapa lima, kota kupang, NTT.

Luas Area : 15.000 m2

GSB : 12 m

KLB : 60 %

KDH : 10 %

Batas utara : gang jalan Ina Boi

Batas timur : Pemukiman dan lahan kosong

Batas selatan : Jl.RA Kartini

Batas barat : Jln.Ina Boi

lxxv
4.1.3. Aksesbilitas dan Pencapaian

Gambar 4.2.aksebilitas dan pencapaian

tapak berada pada lokasi yang cukup strategis. sehingga

pencapaian dari jalan Timor raya yang merupakan lokasi perhotelan di

sekitar pantai dan akses dari kantor pemerintahan cukup dekat dengan

melewati Jalan Veteran.

4.1.4. View

Gambar 4.3.View

Lokasi site yang berada diatas bukit, memberikan view kearah

utara menjadi menarik, karena memberikan view berupa laut.

lxxvi
4.1.5. Orientasi Matahari dan Pergerakan Angin

Gambar

4.4.Orientasi Matahari Dan Angin

Angin Laut

Angin Darat

4.1.6. Peletakan Massa Bangunan

Gambar 4.5.peltakan Massa Bangunan

peletakan massa bangunan, bagian depan massa bangunan

menghadap kea rah utara, dengan view mengarah kea rah laut

4.1.7. Ruang Luar

lxxvii
Kriteria ruang luar yaitu, ruang terbuka yang ada di tengah

bangunan. Bagaimana membentuk suasana ruang luar yang menyerupai

suasana ruang luar yang ada di perkampungan tetapi memiliki kesan yang

lebih modern.

Gambar 4.6.Desa Adat Wae Rebo

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa pola perkampungan adat

wae rebo memiliki open space di tengah dengan dikelilingi oleh bangunan.

Adapun Persamaan pola yang pertama adalah rumah adat yang ada

di NTT memiliki atap yang tinggi dan memiliki kemiringan yang curam

karena berada di lingkungan tropis. Kebanyakan bentuk atap ini

dimanfaatkan untuk memberi tingkatan lantai di dalamnya.

lxxviii
Gambar Rumah adat Musalaki (Pulau Rote)

Persamaan pola yang kedua adalah rumah adat di NTT semuanya

memiliki banyak tingkatan di dalamnya. Tingkatan ini berfungsi sebagai

tempat penyimpanan barang-barang pusaka ataupun hasil panen. Pola

inilah yang akan diterapkan untuk membentuk karakter ruang luar.

4.2. Kriteria Perancangan Bangunan

4.2.1. Kriteria perancangan Berdasarkan Fungsi

Fungsi Utama Pusat budaya papua merupakan salah satu objek

sebagai sarana informasi dan promosi wisata. Disamping fungsi utama

sebagai pusat informasi dan promosi wisata,terdapat juga beberapa fungsi

lain-nya sebagai tempat pameran atau pertunjukan Seni.

Beberapa kebutuhan ruang berdasarkan fungsi yaitu :

No Kebutuhan Ruang Ket.


A R. Pertunjukan/Pameran Seni Langsung
B R.Penyimpanan Utama Permanen
C R.Penyimpanan Temporal Sementara
D R.Galeri
E R.Auditorium Multifungsi
F R.Perpustakaan
G R.Kursus
H R.Cafe/Makanan Khas
I R.IT

Tabel.4.1.Kebutuhan Ruang
4.2.2. Konsep Struktur
lxxix
System struktur pada perencanaa pusat budaya adalah system

struktur bentang lebar ( Bulk Active Structure System) Beberapa jenis sub

struktur dalam bulk active structure yaitu:

a. Beam System

Struktur ini dibentuk dengan cara menempatkan elemen kaku

horizontal di atas elemen kaku vertikal. Tujuan dari struktur ini

adalah supaya bangunan lebih kuat dan kolomnya tidak melen-

tur serta melendut.

Gambar 4.7.beam System structure

lxxx
Gambar 4.8. Frame System structure

b. Beam Grid and Slab System

Struktur ini dibentuk menggunakan balok yang saling bersilan-

gan dengan jarak yang cukup rapat agar mampu menopang

pelat atas yang tipis Ini ditujukan untuk mencegah melendutnya

kolom bangunan.

Gambar.4.9.Beam Grid and Slab System structure


4.3. Kesimpulan Kriteria Perancangan

Dalam perancangan Pusat Seni dan Budaya NTT,mengadaptasi

bentuk dan pola rumah adat NTT yang dipadukan dengan sentuhan desain

bangunan yang lebih modern.Sehingga secara tidak lansung

menghubungkan antara bangunan tradisional dan bangunan modern.

lxxxi

Anda mungkin juga menyukai